Berikut ini upaya yang dilakukan pki untuk melakukan pemberontakan pada tahun 1948 yaitu …. *

Penyabangan, 30 September 2019 merupakan hari dimana banyak peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang harus diingat oleh masyarakat, apalagi generasi muda. Salah satunya adalah peristiwa Gerakan 30 September atau yang biasa dikenal dengan nama G30S/PKI.

Peristiwa ini terjadi pada 30 September hingga 1 Oktober 1965 di Jakarta dan Yogyakarta ketika enam perwira tinggi dan satu perwira menengah TNI Angkatan Darat Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta.

Berikut adalah kronologi peristiwa G30S beserta sejarah dan kisah singkat pasca kejadian tersebut yang disadur dari laman detikcom:

1. Sejarah Singkat G30S/PKI

G30S merupakan gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Gerakan ini dipimpin oleh DN Aidit yang saat itu merupakan ketua dari Partai Komunis Indonesia (PKI).Pada 1 Oktober 1965 dini hari, Letkol Untung yang merupakan anggota Cakrabirawa (pasukan pengawal Istana) memimpin pasukan yang dianggap loyal pada PKI.Gerakan ini mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya.

Jenazah ketujuh perwira TNI AD itu ditemukan selang beberapa hari kemudian.

2. Pejabat Tinggi yang Menjadi KorbanKeenam perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang menjadi korban dalam peristiwa ini adalah:- Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani- Mayor Jendral Raden Soeprapto- Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono- Mayor Jendral Siswondo Parman- Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan- Brigadir Jendral Sutoyo SiswodiharjoSementara itu, Panglima TNI AH Nasution yang menjadi target utama berhasil meloloskan diri. Tapi, putrinya Ade Irma Nasution tewas tertembak dan ajudannya, Lettu Pierre Andreas Tendean diculik dan ditembak di Lubang Buaya.Keenam jenderal di atas beserta Lettu Pierre Tendean kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Sejak berlakunya UU Nomor 20 tahun 2009, gelar ini juga diakui sebagai Pahlawan Nasional.Selain itu, beberapa orang lainnya juga menjadi korban pembunuhan di Jakarta dan Yogyakarta. Mereka adalah:- Brigadir Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun- Kolonel Katamso Darmokusumo

- Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto

3. Pasca Kejadian

Setelah peristiwa G30S/PKI rakyat menuntut Presiden Sukarno untuk membubarkan PKI. Sukarno kemudian memerintahkan Mayor Jenderal Soeharto untuk membersihkan semua unsur pemerintahan dari pengaruh PKI.

Soeharto bergerak dengan cepat. PKI dinyatakan sebagai penggerak kudeta dan para tokohnya diburu dan ditangkap, termasuk DN Aidit yang sempat kabur ke Jawa Tengah tapi kemudian berhasil ditangkap.Anggota organisasi yang dianggap simpatisan atau terkait dengan PKI juga ditangkap. Organisasi-organisasi tersebut antara lain Lekra, CGMI, Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia, Gerakan Wanita Indonesia dan lain-lain.Berbagai kelompok masyarakat juga menghancurkan markas PKI yang ada di berbagai daerah. Mereka juga menyerang lembaga, toko, kantor dan universitas yang dituding terkait PKI.

Pada akhir 1965, diperkirakan sekitar 500.000 hingga satu juta anggota dan pendukung PKI diduga menjadi korban pembunuhan. Sedangkan ratusan ribu lainnya diasingkan di kamp konsentrasi.

4. Diperingati Pada Zaman OrbaPada era pemerintahan Presiden Soeharto, G30S/PKI selalu diperingati setiap tanggal 30 September. Selain itu, pada tanggal 1 Oktober juga diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.Untuk mengenang jasa ketujuh Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa ini, Soeharto juga menggagas dibangunnya Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

5. Diabadikan dalam Film Propaganda

Pada tahun 1984, film dokudrama propaganda tentang peristiwa ini yang berjudul Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI dirilis. Film ini diproduksi oleh Pusat Produksi Film Negara yang saat itu dimpimpin Brigjen G. Dwipayana yang juga staf kepresidenan Soeharto dan menelan biaya Rp 800 juta.

Mengingat latar belakang produksinya, banyak yang menduga bahwa film tersebut ditujukan sebagai propaganda politik. Apalagi di era Presiden Soeharto, film tersebut menjadi tontonan wajib anak sekolah yang selalu ditayangkan di TVRI tiap tanggal 30 September malam.

Sejak Presiden Soeharto lengser pada tahun 1998, film garapan Arifin C. Noer tersebut berhenti ditayangkan oleh TVRI. Hal ini terjadi setelah desakan masyarakat yang menganggap film tersebut tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya.

tirto.id - Pemberontakan PKI 1926 dilakukan terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda. Peristiwa ini berlangsung pada malam pergantian tahun 1 Januari 1927 di Silungkang, Sumatera Barat, dan sekitarnya.

Gerakan PKI di Sumatera Barat ini kemudian disebut juga sebagai Pemberontakan Silungkang atau Pemberontakan Malam Tahun Baru.

Petrik Matanasi dalam “Hantu Komunisme yang Masih Saja Ditakuti" menulis, ketika masa pergerakan nasional, PKI diklaim sangat berani unjuk gigi dibanding partai lain.

Bahkan, pada 25 Desember mereka mengambil langkah penuh risiko dengan mengadakan Konferensi Prambanan, berlangsung di Yogyakarta.

Menurut Ruth T. Mcvey dan H. J. Benda dalam The Communism Uprisings Of 1926-1927 in Indonesia, Key Ducuments (1960:115), Said Ali, pemimpin PKI Sumatera Barat, datang sebagai wakil daerah Sumatera. Dari perundingan tersebut, pemberontakan terhadap pemerintah kolonial pun diagendakan.

Baca juga:

  • Sejarah Pemberontakan PRRI-Permesta di Sumatera dan Sulawesi
  • Pemberontakan Sadeng vs Majapahit: Dendam Kematian Nambi
  • DI-TII Kahar Muzakkar: Sejarah, Kronologi, Penumpasan

Latar Belakang Pemberontakan PKI 1926-1927

Dalam artikel “Pemberontakan PKI di Silungkung Tahun 1927" (2004:5) karya Nurhabsyah, terungkap beberapa rencana pemberontakan yang akan dijalankan oleh kelompok PKI di Sumatera Barat pada 26 Juli 1926. Akan tetapi, sebelum itu juga dilakukan beberapa aksi terlebih dahulu.

Beberapa langkah itu antara lain, menyebarluaskan Surat Edaran Komite Pusat PKI No.221 yang isinya perintah kepada masyarakat Padang untuk menyerahkan uang derma. Hasilnya, digunakan untuk membeli keperluan persenjataan para pemberontak.

Baca juga:

  • Sejarah Peristiwa PKI Madiun 1948: Latar Belakang & Tujuan Musso
  • Sejarah Pemberontakan Ranggalawe di Kerajaan Majapahit
  • Sejarah Kabupaten Tuban Bermula dari Ranggalawe vs Majapahit

Mereka juga menjalankan beberapa gerakan ilegal, seperti membangun sel hingga membentuk organisasi yang akhirnya menanamkan pengaruh besar di Sumatera Barat. Selain itu, mereka melakukan aksi propaganda di kalangan bawah, seperti buruh tani dan perkebunan.

Namun gerakan itu ternyata dapat diendus oleh Belanda. Pemerintah kolonial mengambil tindakan tegas dengan meluncurkan aksi penangkapan terhadap para petinggi PKI Sumatera Barat.

Abdul Muluk Nasution dalam Pemberontakan Rakyat Silungkang Sumatera Barat 1926- 1927 (1981:91) menjelaskan, secara bertahap beberapa tokoh PKI setempat ditangkap Belanda.

Beberapa nama seperti Said Ali, Idrus, Sarun, Yusup Gelar Radjo Kacik, Bagindo Ratu, dan Haji Baharuddin ditawan Belanda sebelum pemberontakan dilancarkan.

Baca juga:

  • Sejarah Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) & Tokohnya
  • Penyebab Sejarah Pemberontakan DI-TII Daud Beureueh di Aceh
  • Sejarah Pemberontakan Andi Azis: Penyebab, Tujuan dan Dampaknya

Peristiwa Pemberontakan PKI 1926-1927

Penangkapan para tokoh PKI di Sumatera Barat ini tidak membuat anggota lain gentar. Mereka tetap menjalankan aksi pemberontakan yang puncaknya terjadi pada malam hari tanggal 1 Januari 1927.

Pada 31 Desember, sebelum aksi benar-benar pecah, PKI sudah meluncurkan pergerakan di hari tersebut.

Kekuatan militer Belanda dapat membekuk fondasi inti PKI, yakni Rumuat dan pasukannya. Kelompok-kelompok PKI lain yang sudah dibagi tugas ternyata tetap menjalankan apa yang seharusnya mereka kerjakan.

Baca juga:

  • Sejarah Pemberontakan DI/TII Amir Fatah di Jawa Tengah
  • Sejarah Pemberontakan Nambi vs Majapahit: Mati karena Fitnah Keji
  • Fitnah Pemberontakan Lembu Sora dalam Sejarah Majapahit

Pukul 00.00 WIB, 1 Januari 1927, Pasukan Muara Kalaban yang ketika itu dipimpin Karim Maroko dan Muluk Chaniago berhasil menyerang Kantor Polisi Muara Kalaban dengan bom. Setelah itu, mereka langsung lari tunggang langgang karena ternyata polisi setempat bisa menandinginya.

Pertempuran ini sempat membuat pasukan PKI, Tarak-Tarutung-Tarung , yang sedikit lagi sampai di Sawah Lunto gentar. Bersama pasukannya, Abdul Muluk Nasution menyerah dalam genggaman satuan polisi Belanda.

Bukan hanya itu, di daerah lain seperti Tanjung Ampulu dan Padang Siberuk, juga diluncurkan gerakan pembunuhan dan pembakaran rumah terhadap terduga kaki tangan Belanda.

Pemberontakan Silungkang terbesar terjadi di tempat kumpul PKI, yakni Silungkang, Minangkabau, Sumatera Barat. PKI ketika itu membunuh para opsir Belanda, guru agama, dan pedagang emas yang diklaim melakukan kerja sama dengan pemerintah Belanda.

Baca juga:

  • Sejarah Runtuhnya Singasari dan Pemberontakan Jayakatwang
  • Sejarah Pemberontakan DI-TII Kartosoewirjo di Jawa Barat
  • Sejarah Pemberontakan Ra Kuti di Majapahit Ditumpas Gajah Mada

Akhir dan Dampak Pemberontakan PKI 1926-1927

Aksi pemberontakan ternyata membuat Belanda semakin awas terhadap pergerakan-pergerakan komunis di Indonesia (dahulu Hindia Belanda).

Pemberontakan Silungkang diklaim sebagai cikal bakal munculnya pasal-pasal karet yang tidak jelas takarannya.

Bahkan, aturan ini berdampak pada para pejuang pergerakan nasional yang ketika itu sedang mewujudkan cita-cita persatuan Indonesia.

Penyebabnya, seperti yang diungkapkan Slamet Muljana dalam Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan (2008), pasal tersebut mengandung kata yang maknanya multiinterpretasi (luas).

Baca juga:

  • Sejarah Runtuhnya Kerajaan Buleleng, Perang Bali I, & Silsilah Raja
  • Sejarah Masjid Gedhe Kauman: Simbol Akulturasi Kraton Yogyakarta
  • Kjokkenmoddinger: Sejarah & Fungsinya di Zaman Praaksara

Baca juga artikel terkait PARTAI KOMUNIS INDONESIA atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/agu)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Agung DH
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates