Berikan 5 contoh kesetaraan gender dalam lingkungan keluarga

Bisnis.com, JAKARTA  - Berdasarkan data The Global Gender Gap Index 2020 yang dirilis oleh World Economic Forum, kesadaran akan kesetaraan gender di Indonesia masih rendah. Salah satunya disebabkan oleh kurangnya edukasi tentang kesetaraan gender di masyarakat sejak usia dini.

Maka dari itu, ketika dewasa, masih ada stereotype yang melekat terhadap gender tertentu, terutama perempuan, dimana perempuan selalu diharapkan untuk bisa memasak dan mengurus dapur, sedangkan laki-laki sering dianggap tabu untuk memasak.

Namun hal tersebut tidak berlaku di keluarga Annisa Nur Erawan, yang merupakan seorang tenaga kesehatan yang pernah bertugas di RS Salamun Bandung dan sejak dua tahun belakangan ini terlibat untuk mengatasi Covid-19 di Indonesia.

Untungnya, Annisa mempunyai suami dan anak yang sudah sadar akan kesetaraan gender dalam keluarga. Profesi Annisa sebagai tenaga kesehatan mengharuskannya untuk membagi perhatian akan mengurus keluarga dan bekerja sebagai tenaga kesehatan.

"Untungnya, ketika pekerjaan saya sedang terasa berat, saya dibantu oleh istri dan anak laki-laki saya. Jadi kalau saya tinggal kerja, mereka nggak kelaparan banget, karena bisa masak sendiri," katanya.

Zafran, anak laki-laki Annisa, menyadari bahwa pekerjaan mengurus rumah tidak hanya urusan perempuan, tapi laki-laki juga bisa ikut membantu.

"Selama 2 tahun ini Ibu bekerja lebih keras karena pandemi Covid-19. Ibu kayaknya selalu terlihat capek. Tidak masalah. Saya senang bisa masak sendiri masakan yang simple, misal telur atau tahu, tinggal pakai kecap ABC," ujarnya.

Contoh lainnya terlihat dari pasangan selebritis, Titi Kamal & Christian Sugiono. Pasangan yang juga merupakan brand ambassador Kecap ABC ini terkenal dengan chemistry mereka dalam membangun keluarga. Christian menunjukan support-nya kepada Titi dalam keluarga dengan cara membantu memasak di dapur, tanpa takut akan anggapan bahwa memasak hanya untuk perempuan.

Dalam rangka memperingati Hari Kesetaraan Perempuan, Kecap ABC meluncurkan kampanye #SuamiIstriMasak, sebagai salah satu edukasi kesetaraan gender.

Edukasi ini juga ditujukan kepada anak laki-laki dalam keluarga, yang nantinya diharapkan akan menjadi suami yang sadar akan kesetaraan gender.

Berkolaborasi dengan Kecap ABC, pasangan ini juga mendukung suami dan istri untuk masak bersama, dengan mempromosikan hashtag #SuamiIstriMasak di media sosial.

Hal ini sejalan dengan komitmen PT Heinz ABC Indonesia, melalui Kecap ABC untuk mewujudkan semangat kesetaraan gender di Indonesia.

"Heinz ABC percaya bahwa penting untuk mendidik dan mendorong generasi muda demi memiliki pemahaman tentang kesetaraan gender, yang akan menjadi salah satu modal besar mereka ketika mereka mulai membangun keluarga sendiri di masa depan," ungkap Mira Buanawati, Head of Legal & Corporate Affairs Kraft Heinz Indonesia & PNG dalam keterangan tertulisnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Berikan 5 contoh kesetaraan gender dalam lingkungan keluarga

Berikan 5 contoh kesetaraan gender dalam lingkungan keluarga

Berikan 5 contoh kesetaraan gender dalam lingkungan keluarga

Berikan 5 contoh kesetaraan gender dalam lingkungan keluarga
Ilustrasi keluarga bahagia. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Kemitraan peran gender dalam keluarga merupakan syarat mutlak awal terjadinya pelaksanaan fungsi keluarga. Tugas keluarga akan terasa ringan apabila dikerjakan dengan tulus dan ikhlas disertai dengan perencanaan bersama antara suami-istri.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Susana Yembise, mengatakan kesetaraan gender merupakan kunci terciptanya keharmonisan dalam keluarga sehingga dapat mendidik anak-anak untuk menjadi sumber daya manusia (SDM) unggul.

"Kemitraan peran gender antara suami istri dalam pembagian peran dan pengambilan keputusan akan mempermudah dalam melakukan semua fungsi keluarga. Oleh karena itu, kemitraan peran gender antara suami istri akan membentuk keharmonisan keluarga," kata Yohana.

Menurutnya, kesetaraan gender dalam relasi keluarga menjadi salah satu fondasi dalam mewujudkan ketahanan keluarga. Kesetaraan gender dapat dilakukan melalui pembagian peran suami dan istri dalam mengerjakan aktivitas kehidupan keluarga, termasuk praktik pengasuhan dalam rangka perlindungan anak.

Ketahanan keluarga diindikasikan sebagai kecukupan dan kesinambungan akses terhadap pendapatan dan sumberdaya, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan dasar, termasuk di dalamnya adalah kecukupan akses terhadap pangan, air bersih, pelayanan kesehatan, kesempatan pendidikan, perumahan, waktu untuk berpartisipasi di masyarakat, dan integrasi sosial.

"Melalui kemitraan gender dalam keluarga, maka tujuan keluarga akan tercapai dengan lebih sistematis, terencana, dan efektif. Jadi, siapa mengerjakan apa disebut sebagai pembagian peran gender dalam keluarga yang berkaitan dengan status, kegiatan, fungsi, tugas, kedudukan, kebutuhan dan tanggung jawab, baik laki-laki maupun perempuan," ujar Yohana.

Yohana mengatakan sejumlah pendekatan kesetaraan gender dalam keluarga dapat dilakukan antara lain dengan membiasakan kerja sama dalam menjalankan peran antara anggota keluarga, kerja sama antara anak dan orang tua dalam melakukan tugas, dan kewajiban keluarga, kerja sama antar saudara kandung dalam mengerjakan tugas keluarga sehari-hari, kerja sama anak dengan teman sekolah dan teman tetangga dalam bermain atau bersosialisasi, kerjasama anak dengan keluarga besar dan pihak lainnya.

Kemudian, menggalang kemitraan gender dalam manajemen keuangan, manajemen waktu dan pekerjaan, manajemen rumah dan pekarangan secara terbuka dan transparan, tidak melakukan marginalisasi baik suami atau istri, tidak melakukan subordinasi baik suami atau istri. Dalam mewujudkan kesetaraan gender, maka tidak melakukan labelisasi atau stereotype, baik suami atau istri, tidak melakukan kekerasan baik kepada suami atau istri atau anak, serta tidak mengeksploitasi beban kerja ganda baik kepada suami atau istri.

KOMPAS.com – Saat ini Indonesia sedang ramai dengan perbincangan isu kesetaraan gender. Hal ini juga terjadi karena banyaknya hal-hal yang dapat dikatakan merugikan wanita, seperti kekerasan dan diskriminasi.

Kesetaraan ini juga seperti yang dijelaskan Donna Suwita Hardiyani, Kepala Divisi Kedaulatan Perempuan untuk Seksualitas Solidaritas Perempuan, terjadi dalam ranah rumah tangga.

“Kalau dilihat dari rumah tangga bisa dilihat bagaimana perannya istri,” ucapnyausai acara Seminar Publik: Akuntabilitas Pelibatan Laki-laki dalam Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Jakarta, Senin (5/12/2016).

Dia melanjutkan, biasanya saat di rumah, pria merasa sebagai orang yang mencari nafkah dan wanita adalah yang mengurus segala hal di dalam rumah.

Secara tradisional, peran suami dan istri memang seperti itu. Akan tetapi, pengasuhan anak sebenarnya tidak bisa hanya diberatkan kepada wanita.

Pengasuhan anak ini juga seharusnya menjadi tanggung jawab pria dan harus dilakukan bersama-sama.

Lalu, sebagai contoh lainnya adalah proses pengambilan keputusan.

Dalam ranah rumah tangga, biasanya seorang Ayah yang mengambil keputusan. Akan tetapi, pengambilan keputusan juga perlu dibicarakan bersama istri dan juga anak-anak.

“Jadi pembagiannya, wanita tidak hanya di ruang domestik dan pria yang berada di ruang publik. Pria dan wanita punya akses dan kontrol yang sama,” tambahnya.

Dengan demikian, wanita yang memiliki beban ganda juga bisa merasa setara dengan suaminya sehingga rumah tangga bisa berjalan harmonis.

Kesetaraan dalam ranah rumah tangga ini juga merupakan bagian yang terkecil. Donna berharap setelah bagian terkecil ini berhasil, maka akan berdampak pada bagian yang lebih luas.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.