Perkutut merupakan burung yang sangat populer di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Suaranya yang merdu dan menenangkan menjadikan perkutut digemar berbagai kalangan sebagai hewan peliharaan. Oleh sebagian orang, burung perkurut disangkut pautkan dengan hal-hal yang berbau mistis. Sebagian orang lainnya menyebut, perkutut sebagai jenis burung yang rajin bunyi. Burung perkutut termasuk dalam famili Columbidae. Ia tersebar di berbagai belahan dunia seperti Thailand, Malaysia, Philipina, Laos dan Australia. Habitat perkutut adalah lahan pertanian, semak-semak, taman, tepian sungai, kaki perbukitan dan pekebunan. Populasi perkutut di alam liar masih bagus, bahkan saat ini banyak peternak perkutut di berbagai wilayah Indonesia, khususnya di Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Banyaknya peternak perkutut ini dikarenakan permintaan akan burung ini cukup tinggi. Harga burung perkutut antara Rp. 100.000 – 5.000.000 per ekor. Variasi harga perkutut sesuai dengan jenis dan kualitas burung perkutut. Semakin langka jenis burung perkutut, semakin mahal harganya. Melihat harga jual perkutut yang cukup tinggi, burung perkutut memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Hal tersebut menjadikan peluang usaha ternak perkutut sangat menjanjikan. Pendahuluan Ternak Burung PerkututNama latin burung perkutut adalah Geopelia striata dan dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Barred ground dove. Ia merupakan burung yang biasa hidu di dataran rendah, perkebunan, lahan pertanian dan di taman-taman atau area terbuka yang dekat dengan pemukiman penduduk. Burung perkutut termasuk burung omnivora, pemakan segala baik hewani seperti segala jenis serangga kecil maupun nabati berupa biji-bijian. Namun, agar nutrisi yang dibutuhkan burung perkutut yang anda ternak dapat terpenuhi dengan baik, sebaiknya juga diberi voer yang diproduksi oleh pabrik. Menurut Muthi Muftihah, ahli taksonomi hewan dari Jakarta. Klasifikasi burung perkutut adalah sebagai berikut : Kerjaan (Kingdom) : Animalia Phylum : Chordata Ordo : Columbiformes Genus : Geopelia Kelas : Aves Famili : Columbidae Spesies : Geopelia striata
ASKARA - Hobi yang mengasyikkan sekaligus bisnis yang menggiurkan. Itulah beternak perkutut. Bagaimana agar kita tidak salah jalan dalam beternak perkutut ? 1. Sekolah Dulu Beli dulu yang murah-murah sembari belajar dan memahami berbagai aspek suara perkutut. Belilah piyik lalu peliharalah sampai dewasa. Tujuannya, agar faham betul, bila sewaktu piyik kualitasnya demikian setelah dewasa berubah demikian. Setelah mulai paham sekolahnya baru ditingkatkan. Setarakan antara kekuatan modal dengan ilmu yang ada. 2. Pelajari Darah (Blood Line) Dengan mempelajari aliran darah yang mengalir pada seekor perkutut, minimal kita masih bisa selamat. Agar makin paham dengan darah darah beken, sebaiknya ikuti silsilah setiap jawara. Setelah paham betul sampai kakek buyut para jawara, barulah berburu piyik berbakat atau calon indukan bermasa depan. 3. Nonton Konkurs atau Latihan 4. Memilih Peternak Berdasarkan keyakinan akan kemampuan diri ada baiknya Anda untuk menerobos semua peternak yang Anda ketahui alamatnya. Nongkronglah di sana minimal dua jam untuk memperhatikan indukan yang peternak bersangkutan ternakan. Juga piyik-piyik produksi mereka plus darah-darah yang mereka ternak. Peternak yang belum mapan, antara lain ditandai dengan variatifnya merk bibit yang mereka ternakkan. Ini juga pertanda bahwa peternak yang bersangkutan masih dalam tahap mencari bentuk. Bila menemui peternak demikian, sebetulnya kesempatan buat Anda untuk merogoh produk terbaik mereka. Karena yang mereka ternakkan masih F/1, biasanya mereka kurang kontrol akan produknya karena variatifnya, kualitas dan tiadanya ciri khas. Carilah kelengahannya, kemudian sabet yang Anda incar. Coba tanyakan satu persatu kandang favorit atau kandang lainnya bagaimana kualitas bibit yang diternak. Misalnya kandang 1, bapaknya jalan bagaimana ibunya bagaimana. Peternak yang serius akan dengan mudah menjawab pertanyaan demikian karena dia betul-betul memantau indukan sebelum diternakan. 5. Memilih Calon Indukan Yang jelas, biar bersuara besar (nada rendah) atau kecil (nada tinggi) ketukannya haruslah jelas didengar. Atau biasa diistilahkan tebal dan tipisnya suara. Jarak antar ketukan juga harus agak renggang atau biasa diistilahkan lelah atau senggang. Tapi bila terlalu senggang juga amat membahayakan, seringkali malah patah atau tidak sampai. Jalan suara juga penting. Misalnya Tripel dobel, engkel, satu setengah dan seterusnya. Selain faktor di atas dalam mencari indukan sekali lagi ada baiknya juga untuk memperhatikan faktor darah yang mengalir di tubuh perkutut yang bersangkutan. 6. Belajar Crossing Bila ini jalan pintas seperti yang sekarang banyak dilakukan peternak adalah mem-foto copy kandang favorit atau kandang yang telah melahirkan juara. Memang tak seluruhnya proses foto copy tersebut berhasil. Bahkan sedikit yang berhasil sukses. Cara ini banyak dilakukan oleh peternak. Dan uniknya anak-anak copy-an tersebut juga laris manis. Mungkin bagi para pembeli lebih baik membeli foto copy-an yang lebih murah daripada yang asli. 7. Siapkan Kandang Kandang tersebut bisa saja dibangun dengan konstruksi kayu, aluminium atau besi. Tergantung kekuatan dompet kita. Bisa dibangun di atas tanah atau lantai atas rumah kita. Bisa juga di halaman sempit atau lahan luas. Kalau bisa lokasi kandang jangan terlalu sepi atau jarang dikunjungi atau dilewati orang sebab semakin sepi dan jauh dari manusia akan makin kurang produktif. Mungkin perkutut akan merasa aman dan nyaman bila sering bertatap muka dengan manusia. Dengan demikian sebaiknya lokasi kandang jangan terlalu berisik misalnya dekat bengkel, dekat tempat latihan band dan lain-lain. Perkara hewan peliharaan misalnya anjing lama-lama juga akan beradaptasi tapi kucing adalah hewan yang paling ditakuti perkutut karena itu usahakan agar lokasi kandang tidak sering dikunjungi oleh kucing. 8. Memasukkan ke Kandang Perhatikan bila sudah mulai jodoh dan kawin-kawin menjelang bertelur, keduanya akan mencari benda apa saja untuk bisa dipakai untuk buat sarang. Yang paling ideal untuk dipakai adalah daun cemara kering atau akar rumput yang sudah kering. 9. Manajemen Kandang Catat kapan tanggal bertelurnya dan kapan menetasnya. Perkutut mengerami telurnya selama kurang lebih 14 hari. Sebaiknya catatan di secarik karton bekas tadi ditempatkan di bagian luar kandang (bisa di mana saja). Bila ingin lebih produktif bisa memanfaatkan jasa puter untuk meloloh piyik dengan catatan piyiknya baru dipindah ke puter yang juga harus tengah mengeram. Setelah piyik tersebut berusia sekitar 7 hari atau setelah diberi cincin. Bila terlalu kecil dikhawatirkan mati terinjak puter. Sebaliknya bila terlalu besar atau sudah mulai belajar terbang, bulu mulai lengkap, piyik tadi ogah diloloh dan dirawat puter. 10. Memantau Piyik Proses pemantauan sampai dewasa, tak hanya untuk anak pertama tapi kalau bisa hingga ke anak ketiga. Bila rata-rata lumayan bagus bisa diteruskan, sebaliknya bila rata-rata kurang bagus bongkar kandang, ganti jantan atau betinanya yang dirasa kurang. Nunu Nugraha |