Bangsa Indonesia mengenal olahraga senam ketika berlangsung pesta olahraga GANEFO 1 di

Bangsa Indonesia mengenal olahraga senam ketika berlangsung pesta olahraga GANEFO 1 di

Bangsa Indonesia mengenal olahraga senam ketika berlangsung pesta olahraga GANEFO 1 di
Lihat Foto

KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pesenam artistik putri Indonesia, Rifda Irfanaluthfi melakukan lompatan nomor balok keseimbangan di Rizal Coliseum Stadion RSMC Nino Aquino, Manila, Filipina, Rabu (4/12/2019). Rifda Irfanaluthfi menyumbang medali perak di nomor balance beam putri dengan total skor sebesar 7.033.

KOMPAS.com - Kegiatan senam sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Senam sudah muncul dari zaman Yunani kuno hingga Mesir kuno.

Kata senam berasal dari bahasa Inggris gymnastics. Dikutip dari Encyclopaedia Britannica, istilah gymnastic berasal dari bahasa Yunani Kuno "gymnos".

Kata gymnos dalam olahraga senam berasal dari bahasa yunani yang artinya latihan dengan "telanjang".

Sementara itu, kata kerja dari "gymnos" adalah "gymnazo" yang secara umum bisa diartikan "berlatih dalam keadaan telanjang" yang kemudian berkembang menjadi "untuk berlatih, untuk berolahraga".

Adapun tempat untuk latihan senam disebut gymnasium.

Senam atau gymnastics sudah dilombakan sejak pesta olahraga Olimpiade modern pertama digelar pada 1896 di Athena, Yunani.

Baca juga: Gerak Pemanasan dan Pendinginan Senam Irama

Sejarah Senam di Indonesia

CH. Fajar Sriwahyuniati, M.Or, dkk, dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Senam Lantai (2019), menjelaskan bahwa senam pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1912, pada masa kolonialisme Belanda.

Bersamaan dengan ditetapkannya pendidikan jasmani sebagai pelajaran wajib di sekolah-sekolah, senam juga menjadi bagian dari materi pendidikan jasmani tersebut.

Versi senam yang pertama kali diperkenalkan adalah versi sistem senam negara Jerman.

Baca juga: 5 Ragam Gerakan Senam Lantai

Sistem ini menekankan pada kemungkinan gerak yang variatif sebagai alat pendidikan.

Kemudian pada tahun 1916, sistem tersebut digantikan menggunakan sistem Swedia.

Sistem dari Swedia ini adalah sistem yang menekankan pada manfaat gerak yang diperkenalkan oleh salah satu perwira kesehatan dari angkatan laut kerajaan Belanda, bermana Dr. H. F. Minkema.

Pada tahun 1942, saat Jepang masuk ke Indonesia, kegiatan senam dilarang di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Baca juga: Unsur-unsur Gerakan Senam Lantai

Jepang pun menggantikan kegiatan senam dengan "Taiso".

Taiso merupakan sejenis senam pagi (kalistenik) yang harus dilaksanakan di setiap sekolah sebelum pelajaran di mulai dengan diiringi radio dan disiakan secara serentak.

Kegiatan Taiso sendiri tidak bertahan lama di Indonesia. Sebab, pada zaman kemerdekaan, Taiso ditentang oleh masyarakat Indonesia.

Dengan penolakan tersebut, semua warisan pemerintah Belanda akhirnya dipakai kembali di sekolah-sekolah.

Baca juga: Senam Lantai: Pengertian, Jenis, Ragam Gerakan, dan Manfaatnya

Pada 14 Juli 1963, organasisasi senam di Indonesia lahir. Organisasi tersebut diberi nama Persatuan Senam Indonesia, disingkat Persani.

Persani dibentuk atas inisiatif tokoh-tokoh olahraga se-Indonesia yang menangani dan memiliki keahlian pada cabang olahraga senam.

Tokoh-tokoh olahraga Indonesia yang membentuk Persani berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Sumatera Utara.

Persani kemudian membina dan menghasilkan atlet-atlet senam yang bisa tampil pada GANEFO (Games of The New Emerging Forces) I yang digelar pada 10-22 November 1963.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber gambar: berdikarionline.com

Sebuah Catatan Sejarah: GANEFO yang Terlupakan
Kepanjangan dari GANEFO adalah The Games of the New Emerging Forces, atau yang dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai 'Ajang Pesta Olah Raga Negara-negara Berkembang'. Sejarah bangsa dan negara Indonesia wajib diketahui bukan hanya oleh orang-orang yang terlahir di zaman terjadinya peristiwa bersejarah, tetapi juga bagi generasi muda bangsa yang baru terlahir di kemudian hari.

Baik ataupun buruk, setuju ataupun tidak, catatan sejarah tidak boleh dihapus ataupun dilupakan. Karena sebuah bangsa akan menjadi besar dan bertambah dewasa dalam bersikap, bilamana mau belajar dari sejarah bangsanya sendiri. Agar meniru yang baik dan jangan pernah mengulangi bila sejarah yang ditorehkan oleh para pendahulunya tidak berguna bagi nusa dan bangsa. 

Karena bangsa yang melupakan sejarah negerinya sendiri akan menjadi generasi yang mengambang, yang tidak berpijak pada tempat hidup yang kokoh. Salah satu hal besar yang terlupakan ataupun dilupakan adalah bahwa di Indonesia pernah berlangsung kompetisi olah raga dunia yang bernama GANEFO. Perjalanan waktu dan perubahan iklim politik telah ikut mengaburkannya. Dan lama kelamaan sepotong demi sepotong sejarah bangsa Indonesia pun bisa pupus dari ingatan generasi tua dan tidak lagi dikenal generasi muda bila tidak ada lagi yang mau mengingatkannya.

Sekilas GANEFO
Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang pertama, menginiasi kelahiran pesta olahraga negara negara berkembang ini, yang secara mendunia dikenal sebagai GANEFO atau the Games of the New Emerging Forces. Pesta olahraga ini dibentuk pada akhir tahun 1962 sebagai tandingan Olimpiade. GANEFO dilangsungkan pada tanggal 10 -22 November tahun 1963 di Jakarta. Penyelenggaraan GANEFO berakibatkan tidak diizinknnya Indonesia untuk mengikuti Olimpiade tahun 1964 di Tokyo. GANEFO mengambil semboyan Onward! No Retreat (Maju Terus! Pantang Mundur).

Poster GANEFO. Sumber gambar: mmzrarebooks.blogspot.co.id/

Perangko Games of the New Emerging Forces - 10 November 1963
Tahun 1963, saya lulus dari SMA Don Bosco dan dengan bersusah payah mengumpulkan uang untuk membeli perangko First Day of Issue November 10, 1963 dari Ganefo I ini. Bersamaan dengan first day cover ini, ada penjelasan singkat tentang sejarah GANEFO. Perangko dijual dengan harga yang beragam, mulai dari Rp 6, Rp 10. Rp 12 dan Rp 25 yang disatukan pada Sampul Hari Pertama Ganefo ini. Pada sampul kedua sebagaimana yang tertera pada gambar yang terposting, perangkonya dijual dengan harga Rp 1.25, Rp 1.75, Rp 4 dan Rp 50.

Dokumentasi tjiptadinata effendi

keterangan foto: Perangko the Games of the New Emerging Forces ini saya beli tahun 1963 dan masih tersimpan utuh hingga kini,setelah 53 tahun berlalu/ Dokumentasi tjiptadinata effendi

Berapa sih harga jual koleksi perangko The First Day of Issue dari GANEFO ini? Iseng-iseng saya coba searching di google, harganya kini mencapai jutaan rupiah. Hmmm, asyik. Perangko ini dilukis oleh Junalies, S. Soemarsono, Soeroso dan dicetak di PN Pertjetakan Kebayoran di Djakarta.

Ada secarik kertas yang berisikan keterangan singkat tentang Ganefo ini, yakni bahwa Ganefo I ini diikuti oleh lebih dari 2000 atlet dari 51 negara Asia -Afrika-Eropa dan Amerika Latin. Di antaranya adalah Afghanistan, Albania, Aljazair, Arab Saudi, Republik Arab Bersatu (sekarang Mesir dan Suriah), Argentina, Belanda, Belgia, Bolivia, Brasil, Bulgaria, Cekoslovakia, Chili, Tiongkok, Republik Dominika, Filipina, Finlandia, Guinea, Hungaria, Indonesia, Irak, Italia, Jepang, Jerman Timur, Kamboja, Korea Utara, Kuba, Laos, Lebanon, Mali, Maroko, Meksiko, Mongolia, Myanmar, Nigeria, Pakistan, Palestina, Polandia, Prancis, Rumania, Senegal, Somalia, Sri Lanka, Thailand, Tunisia, Uni Soviet, Uruguay, Vietnam Utara, dan Yugoslavia.

Dokumentasi tjiptadinata effendi

Setelah melalui persiapan dan perjuangan berat, dalam penyelenggaraan GANEFO yang sukses dilaksanakan di Jakarta, prestasi Indonesia pun cukup membanggakan di ajang GANEFO ini, yakni menempati urutan ketiga, setelah RRT dan USSR, dengan perolehan 21 emas, 25 perak dan 35 perunggu. Setelah GANEFO I terselenggara, berikut adalah sejarah penyelenggaraan GANEFO II dan III.
  • GANEFO II (1966)
    Awalnya GANEFO II akan diadakan di Kairo, Republik Arab Bersatu pada 1967. Namun karena pertimbangan politik, akhirnya dipindahkan ke Phnom Penh, Kamboja pada 25 November-6 Desember 1966.
  • GANEFO III (1970, batal dan bubar)
    Awalnya GANEFO III direncanakan akan diselenggarakan pada tahun 1970 di Beijing, Tiongkok. Namun Beijing membatalkan niatnya dan diserahkan ke Pyongyang, Korea Utara. Tetapi GANEFO III tidak pernah diadakan dan kemudian dibubarkan.

Sumber: edaran dalam sampul First Day of Issue November, 1963 yang diterbitkan oleh Kantor Pos Indonesia dan https://id.wikipedia.org

Kemayoran, 8 November, 2016

Tjiptadinata Effendi

Hari Olahraga Nasional yang diperingati setiap tanggal 9 September dilatarbelakangi oleh penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) 1948. Tujuan diadakannya ajang tersebut adalah untuk memupuk semangat nasionalisme masyarakat Indonesia yang saat itu baru merdeka.

Melalui pertandingan olahraga, para atlet diajak untuk menunjukkan semangat persatuan bangsa. Pandangan inilah yang membuat Presiden Soekarno menegaskan bahwa olahraga selalu terkait dengan proyek-proyek kebangsaan untuk mengembangkan nasionalisme.

Alasan ini yang membuat penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta harus berurusan dengan Asian Games Federation (AGF) dan International Olympic Committee (IOC). Penyebabnya adalah panitia Asian Games IV menolak kehadiran Taiwan dan Israel sebagai peserta karena menghormati China dan negara-negara Arab atas konflik di masing-masing negara.

Konflik yang berujung pada skors yang diberikan AGF dan IOC kepada Indonesia tidak membuat gentar Presiden Soekarno. Malahan dengan berani Soekarno menyerukan untuk membuat pesta olahraga setara olimpiade dengan mengundang negara-negara yang baru merdeka.

Presiden Soekarno mencetuskan Games of The New Emerging Forces (Ganefo). Mereka yang ikut dalam Ganefo merupakan negara-negara baru sesuai dengan istilah The New Emerging Forces (Nefo) ciptaan Presiden Soekarno.

Ganefo merupakan jawaban dari Indonesia bahwa negara-negara baru yang anti imperialisme dapat menyelenggarakan pesta olahraga setara olimpiade. Meskipun Ganefo berumur pendek, namanya tetap terkenang sebagai nama monumen api abadi di Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah.

1962

Bangsa Indonesia mengenal olahraga senam ketika berlangsung pesta olahraga GANEFO 1 di
Pembukaan Asian Games IV Jakarta 1962. (IPPHOS)

24 Agustus–4 September 1962
Asian Games IV yang diadakan di Jakarta tidak mengundang Taiwan dan Israel untuk menghormati China dan negara-negara Arab atas konflik negara-negara tersebut. Keputusan inilah yang membuat Dutt Sondhi Wakil Presiden AGF mempermasalahkannya.

17 September 1962
International Amateur Athletic Federation (IAAF) dan IOC mengancam untuk tidak mengakui Asian Games IV di Jakarta karena Indonesia melibatkan urusan politik dalam pesta olahraga.

11 Oktober 1962
IAAF melayangkan surat yang isinya memberikan pilihan kepada Indonesia untuk tetap berada dalam organisasi IAAF atau memilih keluar. Namun, Indonesia tetap memilih untuk keluar sebagai konsekuensi atas konflik di Asian Games IV.

3 November 1962
Presiden Soekarno di Istana Merdeka menyatakan bahwa AGF tidak mencerminkan semangat dari Konferensi Asia-Afrika 1955 yang anti imperialisme. Oleh sebab itu, Presiden Soekarno mencetuskan untuk membuat pesta olahraga yang terdiri dari negara-negara Nefo sebagai bentuk perlawanannya. Gagasan tersebut menjadi titik mula dibentuknya Ganefo.

1963

7 Februari 1963
IOC dan AGF memutuskan untuk menunda partisipasi Indonesia dalam ajang Olimpiade Tokyo 1964. Indonesia dianggap melanggar peraturan IOC dengan mencampuradukkan masalah politik dalam pesta olahraga.

13 Februari 1963
Dalam Konferensi Besar Front Nasional, Presiden Soekarno memerintahkan agar Indonesia keluar dari IOC. Menteri Olahraga Maladi mengirimkan pesan ke IOC yang sedang bersidang di Swiss. Saat itu juga Presiden Soekarno mengundang negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin, dan negara-negara sosialis untuk bergabung dalam Ganefo.

24 April 1963
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 74 tahun 1963 tentang Pembentukan Komite Nasional Ganefo dan Keputusan Presiden Nomor 75 tahun 1963 tentang Pembentukan Staf Presiden Urusan Ganefo. Komite Nasional Ganefo ini bertugas untuk mempersiapkan dan melaksanakan penyelenggaraan Ganefo I di Jakarta. Sedangkan, Staf Presiden Urusan Ganefo diberikan kewenangan untuk mengambil keputusan terkait penyelenggaraan Ganefo sesuai dengan kebijakan umum presiden.

27–29 April 1963
Konferensi persiapan untuk Ganefo diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta. Dari 17 negara yang diundang, 12 negara mengirimkan perwakilannya. Negara-negara yang hadir adalah Republik Rakyat Tiongkok (China), Republik Uni Soviet Sosialis, Pakistan, Guinea, Indonesia, Kamboja, Irak, Vietnam Utara, Mali, dan Republik Persatuan Arab (Mesir dan Suriah). Sri Lanka dan Yugoslavia hadir sebagai negara peninjau. Dalam konferensi tersebut disetujui Ganefo I pada 10–22 November 1963 di Jakarta.

9 September 1963
Komite Nasional Ganefo menetapkan 20 cabang olahraga yang akan dipertandingkan, yaitu panahan, atletik, bulutangkis, bola basket, tinju, balap sepeda, anggar, sepak bola, senam, hoki, judo, menembak, renang-loncat indah, tenis meja, tenis, bola voli, polo air, angkat besi, gulat, dan lomba layar.

28 September 1963
Diperkenalkan lambang Ganefo berupa bundaran dunia berwarna biru yang di dalamnya terdapat 12 bendera berwarna kuning dengan tiang hitam melambangkan 12 negara penggagas Ganefo. Pada bagian bawah terdapat sebuah semboyan Onward! No Retreat (Maju Terus! Pantang Mundur).

Bangsa Indonesia mengenal olahraga senam ketika berlangsung pesta olahraga GANEFO 1 di
Upacara Pembukaan Ganefo I di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta (10/11/1963). (IPPHOS)

10–22 November 1963
Ganefo I di Jakarta diikuti oleh 51 negara yang berasal dari benua Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Dalam penyelenggaraan perdana ini, sejumlah rekor terpecahkan. China dikukuhkan sebagai juara umum, di tempat kedua Indonesia, dan di tempat ketiga disusul oleh Uni Soviet

24–25 November 1963
Diadakan Kongres Ganefo I di Jakarta sebagai bentuk untuk mempertemukan negara peserta yang juga tergabung dalam Nefo. Kongres Ganefo I menghasilkan beberapa keputusan, seperti penyelenggaraannya empat tahun sekali, pembentukan organisasi Ganefo yang tetap, dan penetapan Kairo Republik Persatuan Arab sebagai tuan rumah Ganefo II pada tahun 1967.

1965

7–9 Juli 1965
Menteri Olahraga Maladi mengikuti Sidang Presidium Ganefo II di Kairo. Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi Republik Persatuan Arab dalam persiapannya sebagai tuan rumah Ganefo II. Maladi, yang juga menjabat Ketua Federasi Ganefo, mengatakan pada Ganefo II akan diundang negara-negara Afrika, yang sudah maupun yang belum merdeka, seperti Kongo, Angola, dan Afrika Selatan.

21 September 1965
Sidang Dewan Federasi Ganefo berlangsung di Peking (Beijing), China dengan peserta dari 40 negara Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Sidang ini merupakan yang kedua dari Dewan Federasi Ganefo sejak didirikan tahun 1963. Sidang membahas tentang persiapan Ganefo II di Kairo 1967.

25 September 1965
Sidang Dewan Federasi Ganefo membentuk Komite Ganefo Asia sebagai cita-cita mengembangkan Ganefo di Benua Asia. Anggota eksekutif komite ini adalah Palestina, Kamboja, Sri Lanka, China, Indonesia, Irak, Korea Utara, Pakistan, dan Vietnam Utara. China terpilih sebagai ketua komite, sementara Pakistan dan Korea Utara sebagai wakil ketua. Sidang juga memutuskan untuk mengadakan Ganefo Asia I pada tahun 1966.

5 Desember 1965
Organizing Committee Asian Games di Bangkok, Muangthai (Thailand) membicarakan rencana pencegahan terhadap para atlet yang mengikuti Ganefo Asia I untuk dilarang ikut dalam Asian Games V Bangkok tahun 1966. Dalih yang mereka pakai adalah bahwa Ganefo tidak diakui oleh IOC.

1966

10 Januari 1966
Menteri Olahraga Maladi bersama delegasi Indonesia mengikuti konferensi persiapan Ganefo Asia di Phnom Penh, Kamboja.

1 Februari 1966
Menteri Olahraga Maladi dalam keterangan persnya di Istana Merdeka menyampaikan bahwa Ganefo Asia akan berlangsung tanggal 25 November – 6 Desember 1966 di Phnom Penh, Kamboja.

25 Mei 1966
Kamboja menargetkan 20 negara peserta akan turut meramaikan Ganefo Asia. Sebanyak 14 negara menyatakan kesediaannya sebagai peserta Ganefo Asia. Di sisi lain, Birma (Myanmar) menyatakan tidak turut. Begitu pun Jepang menolak ikut Ganefo Asia karena dilarang oleh Komite Olimpiade Jepang.

26 Mei 1966
Departemen Olahraga Indonesia mulai memanggil para atlet untuk menjalani pemusatan latihan nasional di Jakarta untuk menyambut pagelaran Ganefo Asia I.

7 Juni 1966
Menanggapi permintaan Jepang agar Indonesia tidak turut dalam Ganefo Asia I, Menteri Luar Negeri Adam Malik menjelaskan, Indonesia akan tetap turut dalam Ganefo Asia. Hal ini disampaikan oleh Adam Malik di mana Indonesia merupakan pendiri dan sponsor utama Ganefo Asia. Indonesia juga akan berpartisipasi dalam Asian Games V di Bangkok yang diselenggarakan pada tahun 1966 juga.

16 September 1966
Komite Nasional Ganefo dalam Dewan Olahraga RI yang dibentuk tahun 1963 secara resmi dibubarkan oleh pemerintah. Namun, Dirjen Olahraga Indonesia Kol. Sukamto Sajidiman menegaskan Indonesia tetap memberikan sokongan kepada Ganefo.

28 Oktober 1966
Indonesia secara resmi mengikuti Asian Games V di Bangkok. Hal ini menunjukkan Indonesia akan mengikuti dua ajang olahraga internasional, yakni Ganefo Asia I dan Asian Games V.

17 November 1966
Indonesia mengumumkan kontingennya yang akan dikirim untuk mengikuti Ganefo Asia I di Phnom Penh dan Asian Games V di Bangkok. Untuk Ganefo Asia I akan dikirim 33 atlet putra dan 17 atlet putri. Sedangkan, untuk Asian Games V akan dikirim 78 atlet putra dan 25 atlet putri. Selain itu, juga terdapat perwakilan Indonesia untuk mengikuti konferensi Ganefo dan Asian Games.

25 November – 6 Desember 1966
Ganefo Asia I diselenggarakan, diikuti oleh 16 negara peserta dengan mempertandingkan 26 cabang olahraga. China menduduki peringkat pertama sekaligus dikukuhkan sebagai juara umum, tempat kedua diisi oleh Korea Utara, dan Kamboja di posisi ketiga.

8–9 Desember 1966
Sidang tahunan III dari Dewan Eksekutif Federasi Ganefo di Phnom Penh memutuskan Ganefo II diadakan di Beijing, China pada September 1967. Pergantian tuan rumah ini berdasarkan laporan dari perwakilan Republik Persatuan Arab yang menyatakan bahwa Kairo kesulitan dalam mempersiapkan Ganefo II.

1967

30 Maret 1967
Negara-negara anggota Ganefo menyangsikan keamanan China sebagai tuan rumah Ganefo II. Hal ini disebabkan karena kondisi China yang sedang genting akibat Revolusi Kebudayaan. Indonesia pun juga mempertimbangkan keamanan China sehingga ragu untuk mengirimkan utusannya ke China.

20 Desember 1967
Pihak Dirjen Olahraga Indonesia menyatakan Ganefo sudah tidak bermanfaat, sehingga akan dilakukan pembicaraan dalam sidang MPRS agar Indonesia tidak akan terlibat lagi dalam Ganefo.

1968

Bangsa Indonesia mengenal olahraga senam ketika berlangsung pesta olahraga GANEFO 1 di
Kliping pemberitaan KOMPAS tentang pencabutan sumber hukum berdirinya Ganefo oleh KONI melalui sidang MPRS.

26–29 Februari 1968
Rapat paripurna Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) memutuskan untuk mencabut secara konstitusional dan sumber hukum berdirinya Ganefo. Hal ini membuat Ganefo secara resmi dibubarkan oleh Indonesia.

1970

Ganefo II yang direncanakan akan diselenggarakan di Beijing, China dibatalkan karena konflik berkepanjangan di China. Pembatalan ini juga berakibat pada dibubarkannya Ganefo secara resmi setelah Indonesia mencabut sumber hukumnya dan desakan internasional yang tidak mau mengakui Ganefo.

Arsip Kompas

  • “Presiden Perintahkan Menteri Maladi Kerdja Keras Sukseskan Ganefo II”. Kompas, 1 Juli 1965, hal. 2.
  • “Persiapan Ganefo II Memuaskan”. Kompas, 9 Juli 1965, hal. 3.
  • “Ganefo II Akan lebih Sukses Dari Ganefo I”. Kompas, 12 Juli 1965, hal. 3.
  • “Sidang Dewan Ganefo Di Peking”. Kompas, 11 September 1965, hal. 3.
  • “Sidang Dewan FED Ganefo Dibuka: Ganefo II Pasti Sukses”. Kompas, 24 September 1965, hal. 2.
  • “Komite Ganefo Asia”. Kompas, 28 September 1965, hal. 2.
  • “Menor Maladi Tiba Kembali”. Kompas, 12 Oktober 1965, hal. 2.
  • “Asian Ganefo Di Phnom Penh”. Kompas, 13 Oktober 1965, hal. 1.
  • “Ganefo II Dengan 80 Negara”. Kompas, 19 November 1965, hal. 2.
  • “IOC-ASG V Sama Sadja”. Kompas, 6 Desember 1965, hal. 3.
  • “10 Djanuari delegasi GANEFO Asia menudju Phnompenh”. Kompas, 29 Desember 1965, hal. 3.
  • “Ganefo Asia pasti di Kambodja”. Kompas, 2 Februari 1966, hal. 2.
  • “Djepang tidak ikut dalam Ganefo Asia”. Kompas, 30 Maret 1966, hal. 2.
  • “20 Negara Diharapkan Ikut Ganefo I Asia”. Kompas, 26 Mei 1966, hal. 2.
  • “Panggilan Para Atlet Utk Ganefo Asia I”. Kompas, 27 Mei 1966, hal. 3.
  • “Indonesia tetap turut Ganefo”. Kompas, 6 Juni 1966, hal. 3.
  • “Mendjelang Ganefo Asia”. Kompas, 23 Agustus 1966, hal. 2.
  • “Indonesia Tetap Sokong GANEFO”. KOMPAS, 17 September 1966, hal. 3.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I Di Phnom Penh”. Kompas, 25 Oktober 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I Di Phnom Penh”. Kompas, 26 Oktober 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I Di Phnom Penh”. Kompas, 27 Oktober 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I Di Phnom Penh”. Kompas, 28 Oktober 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I Di Phnom Penh”. Kompas, 29 Oktober 1966, hal. 2.
  • “Indonesia Resmi Ikut ASG V”. Kompas, 29 Oktober 1966, hal. 3.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I Di Phnom Penh”. Kompas, 31 Oktober 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I di Phnom Penh”. Kompas, 7 November 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I di Phnom Penh”. Kompas 8 November 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I di Phnom Penh”. Kompas, 9 November 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I di Phnom Penh”. Kompas, 12 November 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I di Phnom Penh”. Kompas, 15 November 1966, hal. 2.
  • “Kontingen Indonesia Untuk Ganefo Asia I dan Asian Games V”. Kompas, 18 November 1966, hal. 2.
  • “Ganefo Asia I Mulai Hari ini”. Kompas, 25 November 1966, hal. 2.
  • “Ganefo Asia I Dibuka”. Kompas, 29 November 1966, hal. 2.
  • “Atlet2 Indonesia pulang dari Phnom Penh”. Kompas, 9 Desember 1966, hal. 2.
  • “GANEFO II 1967 di Peking”. Kompas, 14 Desember 1966, hal. 3.
  • “Ganefo II Disangsikan Keamanannja”. Kompas, 1 April 1967, hal. 2.
  • “Ganefo: Dirdjen Olahraga – Ganefo Tidak Bermanfaat”. Kompas, 21 Desember 1967, hal. 2.
  • “Permusjawaratan KONI Minta Hak Hidup Ganefo Setjara Juridis Ditjabut”. Kompas, 1 Maret 1968, hal. 2.