Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap risiko investasi?

Abi Nugroho, Galih, And Sri Hermuningsih. (2020). Pengaruh Kurs Rupiah, Inflasi Dan Suku Bunga Terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Jasa Sub Konstruksi Dan Bangunan Pada Bursa Efek Indonesia, Derivatif: Jurnal Manajemen 14.

Abdul, Halim. (2015). Manajemen Keuangan Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media, ISBN: 978-602-318-025-7

Farida, Mawar, Ari Darmawan. (2017). Pеngaruh Risiko Inflasi, Risiko Suku Bunga, Risiko Valuta Asing, dan Profitabilitas Terhadap Return Saham, Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 50 No. 1, hal 49-57.

Fahmi, Irham. (2014). Analisa Kinerja Keuangan. Bandung : Alfabeta

Geriadi dan Wiksuana. (2017). Pengaruh Inflasi Terhadap Return Saham pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI (Risiko sistemati dan Profitabilitas Sebagai Variabel Mediasi). E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS IBM 25 (Edisi 9). Semarang Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hidaya, Topowijono. (2018). Pengaruh Inflasi, Bi Rate dan Nilai Tukar Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Subsektor Food & Beverages yang Terdaftar Di BEI Periode 2013-2016). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 61 No. 2, hal 144-151.

Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama, BPFE. Yogyakarta.

Kurniasari, W., Wiratno, A., & Yusuf M. (2018). Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Terhadap Return Saham dengan Profitabilitas sebagai Variabel Intervening di Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2015. Journal of Accounting Sciences, 2 (1), 67-90.

Mahilo, Michael B dan Tommy Parengkuan.(2015). Dampak Risiko Suku Bunga, Inflasi, dan Kurs Terhadap Return Saham Perusahaan Makanan Dan Minuman yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 3(3).

Michael dan Tommy Parengkuan. (2015). Dampak Risiko Suku Bunga, Inflasi, dan Kurs Terhadap Return Saham Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Public di BEI. Jurnal EMBA Vol.3 No.3 Sept. 2015, Hal. 1-10.

Ni Kadek Suriyani dan Gede Mertha Sudiartha. (2018). Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi, dan Nilai Tukar Terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Manajemen Unud. Vol.7. No. 6. 3172-3200.

Saputra & Dharmadiaksa. (2016). Pengaruh tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, leverage dan profitabilitas pada Return saham. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana vol.16.2 Agustus 2016:1007-1033.

Satria, Made Wiradharma A dan Luh Komang Sudjarni. (2016). Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah dan Produk Domestik Bruto Terhadap Return Saham. E – Jurnal Manajemen Unud. Vol. 5, No. 6, 2016: 3392 – 3240.

Setyaningrum, Rani dan Muljono. (2016). Inflasi, Tingkat Suku Bunga Dan Nilai Tukar Terhadap Return Saham. Jurnal Bisnis & Ekonomi, 14(2): 151-161.

Sudiyanto, Bambang., dan Suharmanto, Toto. (2011). Kinerja Keuangan Konvensional, Economic Value Added, dan Return Saham. Jurnal Dinamika Manajemen, 2(1), 153–161.

Suyati, Sri. 2015. Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah/US Dollar Terhadap Return Saham Properti Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Ilmiah. Vol 4, No 3. 2015.

Syahrin, R. A., & Darmawan, A. (2018). Pengaruh risiko inflasi, risiko suku bunga, risiko valuta asing, risiko pasar terhadap Return saham. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 61(3), 10–19.

Tandelilin, E. (2010). Portfolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius.

Yeny dan Darmawan (2018). Pengaruh Risiko Inflasi, Risiko Suku Bunga, Risiko Kurs Valuta Asing, dan Leverage Terhadap ReturnSaham (Studi Pada Industri Manufaktur Sub Sektor Otomotif Dan Komponen yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2016)”, Jurnal Administrasi Bisnis , Vol. 57 No.1, hal 63-72.

Zubir, Z. (2013). Managemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham. Jakarta: Penerbit Salemba Empat


Page 2

Farida, Mawar (2017) Pengaruh Risiko Inflasi, Risiko Tingkat Suku Bunga, Risiko Valuta Asing, Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pasar modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat untuk memperoleh pendapatan atau peningkatan atas modal awal serta memperoleh return yang diharapkan oleh investor dalam batas risiko yang dapat diterima. Tingkat inflasi suatu negara akan menunjukkan risiko investasi dan hal ini akan sangat mempengaruhi perilaku investor dalam melakukan kegiatan investasi. Tingkat suku bunga secara langsung akan meningkatkan beban perusahaan sehingga perusahaan yang mempunyai utang yang tinggi akan mendapatkan dampak dari kenaikan tingkat suku bunga serta profitabilitas akan menurun. Rupiah terapresiasi, maka profitabilitas perusahaan akan meningkat dan return saham yang akan diterima oleh investor juga akan naik. ROA menggambarkan pengaruh dari rasio profitabilitas terhadap return. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh Risiko Inflasi, Risiko Suku Bunga, Risiko Valuta Asing, dan Profitabilitas secara parsial terhadap Return Saham dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan data tahun 2012 hingga 2016 dengan jumlah sampel 10 data time series untuk setiap variabel bebas dan terikat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa; 1) Risiko inflasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dengan arah hubungan positif terhadap return saham; 2) Risiko suku bunga mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap return saham dengan arah hubungan negatif; 3) Risiko valuta asing tidak berpengaruh siginfikan terhadap return saham dengan arah hubungan negatif; 4) Profitabilitas ROA mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap return saham dengan arah hubungan positif. Temuan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa Inflasi dan ROA berpengaruh secara searah terhadap Return Saham serta Suku Bunga dan Valuta Asing berpengaruh secara searah terhadap Return Saham sehingga tidak menjadikan faktor utama untuk memprediksi return saham. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor internal perusahaan yang mempengaruhi return saham secara keseluruhan.

English Abstract

Capital markets have a strategic role in national development as one source of financing for business and investment vehicles for the community to earn revenues or increase on initial capital and obtain expected returns by investors within acceptable risk limits. The inflation rate of a country will indicate the risk of investment and this will greatly affect the behavior of investors in conducting investment activities. The interest rate will directly increase the burden of the company so that companies with high debt will get the impact of the increase in interest rates and profitability will decrease. Rupiah appreciates, then the profitability of the company will increase and stock returns will be received by investors will also rise. ROA describes the effect of profitability ratios on return. The purpose of this research is to know and explain the influence of Inflation Risk, Interest Rate Risk, Foreign Exchange Risk, and Profitability partially to Stock Return by using multiple linear regression analysis. This study uses data from 2012 to 2016 with a sample size of 10 time series data for each independent and bound variable. The findings in this study indicate that Inflation and ROA have an effect on the direction of Return of Stock and Interest Rates and Foreign Currency effect in the direction of Stock Return so it does not make the main factor to predict stock return. This is due to the internal factors that affect the company's overall stock return.

Full text not available from this repository.

Actions (login required)

Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap risiko investasi?
View Item

Full PDF PackageDownload Full PDF Package

This Paper

A short summary of this paper

37 Full PDFs related to this paper

Download

PDF Pack

Dalam dunia investasi, patut diperhatikan pengaruh tingkat suku bunga dan investasi. Ini karena adanya hubungan suku bunga dan investasi. Para investor kerap memperhatikan tingkat suku bunga ketika hendak berinvestasi.

Dapat dikatakan pengaruh tingkat suku bunga dan investasi adalah komponen vital. Maka, pemangku kebijakan bidang moneter suatu negara harus memperhatikan benar kapan harus menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga.

Pengaruh tingkat suku bunga dan investasi ini dapat dilihat dari kondisi jika suku bunga rendah maka jumlah investasi akan meningkat. Sebaliknya jika suku bunga tinggi maka jumlah investasi akan menurun. Di sini jelas ada hubungan suku bunga dan investasi.

Di Indonesia, lembaga yang bertanggung jawab mengatur tingkat suku bunga adalah Bank Indonesia (BI). Melalui kebijakan moneternya BI bertanggungjawab mengatur tingkat suku bunga yang akan berimbas pada permintaan barang dan jasa.

Tingkat suku bunga yang fluktuatif bisa memberikan efek yang besar terhadap pasar modal, inflasi, dan ekonomi secara keseluruhan. Inilah kenapa pengaruh tingkat suku bunga dan investasi merupakan sesuatu yang vital.

Baca juga: 7 Langkah Optimal untuk Bangun Portofolio Investasi dan Neraca Keuangan

Memahami pengaruh tingkat suku bunga dan investasi serta hubungan suku bunga dan investasi

Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap risiko investasi?
Suku Bunga Turun, Harga Emas Naik

Biasanya, masyarakat cuma mengenali suku bunga dalam konteksnya dengan dunia perbankan, yaitu ketika mau membuka deposito atau mengajukan pinjaman (kredit).

Saat suku bunga tinggi, masyarakat lazimnya enggan meminjam ke bank. Kebalikannya saat suku bunga rendah masyarakat termotivasi untuk meminjam ke bank.

Padahal sebenarnya tingkat suku bunga bisa memengaruhi perekonomian secara luas. Dalam lingkup makro, ada pengaruh tingkat suku bunga dan investasi. Hubungan suku bunga dan investasi ini dapat menentukan apakah perekonomian sebuah negara stabil atau tidak.

Maka dari itu, Bank Indonesia (BI) selaku pemangku kebijakan bidang moneter menggunakan peraturan moneter untuk menjaga ekonomi tetap stabil.

Jika tingkat pertumbuhan ekonomi sedang menurun, BI akan menurunkan tingkat suku bunga untuk menggenjot investasi.

Sebaliknya jika ekonomi sedang dalam kondisi baik dan bertumbuh, BI akan menaikkan tingkat suku bunga secara perlahan untuk menjaga inflasi.

Perubahan suku bunga memengaruhi permintaan publik akan barang dan jasa dan, karenanya, menggenjot belanja investasi. Penurunan suku bunga menurunkan biaya pinjaman, yang mendorong bisnis untuk meningkatkan pengeluaran investasi.

Suku bunga yang lebih rendah juga memberi bank lebih banyak insentif untuk memberi pinjaman kepada bisnis dan rumah tangga, yang memungkinkan mereka untuk membelanjakan lebih banyak.

Lebih luas lagi, pengaruh tingkat suku bunga dan investasi ini dapat berimbas terhadap tiga sektor yang sangat vital dalam perekonomian negara. Yakni sektor aliran modal, sektor ketenagakerjaan, dan sektor perumahan.

Baca juga: Perkaya Portofolio, Ini 5 Pilihan Investasi Jangka Pendek Untukmu

Pengaruh tingkat suku bunga terhadap tiga sektor vital

#1 Pengaruh tingkat suku bunga dan investasi – Sektor aliran modal

Aliran modal dalam hal ini mengacu pada masuk dan keluarnya modal dari dan ke sebuah negara. Hubungan suku bunga dan investasi di sini sebenarnya adalah faktor terbesar penentu kestabilan perekonomian sebuah negara.

Ini karena spekulan pasar keuangan internasional dan investor yang kerap mengejar keuntungan akan menjadikan tingkat suku bunga suatu negara sebagai barometer utama untuk mengukur imbal hasil investasi di negara tersebut.

Hal ini patut diperhatikan: apabila aliran modal ke suatu negara meningkat, maka permintaan atas mata uangnya meningkat pula, sehingga nilai tukar mata uangnya menguat.

Sebaliknya, jika aliran modal ke suatu negara menurun, maka permintaan atas mata uangnya akan berkurang sehingga nilai tukar mata uangnya berpotensi melemah.

#2 Sektor ketenagakerjaan

Pengaruh tingkat suku bunga dan investasi berimbas pula ke sektor ketenagakerjaan. Saat suku bunga rendah, para pengusaha di sektor riil akan termotivasi mengajukan pinjaman yang dapat digunakan memperluas skala bisnisnya.

Pinjaman itu dapat digunakan untuk berbagai tujuan tindakan bisnis, misalnya memperluas atau menambah cabang bisnis.

Konsekuensi dari tindakan bisnis ini, para pengusaha akan membuka lebih banyak lowongan pekerjaan. Dengan biaya bunga pinjaman yang lebih rendah, para pengusaha juga dapat mengurangi beban usaha, sehingga mereka bisa menawarkan gaji yang lebih tinggi pada para karyawan.

#3 Sektor perumahan

Selain sandang dan pangan, perumahan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Adanya perumahan terjangkau kerap menjadi salah satu barometer kesejahteraan hidup sebuah negara.

Maka dari itu, data terkait sektor perumahan kerap dirilis berkala untuk memantau kondisinya dari waktu ke waktu. Secara khusus, data-data ini juga akan diamati untuk mengevaluasi kebijakan tingkat suku bunga.

Ketika suku bunga rendah, maka masyarakat akan termotivasi untuk mengajukan kredit perumahan, atau yang di Indonesia dikenal sebagai Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Ini adalah keputusan rasional karena biaya bunga yang mesti dibayarkan tentunya kecil. Di sini pemerintah dan bank sentral (BI) harus menyiapkan kebijakan untuk mengendalikan sektor perumahan pada situasi suku bunga rendah, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya housing bubble.

Kesimpulannya, pengaruh tingkat suku bunga dan investasi sangatlah kuat. Ada hubungan suku bunga dan investasi. Suku bunga yang rendah akan menggenjot jumlah investasi, dan artinya akan menstabilkan perekonomian suatu negara.

Diversifikasikan Portofoliomu dengan Investasi Emas Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk membeli emas digital dengan harga paling kompetitif di pasaran! Selisih harga jual-beli terendah dan tanpa biaya tersembunyi apapun. Emas yang kamu beli aman karena disimpan di Kliring Berjangka Indonesia (BUMN), produk emas Pluang dikelola oleh PT PG Berjangka yang sudah terlisensi dan diawasi oleh BAPPEBTI. Kamu juga bisa menarik fisik emasnya dalam bentuk logam mulia Antam dengan kadar 999.9 mulai dari kepingan 1 gram hingga 100 gram!

Sumber: Investopedia

Simak juga:

Belajar Investasi Saham? Intip Yuk Simulasi Trading hingga Strategi Kelola Saham

Terdampak Wabah Corona, IHSG Masih Terkapar, Saham Blue Chip Pun Anjlok

Investor Institusional dan Investor Ritel, Apa Bedanya?

Finansial Lebih Baik Secara Otomatis, Coba 6 Aplikasi Keuangan Ini!

Inflasi Terendah dalam 3 Tahun, Ramadan Lalu Daya Beli Masyarakat Indonesia Turun