Aspek aspek apa saja yang ada dalam metode dramatik

Sebuah rumah mewah di Jalan Jamin Ginting kilometer 8, Medan, Sumatra Utar, terbakar dilalap si jago merah. Ahad (13/11). Tak ada korban jiwa dalam pe … ristiwa itu, namun kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Melihat api terus membesar, warga sekitar sempat panik. Apalagi petugas pemadam kebakaran lamban sampai lokasi. Hingga saat ini belum diketahui penyebabnya. polisi masih menyelidiki penyebab musibah itu 8.kalimat ketiga pada kutipan berita tersebut mengandung unsur a.howb.whoc.whatd.when​

Tolong bantu makasihhhh​

tanpa organ gerak manusia tidak dapat bergerakTolong bantu dong :)​

organ gerak ikan adalah​

tolong bantu jawab teka teki apa yang mau di bawa buat mplsnasi coklatmata hewanair desapesawat akhir alphabetteh swadikap tolong bantuannya kalo tau​

berita keterangan waktu dan tempat

Tentukan gagasan utama paragraf ke 1 A. Pengertian KemiskinanB. KemiskinanC. Kemiskinan adalah masyarakat yang pendapatannya rendahD. Kemiskinan adala … h pendapatan rendah​

Bagi ade ade yang[ tercinta ]yang tidak tahu Mohon jangan di jawab ya. Energi alternatif yang tidak menghasilkan emisi GRK yaitu: A. Bensin B. Solar … C. Kincir air D. Gas metana

tema nya perjuangan tuk masuk SMA 2 tolong buatkan judul ny ​

buatlah contoh karangan bertemakan perjuangan ku tuk masuk SMA 2​

4.6 Tokoh dan Penokohan

Tokoh dalam cerita perlu digambarkan ciri-ciri lahir, sifat dan sikap batinnya agar wataknya dikenal juga pembaca. Watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwa yang membedakannya dengan tokoh lain. Penggambaran tokoh dan perwatakan dalam prosa fiksi ada dua cara yaitu secara analitik dan dramatik. Secara analitik adalah secara singkap atau pengarang secara langsung memaparan watak tokoh atau karakter tokoh. Secara dramatik adalah penggambaran watak tokoh yang diceritakan secara langsung. Penjelasan tersebut bisa dilihat pada paragraph di bawah ini.

4.6.1 Secara Analitik

Tokoh Sunatha dalam novel ini termasuk tokoh utama disebut tokoh utama karena saat membaca novel ini tokoh Sunatha selalu mengalami permasalahan yang paling berperan aktif. Tokoh Sunatha adalah putra dari Subali yang berprofesi sebagai guru. Dia berpendidikan, cerdas dan mempunyai pandangan yang luas. Menurutnya tugas dan pengorbanan adalah jauh lebih penting dari urusan pribadi. Terlihat pada kutipan berikut. Kita bekerja untuk hari depan, kita harus berani dan siap untuk melakukan pengorbanan-pengorbanan apa saja. Kamu harus sadari itu”TTM, hal 17. Dari kutipan di atas dijelaskan tokoh Subali mempunyai kepribadian yang bertanggung jawab pada profesi sebagai Guru dan dia cerdas dan siap untuk melakukan pengorbanan-pengorbanan terhadap orang yang sedang membutuhkannya, dan tentunya kepentingan umum.

4.6.2 Secara Dramatik

Tokoh Sunatha adalah tokoh yang berkarakter bijaksana dan baik hati, secara dramatik Tidak langsung. Karakter tokoh Sunatha akan diketahui melalui pendapat Ngurah dan Utari dalam novel Tiba Tiba Malam. Penjelasan lebih lanjut terdapat pada paragraf sebagai berikut. 4.6.2.1 Melalui Interaksi Antar Tokoh Dalam memaparkan bagaimana tokoh Sunatha ini pengarang menggunakan metode Dramatik tidak langsung melalui pandangan dari tokoh lain. Dapat terlihat pada tuturan tokoh Ngurah yang sudah mengetahui sifat Sunatha dan ia menjelaskan kepada ibunya ibu Utari bahwa sebenarnya Sunatha orang yang baik. Pemaparan tersebut bisa dilihat pada kutipan di bawah ini. “Saya kenal Sunatha. Dia orang yang baik. Saya akan terus terang kepadanya. Ia berpendidikan. Apalagi guru. Dia akan bisa mengerti saya akan menghadapinya dengan baik-baik asal bapak dan ibu member keterangan yang baik.” TTM, hal 225 Pargraf di atas dijelaskan bahwa tokoh Suntha mempunyai sikap yang baik dan bijaksana dia adalah seorang guru, tuturan tersebut disampaikan oleh Ngurah kepada ibu Utari. Dengan menggunakan metode dramatik tersebut yaitu melihat karakter tokoh Sunatha melalui pandangan dari tokoh lain. Penokohan tokoh Sunatha masih berlanjut pada tuturan tokoh Ngurah yang sedang berbincang dengan Utari istri Sunatha, sebenarnya Sunatha orang yang tidak percaya pada klenik. Pemaparan tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut. “Tidak mungkin Sunatha bukan tukang guna-guna ia tidak percaya pada klenik. Dia tidak percaya lagi pada hal semacam itu. Kamu harus tahu siapa dia. Kamu tahu siapa dia?” Utari mengangguk. Nguurah tertawa. “ Tidak kamu tidak tahu siapa dia”TTM, hal 115. Kutipan di atas dijelaskan bahwa Utari mengira Sunatha suka menggunakan klenik. Tapi Ngurah menyalahkannya bahwa sebenarnya Sunatha tidak percaya pada semua itu ia adalah guru tidak mungkin ia percaya pada klenik. Kutipan selanjutnya menggambarkan karakter tokoh Sunatha selain ia baik ia juga pengecut dan suka ngelamun. Pemaparan tersebut dilontarkan oleh temannya, sebagai seorang guru yang mengajar kepada anak murid ternyata Sunatha juga memiliki sikap penegcut terbukti pada kutipan di bawah ini. Kadang-kadang aku percaya, kadang tidak. Sekarang aku kehilangan diri aku harus aku akui aku lemah“Aku memang pengecut, tukang ngelamun.” Sahabat saya hanya sahabat yang baik yang berani mengatakan keburukan-keburukan kawannya dengan jujur, saya sendiri juga takut dan pengecut. TTM, hal 124-127. Paragraf di atas dijelaskan bahwa tokoh Suntha sebagai seorang guru yang berdiri di depan kelas dan mengajar kepada anak muridnya ternyata memiliki juga sifat pengecut, lemah, dan rapuh. Sifat tersebut di sampaikan Sunatha terhadap temannya.

4.6.3 Secara Analitik

Bacalah kutipan teks drama berikut.


Badai Sepanjang Malam
Karya: Max arifin


(...)

Jamil: "Aku mau pindah dari sini." (lama sekali mereka berpandangan.)

Saenah: (dengan suara rendah) "Aku kira itu bukan suatu penyelesaian."

Jamil: (keras) "Sementara memang itulah penyelesaiannya."

Saenah: (keras) "Tidak! Mesti ada sesuatu yang hilang antara kau dengan masyarakatmu. Selama ini kau membanggakan dirimu sebagai seorang idealis. Idealis sejati, malah. Apalah arti kata itu bila kau sendiri tidak bisa dan tidak mampu bergaul akrab dengan masyarakatmu. (lemah diucapkan) Aku terkenang masa itu, ketika kau membujuk aku agar aku mau datang kemari. " (Flashback dengan mengubah warna cahaya pelan-pelan. Memakai potentiometer. Bisa hijau muda atau warna lainnya yang agak kontras dengan warna semula. Musik sendu mengalun.)

Jamil: "Aku mau hidup jauh dari kebisingan, Saenah. Aku tertarik dengan kehidupan sunyi di desa, dengan penduduknya yang polos dan sederhana. Di sana aku ingin melihat manusia seutuhnya. Manusia yang belum dipoles sikap-sikap munafik dan pulasan belaka. Aku harap kau menyambut keinginanku ini dengan gembira, dan kita bersama-sama kesana. Di sana tenagaku lebih diperlukan daripada di kota. Dan tentu banyak yang dapat aku lakukan."

Saenah: "Sudah kaupikirkan baik-baik? Perjuangan di sana berarti di luar jangkauan perhatian."

Jamil: "Aku bukan orang yang membutuhkan perhatian dan publikasi. Kepergianku ke sana bukan dengan harapan untuk menjadi guru teladan. Coba bayangkan, siapa pejabat yang bisa memikirkan kesulitan seorang guru yang bertugas di Sembalun? Betul mereka menerima gaji tiap bulan. Tapi dari hari ke hari dicekam kesunyian, dengan senyum secercah  terbayang di bibirnya bila menghadapi anak bangsanya. Dengan alat-alat serba kurang mungkin kehabisan kapur, namun hatinya tetap di sana. Aku bukan orang yang membutuhkan publikasi, tapi ukuran-ukuran dan nilai-nilai seorang guru di desa perlu direnungkan kembali. lni bukan  ilusi atau igauan di malam sepi, Saenah. Sedang teman-teman di kota mempunyai kesempatan untuk hal-hal yang sebaliknya dari kita ini. ltulah yang mendorong aku, mendorong hatiku untuk melamar bertugas di desa ini."

Saenah: “Baiklah, sayang. Ketika aku melangkahkan kaki memasuki gerbang perkawinan kita, aku tahu macam suami yang kupilih itu. Aku bersedia mendampingimu. Aku tahu, apa tugas utamaku di samping sebagai seorang ibu rumah tangga. Yaitu menghayati tugas suami dan menjadi pendorong utama kariernya. Aku bersedia meninggalkan kota yang ramai dan aku sudah siap mental menghadapi kesunyian dan kesepian macam apa pun. Kau tak perlu sangsi." (pelan lampu kembali pada cahaya semula.)

Saenah: "Kini aku menjadi sangsi terhadap dirimu. Mana idealisme yang dulu itu? Tengoklah ke kanan. Apakah jejeran buku- buku itu belum bisa memberikan jawaban pada keadaan yang kauhadapi sekarang? Di sana ada jawaban yang diberikan oleh Leon Iris, Erich Fromm, Emerson atau Alvin Toffler. Ya, malam-malam  aku sering melihat kau membuka-buka buku-buku Erich Fromm yang berjudul The Sane Society atau Future Shock-nya Alvin Toffler itu.”

Jamil: ''Apa yang kauketahui tentang Eric Fromm dengan bukunya itu? Atau Toffler?"

Saenah: "Tidak banyak. Tapi yang kuketahui ada orang-orang yang mencari kekuatan pada buku-bukunya. Dan dia tidak akan mundur walau kehidupan pahit macam apa pun disodorkan kepadanya. Karena ia mempunyai integritas diri lebih tinggi dari orang-orang yang menyebabkan kepahitan hidupnya. Apakah kau menyerah dalam hal ini? Ketika kau melangkahkan kakimu memasuki desa ini terlalu banyak yang akan kausumbangkan padanya, ini harus kauakui. Tapi kini - akuilah - kau menganggap desa ini terlalu banyak meminta dirimu. Inilah risiko hidup di desa. Seluruh aspek kehidupan kita disorot. Sampai-sampai soal pribadi kita dijadikan ukuran mampu tidaknya kita bertugas. Dan aku tahu hal itu. Karena aku kenal kau. (Suasana menjadi hening sekali) Aku sama sekali tak menyalahkan kau. Malah diam-diam menghargai kau dan hal itu sudah sepantasnya. Aku tidak tenggelam begitu saja dalam suatu masyarakat atau dalam suatu sistem yang jelek, namun telah membudaya dalam masyarakat itu. Di mana pun kau berada. Juga sekiranya kau bekerja di kantor. Kau pernah dengan penuh semangat menceritakan bagaimana novel karya Leon Uris yang berjudul QB VII. Di sana uris menulis, katamu bahwa seorang manusia harus sadar kemanusiaannya dan berdiri tegak antara batas kegilaan lingkungannya dan kekuatan moral yang seharusnya menjadi pendukungnya. Betapa pun kecil kekuatan itu. Di sanalah manusia itu diuji. lni bukan kuliah. Aku tak menyetujui bila kau bicara soal kalah menang dalam hal ini. Tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Dialog yang masih kurang."

(...) 

Metode penokohan yang digunakan dalam kutipan drama tersebut adalah ....