Apabila seorang anak mencuri uang ibunya maka yang mencatat adalah malaikat

BincangSyariah.Com – Harta dalam Islam merupakan salah satu perkara yang dibahas dalam alquran. Islam telah memerintahkan suami sebagai kepala keluarga untuk mencari nafkah dengan jalan yang halal. Begitu banyak dalil yang memerintahkan terkait dengan hal itu.

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Kalau kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka niscaya Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung; ia pergi pagi hari dalam keadaan perutnya kosong, lalu pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Majah)

Mencari nafkah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anak istri yang menjadi tanggung jawab seorang kepala keluarga. Jika semua kebutuhan keluarga tercukupi tentu tidak akan menjadi masalah. Namun, apa hukumnya jika anak mengambil harta seperti uang orang tuanya untuk kebutuhan dirinya?

Pada dasarnya anak tidak boleh mengambil harta orang tuanya tanpa sepengetahuan mereka. Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah diterangkan:

فلا يجوز أن تأخذي شيئاً من مال أبيك إلا بإذنه وبطيب من نفسه، لقول النبي صلى الله عليه وسلم : لا يحل مال رجل مسلم لأخيه إلا ما أعطاه بطيب نفسه . أخرجه البيهقي في السنن.

“Kamu tidak boleh mengambil harta ayahmu sedikitpun, kecuali dengan izin dan kerelaannya. Berdasarkan sabda Nabi saw“tidak halal bagi seorang muslim untuk mengambil harta saudaranya, kecuali harta yang dia berikan kepadanya dengan kerelaan saudaranya.” (HR Baihaqi dalam as-Sunan)

Imam bin Baz pernah berfatwa sebagai berikut:

Tidak boleh bagi seorang anak mengambil harta orang tuanya tanpa sepengetahuannya, harusnya ia bertanya dan minta izin terlebih dahulu kepadanya, kecuali jika makanan dan nafkah yang diberikan oleh orang tua kurang tidak mencukupi, maka boleh mengambilnya sesuai dengan kebutuhan untuk membeli pakaian dan makanannya jika kurang.

Berdasarkan fatwa di atas berlaku kepada orang tua yang begitu pelit (tentu hal ini sangat jarang dijumpai), atau kurang mencukupi dari apa yang diberikan kepada anaknya. Maka boleh saja seorang anak mengambil harta orang tuanya itu, meskipun tanpa diketahuinya. Hal ini bisa dilihat dari fatawa Nur ‘ala ad-Darbi yang mengatakan:

اذا كان الأب قصّر في النفقة، والولد ضعيف لا يستطيع العمل، عاجز، فإنّه يأخذ من مال أبيه، ويسدّ حاجته، ولو بغير علمه،

“Apabila bapak pelit dalam memberikan nafkah, sementara anak masih lemah tidak bisa bekerja sendiri, maka dia boleh mengambil harta orang bapaknya untuk menutupi kebutuhannya. Meskipun tanpa diketahui orang tua.”

Kemudian hadis dari Hindun bintu Uthbah radhiyallahu ‘anha, istri Abu Sufyan yang melaporkan kepada Nabi saw, ia berkata:

يا رسول الله إن أبا سفيان رجل شحيح يعني بخيل لا يعطيني ما يكفيني ويكفي بنيّ، إلاّ ما أخذته من ماله بغير علمه، فهل علي في ذلك من جناح؟

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan orang yang pelit, tidak memberikan nafkah yang cukup untukku dan untuk anakku. Kecuali jika aku mengambil hartanya, tanpa sepengetahuannya. Apakah aku berdosa melakukan hal itu?”

Kemudian Nabi saw menjawab:

خذي من ماله بالمعروف ما يكفيك ويكفي بنيكِ

”Ambillah hartanya secara wajar, yang mencukupi kebutuhanmu dan mencukupi kebutuhan anakmu.” (Muttafaq ’alaih)

KOMPAS.com - Mungkin tak banyak orangtua yang mengalami pengalaman ini. Namun hal tersebut bukan berarti tak pernah terjadi bukan?

Entah karena alasan apa, si kecil berani mengambil uang dari dompet kita. Menyedihkan tentu, tapi ada baiknya kita memperhatikan masukan dari Robin Altman, yang dikutip dalam artikel di laman babycenter.com. 

Altman adalah seorang Psikiater anak, yang juga penulis buku Shrink Rap: An Irreverent Take on Child Psychiatry.

Dalam artikel tersebut, Altman menyarankan orangtua untuk memastikan dengan jelas, apakah mereka memiliki bukti bahwa si anak yang "mencuri" uang itu.

Salah satu cara yang paling ampuh adalah dengan mengajak anak berbicara saat kecurigaan itu muncul.

Baca juga: Anak Dapat Nilai Bagus di Sekolah, Jangan Diberi Reward Uang

"Sayang, ayah/bunda kehilangan uang di dompet. Sepertinya kamu yang mengambilnya ya?" kalimat semacam itu bisa digunakan sebagai pembuka, menurut Altman.

Setelah pertanyaan itu terlontar, berikan jeda sesaat untuk menunggu respons dari si anak.

Jika dia menyangkalnya, kita bisa memulai dengan kalimat, misalnya "oke, jika memang kamu mengaku tak mengambilnya."

"Tapi, apakah kamu mengambil atau tidak, ayah/bunda ingin memberitahu kamu satu hal, mencuri itu salah."

Orangtua pun harus menekankan pada si anak, meskipun mencuri uang adalah perbuatan salah, namun dia tak akan mendapat masalah besar jika mengaku, dibanding fakta itu terungkap belakangan.

Kasus semacam ini sudah bisa terjadi pada bocah sejak umur awal sekolah dasar.  Dan, di usia itu pun anak-anak ini telah bisa memahami soal hal yang salah.

Namun, ide lain yang mungkin belum mereka pahami adalah soal implikasi moral dari perbuatan itu, bahwa mencuri adalah perbuatan yang menyakitkan bagi orang lain. 

Baca juga: Pada Usia Berapakah Kita Menghabiskan Banyak Uang?

Tanyakan: "Bagaimana perasaan mu jika seseorang mengambil robot-robotan kamu? Nah, hal yang sama yang sekarang ayah/bunda alami. Sedih sekali."  

Terkadang seorang anak berpikir, mengambil sesuatu dari orangtua bukanlah pelanggaran atau bahkan bukan pencurian. Sebab, mereka kerap memahami apa yang jadi milik orangtua adalah miliknya juga.

"Tugas orangtua untuk menjadikan hal ini gamblang bagi si anak, bahwa ketika dia meminta sesuatu, mungkin orangtua akan berbagi, tapi mengambil tanpa permisi adalah tetap perbuatan salah."

Pahami pula dalam benak kita, bahwa anak terkadang mengambil sesuatu dari orangtuanya karena dia sedang merasa diabaikan, dan mencari perhatian. Atau, perbuatan itu dilakukan semacam tindakan "balas dendam".

Misalnya, si anak bisa saja cemburu karena adik atau kakaknya menerima kado yang amat bagus saat pesta ulang tahun, dan merasa tak diperlakukan adil.

Jika ini menjadi pangkal masalahnya, tanggapi dengan kepastian dan kasih sayang.

Baca juga: Berapa Jumlah Uang yang Kita Butuhkan Agar Bahagia?

Kita bisa mengatakan, "Ayah/bunda mencintaimu sama seperti kakakmu, dan kami akan selalu mencintaimu."

"Kami menyesal kamu merasa tidak enak karena itu, tapi mencuri tetap perbuatan yang salah nak." 

Selanjutnya, penting untuk menindaklanjutkan temuan itu dengan konsekuensi.

Kita bisa meminta si anak untuk membayar kembali uang yang dia ambil, dari potongan uang sakunya. Atau, mendapat konsekuensi dengan melakukan tugas-tugas tambahan.

Jangan lupa, kata Altman, setelah si anak memenuhi konsekuensinya, maka dia harus dianggap bersih dan persoalan selesai.  

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Editor: Glori K. Wadrianto


Apabila seorang anak mencuri uang ibunya maka yang mencatat adalah malaikat

Orang tua mana pun tidak ingin anaknya mengambil sesuatu yang bukan miliknya atau haknya. Namun, bagaimana jika Anda memergoki anak mengambil uang dari dompet Anda, dan bukan terjadi sekali saja? Anak sudah dinasihati dan diberikan konsekuensi, namun seminggu kemudian hal itu terjadi lagi. Apa yang harus Anda lakukan, Ma dan Pa? 

Ketika anak berulang kali mengambil barang yang bukan miliknya, Anda belum bisa menyebut perbuatan itu sebagai tindakan mencuri. “Pada usia sekolah, anak sudah cukup mengerti bahwa mengambil uang secara diam-diam adalah sesuatu yang salah,” kata Jerry Brodlie, Ph.D., seorang psikolog anak dari klinik di Greenwich, CT.

“Apabila Anda menemukan hal ini untuk kali kedua dan ketiga, kemungkinan ia melakukan lebih dari itu tanpa sepengetahuan Anda,” tambahnya.   

Apa Alasan Anak Mengambil Uang Orang Tua?

Untuk mengatasi perilaku anak yang demikian, pertama kali cobalah untuk tidak serta-merta marah terlebih dahulu. Coba perhatikan apa saja yang dialami anak Anda belakangan ini. Apakah ia melihat teman-temannya singgah di toko dan membeli makanan atau barang-barang tertentu? Apakah teman-temannya belakangan memamerkan barang-barang baru mereka? Sementara, ternyata, anak menginginkannya juga dan uang saku anak Anda ternyata telah habis. Intinya, Anda perlu memikirkan kemungkinan anak menginginkan suatu barang yang tidak dapat ia beli hanya dengan mengandalkan uang sakunya saja. Selanjutnya, apabila asumsi pertama Anda tidak menemukan titik terang, saatnya beralih ke langkah ke dua. Brodlie menyarankan agar Anda bertanya kepada anak, “Apa yang kamu pikirkan dan rasakan ketika mengambil uang itu?” Tanpa menggunakan nada bicara yang menghakimi, Anda akan mendapatkan alasan tepat yang melatarbelakangi anak berperilaku demikian. Misalnya, mungkin saja anak akan menjawab dengan polos, “Aku tidak suka membawa bekal makanan dari rumah ke sekolah. Aku ingin membeli makan siang seperti teman-teman lain.”

Pada intinya, menurut Brodlie, jika Anda menemukan cara untuk menjernihkan masalah yang mendasar, kebiasaan ‘mencuri’ itu akan hilang juga, kok.

 

Baca juga: Lakukan Ini Bila Anak Kepergok Mencuri

 

Hindari Menghukum

Mungkin saja Anda sangat tergoda memberikan hukuman kepada anak ketika ia ketahuan mengambil uang Anda, dengan alasan supaya ia jera dan tahu tindakannya salah dan tidak bisa ditoleransi. Bahkan, bisa jadi, Anda tidak bisa menahan diri untuk memberikan respons dan hukuman fisik, seperti menjewer atau memukul anak.   Tarik napas dulu, ya, Ma dan Pa…. Coba lebih bijak untuk memikirkan kembali, apakah keputusan itu akan membuat anak bisa memahami tindakannya keliru dan kelak bersikap lebih baik sesuai harapan Anda?   

Baca juga: Dampak Hukuman Fisik Bagi Anak

  Hukuman akan membuat anak terlatih untuk takut kepada Anda. Namun, belum tentu ia akan belajar untuk bersikap lebih baik. Hukuman juga tidak hanya menyakiti tubuhnya, namun bisa melukai batinnya hingga dewasa kelak.  

Lalu, apa yang bisa Anda lakukan? Berikan konsekuensi kepada anak. 

Konsekuensi bukan hukuman, karena membuat anak bisa memahami letak masalah dan risiko apa yang akan terjadi dengan tindakannya itu. H

#usiasekolah #parenting #pendidikankarakter