Apabila kita mau berbuat kebaikan maka Allah Swt. akan memberikan kepada kita

Keimanan merupakan pondasi amal perbuatan yang harus menjadi acuan.

Moh Afif Sholeh

Guru Bahasa Arab di SMA Islam Cikal Harapan BSD

Allah memerintahkan kepada manusia agar berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Hal ini bertujuan sebagai bekal menunju akhirat karena dunia ini sebagai tempat untuk investasi menuju alam keabadian.

Setiap amal manusia akan dibalas oleh Allah sesuai yang ia lakukan tanpa mengubah sedikitpun. Ini menunjukkan bahwa Allah Maha Adil tak akan mendzalimi hambanya. Bila seorang hamba berbuat kebaikan maka ia akan melihat pahala kebaikannya. Sebaliknya orang yang berbuat kejahatan akan mempertanggungjawabkan amalnya.

Allah berfirman dalam surat Yasin ayat 65 yang artinya: “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. "

Abu al-Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin mengutip petuah orang-orang bijak yaitu "Jika kamu tak mampu berbuat tiga hal ini maka lakukanlah tiga hal lain ini:"

Pertama, bila kamu tak mampu berbuat kebaikan maka jangan berbuat kejahatan.

Kedua, jika kamu tak mampu memberi manfaat kepada orang lain maka jangan menyengsarakan mereka.

Ketiga, bila kamu tak mampu berpuasa maka jangan memakan daging manusia atau ghibah.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa perilaku seorang muslim harus mencerminkan sikap yang baik terutama tak menyakiti orang lain dengan perkataan maupun perbuatannya. Terutama yang merugikan mereka seperti membuat berita bohong yang dapat merugikan banyak orang bahkan menjatuhkan harga diri seseorang terutama di era digital ini.

Keimanan merupakan pondasi amal perbuatan yang harus menjadi acuan. Tanpanya manusia akan kehilangan arah dan tujuan hidupnya menjadi kurang bergairah bahkan dirinya cepat emosi termakan amarah.

Hidup di dunia ibarat sebuah kompetisi, ada yang akan menjadi pemenang, juga ada yang akan tersingkir dari pertandingan. Semua orang berusaha agar dirinya menjadi seorang pemenang dengan bekal ilmu dan persiapan yang matang.

Salah satu bekal agar amal seseorang menjadi berbobot dan berkualitas adalah dengan bertindak sesuai prosedur dengan menekankan akan pentingnya akhlak terhadap siapapun.

Hal ini seperti dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abi Darda’. Diriwayatkan dari Abi Darda’, Nabi bersabda: tak ada sesuatu yang lebih berat di timbangan amal daripada budi pekerti yang baik. (HR. Abu Dawud).

Imam al-Munawi menjelaskan Hadits diatas bahwa orang yang berakhlak baik menempati derajat orang yang ahli ibadah, siang hari berpuasa, malam hari selalu tahajud bahkan bisa melebihi hal itu.

Alasannya adalah orang yang berakhlak baik akan selalu berusaha menahan dirinya agar tak berbuat sesuatu yang dilarang, sedangkan nafsu dalam dirinya selalu mengajak untuk berbuat yang terlarang. Dari sini ia berusaha melawan dirinya dari kejahatan nafsu dengan mengarahkan dirinya untuk berbuat baik kepada siapapun, walau kadang ia diperlakukan yang tidak baik oleh orang lain.

Dari sini, akhlak yang baik menjadi penentu kemuliaan seseorang, walaupun ia berasal dari keluarga sederhana, akan mampu mengalahkan keturunan raja. Yang diharapkan saat ini adalah peran orang yang pintar dan akhlaknya benar, bukan orang yang pintar tapi akhlaknya tak benar, karena ia akan membikin onar, sehingga masyarakat menjadi gempar.

Apabila kita mau berbuat kebaikan maka Allah Swt. akan memberikan kepada kita

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke .

Yusuf Mansur. Foto: kumparan.

Kualitas seseorang dinilai dari perbuatannya. Wajah yang elok, kekayaan yang berlimpah, dan jabatan tinggi tidak sedikit pun menambah kemuliaan seseorang di mata Allah. Ketenangan hati seseorang juga bergantung pada amal perbuatannya.

Karena itu, Allah memberi perhatian lebih pada perintah untuk berbuat baik. Bahkan, Allah mempunyai cara yang indah untuk memotivasi seseorang agar selalu berbuat baik. Sampai tak ada lagi alasan seseorang untuk tidak berbuat baik.

Bagaimana cara Allah mengajak manusia berbuat baik?

Sebenarnya perbuatan buruk itu dilakukan karena banyak waktu luang. Jika kita sibuk untuk berbuat baik, tidak ada waktu tersisa untuk melakukan hal-hal yang tercela. Munculnya fitnah, mencari kesalahan orang lain, saling menjatuhkan satu sama lainnya, serta berbagai konflik yang terjadi adalah karena tidak ada motivasi untuk berbuat baik.

Cara Allah mengajak manusia berbuat baik telah termaktub dalam Al-Qur’an. Ada 8 cara yang bisa kita lakukan;

Cara pertama, ingat kebaikan yang kita terima dari Allah.

“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah Berbuat baik kepadamu.” (QS. Al-Qashas ayat 77).

Allah menggugah hati kita untuk berbuat baik dengan mengingat, bahwa setiap hari Allah selalu mencurahkan kebaikan untuk kita. Sejak mata ini terbuka di pagi hari, Allah telah memberi kebaikan berupa udara yang segar, kekuatan untuk bangun, kemampuan untuk melihat dan semua pemberian yang mustahil dapat kita hitung.

“Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku Berikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah ayat 122).

Sayangnya, manusia sering melupakan kebaikan yang selalu Allah berikan padanya dan benar-benar mengingkari atas segala kenikmatan yang ia dapati secara gratis. Manusia kudunya banyak bersyukur dan mengingat kebaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita renungkan berapa banyak kebaikan yang telah kita terima setiap hari. Kita ingat satu demi satu nikmat yang takkan mampu kita syukuri selamanya.

Cara kedua, mengingat bahwa kebaikan senantiasa hadir bersama dengan keburukan.

Allah menekankan bahwa kebaikan itu jauh berbeda dengan keburukan. Sekecil apa pun kebaikan itu, tetaplah jauh di atas keburukan. Seperti dalam Firman-Nya: “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik” (QS. Fussilat ayat 34).

Walau terkadang keburukan itu tampak indah di mata, begitu menarik hati, tetaplah kebaikan jauh lebih baik. Bahkan kebaikan sekecil apa pun tetaplah kebaikan dan keburukan sebanyak apa pun tetaplah buruk.

Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu” (QS. Al-Maidah ayat 100).

Cara ketiga, ingat Allah menjanjikan balasan yang lebih besar.

Kita tidak hanya disuruh untuk mengingat kebaikan Allah dan meyakini: bahwa kebaikan tidak sama dengan keburukan tapi Allah juga menjanjikan sesuatu untuk memotivasi seseorang agar selalu berbuat baik. “Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa datang dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Al-Qashas ayat 84).

Kebaikan yang kita lakukan tidak akan menguap hilang sia-sia. Allah berjanji bagi siapa yang mau berbuat baik, dia akan membalasnya dengan yang lebih baik. Dan kalimat “lebih baik” apabila bersumber dari Allah, sungguh kita tak akan mampu membayangkannya.

Cara keempat, ingat Allah akan melipatgandakan pahalanya.

Allah tidak pernah ingkar terhadap janjinya. “Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu.” (QS. Al-Qashas ayat 84). “Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. Al-An’am ayat 160). “Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah Melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak.” (QS. Al-Baqarah ayat 245).

Cara kelima, ingat bawa Allah akan menjadikan mereka sebagai kekasih-Nya.

Jika balasan yang berlipat itu belum cukup, Allah punya janji lain yang lebih agung dari balasan kebaikan yang berlipat ganda. Seorang yang mau berbuat baik, Allah akan jadikan dia kekasih-Nya. Sesuai firman-Nya, “Sungguh, Allah Mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah ayat 195).

Layaknya seorang kekasih, pasti dia akan menyayangi, melindungi dan membahagiakan kekasihnya. Maha Suci Allah dari segala contoh. Namun kali ini kita tidak lagi membicarakan tentang bilangan ganjaran Allah atas perbuatan baik manusia. Lebih dari itu, perbuatan baik kita lakukan bisa mengantarkan kita menuju maqam kekasih-Nya.

Cara keenam, ingat bahwa Allah akan selalu bersama orang-orang yang berbuat baik.

Kekasih mungkin tak selalu bersama. Bagi seorang yang mau berbuat baik, Allah menjanjikan posisi yang lebih tinggi dari seorang kekasih. Allah berjanji kepada seorang yang selalu berbuat baik bahwa Allah selalu menyertainya. Allah selalu bersamanya.

“Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut ayat 69). “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah ayat 40).

Cara ketujuh, ingatlah bahwa Allah menjanjikan kabar gembira.

Pada puncaknya Allah swt memberikan kabar gembira kepada mereka yang selalu berbuat baik. Jika kita telah menerima kabar baik dari Allah, Tidak ada lagi yang perlu ditakuti dan dikhawatirkan.

“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Hajj ayat 37).

Orang semacam ini sudah berada di surga sebelum mereka memasuki surga. Karena hati mereka selalu gembira, tak pernah gelisah dan takut. Karena hati itu selalu dipenuhi dengan kabar gembira dari Allah swt.

Cara kedelapan, ingat bahwa kebaikan itu untuk diri kita sendiri.

ini adalah cara terakhir yang membuat seseorang tidak bisa mencari alasan lagi untuk tidak berbuat baik.

Seorang yang berakal pasti mencintai dirinya. Seorang yang mencintai dirinya pasti ingin selalu berbuat baik untuk dirinya sendiri. Sedangkan Allah telah menjelaskan bahwa perbuatan baik yang kita lakukan untuk orang lain juga akan bermanfaat untuk diri kita sendiri. Kebaikan yang kita berikan akan kembali pada diri kita sendiri.

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra’ ayat 7). “Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. al-An’am ayat 160).