Apa yang dimaksud saling menghargai

tirto.id - Manusia diciptakan dalam ragam suku, bangsa, warna kulit, perbedaan fisik, bahasa, dan lain sebagainya. Tujuannya agar setiap manusia saling melengkapi, menghargai perbedaan, dan bekerja sama untuk keselamatan dunia dan akhirat.

Islam menjunjung tinggi sikap egaliter, serta tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan strata sosial, harta benda, perbedaan ras, etnis, dan lain sebagainya. Yang membedakan seseorang dari yang lainnya dalam Islam adalah status takwanya di sisi Allah SWT.

Hal ini tergambar dalam surah Al-Hujurat ayat 13: "Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa," (Al-Hujurat [49]: 13).

Untuk konteks Indonesia sendiri, semboyan bangsa ini adalah Bhinneka Tinggal Ika yang artinya adalah berbeda-beda tapi tetap satu. Karena itu, setiap orang Indonesia harus menumbuhkan kesadaran bahwa perbedaan adalah hal biasa dan menghargai orang lain adalah suatu kewajiban.

Dilansir Kemdikbud, toleransi adalah keniscayaan terhadap ruang publik dan individu. Sebab, tujuan toleransi adalah untuk membangun hidup damai (peaceful coexistence) antara berbagai kelompok masyarakat dari berbagai perbedaan latar belakang sejarah, kebudayaan, dan identitas yang beragam.

Macam-Macam Sikap Menghargai

Berikut ini tiga macam sikap menghargai yang dapat diterapkan seorang muslim, sebagaimana dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2017) yang ditulis Feisal Ghozaly dan Achmad Buchori Ismail.

1. Menghargai Pendapat Orang Lain

Ketika ada orang yang menyampaikan pendapatnya, maka kita dituntut untuk mendengarkan pernyataan orang tersebut hingga usai. Jangan memotong perkataan atau langsung menganggap remeh pendapat tersebut.

Dengan menghargai pendapat orang lain, seorang muslim akan melihat suatu perkara dari berbagai sudut pandang. Ia tidak akan sempit dalam beropini dan tidak merasa paling benar sendiri.

2. Menghargai Pendirian Orang Lain

Saat seseorang tidak sepakat dengan pendapat orang lain, maka ia dapat menjelaskan sisi ketidaksetujuannya dengan lugas dan sesuai logika yang diterima umum.

Namun, jika sudah dibahas secara panjang lebar, ada kalanya masing-masing pihak belum menemukan titik temu dan bersikukuh dengan pendirian masing-masing.

Jika demikian kondisinya, maka mau tidak mau, setiap orang mesti menghargai pendirian rekannya. Bagaimanapun juga, semua manusia tidak diciptakan dengan seragam dan memiliki perbedaan-perbedaan tertentu yang membuatnya unik dalam memandang suatu hal.

3. Menghargai Keyakinan Orang Lain

Orang yang menghargai keyakinan orang lain artinya bersikap toleran dan tidak merendahkan agama orang lain, kendati berbeda dengannya. Sikap toleransi dalam beragama ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika menyusun Piagam Madinah untuk saling menghargai kepercayaan agama yang berbeda-beda.

Selain itu, dalam Al-Quran surah Al-Kafirun juga dijelaskan konsep toleransi Islam yang sangat fleksibel, asalkan tidak tercampur dalam perkara akidah dan tauhid. Artinya, Islam menghargai keyakinan dan agama lain, asalkan tidak mempertukarkan iman atau ikut serta dalam ibadahnya. Hal ini sesuai firman Allah SWT berikut:

“Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah [pula] menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku,” (QS. Al-Kafirun [109]: 1-6).

Baca juga:

  • Hikmah & Makna Menjalankan Ibadah Haji dan Umrah bagi Umat Islam
  • Cara Menghargai Privasi Pasangan dengan Tidak Memeriksa Ponselnya

(tirto.id - Pendidikan)

Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dipna Videlia Putsanra

Slawi –  Sikap saling menghargai dan menghormati atas perbedaan suku, ras dan agama pada kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk adalah pilar tegaknya Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pesan ini disampaikan Wakil Bupati Tegal Sabilillah Ardie saat menjadi inspektur upacara pada Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia tingkat Kabupaten Tegal di halaman kantor Pemkab Tegal, Rabu (17/08/2022) pagi.

Ardie yang membacakan amanat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan di usianya yang ke-77 tahun ini, bangsa Indonesia masih memiliki tantangan besar dalam kebebasan memeluk agama serta menjalankan ibadahnya menurut kepercayaan dan agama masing-masing.

“Akhir-akhir ini ramai sekali ceramah seorang yang melarang kita untuk berteman dengan orang dari agama lain,” kata Ardie.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa NKRI belum selesai dengan urusan dalam negerinya. Jaminan besar dari negara kepada warganya untuk memeluk agama dan kepercayaan serta menjalankan ibadahnya dipersempit maknanya oleh segelintir orang yang itu berdampak pada polarisasi kehidupan kebhinekaan.

Sehingga Ganjar melalui Ardie berpesan agar warga negara Indonesia jangan sekali-kali melupakan sejarah atau Jasmerah. Sebab sejarah adalah panduan dalam menentukan sikap hari ini dan menata cita-cita untuk masa depan.

“Sejarah adalah tauladan lengkap, kacabenggala besar bagi kita untuk merumuskan dan menentukan sikap hari ini sekaligus menata cita-cita untuk masa depan,” tandasnya.

NKRI ini didirikan bukan untuk satu suku, ras, agama dan golongan tertentu, melainkan untuk semua orang. Sejarah pun mencatat, berdiriya negara ini karena dirancang oleh tokoh-tokoh yang memiliki kesamaan niat dan cita-cita menyatukan Indonesia tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras dan golongan.

“Meskipun mereka semua tidak sepaham dan memiliki pandangan masing-masing, akan tetapi demi dan untuk berdirinya sebuah negara bernama Indonesia semua akhirnya melebur, menyatu, menata dan menyatukan niat. Tidak ada lagi yang namanya perwakilan Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu, Jawa, Sunda, Maluku, Minang, Kalimantan atau Madura. Tapi yang ada hanya satu, yaitu Indonesia,” ujarnya.

Ujian kebersatuan yang menafikan perbedaan ini sudah ditunjukkan bangsa Indonesia pada skala makro terutama dalam mengatasi krisis kesehatan akibat pandemi, krisis pangan dan energi serta keuangan akibat peperangan Rusia dengan Ukraina. Hal ini pula yang kemudian menghantarkan Indonesia berada pada puncak kepemimpinan dunia.

Kondisi tersebut tentunya harus didukung kehidupan kebhinekaan di daerah. Sehingga Ardie berharap kepada seluruh masyarakat agar tetap guyub dan rukun, saling menghargai dan menghormati. Karena tanpa rasa memiliki pada bangsa ini, mustahil warga di Jawa Tengah bisa hidup tenteram seperti sekarang.

“Tanpa rasa handarbeni, mustahil kita bisa hidup gayeng seperti ini. Maka sebarkan rasa ini agar kita meraih kemerdekaan yang sesungguhnya,” pungkasnya. (OI/hn).

Apa yang dimaksud dengan saling menghargai?

Sedanghkan Sikap saling menghargai adalah sikap toleransi sesama umat manusia sebagai hal yang wajar dan tidak melanggar hak asasi manusia lainnya, dimana seseorang menganggap keberadaan orang lain sebagai bagian dari lingkungan, sama seperti dirinya, tidak saling bermusuhan atau merugikan antara sesama manusia lain.

Apa yang dimaksud dengan sikap saling menghargai brainly?

sikap saling menghargai adalah sikap tolerandi menerima perbedaan.

Apa sebutan lain dari saling menghargai?

Sedangkan secara terminologi, toleransi adalah sikap saling menghargai, menghormati, menyampaikan pendapat, pandangan, kepercayaan kepada antarsesama manusia yang bertentangan dengan diri sendiri.

Apa contoh saling menghargai?

Berikut contoh perilaku menghargai orang lain yang patut dilakukan: Menghormati teman yang berbeda keyakinan/agama dengan kita yang sedang beribadah. Memiliki sikap toleransi antar teman meskipun sering mengalami perbedaan pendapat. Bermain dengan semua teman tanpa membedakan suku maupun ras.