Apa yang dimaksud dengan multiple intelligences dalam konteks pendidikan?

Hakikat Teori Multiple Intelligences dalam Pembelajaran

(Howard Gardner)

  1. Pengertian Teori Multiple Intelligences

Seorang ahli pendidikan lain dari Harvard University bernama Howard Gardner berpendapat bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas. Gardner juga menentang anggapan “cerdas” dari sisi IQ (intelectual quotion), yang menurutnya hanya mengacu pada tiga jenis kecerdasan, yakni logika-matematik, linguistik, dan spasial. Untuk selanjutnya, Howard Gardner, kemudian memunculkan istilah multiple intelligences. Istilah ini kemudian dikembangkan menjadi teori melalui penelitian yang rumit, melibatkan antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi, fisiologi hewan, dan neuroanatomi (Armstrong, 1993; Larson, 2001).

Dikotomi anak cerdas dan tidak cerdas, serta pemberian label hiperaktif, gangguan belajar, dan prestasi di bawah kemampuan, mendorong para pendidik untuk mempelajari teori Multiple Intelligences. Setelah menemukan delapan bukti dari teorinya, Gardner meneguhkan kriteria temuannya tentang sembilan kecerdasan dalam multiple intelligences. Howard Gardner (1993; Armstrong, 1993) menyadari bahwa banyak orang bertanya-tanya tentang konsep multiple intelligences. Benarkah musikal, visual-spasial, intrapersonal, dan kinestetik dapat dikategorikan sebagai kecerdasan, dan bukan bakat? Untuk menguatkan temuan dan keyakinannya, Gardner menyusun kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap kategori kecerdasan

Bagi para pendidik dan implikasinya bagi pendidikan, teori multiple intelligences melihat anak sebagai individu yang unik. Pendidik akan melihat bahwa ada berbagai variasi dalam belajar, di mana setiap variasi menimbulkan konsekuensi dalam cara pandang dan evaluasinya. Kecerdasan anak juga didasarkan pada pandangan pokok teori multiple intelligences (Armstrongs, 1993) sebagai berikut:

  1. Setiap anak memiliki kapasitas untuk memiliki sembilan kecerdasan. Kecerdasan-kecerdasan tersebut ada yang dapat sangat berkembang, cukup berkembang, dan kurang berkembang.
  2. Semua anak, pada umumnya, dapat mengembangkan setiap kecerdasan hingga tingkat penguasaan yang memadai apabila ia memperoleh cukup dukungan, pengayaan, dan pengajaran.
  3. Kecerdasan bekerja bersamaan dalam kegiatan sehari-hari. Anak yang menyanyi membutuhkan kecerdasan musikal dan kinestetik.
  4. Anak memiliki berbagai cara untuk menunjukkan kecerdasannya dalam setiap kategori. Anak mungkin tidak begitu pandai meloncat tetapi mampu meronce dengan baik (kecerdasan kinestetik), atau tidak suka bercerita, tetapi cepat memahami apabila diajak berbicara (kecerdasan linguistik).

Temuan kecerdasan menurut paradigma multiple intelligences, telah mengalami perkembangan sejak pertama kali ditemukan. Pada bukunya Frame of The Mind (1983) Howard Gardner pada awalnya menemukan tujuh kecerdasan. Setelah itu, berdasarkan kriteria kecerdasan di atas, Gardner menemukan kecerdasan yang ke-8, yakni naturalis. Dan terakhir Howard Gardner memunculkan adanya kecerdasan yang ke-9, yaitu kecerdasan eksistensial.

Apa yang dimaksud dengan multiple intelligences dalam konteks pendidikan?
Menurut Gardner kecerdasan dalam multiple intelligences meliputi kecerdasan verbal-lingustik (cerdas kata), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan visual-spasial (cerdas gambar-warna), kecerdasan musikal (cerdas musik-lagu), kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), kecerdasan naturalis (cerdas alam), kecerdasan eksistensial (cerdas hakikat). Setiap kecerdasan dalam multiple intelligences memiliki indikator tertentu. Kecerdasan majemuk anak diidentifikasi melalui observasi terhadap perilaku, tindakan, kecenderungan bertindak, kepekaan anak terhadap sesuatu, kemampuan yang menonjol, reaksi spontan, sikap, dan kesenangan.

  1. Peran Sekolah Bagi Perkembangan Anak dalam Multiple Intelligences

Problematika pendidikan sekolah di Indonesia mengalami masa-masa penuh dilema. Pendidik hingga saat ini masih menerapkan pendekatan akademik penuh hafalan. Praktik yang sesuai dengan kebutuhan/perkembangan anak belum seluruhnya diterapkan. Keberhasilan belajar anak diukur dari kepatuhan, kemampuan kognitif dan sosial anak. Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik, intrapersonal, dan naturalis dianggap sebagai anak-anak yang bermasalah. Beberapa pendidik, bahkan, mengecap mereka sebagai anak yang hiperaktif, kuper, dan jorok. Pandangan ini telah membawa efek yang merugikan bagi anak-anak, terutama bagi perkembangan mereka.

Pendidikan yang berbasis multiple intelligences, berpeluang memberikan pengalaman hidup yang menyenangkan bagi anak dan memantik kecerdasan mereka. Padahal, sebagaimana dikatakan oleh Howard Gardner (Armstrong, 2003) perkembangan kecerdasan ditentukan oleh crystallizing experience dan paralyzing experience. Hal ini menunjukkan pentingnya pengalaman baik yang mengesankan bagi anak, dan betapa berbahayanya pengalaman buruk yang menyakitkan anak. Dengan kata lain, anak-anak yang dididik dengan konsep multiple intelligences akan mendapatkan perlakuan yang adil, memperoleh dukungan yang sangat mungkin menjadi crystallizing experience. Mereka akan memperoleh kesempatan berkembang sehingga setiap indikator dari kecerdasan berkembang optimal, dan muncul dalam bentuk keterampilan yang menakjubkan.

Teori multiple intelligences membuka kemungkinan bagi setiap anak untuk belajar dan mencapai tugas perkembangan. Multiple intelligences menghindarkan anak dari kegagalan tugas perkembangan, seperti rasa rendah diri dan tidak bahagia, rasa ketidaksetujuan dan penolakan sosial, yang akan menyulitkan penguasaan tugas perkembangan baru. Tugas perkembangan akan terganggu jika anak tidak memperoleh kesempatan untuk belajar apa yang diharapkan oleh kelompok sekolah, tidak memperoleh bimbingan dalam belajar, dan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Sebaliknya anak akan terdukung oleh lingkungan yang memberikan kesempatan anak untuk belajar, bimbingan belajar dari orang tua dan pendidik, serta motivasi yang kuat untuk belajar (Hurlock, 1997). Hal ini berarti, multiple intelligences memberi kesempatan pada anak untuk mendapatkan dukungan untuk pencapaian tugas perkembangan.

Daftar Pustaka

Armstrong, T. (2003). The multiple intelligences of reading and writing: Making the words come alive. ASCD.

Gardner, H. (1993). Multiple intelligences: The theory in practice. Basic books.

Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Larson, D. (2001). Multiple Intelligences: A Perspective in Learning and Applicability.

Akinpelu, J. A., Philosophy of Education. London: Macmillan Publisher, 1981.

Arends, Richard I., dan Kilcher, Ann, Teaching for Student Learning: Becoming an Accomplished Teacher. New York: Routledge, 2010.

Ary Ginanjar Agustian, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Jakarta: Arga, 2005.

Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Avci, Suleyman, dan Akinoglu, Orhan, “An Examination og the practices of Teachers Regarding the Arrangement of Education According to Individual Differences”, International Journal of Instruction, 7(2): 191-206, Diambil pada tanggal 29 September 2015, Dari http:// www.e-iji.net/dosyalar/iji_2014_2 _14.pdf, 2014.

Beller, Yahya, dan Avci, Suleyman, “Tiered Instruction: An Effective Strategy to Differentiation Instruction”, Journal of Kirsehir Education Faculty, 12(3): 109-126, Diambil pada tanggal 30 September 2015, dari http://kefad.ahievran.edu.tr/archieve/pdfler/Cilt12S ayi3/JKEF_12_3_2011_109-126.pdf.

Danar Zohar, SQ: Kecerdasan Spiritual, Terj. Rahmani Astuti. Bandung, Mizan Pustaka, 2007.

Dearden, R. F., Hirst, P. H., dan Peters, R. S. (eds), A Crituque of Current Educational Aims: Part I of Education and the Development ofReason. London: Routledge & Kegan Paul, 1975.

Depdiknas, Standar Kompetensi Dasar Guru, Jakarta: Ditjen Dikti, 1975.

Djohar, Guru, Pendidikan dan Pembinaannya Penerapannya dalam Pendidikan dan Undang Undang Guru. Yogyakarta: Sinar Grafika. 2007.

Dotger, Sharon dan McQuitty, Vicki, “Describing Elementary Teachers' Operative Systems” The Elementary School Journal, 115(1): 73-96, 2014.

Gardner, David, G., Shoback, Dolores, Multiple Intelligence, Newyork: McGraw Hill, 2007.

Heafford, M. R., Pestalozzi: His Thoughts and Its Relevance Today. London: Methuen 1967.

Howard Gardner, Intelegence Reframed: Multiple Intelligences for The 21 Century, New York: Basic Book, 2000.

Hughes, Jan N., “Longitudinal Effects of Teacher and Student Perceptions of Teacher-Student Relationship Qualities in Academic Adjustment”, The Elementary School Journal, 112(1): 38-60, 2011.

Jianzhong Xu, “Models of Secondary School Students' Interest in Homework: A Multilevel Analysis”, American Educational Research Journal, 45(4): 1180-1205, 2008.

Kay Kohlhaas, Hsin-Hui Lin, dan Kwang-Lee Chu, “Science Equity in Third Grade”, The Elementary School Journal, 110(3): 393-408, 2010.

McKeown, Margaret G., dan Beck, Isabel L., “The Assessment and Characterization of Young Learnenrs' Knowledge of a Topic in History”, American Educational Research Journal, 27(4): 688-726, 1990.

Ming Ming Chiu, “Adapting Teacher Interventions to Student Needs During Cooperative Learning: How to Improve Student Problem Solving and Time On-Task”. American Educational Research Journal, 41(2): 365-399, 2004.

Munif Chatib, 2004. Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia Pendidikan, terj.Yudhi Murtanto. Bandung: Kaifa, 2004.

Paul Suparno, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah: Cara menerapkan teori Multiple Intelligences Howard Gardner, Yogyakarta: Kanisius, 2008.

Pring, Richard, Philosophy of Education: Aims, Theory, Common Sense, and Research. New York: Continuum, 2005.

Reis, Sally M. et al, “The Effects of Differentiated Instruction and Emichment Pedagogy on Reading Achievement in Five Elementary Schools”, American Educational Research Joumal, 48(2): 462-501, 2011.

Skerrett, Allison, dan Hargreaves, Andy, “Students Diversity and Secondary School Change in a Context of Increasingly Standardized Perform”, American Educational Research Journal, 45(4): 913-915, 2008.

Tadkirotun Mufiroh, Cerdas Melalui Bermain, Jakarta: Grasindo, 2008.

Tim Dosen Ketamansiswaan, Materi Kuliah Ketamansiswaan, Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, 2014.

Yusi Pumiasih, “Strategi Multiple Intelligence”, Diambil pada Tanggal pada 30 Agustus 2015, Dikutip dari http://yusipurniasih.blogspot.co.id/2013110/strategi-multiple-intelligence.html


Page 2

Akinpelu, J. A., Philosophy of Education. London: Macmillan Publisher, 1981.

Arends, Richard I., dan Kilcher, Ann, Teaching for Student Learning: Becoming an Accomplished Teacher. New York: Routledge, 2010.

Ary Ginanjar Agustian, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Jakarta: Arga, 2005.

Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Avci, Suleyman, dan Akinoglu, Orhan, “An Examination og the practices of Teachers Regarding the Arrangement of Education According to Individual Differences”, International Journal of Instruction, 7(2): 191-206, Diambil pada tanggal 29 September 2015, Dari http:// www.e-iji.net/dosyalar/iji_2014_2 _14.pdf, 2014.

Beller, Yahya, dan Avci, Suleyman, “Tiered Instruction: An Effective Strategy to Differentiation Instruction”, Journal of Kirsehir Education Faculty, 12(3): 109-126, Diambil pada tanggal 30 September 2015, dari http://kefad.ahievran.edu.tr/archieve/pdfler/Cilt12S ayi3/JKEF_12_3_2011_109-126.pdf.

Danar Zohar, SQ: Kecerdasan Spiritual, Terj. Rahmani Astuti. Bandung, Mizan Pustaka, 2007.

Dearden, R. F., Hirst, P. H., dan Peters, R. S. (eds), A Crituque of Current Educational Aims: Part I of Education and the Development ofReason. London: Routledge & Kegan Paul, 1975.

Depdiknas, Standar Kompetensi Dasar Guru, Jakarta: Ditjen Dikti, 1975.

Djohar, Guru, Pendidikan dan Pembinaannya Penerapannya dalam Pendidikan dan Undang Undang Guru. Yogyakarta: Sinar Grafika. 2007.

Dotger, Sharon dan McQuitty, Vicki, “Describing Elementary Teachers' Operative Systems” The Elementary School Journal, 115(1): 73-96, 2014.

Gardner, David, G., Shoback, Dolores, Multiple Intelligence, Newyork: McGraw Hill, 2007.

Heafford, M. R., Pestalozzi: His Thoughts and Its Relevance Today. London: Methuen 1967.

Howard Gardner, Intelegence Reframed: Multiple Intelligences for The 21 Century, New York: Basic Book, 2000.

Hughes, Jan N., “Longitudinal Effects of Teacher and Student Perceptions of Teacher-Student Relationship Qualities in Academic Adjustment”, The Elementary School Journal, 112(1): 38-60, 2011.

Jianzhong Xu, “Models of Secondary School Students' Interest in Homework: A Multilevel Analysis”, American Educational Research Journal, 45(4): 1180-1205, 2008.

Kay Kohlhaas, Hsin-Hui Lin, dan Kwang-Lee Chu, “Science Equity in Third Grade”, The Elementary School Journal, 110(3): 393-408, 2010.

McKeown, Margaret G., dan Beck, Isabel L., “The Assessment and Characterization of Young Learnenrs' Knowledge of a Topic in History”, American Educational Research Journal, 27(4): 688-726, 1990.

Ming Ming Chiu, “Adapting Teacher Interventions to Student Needs During Cooperative Learning: How to Improve Student Problem Solving and Time On-Task”. American Educational Research Journal, 41(2): 365-399, 2004.

Munif Chatib, 2004. Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia Pendidikan, terj.Yudhi Murtanto. Bandung: Kaifa, 2004.

Paul Suparno, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah: Cara menerapkan teori Multiple Intelligences Howard Gardner, Yogyakarta: Kanisius, 2008.

Pring, Richard, Philosophy of Education: Aims, Theory, Common Sense, and Research. New York: Continuum, 2005.

Reis, Sally M. et al, “The Effects of Differentiated Instruction and Emichment Pedagogy on Reading Achievement in Five Elementary Schools”, American Educational Research Joumal, 48(2): 462-501, 2011.

Skerrett, Allison, dan Hargreaves, Andy, “Students Diversity and Secondary School Change in a Context of Increasingly Standardized Perform”, American Educational Research Journal, 45(4): 913-915, 2008.

Tadkirotun Mufiroh, Cerdas Melalui Bermain, Jakarta: Grasindo, 2008.

Tim Dosen Ketamansiswaan, Materi Kuliah Ketamansiswaan, Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, 2014.

Yusi Pumiasih, “Strategi Multiple Intelligence”, Diambil pada Tanggal pada 30 Agustus 2015, Dikutip dari http://yusipurniasih.blogspot.co.id/2013110/strategi-multiple-intelligence.html


Page 3

The PDF file you selected should load here if your Web browser has a PDF reader plug-in installed (for example, a recent version of Adobe Acrobat Reader).

If you would like more information about how to print, save, and work with PDFs, Highwire Press provides a helpful Frequently Asked Questions about PDFs.

Alternatively, you can download the PDF file directly to your computer, from where it can be opened using a PDF reader. To download the PDF, click the Download link above.

Fullscreen Fullscreen Off

  • There are currently no refbacks.

License URL: https://jurnal.albidayah.id/index.php/home/index

This work for Al-Bidayah : jurnal pendidikan dasar Islam licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

Apa yang dimaksud dengan multiple intelligences dalam konteks pendidikan?