Apa tujuan tumbuhan melakukan estivasi pada musim kemarau

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian organisme terhadap lingkungan dalam bentuk tingkah laku. Adaptasi tingkah laku merupakan salah satu bentuk penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya selain penyesuaian bentuk alat tubuh dan fungsi tubuh. Adaptasi ini bisa didapat dari hasil belajar atau naluri alamiah sejak lahir. Tujuan adaptasi tingkah laku adalah untuk bertahan hidup.

Apa tujuan tumbuhan melakukan estivasi pada musim kemarau

1. Tujuan Adaptasi Tingkah Laku

Berikut adalah tujuan makhluk hidup melakukan adaptasi tingkah laku:

  1. Untuk melindungi diri dari pemangsa.

  2. Untuk bertahan hidup dari perubahan iklim atau perubahan proses fisiologis.

  3. Untuk memperoleh makanan.

2. Macam-Macam Adaptasi Tingkah Laku

  1. Tingkah laku untuk sosial. Yang umumnya dilakukan oleh hewan yang hidup berkelompok.

  2. Tingkah laku untuk perlindungan diri.

3. Contoh Adaptasi Tingkah Laku

Mimikri adalah kemampuan mengubah warna kulitnya agar sesuai dengan lingkungan di sekitarnya. Apabila hewan tersebut berada di atas daun, maka hewan tersebut mengubah warna kulitnya menjadi hijau daun. Sedangkan apabila hewan tersebut berada di batang pohon berwarna coklat, maka hewan tersebut akan mengubah warna kulitnya menjadi coklat. Contoh hewan yang melakukan mimikri adalah bunglon.

Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan mengorbankan salah satu bagian tubuh. Bagian tubuh tersebut adalah ekor. Setelah dipotong, ekor tersebut tetap menggeliat sehingga menarik perhatian pemangsa dan hewan yang melakukan autotomi memiliki kesempatan untuk kabur. Contoh hewan yang melakukan autotomi adalah cicak dan sebagian gecko (tokek).

Mamalia yang hidup di perairan memiliki tingkah laku muncul ke permukaan air secara teratur. Tujuannya adalah untuk bernapas mengingat hewan ini bernapas dengan paru-paru meski hidup di perairan. Sesekali juga hewan tersebut menyemburkan air dari lubang di atas tubuhnya sebagai hasil dari proses pernapasan. Contohnya adalah paus dan lumba-lumba.

Estivasi adalah proses ketika hewan menonaktifkan diri saat lingkungan sekitar terlalu berbahaya sehingga dapat mengancam kehidupannya. Umumnya estivasi dilakukan ketika suhu lingkungan sangat panas pada musim kemarau. Estivasi berbanding terbalik dengan hibernasi yang mana dilakukan saat cuaca dingin pada musim dingin. Contoh hewan yang melakukan estivasi adalah siput darat, buaya, katak, dan lemur.

Menggulung tubuh merupakan perilaku yang dilakukan hewan berukuran panjang untuk melindungi diri dari ancaman. Contoh hewan yang memiliki tingkah laku menggulung tubuh adalah kaki seribu.

Hewan seperti cumi-cumi dan gurita memiliki kantong yang berisi cairan hitam seperti tinta. Ketika ancaman datang, hewan tersebut akan menyemprotkan cairan hitam tersebut ke dalam air. Sehingga hewan pengancam tersebut tidak dapat melihat sehingga cumi-cumi atau gurita bisa kabur.

Terdapat pula hewan yang memiliki kebiasaan berendam di kubangan air/lumpur. Contohnya adalah kerbau. Kerbau merupakan hewan bertubuh besar dan memiliki jaringan lemak yang tebal sehingga tubuhnya mudah panas. Maka dari itu, kerbau kerapkali berendam di kubangan air/lumpur untuk mendinginkan tubuh.

Hibernasi adalah kondisi ketika hewan tidak aktif untuk memperlambat proses metabolisme yang bertujuan untuk menghemat energi. Hewan melakukan hibernasi ketika musim dingin tiba. Hal itu dikarenakan pada musim dingin sangat sulit mencari makanan. Contoh hewan yang melakukan hibernasi adalah beruang, landak, hamster, tupai, dan lemur.

Beberapa hewan seperti kepik, sigung, dan walang sangit memiliki kemampuan mengeluarkan bau yang menyengat. Bau tersebut berasal dari kelenjar di tubuhnya. Bau dikeluarkan ketika hewan tersebut merasa terancam. Bau tersebut membuat hewan pengganggu atau pemangsa enggan mendekatinya.

Terdapat beberapa spesies hewan yang memiliki tingkah laku yang unik ketika merasa terancam, yakni pura-pura mati. Contoh hewan yang beradaptasi dengan cara pura-pura mati adalah tupai Virginia. Bahkan tupai tersebut mengeluarkan busa dari mulutnya sehingga tampak benar-benar mati. Ketika pemangsa lengah, tupai tersebut akan segera melarikan diri.

Gutasi adalah proses pengeluaran air dalam wujud cair oleh tumbuhan. Gutasi berbeda dengan transpirasi yang mengeluarkan air dalam wujud gas (ke udara). Air dalam wujud cair dikeluarkan melalui hidatoda. Gutasi terjadi ketika terjadi penyerapan air secara terus menerus, laju transpirasi yang rendah, dan kelembaban tinggi. Gutasi ditandai dengan adanya tetesan air pada bagian tepi daun.

Beberapa spesies tumbuhan seperti pohon jati beradaptasi terhadap musim kemarau dengan cara menggugurkan seluruh daunnya. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi penguapan yang menyebabkan tumbuhan tersebut kehilangan banyak air saat musim kering. Selain itu, daun yang gugur akan menutupi tanah di bawah tumbuhan tersebut sehingga menghambat pertumbuhan gulma atau tumbuhan lain yang dapat menjadi pesaing merebut air.

Tumbuhan putri malu dikenal memiliki tingkah laku yang unik yakni mengatup apabila terkena suatu rangsangan seperti sentuhan, tiupan angin, goyangan, dan panas. Sehingga tumbuhan ini tampak layu. Namun daunnya akan kembali pulih beberapa menit kemudian. Adaptasi ini juga terjadi pada tumbuhan anggota polong-polongan, namun reaksinya tidak secepat putri malu.

Tumbuhan jagung memiliki adaptasi tingkah laku dengan cara menggulungkan daunnya. Tumbuhan jagung menggulungkan daunnya ketika cuaca panas dengan tujuan mengurangi penguapan air. Mengingat daun jagung memiliki struktur yang lebar sehingga dapat mempercepat penguapan.

Baca juga:

  1. Kelangsungan Hidup Organisme (Artikel Lengkap)

Estivasi adalah kondisi ketidakaktifan hewan sebagai bentuk respon terhadap suhu lingkungan yang sangat panas. Hewan yang melakukan estivasi akan mengalami penurunan laju metabolisme di dalam tubuhnya untuk dapat bertahan hidup tanpa makanan dan air. Hewan-hewan tersebut biasanya akan berdiam diri di lubang, gua, atau tempat teduh lainnya hingga hujan turun. Estivasi sering disandingkan dengan hibernasi karena sama-sama kondisi ketidakaktifan hewan, tetapi hibernasi terjadi pada suhu lingkungan yang sangat dingin. Hewan yang mengalami estivasi diantaranya buaya dan katak serta beberapa jenis siput darat.[1][2][3]

Salah satu hewan yang mengalami estivasi adalah keong rawa. Keong rawa spesies Pomacea canaliculta yang dapat ditemukan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia, mampu bertahan pada lingkungan ektrem dengan tingkat keasaman 4-4,5. Keong rawa jenis ini berestavasi terhadap kekeringan di perairan yang tidak mengalir dan sangat berlumpur dengan cara membenamkan diri ke dalam lumpur. Keong rawa dapat bertahan selama lebih dari satu tahun tanpa makan dengan tingkat mortalitas yang rendah. Hal ini dapat dijumpai pada lahan-lahan gambut yang terbakar.[4]

Plankton spesies Cepapoda diocious melakukan estivasi dengan cara membungkus diri dengan selubung organik yang keras dan menjadi siste. Hal tersebut berlanjut hingga hewan ini berhasil melahirkan keturunan baru. Masa estivasi hewan ini dapat berlangsung selama 6 bulan hingga hingga lebih dari satu tahun di lingkungan air tawar.[5]

Ikan paru-paru, terutama spesies Protopterus aethiopicus, yang mendiami aliran Sungai Nil dan beberapa danau seperi Danau Tanganyika terkenal karena keistimewaanya dalam berestivasi. Ikan tersebut mampu bertahan hidup pada lingkungan bersuhu 25o-30o C. Protopterus aethiopicus berestivasi dengan menggali lubang untuk bersembunyi. Protopterus aethiopicus betina akan bersembunyi hingga telur yang dieraminya menetas.[6]

  • Dormansi

  1. ^ Tok, Panji (02-11-2015). "TORPOR, HIBERNASI, DAN ESTIVASI". edubio.info. Diakses tanggal 14-06-2020.  Periksa nilai tanggal di: |access-date=, |date= (bantuan)
  2. ^ Edison, Lampu (30-09-2018). "Hibernasi Di Musim Panas". kumparan.com. Diakses tanggal 14-06-2020.  Periksa nilai tanggal di: |access-date=, |date= (bantuan)
  3. ^ Piantadosi, Claude (2003). The BIOLOGY of HUMAN SURVIVAL: Life and Death in Extreme Environtments. New York: Oxford University Press. hlm. 111-112. ISBN 0-19-516-501-2.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  4. ^ Dharmawati, Siti, dkk., (2016). "BIOLOGI KEONG RAWA (Pomacea glauca dan Pomacea canaliculata) DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN". Media Sains. 9 (1): 108. ISSN 2355-9136. 
  5. ^ Agustini, Maria; Madyowati, Sri Oetami (2017). "BIODIVERSITAS PLANKTON PADA BUDIDAYA POLIKULTUR DI DESA SAWOHAN KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan. Universitas Trunojoyo Madura. III: 301. 
  6. ^ Dewantoro, Gema Wahyu; Rachmatika, Ike (2016). Jenis Ikan Introduksi dan Invasif Asing di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. hlm. 24–25. ISBN 978-979-799-848-6.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Estivasi&oldid=17953766"