Apa keterampilan baru yang didapatkan dari proses ini

KOMPAS.com – Terkadang kita ingin mempelajari keterampilan baru, misalnya melukis atau belajar bahasa asing.

Namun tak disangka, rupanya mempelajari sesuatu yang baru bukanlah hal mudah dan butuh waktu lama untuk menguasainya. Bahkan, tak jarang berakhir dengan kegagalan atau berhenti di tengah jalan.

Mengapa mempelajari keterampilan baru itu sangat sulit? Mungkin, karena kita perlu memikirkan kembali bagaimana kita belajar.

Nah, melansir NPR, berikut ini ada beberapa tips mempelajari keterampilan baru yang bisa kita coba.

Baca juga: Keterampilan Hidup yang Dibutuhkan untuk Raih Kesuksesan

Belajarlah dari anak-anak

Jika kita bertanya pada anak kecil terkait hal atau keterampilan yang baru mereka pelajari, pasti mereka akan menjawabnya dengan cepat.

Ternyata, ini ada penyebabnya. Menurut Rachel Wu, profesor psikologi di University of California, anak-anak dan bayi memang lebih mudah memperlajari hal-hal baru karena seluruh hidup mereka berpusat pada pembelajaran.

Apalagi, pikiran anak sangat terbuka dan mereka ingin mempelajari segalanya karena semuanya relevan bagi mereka.

Wu mengatakan kita dapat belajar dari itu dengan bertanya pada diri sendiri, "apakah hal yang saya coba untuk pelajari itu relevan dengan hidup saya?"

Lalu, carilah seorang instruktur yang dapat membuat keterampilan yang ingin kita pelajari bisa dipelajari dengan cara yang mudah.

Setelah itu, beri diri sendiri waktu untuk mempelajari sesuatu yang baru dan jangan terburu-buru. Ambil bayi sebagai contoh. Bayi tentu tidak dapat langsung berkomunikasi begitu mereka lahir dan membutuhkan setidaknya satu tahun untuk mempelajari kosa kata.

Jadi, beri diri sendiri jumlah waktu yang sama untuk mempelajari sesuatu, layaknya seorang anak kecil.

Baca juga: Apakah Terlambat Belajar Bermain Catur Saat Dewasa?

Apa keterampilan baru yang didapatkan dari proses ini

Apa keterampilan baru yang didapatkan dari proses ini
Lihat Foto

Unsplash/Helena Lopes

Ilustrasi WFH sama hewan peliharaan

“Mengutak-ngatik” proses pembelajaran

Jika terus berjuang untuk tetap termotivasi atau merasa tengah buntu, cobalah hentikan sementara proses pembelajarannya dan “mengutak-ngatik” prosesnya dengan metode pembelajaran baru yang lebih menantang.

Ambil contoh dari Wu, yang sedang belajar berbicara bahasa Jerman misalnya. Tak hanya mengambil kelas di kampus tempatnya bekerja, ia juga mulai menonton salah satu acara TV favoritnya, The Nanny, yang disulihsuarakan dalam bahasa Jerman yang diperelambat hingga 50 persen.

“The Nanny baik karena mengajarkan kita lebih banyak bahasa sehari-hari dan frasa yang akan Anda temui setiap hari," kata Wu.

Lalu selain mengutak-atik, kita juga perlu menerima bahwa kita harus terbuka terhadap kemungkinan memulai dari awal.

Ambil contoh dari Nell Painter, seorang pensiunan profesor di Princeton yang menulis sebuah buku berjudul Old in Art School: A Memoir of Starting Over.  Ia berhasil memperoleh gelar sarjana dan MFA dalam melukis saat berusia 60 tahunan.

Ia mengatakan bahwa latihan yang dieplajarinya selama kelas seni awal benar-benar membantunya dalam menyesuaikan hubungannya dengan pekerjaan dan kesalahannya.

Painter terus menggambar dan menggambar, melihat modelnya, dan menggambar lagi, mencoba untuk memperbaikinya. Namun terkadang, gurunya akan datang dan menyuruhnya untuk kembali menghapusnya dan menggambarnya lagi dengan posisi sedikit bergeser ke kanan sebanyak 25 cm.

Mendengar itu, tentu Painter akan kembali menggambar dan mengerjakannya dengan benar, sampai gurunya kembali mengatakan untuk menghapusnya dan mengubah gambarnya menjadi 10 persen lebih kecil.

Baca juga: Raih Gelar Sarjana di Usia 78 Tahun, Chamimah: Mahasiswa Lain Memotivasi Saya...

Jangan takut melakukan kesalahan

Tidak ada yang suka membuat kesalahan. Namun saat mempelajari sesuatu, kesalahan adalah bagian penting dari proses.

Menurut Manu Kapur, profesor ilmu pembelajaran dan pendidikan tinggi di ETH di Zurich Swiss yang menulis dan mengajar tentang manfaat renormalisasi kegagalan dan gagasan kegagalan produktif, perjuangan untuk membiarkan diri kita berbuat salah itu sangat sulit.

“Butuh perjuangan untuk mengatakan pada diri sendiri bahwa ‘Ini adalah sesuatu yang tidak saya ketahui dan saya tak bisa langsung bisa mempelajariya,’” ujar Kapur.

"Saat saya merasa buntu, saya hanya perlu mengatakan pada diri sendiri bahwa tidak apa untuk terus melakukan sesuatu secara terus menerus. Dan hingga waktunya tiba, Anda hanya perlu merasa nyaman karena mempelajari sesuatu,” tambahnya.

Jadi, jika khawatir sudah terlambat untuk memulai mempelajari keterampilan baru atau rasa takut akan kegagalan telah menghentikan kita untuk mempelajarinya, kesampingkan rasa khawatir itu dan mulai saja.

Sebab, kemungkinan kegagalan akan menjadi bagian dari proses pembelajaran yang paling penting

Baca juga: Belajar Bahasa Asing Selama Karantina dan Bagaimana Memulainya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

A. Latar Belakang

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan.  Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara anak dengan lingkungannya baik antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, maupun anak dengan pendidik. Kegiatan ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar, demi mencapai hasil belajar yang memuaskan, sejalan dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara Pendidikan itu “menuntun”, layaknya seorang pengasuh yang mengasuh, mengayomi, mengarahkan dan membimbing anak asuhnya sesuai dengan kodratnya untuk meraih kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik itu harus menumbuhkan sikap merdeka belajar dan senantiasa melakukan pembelajaran yang berpihak pada anak dan harus menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, karena pada dasarnya anak itu senang bermain. Menurut pemikiran KHD, dimana pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak sedangkan mendidik adalah menuntun atau mengarahkan peserta didik agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan mencapai tujuannya menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa. Peran guru yang diinginkan oleh beliau adalah seorang guru menjadi teladan bagi anak didiknya lalu dapat mengarahkan dan menuntun dengan benar tanpa adanya paksaan, dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Sejalan dengan Undang-Undang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005 juga menjelaskan bahwa tugas seorang guru bukan hanya mengajar dan mendidik peserta didiknya, akan tetapi juga harus membimbing dan mengarahkan mereka kepada jalan yang benar, melatih kemampuan mereka agar dapat mengembangkan potensinya, dan dapat menilai dan mengevaluasi hasil belajar dan tingkah laku mereka selama di sekolah. Kenyataan di lapangan proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah sebagian besar masih berpusat pada guru (teacher centered) dimana siswa hanya sebagai objek dalam KBM. Ceramah masih menjadi metode favorit sebagian guru ketika tidak ada persiapan mengajar. Pemberian materi masih satu arah sehingga posisi siswa hanya mendengarkan, mencatat kemudian mengerjakan tugas yang diberikan tanpa ada interaksi yang berarti antara kedua belah pihak. Sehingga siswa mempunyai sedikit peluang untuk bertanya dan mengemukakan ide dan gagasan. Akibatnya pembelajaran cenderung membosankan dan membuat siswa menjadi pasif. Keadaan siswa yang pasif tersebut bukan hanya dalam satu pelajaran bahkan hampir semua mata pelajaran. Dilihat dari sisi pendidik zaman sekarang, banyak pendidik yang kurang menyadari hakekat dan perannya sebagai pendidik. Banyak dari mereka yang menganggap menjadi guru adalah pekerjaan semata, hanya untuk mengajar dan menyampaikan pelajaran kepada peserta didiknya sesuai dengan tuntutan kurikulum. Padahal, peran pendidik sangat dibutuhkan untuk menuntun dan mengamong siswa sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki Untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki siswa baik itu minat, bakat dan potensi yang dimilikinya bisa dimulai dari lingkup paling kecil yaitu di ruang pembelajaran/ruang kelas dimana guru dan siswa berinteraksi secara langsung. Disinilah peran guru menciptakan suasana merdeka belajar yang nyaman, menyenangkan dan membuat murid bahagia dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir sehingga pada akhirnya akan bisa menciptakan suasana belajar yang bermakna. Guru juga harus mampu menggali dan mengembangkan potensi dan karakteristik masing-masing peserta didik untuk mewujudkan murid yang selamat dan bahagia. Untuk itu usaha yang bisa kita lakukan sebagai guru adalah mendesain sebuah pembelajaran yang lengkap mulai dari materi, metode, teknik, pendekatan sampai dengan penilaian untuk mengukur capaian kompetensi siswa. Kurikulum 2013, sudah mengharuskan guru untuk melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan model pembelajaran penyingkapan (inquiry learning), pembelajaran penemuan (discovery learning) dan pendekatan pembelajaran berbasis hasil karya yang meliputi pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) serta pelatihan berbasis product (production based training) dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning), tetapi kenyataan di lapangan masih banyak guru yang belum maksimal menerapkan pendekatan tersebut Bertolak dari masalah tersebut, siswa mengharapkan adanya perubahan dalam proses belajar mengajar. Mereka membutuhkan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna serta pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-masing. Berdasar penjelasan di atas maka dalam proses belajar mengajar tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered) melainkan berpusat kepada murid (student centered) dimana siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Guru harus mampu mengupayakan agar murid terjaga semangat untuk selalu ingin belajar dan ini bukanlah hal mudah. Keberhasilan murid dalam belajar ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang menyenangkan yang akan memiliki keunggulan dalam meraup segenap informasi secara utuh sehingga konsekuensi akhir meningkatkan kemampuan siswa. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaran bermakna ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. 

B. Tujuan Aksi Nyata

Setelah menerapkan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna ini diharapkan : (1) Siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga mereka nyaman berada di kelas dan antusias dalam belajar. (2) Siswa aktif dalam proses belajar mengajar dan bernalar kritis, mereka mampu mengemukakan ide serta gagasan tanpa rasa takut salah. (3) Siswa mampu mandiri, mereka mampu berdiri sendiri tidak tergantung kepada orang lain, mereka percaya diri mengerjakan tugas sendiri tanpa mencontek pekerjaan siswa lain.

C. Tolak Ukur

Ketika melihat fenomena yang terjadi pada siswa kelas VII yang masih bingung untuk mengikuti pembelajaran, siswa-siswa belajar lebih memilih bangku belakang dari pada di depan, saling tuduh jika ditanya, mengerjakan tugas dengan saling mencontek, bahkan ada yang tidak mengerjakan tugas hal tersebut menunjukan bahwa mereka belum merdeka dalam belajar. Maka dari itu sebagai tolak ukur keberhasilan kita dalam melaksanakan proses pembelajaran sebagai berikut : (1) Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan senang hati, antusias dan semangat. (2) Terciptanya pembelajaran yang kreatif, partisipatif, dan rekreatif bagi siswa (3) Terciptanya kolaborasi dengan orang tua siswa sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk hasil diskusi kesiapan dan kebutuhan siswa, kendala yang dihadapi dalam pendampingan di rumah, dan capaian belajar siswa; (4) Tumbuhnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran sesuai bakat, minat, dan potensinya. (5) Siswa dapat mengerjakan tugas dengan mandiri. Tanpa tergantung kepada siswa lain. (6) Siswa berani menyampaikan ide, pendapat dan pertanyaan dalam diskusi. (7) Siswa mempunyai sikap mandiri, dan berpikir kritis.

D. Linimasa Kegiatan Aksi Nyata

1. Tahap Persiapan (Mei 2021)

Tahap Persiapan

Diseminasi dan Audiensi kepada Pihak Sekolah, Kepala Sekolah dan rekan guru, Kolaborasi dengan urusan Kesiswaan dan guru BP/BK, Kolaborasi dengan orang tua murid, Kolaborasi dengan murid untuk penyiapan alat dan bahan pembelajaran, Merancang materi pembelajaran yang menarik dan interaktif

2. Tahap Pelaksanaan (Mei 2021)

Kegiatan Awal

Tes Non Kognitif Awal

Kegiatan Inti

Memberikan kesempatan kepada murid belajar mandiri (buku cetak atau internet)

Memberikan penguatan materi yang telah dipelajari secara mandiri

Memberikan pilihan metode pembagian kelompok

Membimbing murid dalam praktik positif

Membimbing murid dalam diskusi kelompok

Membimbing murid dalam penyiapan presentasi hasil diskusi sesuai kreativitas kelompok

Membimbing perwakilan kelompok melakukan presentasi

Memberikan penguatan terhadap presentasi

Kegiatan Penutup

Mengajak murid melakukan penarikan kesimpulan

Mengajak murid melakukan refleksi

Memberikan pilihan penugasan mandiri

3. Tahap Evaluasi/Rencana tindak lanjut (Juni 2021)

Kolaborasi dengan orang tua terkait capaian belajar murid

Kolaborasi dengan murid dalam penyusunan rencana tindak lanjut proses pembelajaran

Kolaborasi dengan pihak sekolah terkait penyusunan laporan aksi nyata

E. Dukungan yang dibutuhkan

Guna menjamin keberhasilan pelaksanaan aksi nyata dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak.

Dukungan tersebut adalah dari Kepala Sekolah/Instansi, rekan kerja, wali kelas, siswa dan orang tua :

Kepala Sekolah/Instansi Sekolah : pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran;  Rekan sejawat : masukan terkait rencana aksi nyata; Urusan kesiswaan dan guru BP/BK : informasi orang tua murid dan penyiapan kelas kunjungan kelompok belajar; Orang tua : kolaborasi sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran terkait potensi, kemajuan belajar, dan capaian murid; Murid : keterlibatan aktif sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran.

Dengan dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat menjalin hubungan sinergitas dalam upaya “Melaksanakan Pembelajaran Yang Menyenangkan dan Bermakna (Meaningfull Learning) untuk Meningkatkan Minat Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa” dengan menerapkan konsep merdeka belajar demi tercapainya kebebasan belajar, serta mampu bereksplorasi, menunjukkan siswa yang berprofil Pancasila

F. Deskripsi Aksi Nyata

Tindakan aksi nyata dimulai dengan menulis rancangan dengan mengacu kepada suasana merdeka belajar bagi murid yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di masa pandemi dan era teknologi. Setelah rancangan tindakan selesai yaitu ada tiga tahap yang saya laksanakan untuk mencapai tujuan aksi nyata ini yaitu Tahap Persiapan, Tahap pelaksanaan dan Tahap Evaluasi/Rencana Tindak Lanjut. Hal yang pertama dilakukan penulis adalah penulis melakukan Diseminasi dan Audiensi kepada Pihak Sekolah, Kepala Sekolah untuk pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, dengan rekan guru untuk memperoleh masukan dan kritik tentang rencana aksi nyata, Kolaborasi dengan urusan Kesiswaan dan guru BP/BK untuk mencari informasi orang tua murid dan penyiapan kelas kunjungan kelompok belajar, Kolaborasi dengan orang tua murid mulai dari sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran terkait potensi, kemajuan belajar, dan capaian murid, Kolaborasi dengan murid untuk penyiapan alat dan bahan dalam proses pembelajaran, Merancang materi pembelajaran yang menarik, interaktif dan Instrumen pembelajaran, berkomunikasi dengan siswa untuk dijadikan kelas Model, yaitu kelas percontohan bagi kelas-kelas yang lain. Cara menentukan kelas penggerak adalah dengan melihat respon dan antusias yang paling banyak dari kelas tertentu ketika ada penawaran untuk menjadi kelas percontohan/kelas model bagi kelas-kelas yang lain. Komunikasi dengan murid di lakukan melalui WA group. Setelah ijin dari kepala sekolah dan kelas model di peroleh maka penulis menyiapkan rancangan kegiatan untuk diterapkan bersama dengan kelas Model. Pemberian materi pelajaran dilakukan secara daring dan luring, dengan satu kali pertemuan secara luring dan dua kali pertemuan secara daring. Penyampaian materi diberikan secara daring sementara penjelasan tentang pemberian tugas dan penilaian dilaksanakan secara kombinasi daring atau luring agar murid lebih paham tentang pemberian tugas dan jenis tugas yang akan dipilih dan teknik penilaian yang akan dilaksanakan. Meskipun penulis menetapkan kelas model sebagai contoh dan motivator bagi kelas-kelas yang lain tetapi pemberian materi dilakukan secara merata kepada kelas-kelas lain dan murid-murid di luar kelas model diberi kesempatan yang sama untuk memilih jenis tugas dan teknik penilaian, baik itu di kerjakan secara individu ataupun kelompok. Penjelasan dan contoh-contoh jenis tugas juga bisa diperoleh murid melalui sumber yang belajar yang lain, seperti dari internet Berhubung situasi Pandemi saat ini, pemberian instruksi, pengumpulan tugas, serta pemberian feedback dilakukan berbantuan platform Google Classroom ataupun WAG. Proses mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dilakukan dengan mengajak peserta didik belajar sambil bermain artinya pembelajaran tidak dipaksakan untuk menyelesaikan materi hari itu, tetapi diberikan kebebasan dan rentang waktu untuk menyelesaikan materi dan tugas yang diberikan karena masalah utama dalam pembelajaran daring yang dilakukan adalah masalah jaringan internet dan paket data yang dimiliki sebagian besar siswa kami, ini dilakukan supaya siswa tidak merasa terbebani dengan materi dan tugas yang diberikan, Produk kreativitas yang dikumpulkan sebagai tugas proyek disesuaikan dengan daya dukung dari peserta didik tanpa memaksa terkait bahan dan bentuknya. Kesepakatan dalam hal proses dan jadwal pengumpulan dilakukan di awal pembelajaran. Pendidik juga berkomunikasi dengan orang tua dengan memberikan kuesioner tentang proses pembelajaran yang dilakukan secara daring. Diskusi dilakukan melalui media WAG.

G. Hasil Aksi Nyata

1. Hasil

Secara umum, hasil yang diperoleh setelah melaksanakan pembelajaran aksi nyata adalah adanya perubahan dari segi motivasi belajar dan partisipasi dalam mengikuti pembelajaran bermakna. Setelah sebelumnya saya memberikan waktu khusus kepada murid untuk melaksanakan pembelajaran bermakna sesuai dengan kodrat anak serta mengarah kepada konsep merdeka Belajar. Di awal kegiatan terdapat kesepakatan bahwa murid diperbolehkan memilih kegiatan yang disepakati berdasarkan kegiatan yang benar-benar diinginkan oleh murid. Kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik

2. Pembelajaran Yang Didapat Dari Pelaksanaan Kegiatan

Kegagalan : Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa salah satu kendala dalam pelaksanaannya karena Paket Internet yang terbatas, masalah koneksi yang tidak stabil juga mempengaruhi kondisi kegiatan Aksi nyata ini sehingga beberapa murid tidak dapat mengikutinya. Namun saya mengatasi masalah ini dengan mengirimkan video pembelajaran atau materi pembelajaran melalui WAG agar dapat dilihat murid yang tidak dapat mengikuti pembelajaran pada saat ada sinyal atau ada paket data

Keberhasilan : Kegiatan aksi nyata yang saya lakukan di satuan pendidikan memiliki dampak positif bagi murid saya. Salah satunya adalah ada peningkatan motivasi Belajar murid. Mereka berpendapat kegiatan ini mampu memotivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran karena konsep merdeka belajar yang membuat mereka lebih tertarik dan tertantang dalam melaksanakan pembelajaran tersebut.

H. Refleksi Tindakan Aksi Nyata

Berdasarkan hasil tindakan aksi nyata masih banyak yang perlu diperbaiki untuk menuju kesempurnaan baik bagi guru terutama bagi murid untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Hal-hal baik dan positif yang sudah diterapkan dan dilaksanakan akan dipertahankan untuk ditingkatkan menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang. Sementara kekurangan-kekurangan yang terjadi baik pada saat perekrutan kelas model, proses pembelajaran, pemberian tugas dan kekurangan murid dalam sarana prasarana pendukung dan kekurangan siswa dalam menggunakan teknologi serta cakupan wilayah siswa yang kurang bagus mendapatkan akses internet akan dicarikan solusinya sehingga guru dan murid akan merasa nyaman dalam berkegiatan “Proses Belajar Mengajar”

Tidak dapat dipungkiri bahwa proses ini tidak mudah dan berjalan dengan baik karena memperkenalkan hal yang baru kepada murid dengan sentuhan teknologi dalam proses pembelajaran. Komunikasi tidak hanya terbatas pada saat pembelajaran secara daring tetapi juga di luar pembelajaran melalui WAG, saat murid mengalami kendala baik dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan tugas yang saya ampu maupun kendala-kendala lainnya.

Murid yang belum mampu atau mempunyai kendala dalam pembelajaran, baik dalam memperoleh materi, menyelesaikan tugas melalui bentuk media yang ditawarkan/secara daring bisa mengerjakan, memperoleh materi secara manual dengan cara datang ke sekolah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat

I. Rencana Perbaikan Aksi Nyata Di Masa Mendatang

Berdasar refleksi yang dilakukan baik oleh guru dan murid, maka di masa yang akan datang tentu saja akan dilakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga bisa menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih bermakna ini bisa diterapkan tidak hanya pada satu mata pelajaran tetapi ke beberapa mata pelajaran yang lain yang memungkinkan. Kekurangan murid dalam berteknologi sederhana juga dijadikan catatan agar kedepannya sekolah memberikan fasilitas bagi murid untuk meningkatkan keterampilannya dalam teknologi informasi. Disamping itu ada beberapa perbaikan yang masih harus saya lakukan demi peningkatan kualitas pendidikan paling tidak di satuan pendidikan saya. Dengan mengupgrade diri untuk dapat memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik di sekolah saya. Langkah kedepannya yang saya lakukan adalah dengan mengajak rekan guru di satuan pendidikan saya. Tujuannya adalah mengajak rekan guru untuk berkolaborasi menanamkan filosofi Ki Hadjar Dewantara yang memberikan pembelajaran yang berpusat kepada murid.