Apa bentuk semangat dan komitmen Sayuti Melik?

Seseorang bisa kehilangan motivasi kerja karena terlalu lelah. Itulah pentingnya memiliki keseimbangan antara waktu bekerja dan istirahat. Jika merasa kelelahan secara fisik atau psikis, hilangnya motivasi kerja sangat mudah terjadi. Coba atur waktu istirahat yang lebih konsisten dengan durasi yang cukup.

Para pendiri negara biasanya merupakan orang-orang yang memainkan peran berpengaruh dalam pembentukan sistem pemerintahan (seperti bentuk sistem politik pemerintahan, dan konstitusi), dari negara tersebut.

Baca Juga:  Bagaimana Cara Membaca

Jawaban: Para pendiri negara dan dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia Sangat Semangat,Rela berkorban,dan saling bekerjasama,pantang menyerah. Dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia mencerminkan nilai nilai pancasila yakni pada sila 5 Pancasila yang berbunyi *Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia*.

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, bentuk– bentuk semangat komitmen kebangsaan yang ditunjukkan pendiri negara pada masa sebelum pergerakan nasional adalah kesadaran akan harga diri, jiwa merdeka, ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa dan keberanian.

Jawaban. Beliau memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, dengan ikut serta dalam perumusan teks proklamasi. Berpendirian teguh dan bertanggung jawab, dapat diketahui dari sosok belau yang rela tidak tidur demi menyelesaikan ketikan teks proklamasi. Berani mempertaruhkan nyawanya untuk mewujudkan kemerdekaan.

Mengutamakan kepentingan bangsa dari kepentingan pribadi. Mengutamakan persatuan, kesatuan dan nasionalisme di atas perbedaan seperti sikap pro patria dan primus patrialis pendiri bangsa. Rasa solidaritas dan kesetiakawanan tinggi, artinya mencintai dan menghargai kawan-kawan baik yang di sekolah atau lingkungan rumah.

Jawaban: semangat dan komitmen pendiri negara pada perumusan dan pengesahan UUD 1945 antara lain mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, persatuan dan kesatuan, rela berkorban, cinta tanah air, dan musyawarah mufakat.

SIKAP KITA terhadap semangat juang para tokoh perumus Pancasila haruslah POSITIF dalam arti kita menjadikan semangat juang mereka sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap positif kita akan terlihat dalam sejumlah perilaku, seperti misalnya: Mengedepankan musyawarah dalam pengambilan keputusan.

1.IR.SoekarnoBentuk Semangat danKomitmen :1. BersifatNasionalisme dan Patriotisme yang sangat tinggi. 2. Menerapkannilai-nilai keislaman dalam dunia berpolitiknya demi kemaslahatan bangsanya.3. IdealismePerjuangan yang sangat kental dan sangat tinggi. 4. Jiwayang menggelora untuk mencapai kemerdekaan bangsanya.

Para pendiri bangsa pada perumusan Pancasila terdapat saat perbedaan pendapat, namun sikap yang di tunjukkan para pendiri bangsa ini adalah menghargai dan menghormati para pendapat yang di sampaikan oleh masing-masing para pengusul pendapat.

Sebagaimana kelima komitmen itu adalah: 1. Pancasila, sebagai dasar falsafah dan kepribadian bangsa. 2. UUD 1945, sebagai sumber hukum dan morlaitas bangsa. 3. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai lambang persatuan bangsa. 4. Bendera Merah Putih, sebagai lambang kebanggaan bangsa.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bawa semangat dan komitmen pendiri negara pada perumusan dan pengesahan UUD 1945 antara lain mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, persatuan dan kesatuan, rela berkorban, cinta tanah air, dan musyawarah mufakat.

Jawaban: Memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali. Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan.

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, sikap yang diperlihatkan para tokoh pendiri negara dalam persidangan ppki adalah sikap patriotisme dan rasa kebangsaan.

jawaban : Para pendiri bangsa dalam merumuskan Pancasila memiliki ciri-ciri komitmen sebagai berikut: Mengutamakan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme. Adanya rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia. … Mendukung dan berupaya secara aktif mencapai cita-cita bangsa.

Hal yang dapat diteladani dari para tokoh pendiri negara perumus dasar negara adalah : Ir. Soekarno, Jiwa dan semangat merdeka, Nasionalisme dan patriotisme, idealisme kejuangan yang tinggi. Muhammad Hatta, Nasionalisme yang tinggi, Rela berkorban, taat beribadah, jujur.

Pengertian Komitmen Kebangsaan

Komitmen kebangsaan adalah keterikatan dengan penuh tanggung jawab untuk setia dan menumbuhkan kesadaran diri sebagai bangsa Indonesia. Suatu negara tidak dapat berdiri tegak dan mencapai cita-cita serta harapan rakyatnya tanpa komitmen kebangsaan warga yang konsisten.

Berikut 6 semangat pendiri negara pada proses perumusan Pancasila: Semangat persatuan dan kesatuan di atas keberagaman. Semangat persaudaraan dan kekeluargaan. Semangat mengedepankan kepentingan bersama (bangsa) dibanding kepentingan pribadi.

Jawaban. Beliau memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, dengan ikut serta dalam perumusan teks proklamasi. Berpendirian teguh dan bertanggung jawab, dapat diketahui dari sosok belau yang rela tidak tidur demi menyelesaikan ketikan teks proklamasi. Berani mempertaruhkan nyawanya untuk mewujudkan kemerdekaan.

Kontribusi Fatmawati adalah menjahit Sang Saka Merah Putih, yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan RI pada 1945. Di samping menjadi penjahit bendera merah putih, komitmennya adalah pernah menjadi Ibu negara di bawah pemerintahan Soekarno, dari tahun 1945-1967.

1.IR.SoekarnoBentuk Semangat danKomitmen :1. BersifatNasionalisme dan Patriotisme yang sangat tinggi. 2. Menerapkannilai-nilai keislaman dalam dunia berpolitiknya demi kemaslahatan bangsanya.3. IdealismePerjuangan yang sangat kental dan sangat tinggi. 4. Jiwayang menggelora untuk mencapai kemerdekaan bangsanya.

Jawaban. Jawaban: 1.pantang menyerah ,tabah,rela berkorban,rela menolong,taqwa kepada tuhan yang maha esa ,patriotisme .

Soepomo adalah perumus UUD 1945 dan dasar negara bersama Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno. Komitmen dan semangatnya adalah ia menjadi perumus dan analisis berbagai jenis hukum di indonesia, salah satunya hukum agraria, hukum kolonial dan ia dikatakan mengagumi semangat totalitarian dari Jerman dan Jepang.

Jawaban: berpegang teguh pada keyakinan untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan negara kesatuan republik indonesia dari ancaman dari dalam maupun dari luar yang bertujuan mengganggu keutuhan bangsa.

Para pendiri bangsa dalam merumuskan Pancasila memiliki ciri-ciri komitmen sebagai berikut: Mengutamakan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme. Adanya rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia. Selalu bersemangat dalam berjuang.

Para pendiri negara dalam perumusan Pancasila memiliki ciri-ciri komitmen pribadi sebagai berikut. Mengutamakan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme. Pendiri negara memiliki semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme yang tinggi.

Komitmen adalah keadaan dimana seseorang menjalin hubungan keterikatan pada shuatu hal. Komitmen terjadi dalam hubungan, organisasi, keluarga, dan kerja.

Mengutamakan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme. Adanya rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia. Selalu bersemangat dalam berjuang. Mendukung dan berupaya secara aktif mencapai cita-cita bangsa.

Soepomo adalah perumus UUD 1945 dan dasar negara bersama Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno. Komitmen dan semangatnya adalah ia menjadi perumus dan analisis berbagai jenis hukum di indonesia, salah satunya hukum agraria, hukum kolonial dan ia dikatakan mengagumi semangat totalitarian dari Jerman dan Jepang.

Mohamad Ibnu Sayuti atau yang lebih dikenal sebagai Sayuti Melik (22 November 1908 – 27 Februari 1989), dicatat dalam sejarah Indonesia sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Dia adalah suami dari Soerastri Karma Trimurti, seorang wartawati dan aktivis perempuan pada zaman pergerakan dan zaman setelah kemerdekaan.

Apa bentuk semangat dan komitmen Sayuti Melik?

Sayuti Melik

Sayuti Melik

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik IndonesiaMasa jabatan
28 Oktober 1971 – 1 Oktober 1982Daerah pemilihanDKI Jakarta
(1971—77)
Bali
(1977—82) Informasi pribadiLahir(1908-11-22)22 November 1908
Sleman, Yogyakarta, Hindia BelandaMeninggal27 Februari 1989(1989-02-27) (umur 80)
Jakarta, IndonesiaKebangsaanIndonesiaPartai politikGolongan KaryaSuami/istriS. K. TrimurtiAnakMoesafir Karma Boediman
Heru BaskoroPekerjaanWartawan
Politisi

Dilahirkan pada tanggal 22 November 1908, anak dari Abdul Mu'in alias Partoprawito, seorang bekel jajar atau kepala desa di Sleman, Yogyakarta.[1] Sedangkan ibunya bernama Sumilah. Pendidikan dimulai dari Sekolah Ongko Loro (Setingkat SD) di desa Srowolan, sampai kelas IV dan diteruskan sampai mendapat Ijazah di Yogyakarta.

Nasionalisme sudah sejak kecil ditanamkan oleh ayahnya kepada Sayuti kecil. Ketika itu ayahnya menentang kebijaksanaan pemerintah Belanda yang menggunakan sawahnya untuk ditanami tembakau.

Ketika belajar di sekolah guru di Solo, 1920, ia belajar nasionalisme dari guru sejarahnya yang berkebangsaan Belanda, H.A. Zurink. Pada usia belasan tahun itu, ia sudah tertarik membaca majalah Islam Bergerak pimpinan K.H. Misbach di Kauman, Solo, ulama yang berhaluan kiri. Ketika itu banyak orang, termasuk tokoh Islam, memandang Marxisme sebagai ideologi perjuangan untuk menentang penjajahan. Dari Kiai Misbach ia belajar Marxisme. Perkenalannya yang pertama dengan Bung Karno terjadi di Bandung pada 1926.

Tulisan-tulisannya mengenai politik menyebabkan ia ditahan berkali-kali oleh Belanda. Pada tahun 1926 ditangkap Belanda karena dituduh membantu PKI dan selanjutnya dibuang ke Boven Digul (1927-1933). Tahun 1936 ditangkap Inggris, dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah diusir dari wilayah Inggris ditangkap kembali oleh Belanda dan dibawa ke Jakarta, dimasukkan sel di Gang Tengah (1937-1938).

Sepulangnya dari pembuangan, Sayuti berjumpa dengan SK Trimurti, dan terlibat dalam berbagai kegiatan pergerakan secara bersama. Akhirnya pada 19 Juli 1938 mereka menikah.

Pada tahun itu juga Mereka mendirikan koran Pesat di Semarang yang terbit tiga kali seminggu dengan tiras 2 ribu eksemplar. Karena penghasilannya masih kecil, pasangan suami-istri itu terpaksa melakukan berbagai pekerjaan, dari redaksi hingga urusan percetakan, dari distribusi dan penjualan hingga langganan.

Trimurti dan Sayuti Melik bergiliran masuk keluar penjara akibat tulisan mereka mengkritik tajam pemerintah Hindia Belanda. Sayuti sebagai bekas tahanan politik yang dibuang ke Boven Digul selalu dimata-matai dinas intel Belanda (PID).

Pada zaman pendudukan Jepang, Maret 1942 koran Pesat diberedel Japan, Trimurti ditangkap Kempetai, Jepang juga mencurigai Sayuti sebagai orang komunis.

Pada 9 Maret 1943, diresmikan berdirinya Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dipimpin “Empat Sekawan” Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Kiai Mas Mansoer. Saat itu Soekarno meminta pemerintah Jepang membebaskan Trimurti, lalu membawanya ke Jakarta untuk bekerja di Putera, dan kemudian di Djawa Hookoo Kai, Himpunan Kebaktian Rakyat Seluruh Jawa. Dan lalu Trimurti dan Sayuti Melik dapat hidup relatif tenteram. Sayuti terus berada di sisi Bung Karno.[2]

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibentuk 7 Agustus 1945 dan diketuai oleh Ir. Soekarno, menggantikan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dibubarkan cepat. Anggota awalnya adalah 21 orang. Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 orang termasuk didalamnya Sayuti Melik.[3]

Sayuti Melik termasuk dalam kelompok Menteng 31, yang berperan dalam penculikan Sukarno dan Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945. Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana, bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.[4]

Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta.[5] maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok.[6] Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan.[7]

 

Teks asli proklamasi yang ditempatkan di Monumen Nasional

Konsep naskah proklamasi disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Subardjo di rumah Laksamana Muda Maeda.[1] Wakil para pemuda, Sukarni dan Sayuti Melik. Masing-masing sebagai pembantu Bung Hatta dan Bung Karno, ikut menyaksikan peristiwa tersebut. Setelah selesai, dini hari 17 Agustus 1945, konsep naskah proklamasi itu dibacakan di hadapan para hadirin. Namun, para pemuda menolaknya. Naskah Proklamasi itu dianggap seperti dibuat oleh Jepang.

Dalam suasana tegang itu, Sayuti memberi gagasan, yakni agar Teks Proklamasi ditandatangani Bung Karno dan Bung Hatta saja, atas nama bangsa Indonesia. Usulnya diterima dan Bung Karno pun segera memerintahkan Sayuti untuk mengetiknya. Ia mengubah kalimat "Wakil-wakil bangsa Indonesia" menjadi "Atas nama bangsa Indonesia".

Setelah Indonesia Merdeka ia menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Pada tahun 1946 atas perintah Mr. Amir Syarifudin, ia ditangkap oleh Pemerintah RI karena dianggap sebagai orang dekat Persatuan Perjuangan serta dianggap bersekongkol dan turut terlibat dalam "Peristiwa 3 Juli 1946. Setelah diperiksa oleh Mahkamah Tentara, ia dinyatakan tidak bersalah. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda II, ia ditangkap Belanda dan dipenjarakan di Ambarawa. Ia dibebaskan setelah selesai KMB. Tahun 1950 ia diangkat menjadi anggota MPRS dan DPR-GR sebagai Wakil dari Angkatan '45 dan menjadi Wakil Cendekiawan.[8]

Sebenarnya Sayuti dikenal sebagai pendukung Soekarno. Hal ini terbukti dengan dirinya yang menjadi anggota PNI.[9] Namun, ketika Bung Karno berkuasa, Sayuti justru tak "terpakai". Dalam suasana gencar-gencarnya memasyarakatkan Nasakom, dialah orang yang berani menentang gagasan Nasakom (nasionalisme, agama, komunisme). Ia mengusulkan mengganti Nasakom menjadi Nasasos, dengan mengganti unsur "kom" menjadi "sos" (sosialisme). Ia juga menentang pengangkatan Bung Karno sebagai presiden seumur hidup oleh MPRS. Tulisannya, Belajar Memahami Sukarnoisme dimuat di sekitar 50 koran dan majalah dan kemudian dilarang.[10] Artikel bersambung itu menjelaskan perbedaan Marhaenisme ajaran Bung Karno dan Marxisme-Leninisme doktrin PKI. Ketika itu Sayuti melihat PKI hendak membonceng kharisma Bung Karno.

Setelah Orde Baru nama Sayuti berkibar lagi di kancah politik. Ia menjadi anggota DPR/MPR, mewakili Golkar hasil Pemilu 1971 dan Pemilu 1977.

Sayuti Melik meninggal pada tanggal 27 Februari 1989 setelah setahun sakit, dan dimakamkan di TMP Kalibata.

Sayuti Melik menerima Bintang Mahaputra Tingkat V (1961) dari Presiden Soekarno dan Bintang Mahaputera Adipradana (II) dari Presiden Soeharto (1973).

  1. ^ a b Sayuti Melik, majalah.tempointeraktif.com
  2. ^ S. K. Trimurti saksi proklamasi, qizinklaziva.com
  3. ^ Ensiklopedia Jakarta Diarsipkan 2013-02-06 di Wayback Machine., www.jakarta.go.id
  4. ^ "Tujuan Peristiwa Rengasdengklok". 
  5. ^ Achmad Subarjo Diarsipkan 2012-02-09 di Wayback Machine., dawarwangi.com
  6. ^ Seputar Proklamasi 3, sejarahkita.com
  7. ^ "Peran Achmad Soebardjo dan Rengasdengklok". 
  8. ^ Sayuti Melik di Ensiklopedia Jakarta Diarsipkan 2012-02-25 di Wayback Machine., www.jakarta.go.id
  9. ^ Umum, Indonesia Lembaga Pemilihan (1973). Riwajat hidup anggota-anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil pemilihan umum 1971. Lembaga Pemilihan Umum. 
  10. ^ Badan pendukung Sukarnoisme, alwishahab

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sayuti_Melik&oldid=21259665"