Allah mengutus Nabi Muhammad dengan membawa misi Sebutkan apa saja misi yang dibawa oleh Nabi?

Allah mengutus para Nabi dan Rasul tidak lain untuk mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah serta tak menyekutukan-Nya dengan apapun. Hal ini merupakan syarat amal seseorang akan diterima oleh Allah.

Misi untuk menyebarkan ajaran tauhid ini diwarisi oleh para ulama kepada masyarakat nya secara turun temurun dan berlaku sampai hari kiamat.

Salah satu ayat yang tegas dan jelas akan perintah mengesakan diri-Nya serta beribadah tertuju khusus kepada-Nya. Ini bunyi ayatnya

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ (25

Artinya:

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (QS. Al Anbiya: 25).

Imam At Thabari menjelaskan ayat tersebut bahwa misi para rasul sebelum Nabi Muhammad memiliki kesamaan misi yaitu menyebarkan kalimat tauhid atau mengesankan Tuhan dengan memberikan kesaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah di langit atau di bumi kecuali Allah, walaupun syariat atau aturan-aturan ibadahnya berbeda-beda.

Hal ini di perkuat oleh Imam Al Qurthubi yang mengutip imam Qatadah bahwa semua Nabi diutus oleh Allah untuk mengesakan-Nya (tauhid) walau syariat di kitab Taurat, Injil, Al Qur’an berbeda satu dengan yang lainnya. Semuanya bermuara keapda ajaran Tauhid dan Ikhlas dalam mengamalkan isinya.

Definisi Kalimat Tauhid

Sedangkan Sultan Ulama Imam Izzuddin bin Abdussalam menjelaskan tentang definisi kalimat Tauhid. Ini penjelasannya

ﻛﻠﻤﺔ اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﺗﺪﻝ ﻋﻠﻰ اﻟﺘﻜﻠﻴﻒ ﺑﺎﻟﻮاﺟﺐ ﻭاﻟﺤﺮاﻡ ﺇﺫ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﻻﻣﻌﺒﻮﺩ ﺑﺤﻖ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ ﻭاﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﻫﻲ اﻟﻄﺎﻋﺔ ﻣﻊ ﻏﺎﻳﺔ اﻟﺬﻝ ﻭاﻟﺨﻀﻮﻉ

Kalimat Tauhid sebagai petunjuk tentang taklif (beban kewajiban yang harus dilakukan oleh orang Islam yang sudah baligh dan berakal) tentang hukum wajib dan haram. Maksudnya tak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Sedangkan ibadah merupakan ketaatan didasari ketundukan diri kepada-Nya secara totalitas.

Sedangkan menurut Imam Al Mundziri dalam kitab At Targhib wa At Tarhib menjelaskan bahwa kalimat Tauhid merupakan sarana seseorang agar bisa masuk surga serta terhindar dari siksa neraka dengan syarat melakukan kewajiban serta menjauhi segala hal yang terlarang.

Sebaliknya jika seseorang tak melakukan kewajiban dan melakukan kejahatan maupun kemaksiatan maka kalimat tauhid tersebut tak mampu menjadi tameng dari neraka.

4 Hal Ini Bila dilakukan Keimanan Bertambah Sempurna

Keimanan yang hakiki dalam diri seorang mukmin terdiri dari tiga komponen, yaitu: pertama, Hati meyakini kebenaran tentang keesaan Tuhan. Kedua, Lisan mengikrarkan kalimat syahadat, dan Ketiga anggota badan mempraktekkan ajaran Agama.

Dalam hal ini, Syeh Nawawi al-Bantani dalam Tafsirnya Marah Labid pernah menjelaskan bahwa orang yang mengaku Ahli Tauhid harus melakukan empat hal ini agar keimanannya menjadi sempurna.

Seyogyanya ahli La ilaha illa Allah melakukan empat hal ini, agar menjadi mukmin sejati. Pertama, Membenarkan (التصديق). Kedua, mengagungkan(التعظيم). Ketiga, merasa nyaman (الحلاوة). Keempat, merdeka atau bebas (الحرية).

Barangsiapa yang tak membenarkan keesaan-Nya maka termasuk orang munafik, serta siapapun yang tak mengagungkan-Nya maka termasuk ahli bid’ah, juga barangsiapa yang tak merasakan manisnya iman, maka ia termasuk orang yang Riya’ (pamer), dan siapa saja yang terikat dari cengkraman makhluk maka ia termasuk orang melawan kebenaran.

Baca juga: 10 Etika Anak Kepada Orang Tua

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa orang beriman yang meyakini kebenaran kalimat tauhid harus dibuktikan dengan perilaku yang sesuai dengan ajaran, serta tak hanya diucapkan lisan saja tapi harus diyakini oleh hati yang terdalam. Begitu juga harus menghormati orang lain terutama orang yang sesama seiman.

Imam al-Munawi dalam Faidhul Qadir mengutip perkataan alAli bin Abi Thalib:


ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻠﻲ ﻛﺮﻡ اﻟﻠﻪ ﻭﺟﻬﻪ: ﺃﻋﻠﻢ اﻟﻨﺎﺱ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺃﺷﺪﻫﻢ ﺣﺒﺎ ﻭﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻷﻫﻞ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ.

Artinya: Manusia yang paling makrifat atau mengetahui Allah yaitu orang yang paling cinta dan juga menghormati orang yang ahli La ilaha illa Allah.

baca juga: Hikmah Idul Adha: Membentuk Manusia yang Baik

Semoga kita termasuk orang yang dimudahkan dalam mengucapkan kalimat La ilaha illa Allah menjelang akhir hayat.

Allah mengutus Nabi Muhammad dengan membawa misi Sebutkan apa saja misi yang dibawa oleh Nabi?

Muahammad Saw adalah seorang abi dan Rasul terakhir bagi umat Manusia. Muhammad Saw memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat manusia dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Muhammad sama-sama menegakkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah Swt sebagaimana yang dibawa Nabi dan Rasul sebelumnya. Nabi Saw adalah seorang yang tabah dan sabar, sehingga beliau menjadi panutan bagi manusia dalam segala aspek kehidupan baik dalam urusan dunia ataupun akhirat. Keteladanan nabi saw tidak di ragukan kebenarannya, maupun kebaikannya, karena di sampaikan nabi Muhammad saw adalah berdasarkan wahyu bukan kebohongan da omong kosong. Nabi Muhammad Saw di utus Allah Swt. setidaknya ada empat misi kerasulannya.

1. Mengajarkan Ketauhidan.

Rasulullah Saw mengajarkan untuk meng esakan Allah Swt dan memberantas kemusyrikan yang dilakukan oleh masyarakat Mekkah pada saat itu. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ


“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya : 25)

2. Menyempurnakan Akhlak.

Akhlak Nabi Muhammad Saw. merupakan acuan yang tidak ada bandingannya. Bukan hanya dipuji oleh manusia, tetapi juga oleh Allah Swt. Hal ini dapat dilihat dalam firman-Nya:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيم


Artinya: “Dan sesunguhnya kamu ( Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti yang agung.“ (QS.  Al-Qalam: 4 )

Ketika Aisyah binti Abu Bakar (istri Nabi Muhammad) ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad saw., ia menjawab : “Akhlaknya adalah Al-Qur’an “. (HR. Ahmad dan Muslim)

Nabi Muhammad Saw. bersabda: Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad)

Hadits di atas mengisyaratkan bahwa akhlak merupakan ajaran yang diterima Rasulullah Saw dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi umat yang pada saat itu dalam kejahiliyahan. Pada saat itu, manusia mengagungkan hawa nafsu dan sekaligus menjadi hamba hawa nafsu. Ajaran akhlak yang dibawa Nabi Muhammad Saw tersebut terangkum dalam sebuah hadits yang artinya:

“Hai Muhammad, beritahu padaku tentang iman, iman yaitu engkau percaya kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari kebangkitan. Kemudian, Jibril bertanya lagi, hai Muhammad apa yang dimaksud dengan Islam? Islam, yaitu engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selainAllah danMuhammad adalah utusan-Nya,mendirikan salat,menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadan, dan menunaikan haji ke Baitullah bila mampu. Kemudian, Jibril bertanya lagi, “Hai Rasulullah apa yang dimaksud dengan ihsan? Ihsan, yaitu engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya. Apabila engkau tidak melihatnya, maka Dia pasti melihatmu.” (HR. Muslim)

Hadits di atas menjelaskan bahwa ajaran akhlak yang dibawa Nabi Muhammad berupa tiga hal, yaitu: iman, Islam, dan ihsan. Ketiganya merupakan proses yang kontinu yang hendaknya dilakukan seorang Muslim. Ini semua tidak hanya merupakan kewajiban bagi seorang Muslim, tetapi juga merupakan pendidikan yang dilakukan seumur hidup guna membentuk akhlak yang baik terhadap Allah swt. dan sesama makhluk. Berdasarkan hadits tersebut, kita dapat mengetahui bahwa tujuan berakhlak itu supaya hubungan kita dengan Allah dan makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.

3. Membangun Manusia yang Mulia dan Bermanfaat.

Nabi Muhammad saw. mengajarkan tentang persamaan derajat manusia. Nabi Muhammad saw. jugamengajarkan agar penyelesaianmasalah tidak boleh dilakukan dengan cara kekerasan, namun harus dilakukan dengan cara-cara yang damai dan beradab. Hal ini tercermin dalam tindakan Nabi Muhammad Saw. ketika mendamaikan masyarakat Mekah saat akan meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya, dia harus mengasihi yang miskin dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang kuat harus mengasihi yang lemah. Orang tua harus menyayangi anaknya, baik anak itu laki-laki maupun perempuan. Sebaliknya, anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Ketika antar anggota masyarakat dapat memahami hak dan kewajibannya, saling menghormati, menghargai, dan mengasihi, akan menjadi masyarakat yang damai, aman, tenteram, dan sejahtera. Terbukti, saat ini, keadaan Masyarakat Mekah dan Madinah menjadi masyarakat yang sangat beradab, damai, sejahtera, dan mengalami kemajuan yang pesat. Semua itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah Swt dan senantiasa berpegang teguh kepada ajaran Nabi Muhammad Saw.

4. Memberi Kabar Gembira dan Peringatan.

Rasulullah Saw memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepada Allah Swt, serta mengikuti beliau. Sebaliknya beliau mengingatkan kepada mereka yang berbuat kejahatan, kemusyrikan, dan kemaksiatan agar menghentikan perbuatan-perbuatan yang terlarang itu, pahamilah Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an :

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا ۚ وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ


“Sungguh, Kami mengutus engkau dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada satupun umat melainkan di sana telah datang seorang pemberi peringatan.” (QS. Al-Fatir :24)

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang misi kerasulan Muhammad Saw. Mudah-mudahan dengan membaca sejarah dan misi kerasulan Muhammad Saw. kita lebih bisa lagi menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.