10 soundtrack terbaik sepanjang masa 2022

Tahukah kamu jika sebuah soundtrack dapat memberikan pengaruh yang besar dalam film? Coba saja bayangkan bagaimana sebuah film tanpa adanya alunan musik sebagai pengiring? Terasa hampa bukan?

Show

Sebuah soundtrack film biasanya dibuat tidak hanya digunakan sebagai pelengkap film namun juga menghidupkan semua visual bahkan emosi yang diceritakan dalam film. Ketika kamu menonton sebuah film dan ketika soundtrack diputar kamu bisa merasakan semua perasaan atau kejadian dalam film tersebut bukan? Hal inilah yang membuat sebuah musik menjadi peranan penting untuk memperkuat dan menyukseskan sebuah film.

Ada banyak sekali soundtrack film barat, namun berikut ini lagu soundtrack film barat terpopuler sepanjang masa.

  • 20 Lagu Soundtrack Film Barat Terpopuler
    • 1. Can You Feel the Love Tonight – Elton John (Ost. The Lion King)
    • 2. Shallow – Lady Gaga & Bradley Cooper (A Star is Born)
    • 3. Lose Yourself – Eminem (Ost. 8 Mile)
    • 4. Let It Go – Idina Menzel (Ost. Frozen)
    • 5. Under the Sea – Samuel E. Wright (Ost. The Little Mermaid)
    • 6. My Heart Will Go On – Celine Dion (Ost. Titanic)
    • 7. Remember Me (Ernesto de la Cruz) – Benjamin Bratt (Ost. Coco)
    • 8. Hard out Here for a Pimp – Three 6 Mafia (Ost. Hustle & Flow)
    • 9. (I’ve Had) The Time of My Life – Bill Medley and Jennifer Warnes (Dirty Dancing)
    • 10. A Whole New World – Peabo Bryson dan Regina Belle (Ost. Aladdin)
    • 11. City of Stars – Ryan Gosling and Emma Stone (Ost. La La Land)
    • 12. Glory – Common and John Legend (Ost. Selma)
    • 13. I Just Called to Say I Love You – Stevie Wonder (Ost. The Woman in Red)
    • 14. Skyfall – Adele (Ost. Skyfall)
    • 15. Colors of the Wind – Judy Kuhn (Ost. Pocahontas)
    • 16. Writing’s on the Wall – Sam Smith (Ost. Spectre)
    • 17. We Belong Together – Randy Newman (Ost. Toy Story 3)
    • 18. Things Have Changed – Bob Dylan (Ost. Wonder Boys)
    • 19. Fame – Irene Cara (Ost. Fame)
    • 20. Beauty and The Beast – Celine Dion & Peabo Bryson (Ost. Beauty And The Beast)
    • Baca juga:

1. Can You Feel the Love Tonight – Elton John (Ost. The Lion King)

Can You Feel the Love Tonight merupakan soundtrack dari film animasi Disney berjudul “The Lion King” yang dirilis pada tahun 1994. Lagu ini masuk ke dalam chart hit di Inggris, memuncak di nomor 14 di UK Singles Chart dan mencapai lebih sukses di AS mencapai nomor 4 di Billboard Hot 100. Sedangkan di Kanada dan Prancis, lagu ini menjadi hit nomor 1. Pada Academy Awards ke-67, lagu ini mememangkan Academy Award untuk Best Original Song. Pada tahun yang sama lagu ini juga memenangkan Elton John untuk Best Male Pop Vocal Performance pada Grammy Awards.

2. Shallow – Lady Gaga & Bradley Cooper (A Star is Born)

Buat kalian yang sudah menonton film “A Star is Born” pastinya tahu dengan salah satu soundtracknya yaitu Shallow. Lagu yang dinyanyikan oleh Lady Gaga dan Bradley Cooper ini dirilis melalui Interscope Records pada 27 September 2018 sebagai single utama dari film romantis musikal ini. Lagu Shallow ini menerima pujian universal dari kritikus musik dan memuji vokal Lady Gaga. Soundtrack film ini juga menduduki puncak tangga lagu di lebih dari 20 negara dan mencapai sepuluh besar.

3. Lose Yourself – Eminem (Ost. 8 Mile)

Lagu ini ditulis oleh Eminem dan diproduseri oleh Eminem bersama Jeff Bass, Bass Brothers dan Luis Resto. Lose Yourself ini merupakan single utama dari film 8 Mile. Lirik lagunya secara eksplisit merangkum latar belakang karakter Eminem di 8 Mile, B-Rabbit dengan baik pertama merangkum sebagaian besar plot film. Lagu ini menggabungkan beberapa tema agresif, sebagian besar mengenai perjuangan yang dihadapi oleh B-Rabbit dan bagaimana akhirnya ia mengatasi banyak masalah dan hambatannya untuk mendapatkan rasa hormat dari rapper lain. Lose Yourself ini menjadi single nomor 1 di “Billboard Hot 100” dan bertahan disana selama 12 minggu berturut-turut.

4. Let It Go – Idina Menzel (Ost. Frozen)

Let it go, let it go……Can’t hold it back anymore begitulah penggalan lirik lagu terpopuler soundtrack dari Frozen. Lagu ini tampil setelah Elsa yang dikucilkan meninggalkan kerajaannya setelah kekuatan ajaibnya diketahui banyak orang. Menyadari jika dia tidak perlu menyembunyikan kemampuannya, Elsa pun menganggap bahwa dirinya bebas dari hambatan yang selama ini ia hadapi. Ia pun senang karena dapat menggunakan kekuatannya tanpa rasa takut dan tanpa batas. Dalam film lagu ini nyanyikan oleh Idina Menzel dan lagu ini pun didaur ulang oleh Demi Lovato.

5. Under the Sea – Samuel E. Wright (Ost. The Little Mermaid)

Soundtrack film terpopuler sepanjang masa selanjutnya ada Under the Sea yang dinyanyikan oleh Samuel E. Wright. Lagu ini merupakan soundtrack dari film animasi Disney berjudul “The Little Mermaid”. Under The Sea ini memenangkan Academy Awards untuk Best Original Song pada tahun 1989 serta Penghargaan Grammy untuk lagu terbaik yang ditulis untuk Media Visual pad atahun 1991. Pada tahun 2002, lagu ini ditampilkan dalam aksi Square Enix RPG Kingdom Hearts sebagai musik latar untuk dunia Atlantica. Soundtrack ini juga hadir di semua taman dan resort Walt Disney dan Disney Cruise Line.

6. My Heart Will Go On – Celine Dion (Ost. Titanic)

Tak lengkap rasanya jika belum memasukan lagu My Heart Will Gon On yang dinyanyikan oleh Celine Dion kedalam soundtrack terpopuler sepanjang masa. Ketika mendengar lagu ini, sudah pasti yang langsung terlintas dalam pikiran yaitu film Titanic. Ketika dirilis, lagu ini langsung menempati puncak lagu di seluruh dunia. Kemudian lagu ini menjadi hit tersukses yang dinyanyikan Celine Dion dan menjadi salah satu single terlaris sepanjang masa.

7. Remember Me (Ernesto de la Cruz) – Benjamin Bratt (Ost. Coco)

Soundtrack film animasi Pixar ini ditulis oleh Robert Lopez dan Kristen Anderson-Lopez. Lagu ini memenangkan Best Original Song di 90th Academy Awards pada tahun 2018. Lagu ini juga sempat ditampilkan dalam acara khusus televisi ABC 2020 The Disney Family Singalong: Volume II . Dlam film lagu ini muncul sebagai lagu pengantar tidur dari Hector kepada putrinya Coco, ketika dia harus melakukan perjalanan jauh sebagai seniman keliling. Lagu ini juga digunakan sebagai lagu nostalgia untuk menghubungkan Coco yang lebih tua ke waktu sebelumnya dalam hidunya dan untuk menyatukan kembali Miguel dengan nenek buyutnya.

8. Hard out Here for a Pimp – Three 6 Mafia (Ost. Hustle & Flow)

Hard out Here for a Pimp adalah sebuah lagu yang ditulis oleh Amerika Hip Hop group Three 6 Mafia bersama Cedric Coleman sebagai soundtrack film “Hustle & Flow”. Lagu ini memenangkan Academy Awards untuk Best Original Song pada tahun 2008 dan menduduki peringkat nomor 80 di VH1’s “100 Greatest Songs of Hip Hop”.

9. (I’ve Had) The Time of My Life – Bill Medley and Jennifer Warnes (Dirty Dancing)

Lagu ini dirilis pada tahun 1987 yang ditulis oleh Franke Previte, John DeNicola dan Donald Markowitz. (I’ve Had) The Time of My Life ini kemudian dinaynyikan oleh Bill Medley dan Jennifer Warnes serta digunakan sebagai soundtrack dari film “Dirty Dancing”. Lagu ini juga memenangkan sejumlah pengargaan seperti Academy Award for Best Original Song, a Golden Globe Award for Best Original Song, and a Grammy Award for Best Pop Performance by a Duo or Group with Vocals. Pada Oktober 1987, musik video pun diluncurkan dengan menampilkan beberapa pasangan yang sedang menari seperti di dalam film.

10. A Whole New World – Peabo Bryson dan Regina Belle (Ost. Aladdin)

A Whole New World merupakan soundtrack dari film animasi Disney berjudul Aladdin yang dirilis pada tahun 1992. Lagu ini dinyanyikan ketika Aladdin dan Jasmine berada di atas karpet ajaib Aladdin dan mengenalkan dunia baru yang akan mereka temukan bersama. A Whole New World ini menjadi lagu Disney pertama dan satu-satunya yang memenangkan Grammy Awards for Song of The Year di Grammy Awards ke-36. Dalam penghargaan Academy Awards ke-65, soundtrack ini juga sukses memenangkan Best Original Song. Pada tahun 1993, lagu A Whole New World ini memuncaki tangga lagu “Billboard Hot 100 dan lagu ini menjadi satu-satunya dari film animasi Disney yang berada di puncak Billboard Hot 100.

11. City of Stars – Ryan Gosling and Emma Stone (Ost. La La Land)

Lagu yang dinyanyikan oleh Ryan Gosling dan Emma Stone ini merupakan soundtrack dari film “La La Land”. Lagu ini ditulis oleh Benj Pasek dan Justin Paul serta dikomposeri oleh Justin Hurwitz. Dalam film lagu ini pertama kali dinyanyikan oleh Gosling sebgai karakter Sebastian saat ia bernyanyi dan menari di Dermaga Pantai Hermosa. Lagu City of Stars ini suskes memenangkan banyak penghargaan termasuk penghargaan untuk The Best Original Song di Golden Globe Awards ke-74 dan Academy Awards ke-89.

12. Glory – Common and John Legend (Ost. Selma)

Dengan latar peristiwa gerakan masyarakat dari Selma ke Montgomery di tahun 1965 yang dipimpin oleh Martin Luther King Jr., James Bevel, Hosea Williams dan John Lewis untuk memperjuangkan hak pilih. Film ini mengangkat isu hak sipil dan hak asasi manusia serta kehendak akan kesetaraan dan kebebasan. Lagu Glory ini terinpirasi dari peristiwa yang terjadi pada 55 tahun yang lalu. Lagu yang dinyanyikan oleh Common dan John Legend ini berhasil memuncak di nomor 49 “Billboard Hot 100” AS.

13. I Just Called to Say I Love You – Stevie Wonder (Ost. The Woman in Red)

Selanjutnya ada lagu I Just Called to Say I Love You yang dinyanyikan oleh Stevie Wonder. Lagu I Just Called to Say I Love You ini mengisahkan tentang seseorang yang mengungkapkan rasa cintanya tanpa harus ada momen yang spesial. Lagu ini menempati posisi pertama dalam “Billboard Hot 100” pada tahun 1984 dan telah memenangkan beberapa penghargaan bergengsi seperti Golden Globe dan Academy Award for Best Original Song.

14. Skyfall – Adele (Ost. Skyfall)

Skyfall adalah sebuah soundtrack dari film berjudul “Skyfall” yang dinyanyikan oleh Adele. Ketika Adele dan Epworth mengubah lagu, mereka mencoba menangkap suasana dan gaya filmnya seperti lirik yang gelap dan murung yang mendeskripsikan kisah film tersebut. Lagu ini langsung mencapai posisi puncak tangga lagu “iTunes” dan mencapai peringkat kedua dalam “UK Singles Chart” dan kedelapan dalam “Billboard Hot 100”. Lagu ini dinilai positif dan menjadi lagu Bond pertama yang memenangkan Golden Globes, Brit Awards dan Academy Awards.

15. Colors of the Wind – Judy Kuhn (Ost. Pocahontas)

Lagu ini memuja kecantikan alam dan segala sesuatu yang ada di bumi, menjadi pengingat bahwa dunia ini perlu dihargai dan dilindungi. Colors of the Wind ini menjadi salah satu lagu terbaik dari film Disney. Soundtrack dari Pocahontas ini juga memenangkan beberapa penghargaan.

16. Writing’s on the Wall – Sam Smith (Ost. Spectre)

Dirilis pada tahun 2015, lagu ini menjadi salah satu soundtrack film berjudul ” Spectre”. Dengan suara yang merdu, lagu ini tentu cukup dramatis untuk sebuah film Bond. Single ini menjadi soundtrack film Bond pertama yang mencapai nomor 1 di “UK Singles Chart”.

17. We Belong Together – Randy Newman (Ost. Toy Story 3)

Siapa yang tidak mengenal film animasi satu ini yaitu Toy Story 3. Lagu We Belong Together ini mengusung semangat kesetiaan, persahabatan dan orang-orang yang ada di sekitar kita, lagu yang sempurna untuk mengambarkan film Toy Story. Tak heran jika lagu ini dinominasikan untuk beberapa penghargaan Best Original Song dari berbagai komunitas film dan komite penghargaan.

18. Things Have Changed – Bob Dylan (Ost. Wonder Boys)

Soundtrack dari film “Wonder Boys” ini dirilis pada tahun 2000 dan telah memenangkan penghargaan “Academy Award untuk Best Original Song dan Golden Globe Awards untuk Best Original Song. Things Have Changed ini dibawakan oleh musisi ikonis dengan vokalnya yang khas dan alunan suara gitarnya yang menakjubkan. Tak heran, jika lagu ini menjadi salah satu soundtrack film terpopuler.

19. Fame – Irene Cara (Ost. Fame)

Film Fame bercerita tentang bagaimana hidup sukses melalui seni yang merupakan impian bagi setiap pelakunya. Soundtracknya sendiri memiliki judul yang sama dengan filmnya. Lagu ini dinyanyikan oleh Irene Cara yang memerankan Coco Hernandez. Single ini menjadi awal debutnya sebagai penyanyi dan lagu ini pun sukses memenangkan Academy Award untuk The Best Original Song pada tahun 1980 dan Golden Globe Award ditahun yang sama.

20. Beauty and The Beast – Celine Dion & Peabo Bryson (Ost. Beauty And The Beast)

Soundtrack film ini menjadi salah satu lagu romantis yang paling menyentuh hati, berkat romansa antara Belle dan Beast. Selain itu berkat suara dari Celine Dion dan Peabo Bryson yang membuat lagu ini semakin bagus. Lagu ini pun sangat sukses dan mendulang popularitas hingga saat ini.

Itulah beberapa soundtrack film terpopuler sepanjang masa. Dari deretan soundtrack diatas, lagu mana sih yang paling kamu sukai atau kamu langsung teringat akan filmnya?


On Thursday, Ringer Films will debut the latest installment of its HBO Music Box series, Mr. Saturday Night, on the legendary producer Robert Stigwood. Before that film examines the man who forever changed the way music and film interact with his work on Saturday Night Fever, The Ringer will spend the day celebrating the world of movie soundtracks that he so heavily influenced.


Before we get to the list of the best movie soundtracks—and argue the qualities of Pulp Fiction over, say, The Muppet Movie—there are a couple of things to point out:

  • This ranking was composed by polling the Ringer staff and aggregating their personal lists.
  • There were two rules that voters had to follow: First, they had to stick to the past 50 years, from 1971 onward. Our humblest apologies to The Graduate and The Wizard of Oz. Second, in the spirit of Saturday Night Fever, only pure soundtracks were permitted—no scores. A tough beat for John Williams, to be sure.

Now that that’s covered, here are the 50 best soundtracks from the past 50 years.

50. 8 Mile

There’s a lot of baggage around this, so I’m going to try to tread lightly. The 8 Mile soundtrack is a good soundtrack. It’s a lot like most Eminem albums, but with more features. It’s got a Freeway verse on “8 Miles and Runnin’” where the Philly MC is at his barrelling peak (Hov manages to stretch his legs out for a bit on the track too).“Wanksta” may have looked like a mixtape-cut from 50 Cent’s “How to Rob” days, but it still holds up. “Lose Yourself” won an Oscar. It’s just that the cultural trappings of the record, like everything with Eminem, are so souped-up on testosterone, so acidic and sometimes just plain gross, that it no longer gets to be simply a piece of music. 8 Mile is technically brilliant. It can also be appalling. It’s a soundtrack that functions as legend-building at its most audacious. If you asked Em, he’d probably swear it was worth it. —Lex Pryor

49. High School High

The ’90s marked the Golden Age of the rap soundtrack. As hip-hop was becoming a titanic commercial force early in the decade—both on the Billboard charts and at the box office—heralded movies like Boyz n the Hood and Menace II Society enlisted a bevy of established stars while unearthing new talents for their accompanying albums, and sold a boatload of copies in the process. Later in the decade, projects for The Nutty Professor and Bullworth produced massive hits that have far outlived the vehicles that showcased them. Long-forgotten movies like Soul in the Hole, Sunset Park, and Don’t Be a Menace to South Central While Drinking Your Juice in the Hood were all accompanied by minor-classic soundtracks, while Hype Williams’s Belly and its music have both endured as cult favorites.

There’s no better example of the power of the ’90s rap soundtrack than the one for High School High, the 1996 Jon Lovitz–helmed sendup of inner-city-schools-as-a-war-zones flicks like The Substitute and Dangerous Minds. The movie itself was a straight turkey (though I’m still partial to the “Rhinestone Cowboy” scene), but the soundtrack tracklist reads like a rap purist’s fever dream: Two Wu-Tang Clan songs! A Large Professor and Pete Rock collaboration! De La Soul! The best A Tribe Called Quest deep cut post–Midnight Marauders! Also mixed in: some of the biggest R&B stars of the erain Faith Evans, D’Angelo, Erykah Badu, and Jodeci, plus a gigantic R&B radio hit in the Braids’ cover of “Bohemian Rhapsody” and a Quad City DJ’s remix. A soundtrack this stuffed for a movie this forgettable couldn’t exist today. But High School High wasn’t an anomaly in its era—it was one of its defining documents. —Justin Sayles

48. Judgment Night

Is there any greater chasm between the reception of a movie and its soundtrack than Judgment Night? (Perhaps a better question: Has anyone who adores the Judgment Night soundtrack actually seen the movie?) The plot to the movie is fairly standard fare as 1993 action thrillers go: Some dudes (Emilio Estevez, Cuba Gooding Jr., Jeremy fuckin’ Piven) witness some drug dealers (led by Denis Leary) kill someone, so they go on the run. The soundtrack, however, offered a concept that was daring at the time: getting rap and rock acts to collaborate. Just a few years after “Walk This Way”—and just a few before “Nookie”—the Judgment Night soundtrack envisions a rap-rock future where Helmet and House of Pain, Biohazard and Onyx, and Pearl Jam and Cypress Hill are not just contemporaries but peers working in tandem, with raps exploding over pulverizing licks. (The best song here, however, remains De La Soul and Teenage Fanclub’s “Fallin’,” the only track that feels like a home game for the hip-hop artist.) The album posits the intersection of riffs and rhymes as an aesthetic choice to aspire to, not a gimmick for nu-metal weirdos. We would’ve been better off if this version of rap-rock won out, but as it stands, the Judgment Night OST remains a testament to experimentation and daring choices, even if the film does not. —Sayles

47. Madu Amerika

Saya tidak bisa menyalahkan siapa pun karena tidak mencari indie kecil ini dari 2016 - lagipula, hampir tiga jam. Tapi saya akan memohon Anda untuk menyelam ke soundtrack madu American Honey yang berkeliaran dengan setiap kesempatan yang saya dapatkan. Mencetak kisah tentang kantong remaja yang hilang dan kecewa yang melakukan perjalanan melalui sudut-sudut suram Amerika Serikat yang menjual majalah dari pintu ke pintu, soundtrack dalam bentuk gambaran yang luar biasa dari masa remaja Amerika dan pertengahan 2010-an. Rae Sremmurd duduk di sebelah Raveonettes; Ilovemakonnen memadukan perusahaan dengan penyanyi rakyat Steve Earle. Jika perjalanan darat madu Amerika terasa transenden, itu berkat kontribusi musik. Tonton dua adegan ini jika Anda tidak memiliki tiga jam: anak-anak mengetuk "pilihan" E-40 secara harmonis sebagai pompa "jual beberapa omong kosong"; Dan jauh kemudian, menyanyikan "American Honey" Lady A pada saat ikatan aneh yang terlalu indah untuk diungkapkan. —Andrew Gruttadaro

46. ​​Klub Sarapan

Dengan satu tetes jarum dan tinju di udara, karier Jack Antonoff lahir. Serius, produser yang produktif telah berbicara panjang lebar tentang pengaruh John Hughes pada musiknya, dan dia bahkan pernah melakukan skor asli untuk The Breakfast Club. Sementara Antonoff tentu saja mengalahkan synths tahun 80 -an itu, dia tidak salah dalam mengagumi sutradara yang bertanggung jawab atas mungkin lagu akhir yang paling ikonik sepanjang masa. Ya, Emilio Estevez melarikan diri dari rak buku ke Keith Forsey "I'm the Dude" dan montase menari berikutnya untuk Karla Devito "We Are Not -Sendirian" adalah momen yang tak terlupakan dalam hak mereka sendiri. Tapi itu adalah pikiran sederhana "" Don't You (Forget About Me) "yang membuat kita memiliki sukacita remaja yang masih ada akhirnya merasa dipahami. Apakah Anda menyalahkan Hughes atau berterima kasih padanya karena telah menciptakan Jack Antonoff terserah Anda. —Julianna Ress

45. Grease

Bahkan skeptis musik Broadway yang paling keras pun tidak dapat membantu bernyanyi bersama dengan soundtrack Grease. Setiap lagu, dari lagu judul Barry Gibb, Frankie Valli-yang dikelilingi, hingga John Travolta dan duet top-topping klimaks Olivia Newton-John-John, "You the One That I Want," hampir menarik. Hanya "tanpa harapan yang dikhususkan untuk Anda" mendapat nominasi Academy Award, tetapi ada beberapa lagi yang bisa mendapatkan penunjukan itu. "Summer Nights," "Greased Lightnin, '" "Beauty School Dropout," dan "Sandy" semuanya adalah karaoke staples hingga hari ini. Dengan Grease, Robert Stigwood menyusun kombo film/soundtrack blockbuster untuk tahun kedua berturut -turut. Seperti Saturday Night Fever tahun 1977, yang juga ia dalang, rekor untuk menjadi salah satu album terlaris sepanjang masa. —Alan Siegel

44. Film Muppet

Ada sembilan lagu asli dalam film Muppet, dan tujuh di antaranya adalah karya besar, 9/10-atau-lebih baik. Dari ikon "The Rainbow Connection" ke lagu jalan-jalan "Movin 'Right" ke The Boozy (tersirat, ini adalah film barroom anak-anak) Lament "Saya berharap sesuatu yang lebih baik datang," tidak ada a Momen musikal yang buruk dalam klasik 1979 ini. Bukan untuk menempatkan poin yang terlalu bagus di atasnya, tetapi jika Anda tidak menangis secara terbuka untuk "Saya akan kembali ke sana suatu hari nanti," Anda tidak boleh memilih.

Film Muppet beroperasi pada tingkat tinggi sehingga hanya membuang nama band paling keren sepanjang masa - kekacauan listrik - pada band komedi boneka yang dibuat untuk memalsukan Dr. John. Dan lagu mereka, "Can You Picture That," bukan hanya monster yang melempar tetapi pelayan saksofon. Ini, untuk memparafrasekan pentolan Mayhem Listrik Dr. Teeth, soundtrack proporsi yang sangat berat. —Michael Baumann

43. Moulin Rouge!

Moulin Rouge! Mengendarai begitu banyak gelombang budaya seperti halnya mereka hancur-musikal jukebox, ikatan musik pop untuk soundtrack film, periode enam tahun yang aneh ketika Baz Luhrmann mendapat cek kosong karena beberapa alasan-dan mengendarai mereka semua ke pantai dengan felicity yang menyenangkan . Sampul "Lady Marmalade," yang diproduksi oleh Missy Elliott dan dinyanyikan oleh barisan pembunuh dari tahun 90 -an pop chanteuses, adalah pemanas, selai, dan bop.

Ini menjadi film Luhrmann, terkadang Moulin Rouge! menuangkannya sedikit tebal. (Voice-over infomersial medis: Jika Anda tinggal di asrama perguruan tinggi antara tahun 2001 dan 2007, atau terpapar pada anak-anak teater yang menyanyikan "gajah cinta medley" atau "el tango de roxanne," Anda mungkin berhak atas kompensasi finansial.) Tetapi itu Sulit menemukan kesalahan dengan nomor asli soundtrack, “Come What May,” yang membuat air mata ke mata penonton dan Ewan McGregor yang malang ke Tippy-toes ketika ia mencoba menyikat nada tinggi itu, dan hampir 20 tahun kemudian, yakin yakin Dunia yang dua skater figur Kanada lebih dari sekadar rekan satu tim. Cinta terbesar yang pernah Anda pelajari adalah untuk duet yang satu ini dari Moulin Rouge! —Baumann

42. Boogie Nights

Apa lagi yang Anda harapkan dengan Paul Thomas Anderson yang mengarahkan film berjudul Boogie Nights? Dengan judul seperti itu, soundtrack hanya harus menjadi baik. Dari pelacakan tiga-menit-lebih-menit yang membuka film, pemirsa secara visual diangkut ke tahun 70-an dengan mungkin penggunaan terbaik dari ikonik emosi "Best of My Love" yang dimasukkan ke film. Marvin Gaye; Commodores; Electric Light Orchestra - Boogie Nights menjatuhkan klasik setelah klasik untuk menanamkan adegannya dengan suasana disko tahun 70 -an, menari, narkoba, dan seterusnya. Apa yang hebat tentang soundtrack ini bukan hanya seberapa menular lagu -lagu itu, tetapi juga betapa pentingnya mereka untuk membangun kecepatan dan energi film. Film ini bisa menjadi rata -rata membuat musik kecewa; Ini adalah salah satu yang terbaik sepanjang masa PTA karena soundtrack benar-benar memberikan. —Artic Jenkins

41. Trainspotting

Soundtrack terbaik entah bagaimana menangkap sensibilitas film dan sesuatu tentang dunia tempat film ini dirilis. Dengan mengingat hal ini, Trainspotting benar -benar beberapa penyihir: sekaligus sebuah mixtape Anda bisa membayangkan pecandu yang berpikiran kriminal dari karya Kinetik Danny Boyle mendengarkan, serta soundtrack untuk peningkatan invasi Inggris kedua. Suara pertama yang Anda dengar adalah drum hiruk -pikuk dari Iggy Pop "Lust for Life," dan dari sana kami melayang ke Sabtu malam ("Temptation" Orde Baru) dan Minggu pagi ("Hari Perfect" Lou Reed; Brian Eno "Deep Blue Day karya Brian Eno ”). Pada saat yang sama, ini adalah snapshot lidah-di-pipi dari musik Inggris terbaik yang terjadi pada saat rilis Trainspotting 1996, dengan entri dari Blur, Primal Scream, Elastica, dan klub suara Leftfield dan Underworld. —Chris Ryan

40. Top Gun

Ketika mengingat soundtrack Top Gun, saya dan mungkin kebanyakan orang memikirkan dua lagu: Kenny Loggins "Danger Zone" dan Berlin "Take My Breath Away," yang keduanya digunakan dalam film tiga kali atau lebih. Meskipun ada isyarat musik lain yang menyenangkan dalam film ini - terutama membawakan lagu karaoke "You're Lost That Lovin 'Feelin'" oleh Maverick dan Wingmennya - dua lagu itu mewakili aksi dan romansa bagian yang sama yang mendefinisikan Top Gun dan The Now-Obsolete "Date Night" Genre yang berkembang pada 1980-an dan 90-an. Top Gun, bagaimanapun, masih sangat hidup, dan mudah -mudahan sekuel yang terus -menerus tertunda akan memiliki momen musik yang mengesankan. Untuk saat ini, saya hanya senang mereka tidak menggunakan sampul berpasir "Zona Bahaya" di trailer Maverick. —Res

39. Batman

Siapa lagi yang akan dipilih Tim Burton untuk mengkuratori kebangkitan Batman 1989? Prince sudah memenangkan Academy Award (skor musik asli terbaik) untuk Purple Rain pada tahun 1985; Empat tahun kemudian, ia menyampaikan perpaduan yang unik dan eklektik dari jiwa, funk, rock, dan balada untuk film blockbuster Burton. "Batdance" memegang no. 1 tempat di Billboard 200 selama enam minggu berturut -turut, menjadi no pertama Pangeran. 1 lagu sejak "Kiss." Soundtrack berisi lagu -lagu yang memberi pendengar adrenalin terburu -buru dan alasan untuk menari ("Batdance," "Trust," "Partyman") dan Bob mereka ("Masa Depan," "Kursi Listrik"; "Vicki Waiting"), sebagai serta balada sensual untuk getaran ("Lemon Crush," "Skandal"). Sebagai orang kulit hitam, kita harus mengatasi nuansa dalam hidup kita. Menonton video "Batdance", Anda melihat banyak aspek Pangeran: identitasnya sebagai seorang seniman, POV dari Batman dan Joker. Pangeran tidak pernah khawatir tentang identitas. Dia dengan percaya diri dan tidak menyesal tampil sebagai dirinya sendiri setiap kali dia mengambil instrumen. Dia tidak pernah peduli tentang apa yang dipikirkan orang, yang merupakan sifat yang selalu lebih dulu. —Logan Murdock

38. The Royal Tenenbaums

Wes Anderson's Magnum Opus tentang anak -anak yang sukses terhambat oleh kekecewaan dewasa adalah soundtrack oleh kerinduan untuk masa lalu. Paul "Me and Julio Down By the Schoolyard" karya Paul Simon sementara Royal Gene Hackman mengajarkan cucu -cucunya yang disiplin pentingnya kecerobohan masa kecil; Versi instrumental "Hey Jude" menyertai perkenalan kepada keluarga; Dan tema dari Charlie Brown Christmas Recurs dengan Margot Gwyneth Paltrow yang merajuk. Tetapi penurunan jarum terbaik dari semua yang paling efektif membangkitkan nostalgia pedih Tenenbaums. Ketika Margot melangkah keluar dari bus untuk melihatnya (adopsi, dan juga lovestruck) saudara laki -laki, kecepatan angin puyuh Anderson yang biasa melambat ketika gitar lembut memetik "Hari Ini" Nico masuk. “Hari -hari ini saya sepertinya banyak berpikir tentang hal -hal yang saya lupa lakukan / dan sepanjang waktu saya memiliki kesempatan untuk” meringkas tidak hanya hubungan kedua saudara kandung, tetapi perasaan yang tepat yang membawa keluarga Tenenbaum kembali bersama. —Res

37. The Prince of Egypt

Like the movie itself, The Prince of Egypt’s soundtrack starts throwing heat from the very first frame of animation, and it does not relent until the very last. The film’s showstopping number, “When You Believe,” became a mainstream radio hit in the form of a duet by Mariah Carey and Whitney Houston, but—at the risk of blaspheming against two-thirds of the godhead—the film’s version, sung by Michelle Pfeiffer and Sally Dworsky, carries far more emotional weight. And even that might not be the best song in the movie. Few movie musicals, if any, bounce from the desperate brutality of “Deliver Us” to the conflict of “All I Ever Wanted” to Brian Stokes Mitchell’s jubilant baritone lead in “Through Heaven’s Eyes.” The Prince of Egypt is not only a great soundtrack, but it’s pivotal to the emotional heft of the movie; Disney has never done anything this good. —Baumann

36. Trouble Man

Trouble Man always takes me back to Marvin Gaye’s performance of the title song during his 1974 concert at the Oakland Coliseum. Years after the death of his onetime lover Tammi Terrell, he sought to conquer his stage fright on a winter evening in front of a packed Bay Area crowd. Throughout the night, he powered through his most famous tracks, including a voluptuous 11-minute “Fossil Medley,” while fighting through his notorious introversion. To understand Gaye’s performance that night is to understand his personal state of affairs during the time period: his serious battles with the IRS, his budding, tumultuous love affair with Janis Hunter, and his complicated relationship with fame. But his performance of “Trouble Man,” the third number of that 1974 evening, gives a glimpse of his fortitude. The song chronicles the life of a James Bond–like protagonist named Mr. T, who fights crime with a distinct level of cool. Moreover, T is a symbol of triumph for Black cinema in the 1970s, showing that melanin skin has agency in a predominantly white Hollywood. At the Coliseum, Gaye is attempting to achieve the same feat in his first on-stage performance in years. And with his infinite-octave voice still momentarily intact, he belts out a triumphant message two minutes into “Trouble Man” that doubles as a battle cry that will resonate for all eternity: “I come up hard, I had to win. Then start all over and win again.” —Murdock

35. The Big Chill

It’s no surprise that Lawrence Kasdan’s 1983 elegy for a generation fueled by sex, drugs, and rock ’n’ roll would have a banging soundtrack. As Kasdan’s stacked cast of baby boomers gather together after the funeral of their friend, the feel-good Motown hits from their youth underscore the cynicism of their adulthood. The film’s most iconic scene, an impromptu kitchen dance number, has everyone in their WASPiest sweaters and khakis grooving down to the Temptations’ “Ain’t Too Proud to Beg.” In a time before mixtapes took off and playlists even existed, this soundtrack—assembled by Lawrence’s Detroit-born wife, Meg Kasdan, and featuring Marvin Gaye, Three Dog Night, Aretha Franklin, and Procol Harum—was such a nostalgia-fueled hit with baby boomer audiences that it inspired a sequel: More Songs From the Original Soundtrack of the Big Chill. The original, an enduring bestseller, has been certified platinum six times. In other words, The Big Chill soundtrack walked so the Guardians of the Galaxy soundtrack could fly. —Joanna Robinson

34. Juno

2007: the year defined by side bangs, deep V-neck T-shirts, the frenzy of Facebook, and the Diablo Cody indie cut Juno. This film catapulted the exploitation of (hi, MTV!) and interest in teen pregnancy. Oh, and hamburger phones. It also simultaneously turned all 12-year-olds into Moldy Peaches fans. This soundtrack is the precursor to the wave of lo-fi indie rock to come, full of sweet songs that accurately depict the coming-of-age story Elliot Page so brilliantly portrays. Cat Power, the Velvet Underground, and Sonic Youth explain the heartache and confusion that comes with being a self-deprecating teen. “All I Want Is You” by Barry Louis Polisar is unforgettable in a Napoleon Dynamite–esque opening sequence in which Juno chugs Sunny D. I also really loved Michael Cera in those tight-ass shorts running to the Kinks’ “A Well Respected Man.” It was hot then. Maybe not so much now. —Lani Renaldo

33. Friday

As much as 1995’s Friday has been deified as one of the greatest stoner comedies of all time, it’s often forgotten how much of the movie unfolds like a coming-of-age tale. Fittingly, Friday’s soundtrack mirrors the arrested development of its protagonists, as if Craig’s fictional collection of new G-Funk and gangsta rap classics (Ice Cube’s “Friday,” Dr. Dre’s “Keep Their Heads Ringin’”) sits one rung below his father Willie’s funk and soul vinyls. At times the soundtrack marries the two periods—like the movie’s opening number, “Tryin’ to See Another Day” by the Isley Brothers, which is in the running for best song to sum up the entire plot of a movie and still sound good. But the film is at its funniest when it juxtaposes Craig and Smokey’s childish antics—getting high on a Friday afternoon, catcalling Nia Long—with the type of retro music their parents were probably listening to as they did the same years before (Rick James’s “Mary Jane,” Rose Royce’s “I Wanna Get Next to You”). Some things are timeless. —Charles Holmes

32. Donnie Darko

Saat ini, menggunakan banger gelombang baru yang sesuai ERA untuk mengatur suasana hati periode remaja tahun 80-an yang marah mungkin tampak run-of-the-mill. Tetapi ketika klasik kultus masa depan Donnie Darko dirilis pada tahun 2001, genre itu tidak menjadi keren lagi. "Kami baru saja saat itu di mana orang -orang belum menuntut untuk melisensikan lagu -lagu itu," kata sutradara Richard Kelly kepada The Ringer pada bulan Januari. "Tiga, empat tahun kemudian, semua orang mulai datang setelah lagu tahun 80 -an."

Donnie Darko menampilkan tetes jarum oleh Echo & The Bunnymen, Duran Duran, gereja, dan, yang paling mengesankan, Tears for Fears, yang "Head Over Heels" mencetak tembakan pelacakan yang menawan melalui sekolah menengah Donnie. Tetapi film ini sebenarnya terkenal karena lagu Fears For Fears lain, yang bahkan tidak mereka nyanyikan. Gary Jules dan Michael Andrews versi "Mad World," yang memainkan urutan penutupan, menjadi hit internasional. "Itu mengikat Gary dan aku ke dalam jalinan budaya, dan semacam menjadi hampir seperti kata kerja," kata Andrews. "Seperti,‘ Oh, mari kita "Mad World" itu. 'Di mana Anda mengambil sesuatu dan Anda agak memutarnya. " —Siegel

31. Jus

Tupac Shakur adalah seorang aktor sebelum dia menjadi rapper. Seorang siswa di Baltimore School for the Arts pada 1980 -an, ia dikenal karena pesona dan intensitas berapi -api yang kemudian ia bawa ke lilin. Ini sangat penting bagi mitologi seputar rapper: ketika dia mengikuti audisi untuk peran Uskup dalam jus, dia bukan superstar yang akan menjadi salah satu seniman genre yang menentukan; Dia adalah anak yang tidak dikenal dan tampan yang harus mengalahkan sejumlah orang lain untuk bagian itu. Dia memenangkan peran dan mengubah kinerja jahat dunia yang hebat, yang membantu melontarkannya menjadi ketenaran, baik di Cineplex maupun di radio. Tapi dia sepenuhnya absen dari soundtrack jus, keputusan yang sepenuhnya dapat dipertahankan pada saat itu yang tampaknya seperti peluang yang sangat terlewatkan dalam retrospeksi.

Sebagai gantinya, soundtrack jus mencakup beberapa tindakan rap terpenting tahun 1991: Big Daddy Kane, EPMD, Queen Latifah, Too $ Hort, Cypress Hill, dll. Seniman-seniman itu semuanya berbalik dalam trek yang solid, jika tidak benar-benar menghancurkan bumi yang menghancurkan bumi yang menghancurkan bumi. . Tapi Juice membuat daftar ini dari kekuatan dua lagu: Naughty By Nature "Uptown Anthem," yang terlepas dari apa yang dikatakan oleh tangga lagu Billboard mungkin lagu terbaik mereka, dan Eric B. & Rakim "Know the Ledge." Yang terakhir akan turun sebagai salah satu momen terbaik dari God MC yang asli-lebih dari bass tegak dan istirahat leher, Rakim meludahi Bragaddocio murni dan kecerdasan jalanan selama empat menit. Ini adalah bahan pokok rap-sebuah ode untuk lima wilayah dan pembicaraan omong kosong-dan artefak musik paling penting dari salah satu kunjungan layar lebar rap yang paling penting (tidak menghitung adegan pertempuran DJ yang banyak diuraikan, tetapi masih dicintai). Itu cukup untuk mengamankan warisan album ini, bahkan dengan tidak adanya PAC. —Sayles

30. Lakukan hal yang benar

Seperti halnya lingkungan, palet warna, dan berbagai kacamata dramatis, soundtrack untuk melakukan hal yang benar mengabadikan tema -tema dalam film. Ditransmisikan oleh Radio We-Love Groovy's We-Love (108 FM) Samuel L. Jackson, musiknya berhasil menyampaikan iklim yang ada. Jadi ketika reggae serenade yang menyenandungkan Steel Pulse "Can't Stand It" muncul sekitar sepertiga dari jalan ke dalam film, yang kita tahu adalah bahwa bloknya panas dalam lebih dari satu cara - itu mengepul di luar dan orang -orang mendidih di dalam. Apa yang benar -benar membedakan soundtrack, bagaimanapun, adalah bagaimana ia dapat menggunakan arus cinta dan kebencian secara bersamaan - bagaimana lagu revolusioner paling efektif dalam sejarah rap, "pertarungan kekuatan" musuh publik, muncul dengan sempurna dalam konser dengan Al Jarreau's balada sutra “tidak pernah menjelaskan cinta.” Pada soundtrack untuk melakukan hal yang benar, seperti dalam film itu sendiri, jarak antara cinta dan kebencian tidak ada. —Pryor

29. Space Jam

Selamat datang di selai, ini kesempatan Anda. Dari rumah awal 90 -an hingga techno hingga R&B, siapa pun yang mengkuratori soundtrack ini tahu dan sangat memahami tugas tersebut. Soundtrack yang dicintai menampilkan Seal, Quad City DJ, bahkan Monica - dan itu hampir tidak mencakup kecemerlangan dari jam yang dikemas dengan sempurna ini dan empat menit. (Ada lagu ikonik di sini yang tidak disebutkan, dinodai seperti oleh penciptanya. Tapi Anda tahu, dan mungkin ingat pertama kali Anda mendengarnya.) Saya tidak akan pernah melupakan kebahagiaan versi Naif Thinking "Fly Like Like Like Eagle ”(awalnya oleh Steve Miller) adalah hal terbaik yang pernah ditulisnya. Belum lagi, ini adalah film anak -anak yang memiliki potongan dalam D'Angelo dan seluruh nomor yang satu -satunya tujuannya adalah untuk mengolok -olok Charles Barkley. Akhirnya, bisakah seseorang tolong "buggin '," bug bugs bugs ghostwritten oleh jay-z, di Spotify? —Renaldo

28. Good Will Hunting

"Saya pikir bahkan sebelum kami mulai memotret, saya berpikir dalam hal musik Elliott," sutradara perburuan Good Will Gus Gus Van Sant mengatakan kepada Boston Magazineabtout The Multiple Lush, melankolik lagu -lagu oleh mendiang Elliott Smith yang mendasari film Van Sant 1997. "No Name #3" bermain selama "Bagaimana Anda menyukai apel?" pemandangan. "Angeles" membuatnya lebih menyedihkan ketika Minnie Driver menggantung telepon gaji dan kejang-kejang dengan kehancuran yang baru saja dibuang. "Miss Misery," yang ditulis Smith untuk film itu, menendang tepat ketika Robin Williams membaca catatan bahwa kliennya telah pergi melihat tentang seorang gadis. (Smith membawakan lagu di Oscar tahun itu, meskipun tidak menang, jatuh ke Celine Dion "My Heart Will Go On.")

Musik dalam Good Will Hunting juga mencakup karya lain, seperti "blues nelayan" yang menggulung dan "Baker Street" yang licik, serta skor bergemuruh Danny Elfman. Tapi itu adalah musik Smith yang mendefinisikan beberapa momen film yang paling memengaruhi dan melacak hubungan yang murung dan penuh harapan antara karakter Will dan [sangat aksen Boston] Skylar. —Katie Baker

27. Black Panther

Jika tingkat hype seputar rilis Black Panther - Dashikis pada saat kedatangan, anak -anak terpesona, pujian yang diidolakan - telah tumpul dalam beberapa tahun terakhir, soundtrack film ini berdiri sebagai monumen yang tak terhapuskan untuk saat itu. Koleksi lagu-lagu yang tumbuh menjadi proyek yang berdiri sendiri, Black Panther Kendrick Lamar: Album, adalah tugas Herculean. Ini adalah catatan yang dibuat oleh rapper paling terkenal dari generasinya dan suplemen yang menggugah untuk tamasya yang paling diterima dari waralaba film paling populer yang pernah ada. Dan itu sangat baik, omong -omong, bahkan jika keunggulannya berbeda dari tarif standar Kendrick. Album ini memahami semua cara drum dapat berbicara. Ini menyampaikan format tak terbatas dari keberadaan Afrika. Itu punya ayat yang bagus dari masa depan. Yang terpenting, Anda tidak dapat mendengarkannya tanpa berpikir bahwa jika album ini memiliki semua ini, filmnya pasti tidak terbatas. —Pryor

26. Marie Antoinette

Drama sejarah Sofia Coppola tentang The Last Queen of France adalah tampilan gaya dekadensi monarki, dari kue -kue yang didekorasi dengan rapi, hingga gaun pastel yang rumit, hingga soundtrack rock punk dan indie yang keras. Film ini dibuka dengan Kirsten Dunst sebagai ratu tituler di headpiece bulu besar, menempelkan jari di kue frosting sementara Gang of Four's "Nature's Not In It" meledak di latar belakang. Tapi Marie Antoinette lebih dari sekadar gaya mewah - itu juga berkaitan dengan tema kesepian dan remaja, yang tercermin dalam musik: The Strokes '"What Happened?" Bermain ketika Marie Antoinette merindukan perselingkuhan di luar nikah yang baru saja berakhir, dan orde baru yang subur memotong "upacara" memudar di atas pesta ulang tahunnya yang ke -18. Melalui semua itu, soundtrack Marie Antoinette membuktikan bahwa kecemasan remaja tidak lekang oleh waktu. —Res

25. Forrest Gump

Forrest Gump Soundtrack bukan soundtrack film; Ini adalah soundtrack Amerika di abad ke -20. Sekarang itulah yang saya sebut musik: Klasik Kambing. Setiap orang yang ada di sini. Aretha Franklin. Bob Dylan. Fleetwood Mac. Gladys Knight. Tembak, bahkan Elvis juga (lucu bahwa ia bekerja sama dengan tarian penjaga kaki Forrest untuk "anjing pemburu"; raja memiliki kebiasaan mencuri ide-ide dari orang-orang yang terpinggirkan.) Jika sebuah film akan mendokumentasikan pasang surut dan aliran masyarakat Amerika Amerika Selama 40 tahun, musik harus menjadi bagian integral - dan Forrest Gump tepat. Dari pintu masuk "putra yang beruntung" ke Vietnam hingga "giliran! Belok! Belok!" Protes perdamaian, Forrest Gump secara konsisten memasangkan lagu yang tepat ke adegan yang tepat. Dan terlepas dari berbagai emosi yang ada dalam film ini, hampir setiap lagu kecuali untuk Joan Baez "Blowin 'In The Wind" adalah banger (masih banger, dengan cara yang berbeda). Silakan dan pasang soundtrack Forrest Gump di Cookout Anda berikutnya atau sesuatu - lihat jika ada yang benar -benar mengeluh. —Jenkins

24. Di dalam Llewyn Davis

The Coen Brothers bersatu kembali dengan O Brother, Where Art Engkau? Tulang super-produser Burnett untuk menggali ledakan rakyat tahun 60-an di Greenwich Village. Seperti halnya saudara O, soundtrack Llewyn Davis di dalam dikemas dengan lagu-lagu tradisional yang kurang dikenal yang ditata ulang oleh pemain modern seperti legenda bluegrass Chris Thile dan Marcus Mumford. Tidak seperti O Brother, album ini menampilkan banyak pertunjukan oleh bintangnya, Oscar Isaac pra-Mega, serta pemain pendukung yang berbakat secara vokal Carey Mulligan, Justin Timberlake, dan Adam Driver. Dari satu -satunya lagu asli, konyol "Please Mr. Kennedy," hingga Solo Ratapan Isaac di "Fare You Well (lagu Dink)," selimut harmoni rakyat yang menenangkan atas perjuangan yang penuh gejolak untuk mencoba menjadikannya sebagai seorang seniman. Album ini bisa berdiri di atas vokal emosional Isaac saja, tetapi Burnett menyelinap dalam permata yang sudah ada sebelumnya seperti inspirasi kehidupan nyata Llewyn Davis Dave Van Ronk di "Green, Green Rocky Road" dan rekaman studio yang belum dirilis dari Bob Dylan "Farewell." —Robinson

23. Dirty Dancing

You put a song from the Wall of Sound era on a soundtrack and I’m in (spoiler: Goodfellas is coming). But beyond including the Ronettes’ “Be My Baby,” the Dirty Dancing OST pulls off the remarkable feat of capturing the vibes of both the time the movie’s set in and the time when it was released. The Five Satins’ “In the Still of the Night” and Maurice Williams & the Zodiacs’ “Stay” firmly place Dirty Dancing in the era just before music would change teendom forever, while Eric Carmen’s “Hungry Eyes” and the Patrick Swayze/Wendy Fraser collab “She’s Like the Wind” evoke the soft-rock glory of the 1980s. And is there any movie song bigger than “(I’ve Had) The Time of My Life”? No one puts that song in a corner.—Gruttadaro

22. Scott Pilgrim vs. The World

Fake movie music is a perplexing genre. Real musicians can barely manage to conjure a decent hit on their best days, so the process of watching an actor try to accomplish the same feat onscreen is often brutal. If filmmakers are lucky, they might trip into an Oscar-winning tune like Three 6 Mafia’s “It’s Hard Out Here for a Pimp,” but usually you end up with a monstrosity like Ally’s weird pop song “Why Did You Do That” in 2018’s A Star Is Born. That’s what makes 2010’s Scott Pilgrim vs. The World, a movie ostensibly about a battle of the bands, such a peculiar artifact.

Based on Bryan Lee O’Malley’s successful graphic novels, Scott Pilgrim vs. The World is a rom-com centered on a battle of the bands where most of the characters have the fighting talents of a shonen manga. Through all of this, it’s Scott Pilgrim’s music that possibly ages the best. Most of the bands in Scott Pilgrim vs. The World are played by real musicians from 2000s-era indie rock: Beck created Sex Bob-Omb’s coarse and amateurish sound within 72 hours after being approached by director Edgar Wright and music producer Nigel Godrich. But Metric’s “Black Sheep,” played by the fictional Clash at Demonhead, is the film’s crown jewel. Sung in the movie by a pre–Captain Marvel Brie Larson, “Black Sheep” is the rare fake movie song that’s as good as the genre it’s riffing on. The world didn’t need a movie full of the type of early-aughts indie rock that’d make a Pitchfork critic salivate, but we got it. And Scott Pilgrim vs. The World is the best version of what could’ve been an insufferable timeline. —Holmes

21. Hustle & Flow

It got Triple Six an Oscar. That’s really all that needs to be said. We could talk about the fact that the soundtrack to Hustle & Flow contains some of the few decent rap performances by an actor ever (courtesy of Terrence Howard). We could discuss the collection of features from Juvenile, T.I., Trina, and 8Ball & MJG that furnish the record, one of which even charted in the Billboard Top 100. But really, all that matters when it comes to this soundtrack is that Three 6 Mafia, the Memphis polymaths behind “Slob on My Knob,” went up on stage at the 78th Academy Awards and deservedly accepted the Best Original Song prize for the song “It’s Hard Out Here for a Pimp.” —Pryor

20. The Harder They Come

Years before Bob Marley’s Legend introduced a mostly white American audience to reggae, there was The Harder They Come, the 1972 Jamaican film starring Jimmy Cliff and its blockbuster soundtrack featuring Cliff and Trojan Records staples like Toots and the Maytals, Desmond Dekker, and the Melodians. Arguably, the soundtrack has had a bigger influence than the movie over the past five decades: While the noir lives on mostly as a film-school and cult concern, the OST routinely places in historical best-album lists, holds a place in the Library of Congress, and has been the recipient of massive deluxe reissues. That’s a credit to Cliff’s aching, all-time great performance on the title track, but also the infectious riffs of album cuts like “007 (Shanty Town).” Reggae didn’t need The Harder They Come in order to break out in the States, but it gave many listeners their first—and for many, their most enduring—taste of music from the Island. —Sayles

19. Velvet Goldmine

They say necessity is the mother of invention, and for his jukebox musical about the rise and fall of glam rock, director Todd Haynes faced quite the constriction: While he initially set out to make a straightforward David Bowie biopic, Bowie famously refused his blessing, leaving the director without the right to use his muse’s name—or, crucially, any of his songs.

Haynes has since proved himself one of our finest living chroniclers of pop legends, actually matching the creative genius of his subjects instead of merely depicting them. I’m Not There cast Cate Blanchett, among others, as a facet of Bob Dylan; the documentary The Velvet Underground uses a scarcity of actual footage to its advantage, using abstraction that does John Cale proud. Before either of these projects, though, there was Velvet Goldmine, which used Bowie’s absence to tell a story at once more oblique and more explicit than an overt Bowie tribute. Jonathan Rhys Meyers’s Brian Slade is a bit Bowie and a bit Jobriath; Ewan McGregor’s Curt Wild has bits of Iggy Pop and Lou Reed. The fictional songs they play include works by both Reed and Bowie producer Brian Eno, plus contemporaries like Roxy Music and T. Rex, with originals artfully woven in between. (“The Ballad of Maxwell Demon,” named for Slade’s in-text alter ego, has Ziggy Stardust written all over it.) As a movie about music, Velvet Goldmine’s soundtrack was always going to be crucial to its success. But without any one source to lean on, it became a proxy for the film’s roving curiosity and clever conceit. Bowie didn’t realize it at the time, but he did us all a favor. —Alison Herman

18. Lost in Translation

The soundtrack of Sofia Coppola’s Lost in Translation is a model for contrast. Squarepusher, Air, Death in Vegas, the Jesus and Mary Chain, and Phoenix provide the synth-pop vibes that paint such a full picture of and give immense meaning to Bob and Charlotte’s “Is this it?” wanderings through Tokyo. It’s the music video for a whole sub-era of music starring Scarlett Johansson. Elsewhere, Patti Smith, Carly Simon, the Pretenders, and Roxy Music lend the soundtrack an air of maturity and wisdom (and stand alone as great karaoke picks). But it’s all beautiful and wistful and light. Until, of course: “suckin’ on my titties like you wanted me.” The Peaches needle drop in Lost in Translation is legendary, in large part because of the sonic context it’s forced into. “Fuck the Pain Away” isn’t nearly as triumphant if it’s not next to “More Than This.” —Gruttadaro

17. Romeo + Juliet

It’s safe to say critics were divided on Baz Luhrmann’s made-for-MTV spin on Shakespeare’s most famous love story. The film’s legacy only grew as its devoted teenage female fans sent its soundtrack up the charts. Album producers Nellee Hooper and Marius de Vries remixed a lesser-known Garbage B-side, “#1 Crush,” into the band’s only no. 1 single. Bouncy pop hit “Lovefool” made Swedish rockers the Cardigans a household name. Des’ree’s showstopper, “Kissing You,” performed during Claire Danes and Leonardo DiCaprio’s electric fish tank meet cute, may be the song most iconically associated with the film. But, controversially, a track written for the film, Radiohead’s “Exit Music (For a Film)” isn’t on the album at the band’s request—they saved it for 1997’s OK Computer instead. No worries, though: Hooper’s remix of Radiohead’s “Talk Show Host” is more than a consolation prize. —Robinson

16. Garden State

Look, you just had to be there, OK?! This legend of LimeWire, this dean of the dorm room, this setlist of indie infamy: It’s Zach Braff’s ambient and once-omnipresent 2004 Garden State soundtrack, which the then-man-child himself described as “a mix CD with all of the music that I felt was scoring my life at the time I was writing the screenplay.” (He even went so far as to send prospective actors a copy of an actual mix CD along with said screenplay.)

Featuring moody Coldplay, multiple Shins songs, trippy Zero 7 and Thievery Corporation, and older tracks by Nick Drake and Simon & Garfunkel, the Garden State album sounded the way a dark, dank New Jersey basement with garish powder room wallpaper near an abandoned quarry felt. Braff’s choice of music, like his movie itself, is often discussed in a spirit of retrospective mockery and embarrassment, but it was extremely popular—even perceived by some, uh, friends of mine as profound!—at the time. And it has a lasting legacy: You gotta see this one meme. It will change your life, I swear. —Baker

15. Shaft

Isaac Hayes is a somewhat odd avatar for Blaxploitation soundtracks. By the time he penned his first, he was already a massive mainstream success, with two Billboard top-10 albums and a third just a few months away. A composer today with a similar résumé wouldn’t be pigeonholed in Black, largely underground cinema. But the times being what they were, Hayes was tapped for his first soundtrack for Shaft, Gordon Parks’s film that punched its way out the trappings of its genre and became one of the biggest movies of 1971. At least part of that success can be traced to Hayes’s ubiquitous soundtrack, which included an iconic theme and perhaps the most instantly recognizable hi-hats in recorded history. The song would top the singles chart and later win an Academy Award. (Another song, the vocal number “Do Your Thing,” would land in the top 40.) The Shaft score cemented Hayes as one of the key figures of the Blaxploitation world—three years later, he’d both create the music for and star in Tough Guys and Truck Turner, which both failed to reach Shaft’s heights at the box office or the music charts but live on as samples for classic rap tracks. In the years that followed, the Blaxploitation genre fell out of favor and mostly disappeared. The Black Moses would never helm another soundtrack again. But with one as enormous as Shaft under his belt, he didn’t need to in order to go down as one of the greatest of all time, Blaxploitation or otherwise. —Sayles

14. Drive

It’s hard to flesh out a character who doesn’t even have a name, but as Ryan Gosling prepared for his lead role in Nicolas Winding Refn’s Drive, he clued into how the Driver was essentially a caricature of brooding antiheroes. “This is a guy that’s seen too many movies, and he’s started to confuse his life for a film,” Gosling told Rotten Tomatoes in a 2011 interview. “He’s lost in the mythology of Hollywood and he’s become an amalgamation of all the characters that he admires.” That philosophy certainly extends to Drive’s soundtrack: a collection of Europop and synthwave tracks that, along with Cliff Martinez’s ambient score, sounds like what someone who wants to be cool thinks should belong on a cool guy’s driving playlist. Nevertheless, from the foreboding throb of Chromatic’s “Tick of the Clock” to Desire’s dreamy “Under Your Spell,” the Drive soundtrack is as irresistible as it strives to be. We can only hope the soundtrack to our own lives can sound as suave as this. —Miles Surrey

13. Single

Sebuah mitos tentang single Cameron Crowe adalah bahwa ia tanpa malu-malu memanfaatkan kancah musik Seattle saat itu. Tetapi kenyataannya adalah bahwa film itu diambil pada musim semi 1991, beberapa bulan sebelum Nirvana Nevermind keluar dan Alt-Rock menjadi arus utama. Soundtrack untuk komedi romantis, yang sebenarnya tidak dirilis hingga September 1992, adalah sampler pengantar yang sempurna untuk grunge. Ada lagu -lagu oleh band -band Pacific Northwest -Brred seperti Mother Love Bone, Mudhoney, Soundgarden, Pearl Jam, Alice in Chains, dan Screaming Trees. Chris Cornell, yang membuat cameo dalam film seperti Pearl Jam, juga menyumbang lagu solo yang moody yang mengesankan "Seasons." (Smashing Pumpkins, dari Chicago, memberi Crowe "Drown.") Album ini tentu saja berpusat pada Seattle-balada Jimi Hendrix "May This Be Love" juga ada di sana-tetapi dua lagu terbaiknya, "Waiting For Somebody" dan dan "Disleksia hati" adalah oleh mantan pentolan pengganti dan kelahiran Minneapolis Paul Westerberg. Single itu universal. —Alan Siegel

12. Tidak mengerti

Dari perlakuan "anak-anak di Amerika" yang membuka album hingga kicker "supermodel" yang lancang (dan sassy), soundtrack yang tidak mengerti adalah pengingat bahwa hanya karena Anda masih muda, kaya, cantik, dan bergulir dengan homies Di California Selatan tidak berarti hidup juga tidak sulit. Diawasi oleh supervisor musik kambing Karyn Rachtman-yang karya lain termasuk gigitan realitas, fiksi pulp, dan Romeo + Juliet-soundtrack yang tidak mengerti dipenuhi dengan sampul dan pertunjukan yang kuat dari lezat seperti yang lezat, Bosstones perkasa yang kencang, dan Radiohead. ;

Tidak setiap lagu dari film berjalan ke soundtrack; Terutama, "Just a Girl," yang dimasukkan Rachtman dalam film tak lama sebelum tidak diragukan lagi merilisnya sebagai single pertama mereka dari Tragic Kingdom, ditinggalkan dari soundtrack resmi karena kepicikan label rekaman yang bersaing. Tetapi banyak pekerjaan lain, termasuk dari Beastie Boys, Coolio, dan Counting Crows. Hasilnya adalah sebagian besar album tempo tinggi yang penuh dengan frustrasi remaja dan energi memabukkan pada tahun 1990-an, menempatkan "seolah-olah!" menjadi musik. -Tukang roti

11. O Saudara, dimana kamu?

Memukul no. 1 Di Billboard 200 dan memenangkan tiga Grammy tidak secara otomatis membuat soundtrack hebat, tetapi sangat sedikit soundtrack yang dapat membuat klaim serupa tentang popularitas dan penetrasi budaya. O saudara laki-laki mendatangi lanskap budaya seperti air banjir, membawa banjo, musik rakyat, dan harmoni tiga bagian ke Hollywood yang berputar-putar. Soundtrack ini mengubah standar rakyat menjadi earworms modern: "Saya seorang lelaki kesedihan yang konstan" menjadi hit arus utama berkat anak laki -laki Bottom yang basah. Ikon Bluegrass, pengaruh Alison Krauss membuat "tidak meninggalkan siapa pun kecuali bayi" ke dalam lagu sirene literal, dan menempatkan "turun ke sungai untuk berdoa" ke dalam repertoar setiap paduan suara sekolah menengah di Amerika Utara. Ini akan menjadi soundtrack yang hebat sepanjang masa jika tidak meninggalkan bayangan sama sekali, tetapi Anda dapat menarik garis langsung dari O Brother ke Hipster-Folk-and-Americana Revival yang membentuk begitu banyak akhir tahun 2000-an dan 2010-an . Apakah akan ada yang diinjak -injak oleh kura -kura, Mumford dan putra, atau orang -orang Lumineers? Akankah Chris Thile tetap menjadi seniman genre alih-alih menjadi "jenius" yang dianili di MacArthur seandainya Everett dan anak-anak itu tidak merusak kampanye gubernur Homer Stokes? Saya pikir tidak. —Baumann

10. Demam Sabtu malam

Tidak ada pelanggaran terhadap nominasi Academy Award yang berpotongan karpet John Travolta, tetapi tanpa soundtracknya, Saturday Night Fever tidak akan dianggap klasik Amerika. Produser Robert Stigwood's Brainchild, yang tetap di atas tangga lagu Billboard selama enam bulan, adalah salah satu album terlaris sepanjang masa. (Satu -satunya soundtrack yang dijual lebih banyak salinan adalah Bodyguard Whitney Houston.) Tiga lagu yang disumbangkan oleh Bee Gees— "Stayin 'Alive," "How Deep Is Your Love," dan "Night Fever" —hit no. 1. Versi Yvonne Elliman tentang "If I Can't Have You," yang ditulis Bee Gees, juga menduduki puncak tangga lagu. Isyarat musik film telah dirujuk begitu banyak sehingga mereka menjadi terlalu klise untuk bahkan spoof dengan cara yang segar. Bukan berarti itu tidak membuat mereka kurang ikonik. —Siegel

9. Bingung dan bingung

SMA Richard Linklater 1993 High School Classic, terletak di puncak musim panas 1976, adalah film dengan musik yang begitu bagus dan begitu padat sehingga melahirkan bukan hanya satu tetapi dua album soundtrack yang menjadi staples kaselogi absolut. (Tag line ke yang kedua: "Mereka menemukan simpanan Anda ... lagi!") Dazed and Confused's Music menangkap bagaimana rasanya menjadi remaja yang berkeliling, dan sekitar, dan sekitar, dalam pencarian yang tak ada habisnya untuk menara bulan dari milik sendiri. Banyak lagu yang muncul dalam film melalui radio mobil seseorang.

As Steven Hyden wrote for The Ringer, Linklater’s musical choices throughout the film were not cheap, with songs from Bob Dylan and Aerosmith running in the five figures. But the payoff came in the form of a specificity that keeps Dazed and Confused feeling fresh and familiar. Those opening chords of “Sweet Emotion” shimmer like a hot Texas sunrise. (That song, along with “Hurricane,” are in the movie but not on either soundtrack album.) “Jim Dandy” sounds exactly like a bunch of dudes up to no good. “Love Hurts” will forever equate to junior-high slow dance; “Why Can’t We Be Friends” will always mean mustard. And “Tuesday’s Gone” is the official song of a hungover glance in one’s rearview mirror, that moon tower having finally been found. —Baker

8. Almost Famous

In putting together the soundtrack for Almost Famous, former rock journalist Cameron Crowe set himself two impossible tasks. He had to both create a believable hit for his fictional band Stillwater and assemble an album worthy of a film that worships at the church of 1970s rock ’n’ roll. For the former, Crowe had an ace up his sleeve: his then-wife, ex-Heart guitarist Nancy Wilson. The track, “Fever Dog,” with howling lead vocals from Aerosmith producer Marti Frederiksen and guitar from both Pearl Jam’s Mike McCready and Wilson herself, easily makes the case for Stillwater. For the latter challenge, Crowe mixed deeper cuts like the Beach Boys’ “Feel Flows” and a bootleg David Bowie cover of “I’m Waiting for the Man” with familiar hits like Cat Stevens’s “The Wind,” and, most memorably, Elton John’s “Tiny Dancer.” Crowe’s semi-autobiographical love letter to 1970s rock is so pure it inspired Led Zeppelin to allow their songs on a soundtrack for the first time ever. Though the original Grammy-winning album is a banger, it barely scratches the surface of the music used in the fim. Thankfully, in 2021, a 20th anniversary “super deluxe” edition of the soundtrack was released featuring over 50 additional songs. —Robinson

7. The Bodyguard

It is undeniable that Kevin Costner and Whitney Houston are infatuated with one another in this film. (They should’ve been together. Fight me.) It is also undeniable that Ms. Houston can sing her ass off. The Bodyguard is the bestselling soundtrack of all time, and it’s easy to see why. It’s built on a foundation of genius. The track list is laden with emotionally charged hits like “I Will Always Love You” (shout-out Dolly Parton, nothing will ever top that key change) and “I Have Nothing.” Plus, Whitney’s funky Chaka Khan cover, produced by C+C Music Factory, “I’m Every Woman” is extraordinary. There’s also an LA Reid–Babyface cut, in which Kevin Costner is surrounded and wrapped up in Whitney’s brilliance. Whitney had us all trying to sing like her. Especially that girl on Vine. —Renaldo

6. Above the Rim

Unlike when he starred in Juice, Tupac was a known commodity by the time he was cast as Birdie in the street-ball parable Above the Rim. And Death Row Records, getting its first shot at a soundtrack showcasing its blockbuster might, took full advantage of the rapper’s rapidly rising star. Pac appears on two songs on the Above the Rim OST: the classic “Pour Out a Little Liquor” and the deep cuts “Pain” and “Loyal to the Game” (the latter two only appearing on the deluxe version of the album not available on streaming). Those alone would land Above the Rim on any soundtracks ranking, but the project is also packed wall-to-wall with massive songs from the contemporary Death Row roster (Lady of Rage’s “Afro Puffs,” Tha Dogg Pound’s “Big Pimpin’”) and songs that showed the full potential of the marriage between hip-hop and R&B (SWV’s “Anything” and its Wu-Tang Clan remix remains a throwback anthem, while Sweet Sable’s “Old Time’s Sake” flips an Eddie Kendricks staple into something both rugged and sultry). The centerpiece is one of the finest songs G-funk ever produced: Warren G and Nate Dogg’s “Regulate,” a tale of chasing women, dice games gone wrong, car crashes, and smoking weed backed by Michael McDonald. It’s as engrossing as any soundtrack named on this list. —Sayles

5. Super Fly

Shortly after I got my driver’s license at 18, I made a habit of driving around Oakland in the late hours of the night—through East 14th, up Fruitvale, and past Bancroft to the San Leandro border—before driving back home. On most nights I’d play Marvin Gaye or some out-of-pocket contemporary rap. But no album captured the essence of my route quite like Curtis Mayfield’s magnum opus Super Fly. “Little Child Runnin’ Wild” brings memories of driving by the Ira Jenkins Community Center, remembering all the childhood homies trying to make a better way. “Freddie’s Dead” provides vivid images of Highland Hospital, where many souls left us too soon, while “Pusherman,” Mayfield’s most famous track, provides a reminder that it’s time to get on the 580 freeway and head home. Those drives encapsulated Mayfield’s goal of making the score for the iconic soundtrack: to provide context to a community forgotten by society, and hopefully spark a positive change. —Murdock

4. Goodfellas

Saya bisa menulis tentang cara Martin Scorsese bersandar pada tumpukan musik dari kelompok perempuan tahun 1960-an-kristal, Shangri-las, Ronettes, Darlene Love-dalam Goodfellas sebagai cara untuk membandingkan kepolosan feminin dengan kekerasan hiper-maskulin dari Karakter filmnya. Saya bisa terus dan terus tentang Sonic Tour de Force yang mencetak adegan helikopter di dekat akhir film, ketika pemotongan panik antara Harry Nilsson, Mick Jagger, The WHO dan George Harrison meniru mania yang diaddlasi Coke Henry Hill; Tentang drop jarum brilian dari sampul Sid Vicious dari Frank Sinatra "My Way" dalam kredit, iringan musik yang sempurna untuk risalah penutup Henry tentang bagaimana masa lalu yang indah sudah mati dan hilang. Tapi sungguh, saya hanya ingin menjatuhkan klip tombol piano "Layla" yang menendang saat kamera mengawasi Cadillac merah muda, menandakan zaman akhir untuk jenis gangster tertentu.

Pekerjaan saya di sini selesai. —Gruttadaro

3. Fiksi pulp

Baru -baru ini, Quentin Tarantino menggambarkan menggerebek koleksi rekamannya sebagai bagian integral dari proses menemukan "semangat film." “Jika Anda melakukannya dengan benar, jika Anda menggunakan lagu yang tepat, di adegan yang tepat; Sungguh ketika Anda mengambil lagu dan menempatkannya dalam urutan di film, ini tentang sinematik yang bisa Anda lakukan, ”jelasnya.

Ketika riff gitar pembuka sampul Dick Dale tahun 1962 "Miserlou" transisi dengan film kenop radio ke Kool & "Jungle Boogie" geng selama kredit pembukaan fiksi bubur kertas, lebih banyak lagi untuk menjelaskan sifat memo dari Moviethan setiap dialog yang dapat dialog dapat dialog mana pun dapat dialog dialog mana pun dapat dialog mana pun dialog mana pun dapat dialog mana pun dialog mana pun dapat dialog setiap dialog. . Dan tetes jarum terbaik film ini sering kali memiliki arus gelap humor. Soundtrack Al Green "Let's Stay Together" pertemuan tegang pertama antara Marsellus dan Butch, dua orang terjebak dalam permainan kucing dan tikus yang menyiksa. Adegan twist ikonik Vincent dan Mia - penangguhan hukuman sesaat dari kencan Vega yang tegang dengan istri baru bosnya - diperpanjang dengan dimasukkannya ode Chuck Berry ke pernikahan remaja, "Anda tidak akan pernah tahu."

Apakah semua ini berarti Anda harus memainkan soundtrack fiksi pulp di kumpul-kumpul Anda berikutnya? Tidak. Beberapa hal paling baik dicintai dalam kesendirian. —Holmes

2. Raja Singa

The Lion King adalah alasan Anda dan/atau anak Anda menjadi orang musik; Alasan Anda dapat berbagi hubungan emosional dengan sejumlah orang asing di sisi lain dunia hanya dengan meneriakkan "naaaaaaziveniiaaaa Babadibabada." Anda masih tidak tahu apa urutan surat yang tepat dalam kata -kata itu, atau bahkan apa yang diterjemahkannya, tetapi itu tidak masalah. Soundtrack Lion King melampaui bahasa dan perbatasan. Tidak peduli bahwa Simba pada dasarnya menyanyikan "Aku tidak sabar menunggu ayahku mati" di "Aku tidak sabar untuk menjadi raja" - lagunya sangat menarik. Dan "Hakuna Matata" menjadi ungkapan yang sebenarnya dalam leksikon Inggris yang bisa dikatakan seseorang dengan keras dan Anda mengangguk dan menjadi seperti, "Benar." Ini berbicara kepada jenius musikal Elton John dan kolaboratornya, dan Anda harus benar -benar mendengarkan versi John dari trek untuk memahami jenius yang digunakan untuk membuat beberapa lagu terbaik yang ditulis untuk film - film anak -anak atau tidak. —Jenkins

1. Hujan Ungu

Di akhir hujan ungu, Pangeran menyanyikan pernyataan yang bertindak seperti penegasan diri tetapi, setelah semua yang baru saja Anda lihat, dibaca seperti pernyataan yang meremehkan yang pernah diucapkan: "Baby, saya seorang bintang."

Film Prince 1984 dan soundtrack yang menyertainya adalah momen jenius dan visi murni, pada tingkat yang jarang berkomitmen untuk syuting dan lilin. Dari pembukaan "Let's Go Crazy" hingga gairah yang meluap dari "The Beautiful Ones" ke katarsis dari judul lagu, Every Song on Purple Rain adalah mindblowing, dan hadiah sejati dari film ini-selain dari kecenderungannya yang baik-baik , yang sangat luhur dalam hak mereka sendiri - dapat menyaksikan Pangeran melakukan mereka. Cara dia menggeliat dan mendorong melalui "Darling Nikki"! Kerusakan "komputer biru"! Dengan satu film, dan soundtrack terbaik yang pernah dibuat, Pangeran memastikan Anda tahu dan tidak pernah lupa: sayang, dia seorang bintang. —Gruttadaro

Apa yang dianggap sebagai soundtrack terbesar sepanjang masa?

Soundtrack film terbaik sepanjang masa..
Purple Rain (1984) ....
24 jam Pesta People (2002) ....
A Hard Day's Night (1964) ....
The Crow (1994) ....
Quadrophenia (1979) ....
Guardians of the Galaxy (2014) ....
Pompa Up The Volume (1990) ....
Kapal selam (2010).

Soundtrack apa yang paling didengarkan?

Soundtrack TV Spotify yang paling banyak diputar sepanjang masa terungkap..
Ini adalah kami - 1,3 miliar drama ..
Game of Thrones - 1 miliar drama ..
The O.C.- ....
Big Little Lies - 860 juta drama ..
Orange Is the New Black - 857 juta drama ..
Mrs. Maisel yang luar biasa - 709 juta drama ..
Euphoria - 544 juta drama ..
Empire - 476 juta drama ..

Apa soundtrack penjualan terbesar sepanjang masa?

Soundtrack pemenang Grammy untuk film blockbuster The BodyGuard (AS, 1992), dibintangi Whitney Houston (AS, 1963-2012) sebagai bintang musik Rachel Marron, adalah soundtrack film terlaris sepanjang masa dengan lebih dari 44 juta kopi terjualdi seluruh dunia.The Bodyguard (USA, 1992), starring Whitney Houston (USA, 1963-2012) as music star Rachel Marron, is the best-selling movie soundtrack of all time with more than 44 million copies sold worldwide.

Film apa yang memiliki soundtrack paling terkenal?

'Titanic: Music from the Motion Picture' (1997) - 30 juta kopi terjual.Titanic masih berdiri sebagai salah satu film terlaris sepanjang masa, dan penjualan soundtracknya sebanding.Titanic: Music from the Motion Picture' (1997) - 30 million copies sold. Titanic still stands as one of the highest-grossing movies of all time, and its soundtrack's sales are comparably gargantuan.