Uraikan cara penanganan jangkrik yang terkena penyakit

Pada pelaksanaan budidaya tanaman jagung pastilah akan ada kendala seperti tanaman jagung terserang hama dan penyakit. Untuk itu kali ini kita akan membahas tentang Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman jagng beserta cara pengendaliannya. Berikut adalah penjelasan lengkapnya:

Hama

a. Ulat Daun (prodenia litura)

Hama ulat daun ini akan menyerang bagian pucuk daun dan biasanya tanaman jagung yang berumur sekitar 1 bulan diserang ulat daun. Daun tanaman jagung yang bila sudah besar menjadi rusak.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida yang tepat seperti folidol atau yang lainnya dengan dosis sesuai dengan anjuran.

b. Lalat bibit(Atherigona exigua)

Tanaman jagung yang terserang hama ini akan memiliki bekas gigitan pada bagian daun, pucuk daun layu, dan akhirnya tanaman jagung akan mati.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

c. Ulat Grayak atau Ulat Agrotis

Bagian Tanaman jagung yang diserang hama ini adalah bagian batang yang masih muda, batang akan putus dan akhirnya tanaman jagung mati. Hama Agrotis sp. Menyerang pada malam dan siang hari. Ada 3 jenis ulat grayak/agrotis yaitu:

Agrotis segetum : memiliki warna hitam dan ulat ini sering ditemukan di daerah dataran tinggi.

Agrotis ipsilon : memiliki warna hitam kecoklatan dan ulat ini sering di temukan di daerah dataran tinggi dan rendah.

Agrotis interjection : memiliki warna hitam dan banyak di temukan di pulau jawa.

Pengendalian ulat ini dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida yang sesuai dan menggunakan dosis sesuai anjuran.

d. Penggerek daun dan penggerek batang

Ulat sesamia inferens dan pyrasauta nubilasis ini menyerang bagian ruas batang sebelah bawah dan titik tumbuh tunas daun tanaman jagung. Tanaman jagung akan menjadi layu.

Penanggulangan hama ini dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida yang sesuai dengan dosis yang di anjuran

e. Ulat Tongkol (Heliothis armigera)

Tanaman jagung yang terserang hama ini akan memiliki bekas gigitan pada biji dan adanya terowongan dalam tongkol jagung.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan menggunakan Furadan 3G atau insektisida yang sesuai dan dengan dosis sesuai anjuran.

f. Belalang

Jenis belalang yang sering menyerang tanaman jagung yaitu Oxyca chinensis dan juga Locusta sp. Hama ini biasa menyerang tanaman jagung pada bagian daun muda. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melepaskan predator alaminya yaitu berupa burung atau laba-laba, bisa juga dengan menggunakan biopestisida.

Penyakit

a. Penyakit Hawar Daun atau Karat Daun

Penyakit Hawar daun dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Hawar daun turcicum

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu berupa adanya bercak kecil berbentuk jorong dan berwarna hijau kelabu. Lama kelamaan bercak tersebut kemudian menjadi besar dan berwarna coklat serta berbentuk seperti kumparan, bila parah maka daun seperti terbakar. Penyebab penyakit ini adalah Helminthos porrirum turcicum.

2. Hawar daun maydis

Gejala yang dialami tanaman jagung yang terserang hawar ini berupa bercak coklat abu-abu pada seluruh permukaan daun. Bila parah penyakit ini akan menyerang hingga bagian jaringan tulang daun yang akhirnya jaringan daun tersebut mati.

3. Hawar daun corbonum

Tanaman jagung yang terserang penyakit hawar ini akan timbul gejala berupa bercak coklat muda kekuningan bersudut-sudut memanjang yang dapat menyatu dan mematikan daun. Penyebabnya adalah cendawan Dreschslera zeicola. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan fungisida atau dengan menggunakan thiram dan karboxin, serta pengasapan atau perawatan suhu panas selama 17 menit dengan suhu 55°C.

b. Bulai

Penyakit bulai pada daun jagung disebabkan oleh cendawan atau jamur sclerospora maydis. Tanaman jagung yang terserang penyakit ini akan memiliki gejala berupa daun akan berwarna kuning keputih-putihan bergaris, sejajar dengan urat daun dan tampak kaku. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara memberikan Ridomil 35 SD pada saat masih benih agar tidak tumbuh jamur pada biji jagung.

Selain akibat hama dan penyakit, tanaman jagung yang kekurangan zat makanan juga akan mengalami berbagai gangguan. Berikut adalah penjelasan selengkapnya:

a. Kekurangan Nitrogen (N)

Akibat kekurangan unsur Nitrogen maka tanaman jagung akan kerdil, kurus, dan daunnya akan berwarna hijau kekuningan. Jika sudah parah tanaman jagung tidak akan berbuah.

b. Kekurangan Fosfor (P)

Kekurangan Fosfor akan menyebabkan tanaman jagung kerdil, daunnya kan berwarna agak ungu dan kaku, pertumbuhan tongkolnya terganggu, sehingga barisan biji tidak teratur.

c. Kekurangan Kalium (K)

Tanaman jagung yang kekurangan kalium maka bagian bawah ujung daun menguning dan mati dan tanaman jagung akan menghasilkan buah berukuran kecil dan memiliki ujung runcing.

d. Kekurangan Kalsium (Ca)

Kekurangan kalsium dapat menyebabkan tanaman jagung memiliki daun muda yang tidak muncul dari ujung tanaman, daunnya agak kaku dan memiliki warna kuning kehijauan serta kerdil.

e. Kekurangan Magnesium (Mg)

Tanaman jagung yang kekurangan magnesium maka akan tumbuh kerdil, bagian atas daun akan berwarna kuning dengan garis-garis tak normal berwarna putih. Daun tua akan berubah warna menjadi ungu kemerahan pada bagian tepi daun dan ujung daun.

f.Kekurangan Seng (Zn)

Tanaman jagung yang kekurangan seng akan terlihat setelah tanaman berumur sekitar 2 minggu dengan gejala sepanjang tulang daun terdapat garis kuning dan bagian tepi daun akan tetap berwarna hijau.

g. Kekurangan Belerang (S)

Pada tanaman jagung yang kekurangan belerang maka seluruh daun tanaman jagung akan berubah warna menjadi kuning, baik dari daun muda hingga daun tua, tubuh tanaman jagung akan tumbuh menjadi kerdil dan terlambat bahkan tidak berbunga.

h. Kekurangan Tembaga (Cu)

Kekurangan tembaga akan menyebabkan daun termuda tanaman jagung akan mengering, lalu tanaman jagung akan tumbuh kerdil dan daun tua akan mati serta batang jagung akan menjadi lunak ,mudah bengkok bahkan roboh terkena angin.

i. Kekurangan Zat Besi (Fe)

Tanaman jagung yang kekurangan zat besi akan memiliki daun berwarna hijau pucat hingga putih pada bagian atasnya di antara urat-urat daunnya.

Demikian artikel pembahasan tentang”Hama dan Penyakit Tanaman Jagung Serta Cara Pengendaliannya“, semoga bermanfaat dan jangan lupa ikuti postingan kami berikutnya. Sampai jumpa

Sumber: faunadanflora

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN SEMANGKA

Sangat penting bagi seorang petani atau pehobi tanaman semangka untuk mengetahui berbagai jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman semangka dan cara-cara menanggulanginya. Berikut ulasannya.

  1. Gangsir (Brachytripes portentosus licht)

Binatang ini memiliki bentuk fisik yang serupa dengan jangkrik, tetapi ukurannya lebih besar. Aktif makan di malam hari. Menyerang pangkal batang, terutama pada tumbuhan muda, hingga terpotong. Penanggulangannya secara alami adalah dengan menjaga sanitasi atau kebersihan kebun, menutup lubang-lubang mulsa di sekitar tanaman dengan tanah atau potongan bambu, dan melindungi tanaman yang masih kecil menggunakan gelas plastik berlubang.

Penanggulangan secara kimiawi adalah dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif asefat, dectametrin, fipronil, amitraz, atau chlorantranilipol.

  1. Kutu daun Aphids dan Thrips

Termasuk jenis kutu-kutuan, memiliki bentuk fisik kecil ramping, berwarna kuning pucat kehitaman, memiliki sungut, dan tubuhnya beruas-ruas. Mengembara di malam hari, lalu menetap dan berkembang biak. Menyerang daun tanaman muda dengan cara mengisap cairan daun sehingga daun berubah warna seperti perunggu, terutama pada permukaan daun bagian bawah. Lambat laun daun mengkerut, keriting, kering, lalu mati. Selain itu, hama ini juga menjadi vektor penyebaran virus.

Penanggulangannya secara alami adalah dengan cara menjaga sanitasi kebun, membersihkan tanaman pengganggu, menggilir tanaman pendamping dengan tanaman selain famili Cucurbitaceae (terong, gambas, timun, melon, dan sebagainya), mengatur waktu penanaman serentak, dan memanfaatkan musuh alami. Adapun penanganan secara kimiawi adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif chlorpyrifos, sipermetrin, profenofos, metomil, abamectin, piridaben, diafenturon, dimetoat, diazinon, imidakloropid, karbosulfan, emamectin, dan triacotanol.

  1. Kumbang daun atau oteng-oteng (Aulacophora femoralis motschulsky)

Binatang ini aktif di malam hari dan berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain dengan cepat. Menyerang daun dan bunga hingga bolong-bolong. Penanggulangannya secara alami adalah dengan menangkap hama tersebut, melakukan pergiliran tanaman, mengolah tanah dengan sempurna, melakukan sterilisasi tanah, dan menggunakan musuh alami. Penanggulangan secara kimiawi adalah dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif profenofos, diafenturon, metidation, tiodikarb, klorfenapir, asefat, diazinon, dectametrin, fipronil, dan betasilfutrin.

Serangga ini termasuk hama pemangsa segala. Memiliki sayap transparan, berwarna kuning berbercak, dan memiliki belalai. Menyerang buah yang masih kecil dengan cara memasukkan telur ke dalam buah. Gejalanya tampak pada permukaan kulit buah di mana terdapat bekas luka seperti tusukan belalai. Setelah telurnya menetas, larvanya memakan daging buah dari dalam. Buah menjadi terlihat memar, kuning membusuk, beraroma sedikit masam, kemudian rontok.

Penanggulangannya secara alami adalah dengan memasang perangkap lalat yang mengandung metil eugenol, membersihkan lingkungan, membalik tanah dengan bajak atau cangkul, membuang buah yang rusak, dan menggunakan musuh alami. Penanggulangan secara kimiawi adalah dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif profenofos, deltametrin, metidation, protiofos, dan diafenturon. Terutama insektisida yang berbau tajam.

  1. Kutu kebul (Bermisia tabaci)

Hewan ini menyerang daun tanaman pada masa imago dan nimfa dengan cara mengisap daun sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak ditandai dengan munculnya bercak nekrotik pada daun. Setelah dewasa, hewan ini menjadi vektor utama penyebaran virus gemini penyebab penyakit bulai. Penanganan secara alami adalah dengan membuang tanaman yang terinfeksi, sanitasi lingkungan, pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, rotasi tanaman, pemasangan perangkap, dan menggunakan musuh alami.

Adapun penanganan secara kimiawi adalah dengan penyemprotan insektisida atau akarisida berbahan aktif imidakloprid, karbosulfan, protiofos, diafenturon, triametoksam, dan abamectin.

  1. Ulat grayak (Sodoptera litura)

Hama ini berwarna coklat, aktif makan di malam hari. Memakan daun, terutama daun muda, hingga tampak bolong-bolong dan rusak. Apabila daun habis kemudian juga menyerang batang muda dan melubangi buah. Penanganannya secara alami adalah dengan melakukan rotasi tanaman, menggunakan zat feromon Ugratas merah, dan menggunakan musuh alami. Dapat juga memanfaatkan Bacillus turingiensis.

Penanganan secara kimiawi adalah dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, klorfluazoron, betasilfutrin, profenofos, lamda sihalotrin, betasipermetrin, asefat, emamectin benzoat dan inferunon, diafenturon, lipromil, dan spinetorum.

  1. Penggerek buah (Helicoverpa armigera)

Merupakan jenis ngengat yang larva atau ulatnya menyerang buah hingga busuk. Cara menanggulanginya secara alami adalah dengan membuang buah yang terinfeksi dan memanfaatkan musuh alami. Dapat juga memanfaatkan Bacillus turingiensis. Adapun cara penanggulangan secara kimiawi dapat menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, klorfuaruzon betasilfutrin, profenofos, lamda sihalotrin, emamectin benzoat dan inferunon, chlorpyrifos, dan spinetorum.

  1. Penggorok daun (Liriomyza sp.)

Tanaman yang diserang hama ini memiliki gejala adanya jalur korokan berupa guratan berwarna perak. Serangan dikategorikan berat apabila bekas guratan hampir merata di seluruh permukaan daun. Akibatnya tanaman sulit tumbuh karena proses fotosintesisnya terganggu. Penanggulangannya secara alami dengan cara memangkas seluruh bagian tanaman yang terinfeksi dan menimbunnya, memangkas daun yang terserang dan membakarnya, menjaga sanitasi lingkungan, memasang perangkap (yellow sticky trap), dan memanfaatkan musuh alami.

Dapat pula memanfaatkan Bacillus coagulans. Penanggulangan secara kimia adalah dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif abamectin, bensultap, siromazin, piretroid, dan lain-lain yang termasuk dalam kelompok organofosfat.

  1. Kepik (Henosepilachna spp.)

Larva dan imago dari hewan ini hidup di permukaan daun dan memakan jaringan daun. Akibatnya, daun berlubang-lubang hingga tinggal tulang daunnya yang tersisa. Penanganan secara alami adalah dengan melakukan pergiliran tanaman, tanam semangka di lokasi yang jauh dari jenis-jenis tanaman Cucurbitaceae lainnya (terong, gambas, timun, melon, dan sebagainya), dan memanfaatkan musuh alami kepik. Adapun penanggulangan secara kimia adalah dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif profenofos, diafenturon, metidation, tiodikarb.

Ulat ini berwarna hijau bergaris hitam atau hijau bergaris kuning. Ulat ini memakan daun hingga tinggal lapisan lilinnya sehingga dari jauh terlihat seperti berlubang. Penanganan secara alami, antara lain, membunuh ulat satu per satu, menjaga sanitasi kebun, hingga penggunaan musuh alami. Adapun penanganan secara kimiawi adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif asefat, chlorpyrifos, diazinon, dectametrin, betasilfutrin, klorfenapir, klorantranilipol, fipronil, dan sihalotrin.

  1. Tungau (Tetranychus cinnabarinus)

Hama berjenis kutu ini memiliki bentuk fisik kecil, berwarna merah agak kekuningan atau kehijauan, membuat sarang berupa jaring di bawah permukaan daun. Tungau mengisap cairan tanaman hingga tampak warna daun memucat. Penanggulangan secara alami yang utama adalah menjaga sanitasi, membasmi tanaman liar di areal kebun, dan memanfaatkan musuh alami tungau. Adapun penanganan secara kimiawi dapat menggunakan penyemprotan sihalotrin, lamda sihalotrin, campuran dari emamectin benzoat, flufenoksuran, dan triacotanol, serta abamectin.

  1. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)

Disebut ulat tanah karena ulat ini bersembunyi di dalam tanah dan baru aktif di malam hari. Baguan tanaman yang diserang adalah pangkal batang hingga daun. Cara penanggulangan secara alami adalah dengan menjaga sanitasi kebun, rajin menyiangi tanaman liar di sekitar tanaman, dan rutin membalik tanah di sekitar tanaman. Adapun penanggulangan secara kimiawi menggunakan penyemprotan amitraz, cartap hidroklorida, dan phoxim.

Selain Hama ada  juga yang dari Jamur atau Cendawan

Penyakit ini disebabkan oleh jamur atau cendawan Colletotrichum lagenarium yang tumbuh akibat lahan tanam terlalu lembap. Gejala tanaman yang diserang tampak pada daun dan buah. Permukaan daun berbercak kecoklatan, kemudian berubah menjadi kemerahan, lalu mati. Gejala pada buah adalah terdapat bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan meluas. Cara pengendaliannya adalah dengan membuang buah yang terinfeksi jauh-jauh, melakukan rotasi dan pergiliran tanaman, dan memperbaiki drainase.

Dapat dicegah dengan merendam benih dalam campuran karbenazim 60% dan mankozeb 80%. Pada tanaman aplikasikan fungisida antracol atau dithane dengan cara disemprot.

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Erwinia tracheiphila. Gejalanya adalah tanaman layu permanen dan jika tanaman dipotong melintang, akan tampak pembuluh xylemnya menghitam. Pengendaliannya dengan mencabut, membakar, dan membuang tanaman yang terinfeksi. Semprotkan bakterisida agrimicin dan fungisida berbahan aktif Cu (tembaga).

2.Embun tepung (powdery mildew)

Penyebab penyakit ini adalah jamur Spaerotheca fuliginea schech. Gejalanya, daun dan batang tanaman semangka dilapisi semacam tepung putih. Bila seluruh daun dan batang sudah diserang akan menjadi coklat dan mengerut, tanaman menjadi lemah dan kerdil. Atasi dengan memusnahkan tanaman yang terserang, semprotkan fungisida benomyl, pradimefon, oksition quinoks, dan tembaga hidroksida. Cegah datangnya penyakit dengan menanam jauh dari tanaman yang mungkin terserang penyakit ini, lakukan rotasi tanaman, dan kurangi kelembapan tanah.

3.Watermelon virus (WMV)

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh Aphids dan Thrips. Gejala penyakit ini adalah daun melepuh, belang-belang, berubah bentuk, dan mengerut. Tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhannya terganggu dan terdapat rekahan membujur pada batang. Pengendaliannya adalah dengan memusnahkan tanaman yang terinfeksi dengan cara dicabut dan dibakar, merotasi tanaman, menjaga sanitasi kebun, menerapkan penggunaan mulsa plastik hitam perak (MPHP), dan mengendalikan hama Aphids dan Thrips.

4.Bercak daun

Penyakit ini disebabkan oleh spora cendawan patogen yang berasal dari bibit penyakit tanaman lain yang terbawa angin. Gejalanya, pada permukaan daun terdapat bercak-bercak bulat berwarna kuning yang selanjutnya berubah menjadi coklat kehitaman dan menyebar. Daun lalu menjadi kering dan mati. Gejala lain adalah terdapat rumbai-rumbai halus berwarna ungu atau abu-abu pada tanaman. Cara pengendaliannya adalah dengan menjaga sanitasi kebun, pergiliran tanaman, dan menghindari kelembapan yang terlalu tinggi.

Semprotkan fungisida berbahan aktif karbenazim, propamocarb, benomyl, dimetomorf, clorotalonil, atau ziram.

5.Rebah batang/rebah semai/busuk semai/busuk akar/dumping off

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Pythium ultimum, menyerang bibit yang sedang disemaikan. Gejalanya, batang bibit berwarna coklat yang kemudian merambat. Bibit lalu rebah dan mati. Pencegahannya adalah dengan merendam benih dalam karbenazim atau campuran propamocarb dan HCl 72%, serta memastikan media tanam menggunakan pupuk kandang yang benar-benar matang. Adapun pengendalian pada bibit yang sedang disemaikan adalah dengan menyemprotkan fungisida antracol dan menghindari kelembapan yang tinggi.

6.Busuk buah/bisul buah (bacterial fruit blotch)

Penyakit ini disebabkan oleh jamur atau bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang matang, aktif setelah buah mulai dipetik. Pencegahannya adalah dengan menghindari terjadinya kerusakan kulit buah baik selama proses pengangkutan sampai penyimpanan. Petiklah buah di siang hari ketika cuaca cerah tidak berawan dan tidak hujan.

7.Karat daun

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang dibawa oleh hama yang berkembang di daun. Gejalanya, daun melepuh, belang-belang, dan cenderung berubah bentuk. Tanaman menjadi kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang. Cara pengendaliannya adalah dengan memusnahkan tanaman yang terinfeksi dengan cara dicabut dan dibakar, merotasi tanaman, menjaga sanitasi kebun, menerapkan penggunaan mulsa plastik hitam perak (MPHP), dan mengendalikan hama yang menjadi vektor.

8.Penyakit fisiologis

Penyakit ini seringkali timbul akibat kekurangan unsur Boron. Gejalanya, tanaman tumbuh kerdil, ruas batang memendek. Ujung-ujung percabangan tidak tumbuh menjalar, cenderung berdiri ke atas. Batang tanaman mudah patah dan terdapat beberapa luka atau retakan yang mengeluarkan lendir coklat kekuningan. Lendir ini sangat disukai hama Thrips sehingga sering dijumpai tanaman yang menderita penyakit ini daunnya mengeriting. Tanaman sulit menghasilkan buah. Pengendaliannya adalah dengan memberi pupuk yang mengandung unsur mikro.

Semprotkan pupuk daun mikro dengan konsentrasi 1 – 2 ml/liter air pada umur 10 hari setelah tanam, ulangi lagi pada minggu berikutnya. Apabila penyakit yang diderita cukup parah, terutama terjadi di daerah yang berpasir, semprotkan Borax dengan konsentrasi 0,2 – 0,5% atau 2 – 5 gr/liter air.

Catatan: dalam pengendalian secara kimia, agar penyemprotan insektisida/fungisida merata dan tidak mudah hilang terguyur air hujan, tambahkan perekat perata, seperti Aero 810, dengan dosis sesuai luas lahan dan saran penggunaan.

Demikian semoga bermanfaat.