Hakim Agung Terjerat Suap Pengurusan Perkara di MA, Penanganannya? Hari Pahlawan - KH. Hasyim Asya'ri (Liputan6.com/pool/GerakanPramuka) Liputan6.com, Surabaya - Nahdlatul Ulama atau populer dengan sebutan NU adalah organisasi Islam yang cukup besar di Indonesia. Nadhliyin, demikian sebutan warga NU, sudah menyebar di seluruh penjuru nusantara. Organisasi Islam ini berdiri sejak 31 Januari 1926. NU ikut andil dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajah. Bahkan, banyak tokoh-tokoh NU yang menjadi pahlawan nasional. Mereka sangat berjasa bagi bangsa ini. Bukan hanya sekadar mementingkan urusan dirinya dengan Tuhan, tapi juga mengurusi dan berjuang untuk bangsanya sendiri. Untuk mengenang semua perjuangan para nahdliyin, dibangunlah Museum Nahdlatul Ulama di Kota Surabaya, Jawa Timur. Museum ini menyimpan koleksi-koleksi sejarah masa perjuangan NU tempo dulu. Di museum ini ada deretan foto tokoh-tokoh NU yang berperan penting dalam bangsa ini. * Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Presiden Jokowi saat berpidato dalam Pembukaan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU). Setiap organisasi tidak lahir begitu saja tanpa sebab. Apalagi organisasi tersebut cakupannya besar dan memiliki anggota yang jumlahnya banyak. Hal tersebut pun berlaku bagi organisasi NU. Melansir laman nu.or.id, berdirinya organisasi NU merupakan respons dari berbagai problem keagamaan, peneguhan mazhab, serta alasan-alasan kebangsaan dan sosial masyarakat. Mulanya sekitar tahun 1924 KH Abdul Wahab Chasbullah menggagas pendirian Jam'iyyah yang disampaikan langsung ke KH Hasim Asy'ari. Tujuannya untuk meminta persetujuan dari Bapak Umat Islam Indonesia ini. KH Hasyim Asy'ari tidak langsung menyetujui begitu saja. Dalam menentukan suatu keputusan, KH Hasyim Asy'ari sangat hati-hati. Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa memberi sambutan dalam Harlah ke-73 Muslimat NU di SUGBK, Jakarta, Minggu (27/1). Khofifah mengatakan kader yang hadir datang dari berbagai daerah luar Ibu Kota. (Liputan6.com/Johan Tallo) KH Hasyim Asy'ari akhirnya melakukan salat istikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT. Selain itu, KH Hasyim Asy'ari juga mengkaji secara mendalam tentang organisasi yang akan berdiri itu. Petunjuk istikharah KH Hasyim Asy'ari tidak jatuh di tangannya untuk mengambil keputusan, melainkan diterima oleh KH Cholil Bangkalan yang merupakan guru dari KH Hasyim Asy'ari dan KH Abdul Wahab Chasbullah. Dari petunjuk tersebut akhirnya organisasi NU berdiri. Lika-liku lahirnya NU tidak banyak bertumpu pada perangkat formal sebagaimana lazimnya pembentukan organisasi. NU lahir berdasarkan petunjuk Allah SWT. Fungsi ide dan gagasan tidak terlihat mendominasi. Faktor penentu adalah konfirmasi kepada Allah SWT melalui ikhtiar lahir dan batin. NU resmi berdiri pada 31 Januari 1926 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Organisasi NU bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Dalam penerapannya, baik berpikir maupun bertindak, organisasi ini merujuk pada Khittah NU yang terdiri dari kitab Qanun Asasi dan kitab I'tikad Ahlussunah Wal Jamaah. Kitab tersebut dirumuskan oleh KH Hasyim Asy'ari. Berdirinya organisasi NU adalah proses panjang dari sebuah perjuangan. Pendirian NU juga tidak terlepas dari Komite Hijaz yang juga merupakan cikal bakal organisasi ini. Sebelum berdirinya organisasi NU, memang sudah ada organisasi-organisasi pergerakan yang nyaris serupa. Organisasi ini digawangi oleh KH Wahab Chasbullah. Beberapa organisasi pergerakan sebelum NU antara lain Nahdlatul Wathon atau Kebangkitan Tanah Air pada 1916 dan Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar pada 1918. Pada tahun 1914 KH Wahab Chasbullah juga mendirikan kelompok diskusi yang ia beri nama Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran. Kelompok diskusi ini populer dengan sebutan Nahdlatul Fikr atau Kebangkitan Pemikiran. Nah, berdirinya organisasi NU pada dasarnya merupakan lanjutan dari organisasi-organisasi tersebut. Namun, cakupan dan segmen NU lebih luas dibandingkan organisasi sebelumnya. Lanjutkan Membaca ↓
Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan Kota Pahlawan, Jawa Timur, siap menjadi tuan rumah peringatan satu abad atau 100 tahun Hari Lahir Nahdlatul Ulama (NU) pada 16 Rajab 1444 Hijriah atau 2023 Masehi. "Mohon maaf, bila diperkenankan Surabaya dan seluruh warga di daerah ini siap menjadi tuan rumah satu abad NU pada tahun mendatang," kata Wali Kota Eri Cahyadi saat menghadiri Napak Tilas Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO) di Surabaya, Kamis. Baca juga: "Satu Abad" NU dalam pusaran "jamaah digital" Acara tersebut dihadiri Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf, Sekjen PBNU K.H. Saifullah Yusuf, Bendahara PBNU Mardani Maming, Ketua PBNU Alissa Wahid, jajaran PBNU lainnya serta Ketua PCNU Surabaya K.H. Ahmad Muhibbin Zuhri. NU didirikan oleh para ulama di bawah kepemimpinan K.H. Hasyim Asyari pada 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 di Surabaya. Pada 22 Oktober 1945, terjadi peristiwa bersejarah kala "Resolusi Jihad" dicetuskan K.H. Hasyim Asy'ari di Surabaya, tepatnya di HBNO Surabaya. Dari sana semakin berkobar semangat nasionalisme melawan penjajah. "Sebagai arek Suroboyo, kami sangat bangga karena kota ini memiliki keterkaitan yang erat dengan NU. NU dan Surabaya itu satu bagian yang tidak terpisahkan," ujarnya. Selain siap menjadi tuan rumah peringatan satu abad NU, Eri Cahyadi juga meminta izin untuk menjadikan HBNO yang kini menjadi kantor PCNU Surabaya sebagai museum yang berisikan sejarah perkembangan NU, termasuk di dalamnya penerapan teknologi dalam berbagai syiar NU. "Sehingga, anak-anak muda tahu bahwa sejak awal NU telah berada di garda depan untuk merebut kemerdekaan. Kini NU di bawah kepemimpinan K.H. Miftachul Akhyar dan K.H. Yahya Cholil Staquf selalu konsisten memberdayakan umat dan menjaga NKRI," ujarnya.Baca juga: PKB menggelar diskusi jelang satu abad NU Baca juga: PBNU siapkan "PKPNU YouTuber-Blogger" untuk "Generasi NU Abad Kedua" Eri Cahyadi mengaku bangga dengan visi kepemimpinan K.H. Miftachul Akhyar dan K.H. Yahya Cholil Staquf yang kini sangat getol melakukan pemberdayaan umat dan memacu digitalisasi di setiap sendi kehidupan kaum Nahdliyin."Menyongsong 100 tahun Nahdlatul Ulama, betapa pesatnya perkembangan NU. Anak-anak muda NU tidak hanya cakap ilmu agama, tidak hanya menguasai kitab kuning, tidak hanya ahli wirid, tidak hanya pro NKRI, tetapi juga aktif berwirausaha, berkegiatan sosial, dan menguasai teknologi informasi," katanya. COPYRIGHT © ANTARA 2022 |