Daulah umayyah berhasil membangun irigasi yang berguna untuk


Pada periode keemasannya, Ilmuwan Islam ternyata sudah mahir dalam pembangunan bendungan. Selain untuk mengatasi banjir, pada masa itu bendungan dibangun untuk mengairi areal persawahan dan perkebunan. Keberadaan sejumlah bendungan, membuat masyarakat Muslim pada masa itu tak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Pun, mereka tak menghadapi kendala mendapatkan air yang dibutuhkan untuk mengairi kebun dan tanah pertanian mereka. Di Provinsi Khuzestan, Selatan Iran sampai sekarang masih banyak kita jumpai hasil karya para ilmuwan teknik sipil tersebut. Beberapa bangunan ini bertahan hingga kini. Bangunan-bangunan itu diantaranya adalah Bendungan Shadravan, Kanal Darian, Bendungan Jareh, Kanal Gargar, dan Bendung Mizan.

Norman Smith dalam bukunya History of Dams membantah klaim sejarawan teknik sipil Barat yang menyatakan tak ada pembangunan bendungan dan irigasi di era Umayyah dan Abbasiyah. ”Itu sangat tak adil dan sama sekali tak benar,” ujar Smith tegas. Di era keemasannya, peradaban Islam telah berhasil membangun sederet karya besar dalam bidang teknik sipil, salah satunya adalah bendungan. Smith mengungkapkan, peradaban Islam di zaman keemasannya telah berhasil membangun begitu banyak bendungan, dengan aneka bentuk dan struktur. Kebanyakan bendungan di awal-awal kejayaan Islam dibangun oleh umat Islam. Namun sayangnya menurut Smith, yang dikutip situs Muslimheritage, sejarawan teknik sipil hampir sepenuhnya mengabaikan bangunan bendungan yang ada pada periode Muslim. Mereka tak membuat referensi mengenai hasil karya Muslim.

Schnitter (1994) telah meneliti keberadaan dan pembangunan bendungan di era kejayaan Islam. Ia bahkan secara khusus meneliti tentang panjang, tinggi, serta rasio panjang dan kedalaman bendungan di dunia Islam. Schnitter mencontohkan, bendungan Qusaybah yang terletak dekat Madinah memiliki kedalaman sekitar 30 meter dan panjang mencapai 205 meter. Bendungan itu dibangun di era keemasan Islam untuk mengatasi banjir. Menurut Schnitter, pada era kekuasaan Abbasiyah, peradaban Islam telah membangun sejumlah bendungan di Baghdad, Irak. Kebanyakan bendungan itu terletak di dekat Sungai Tigris. ”Pembangunannya sudah menggunakan kemampuan teknik sipil yang tinggi,” ungkap Schnitter. Sebuah bendungan di Baghdad dibangun dari balok-balok batu yang dipotong dengan hati-hati. Lalu, balok-balok itu dipaku dengan paku besi. Lubang-lubang tempat paku besi ditancapkan, diisi dengan timah cair. Dari konstruksi bendungan itu, sudah terlihat kekuatan dan kekerasannya untuk menahan aliran air.

Peradaban Islam di Iran juga berhasil membangun bendungan Kebar pada abad ke-13 M. Inilah salah satu bendungan tua peninggalan kejayaan Islam yang hingga kini masih tetap ada. Bendungan itu dibuat dari pecahan-pecahan batu yang dicampur dengan adukan semen, yang terbuat dari jeruk nipis dilumatkan dengan abu tanaman gurun lokal. Campuran ini membuat adukan kuat dan keras. Adukan yang sangat ideal bagi pembuatan bendungan itu yang menjadikannya tahan lama. Selain itu, dengan adukan yang kuat itu membuat tak ada retakan pada bendungan.

Daulah umayyah berhasil membangun irigasi yang berguna untuk

Kebar Dam (www.panoramio.com)

Di wilayah Afghanistan, kini terdapat tiga bendungan yang dibangun oleh Raja Mahmoud Ghaznah (998-1030). Satu di antara ketiga bendungan itu dinamai sesuai namanya, yakni Bendungan Mahmoud. Bendungan tersebut memiliki tinggi 32 meter dan panjang 220 meter, yang terletak pada jarak 100 km dari Kabul.

Daulah umayyah berhasil membangun irigasi yang berguna untuk

Bendungan Sultan (The ancient Sultan Dam), terletak di Selatan Ghazni, Afghanistan

Bridge Dam

Peradaban Islam juga tercatat telah mampu membangun bendungan jembatan (bridge dam). Bendungan jembatan itu digunakan untuk menggerakkan roda air yang bekerja dengan mekanisme peningkatan air. Bendungan jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran. Bendungan jembatan itu mampu menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Muslim di kota itu. Setelah muncul di Dezful, Iran, bendungan jembatan juga muncul di kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim pada masa itu tak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.  Selain itu, para insinyur Muslim juga telah memperkenalkan bendungan penggiling yang kemudian disebut Pul-i-Bulaiti. Pertama kali bendungan itu dibangun di Sungai Karun, Iran. Kemudian, banyak dibangun di negara Islam lainnya.

Daulah umayyah berhasil membangun irigasi yang berguna untuk

Dezful Bridge Dam (www.cais-soas.com)

Diversion Dam

Pada era kekhalifahan, para insinyur Muslim sudah mampu membangun bendungan pengatur air (diversion dam). Bendungan ini digunakan untuk mengatur atau mengalihkan arus air. Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun insinyur Muslim di Sungai Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan semacam itu banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.

Pembangunan bendungan berkembang di negara-negara Islam, seperti di kawasan Afrika Utara, Spanyol, kawasan Barat Daya Asia sampai Sungai Indus, dan Uzbekistan. Pada 970 M, orang-orang Yamani berhasil membangun bendungan Parada dekat Madrid, Spanyol. Pembangunan bendungan di Spanyol Muslim berkembang begitu pesat. Di Kota Cordoba hingga kini masih terdapat bendungan peninggalan kejayaan peradaban Islam. Salah satu bendungan tertua peninggalan Islam yang masih berfungsi itu terdapat di Sungai Guadalquivir.

Tentu saja, gencarnya pembangunan bendungan di dunia Islam ditopang oleh pesatnya industri dan ilmu pengetahuan para Muslim Spanyol. Pembangunan bendungan di Sungai Guadalquivir itu dijelaskan geografer Muslim abad ke-12 bernama Al-Idrisi. Menurut Al-Idrisi, bendungan itu dibuat dari batu Mesir dengan pilar-pilar marmer yang digunakan sebagai tempat bagi tiga penggilingan, yang masing-masing terdiri atas empat kincir air. Penggilingan tersebut masih berfungsi hingga belakangan ini meskipun telah banyak berubah dari bentuk aslinya.

Daulah umayyah berhasil membangun irigasi yang berguna untuk

Bekas Guadalquivir Dam, Cordoba (Photo by Graham Colm via Wikimedia Commons)

Bukti lain kejeniusan para insinyur Muslim juga terlihat dari kokohnya delapan bendungan di Sungai Turia. Hingga ratusan tahun, bendungan-bendungan itu tak membutuhkan perbaikan sama sekali. Jika dilihat, tampaknya bendungan di Sungai Turia memiliki berat yang berlebihan pada badan bendungan. Ini bukannya tanpa sebab. Jadi, mereka tak sembarangan membuat bentuk bendungan yang semacam itu. Bendungan dengan bentuk demikian, diperlukan untuk menahan aliran air sungai yang tak menentu gerakannya. Selain itu, juga untuk menahan hantaman pohon maupun batu. Bendungan di Sungai Turia berusia lebih dari 10 abad. Meski telah dimakan zaman, bendungan itu masih terus mampu memenuhi kebutuhan irigasi di Valencia, Spanyol, tanpa memerlukan tambahan sistem.

Di Sungai Segura, umat Islam membangun sebuah bendungan untuk mengairi lahan yang luas di wilayah Murcia. Bendungan ini dibangun dengan rancangan dan konstruksi sempurna, dengan tinggi 25 kaki serta ketebalan 150 kaki dan l25 kaki. Layaknya bendungan lainnya, bendungan ini terbuat dari pecahan-pecahan batu dan adukan semen. Pada masa itu, teknik yang digunakan oleh para tukang batu dan insinyur Islam untuk membangun bendungan juga sudah sangat tinggi. Mereka sudah mampu mengukur baik kedalaman maupun lebar sungai. Sehingga, mereka bisa membuat desain bendungan yang cocok dengan ukuran sungai-sungai tersebut. Para insinyur Muslim telah memiliki kemampuan tinggi. Selain itu, mereka juga menggunakan metode survei. Manfaatnya, mereka mampu membangun sebuah bendungan di lokasi yang tepat dan paling sesuai. Tak hanya itu, mereka juga telah mampu menata sistem kanal yang begitu kompleks. Untuk mempermudah semua itu, mereka menggunakan astrolabes dan perhitungan trigonometri. Pada masa kekhalifahan, para cendekiawan Muslim merancang bangunan bendungan yang tak hanya berfungsi untuk mengatur air, tetapi juga mengalihkan arus air.

Daulah umayyah berhasil membangun irigasi yang berguna untuk

Bendungan di Sungai Segura (murciadailyphoto.blogspot.com)

Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya Islamic Technology: an Ilusstrated History mengungkapkan, sekitar tahun 370 H/960 M, Buwayyah Amir Adud Al-Daulah membuat proyek hidrolik raksasa di Sungai Kur, Iran. Al-Hassan pun mengutip pernyataan geografer Muslim Al-Muqaddasi yang menjadi saksi sejarah pembangunan proyek hidrolik raksasa itu. “Adud Al-Daulah menutup sungai antara Shiraz dan Istakhr (Persepolis) dengan tembok besar berfondasi menerus sehingga membentuk danau dan permukaannya naik. Di kedua sisi danau dibangun 10 noria, seperti yang terdapat di Khuzistan dan di bawah setiap noria terdapat sebuah penggilingan yang hingga hari ini merupakan salah satu daya tarik di Fars. Di sana, ia membangun sebuah kota. Air mengalir melalui kanal-kanal dan mengairi tiga ratus desa.

Bukti lainnya yang menunjukkan keberhasilan peradaban Islam dalam pembangunan bendungan terdapat di Tunisia. Di negara itu terdapat waduk irigasi penting yang terletak sekitar 100 kilometer dari gerbang utara kota Qayrawan. Di tempat itu terdapat dua waduk yang mengumpulkan air dari wadi Marj Al-Lil. Waduk yang kecil merupakan sebuah poligon 17 sisi dan panjangnya rata-rata 6,25 meter, setiap sudut diperkuat dari luar dan dalam dengan beton penyangga bulat (butters). Diameternya adalah 37,4 meter. Waduk kecil ini berfungsi sebagai tangki penunjang serta tempat pengendapan lumpur. Salah satu sisinya bersinggungan dengan sisi waduk yang lebih besar. Di sisi inilah terdapat saluran penghubung sirkular pada dinding penyekat, beberapa meter di atas dasar waduk. Waduk yang besar mempunyai 48 sisi dengan beton penyangga bulat di setiap sudutnya, berdiameter dalam 130 meter dengan kedalaman delapan meter. Instalasi ini diselesaikan pada 248 H/862-3 M.

Begitulah, dunia Islam di era keemasannya telah memberikan sumbangan penting dalam pembangunan bendungan. Para insinyur Islam membangun bendungan dengan teknologi yang canggih dan murni, hasil pemikiran mereka. Selain itu, dukungan dari pemerintahan juga turut memberi andil pada pembangunan bendungan-bendungan tersebut. Sebagian bendungan tersebut sekarang pun masih dapat dilihat.