Tokoh yang merasa bahwa dirinya tidak beruntung adalah

tirto.id - Feeling worthless adalah kondisi ketika seseorang merasa tidak berharga. Perasaan seperti ini cenderung membuat orang merasa putus asa, tidak berguna, dan yakin bahwa dirinya tidak bernilai apa-apa.

Show

Kondisi ini tentu tidak bisa dianggap sepele. Bila seseorang mengalami kondisi ini secara terus-menerus, bukan tidak mungkin hal tersebut akan berujung pada depresi hingga upaya bunuh diri.

Dilansir laman Good Therapy, sebuah studi dari Seoul National University menunjukkan bahwa feeling worthless adalah gejala depresi yang paling erat kaitannya dengan usaha bunuh diri.

Apa Penyebab Feeling Worthless?

1. Selalu mengalami hal buruk

Tokoh yang merasa bahwa dirinya tidak beruntung adalah

Hal utama yang menyebabkan munculnya rasa tidak berguna adalah ketika seseorang mengalami hal buruk secara berkelanjutan. Hal buruk yang dimaksud bisa berupa dipecat dari tempat kerja, susah mendapatkan pekerjaan, gagal dalam percintaan, atau mengalami kesulitan finansial.

Pengalaman buruk yang datang silih berganti akan membuat seseorang mempertanyakan makna hidup. Ia bahkan bertanya-tanya apakah dirinya memang tidak pantas mendapatkan kebahagiaan seperti orang lain.

Hal ini akan berujung pada rasa putus asa, cemas, sulit melihat segala sesuatu dari sisi positif, dan akhirnya merasa depresi.

2. Kritik negatif

Feeling worthless juga bisa muncul karena kritikan yang datang terus-menerus. Bayangkan bila setiap gerakan Anda selalu dikritik oleh orang lain, lambat laun akan muncul perasaan bahwa Anda memang selalu salah dan tidak berguna.

Sementara itu, kritikan bisa datang dari mana saja, termasuk dari orang terdekat seperti teman dan keluarga. Namun yang paling fatal adalah ketika kritikan negatif selalu datang dari diri sendiri. Hal ini akan membuat orang tersebut sulit melihat kelebihan atau aspek positif dari dirinya.

3. Trauma masa kecil

Masa kecil yang tidak bahagia juga bisa jadi penyebab munculnya feeling worthless. Seseorang rentan merasa dirinya tidak berharga bila di masa kecilnya pernah mendapat perlakuan buruk dari orang tua. Misalnya penganiayaan, diabaikan, dan pelecehan secara fisik maupun verbal.

Tanda-Tanda Feeling Worthless

Dikutip dari Good Therapy, orang yang mengalami feeling worthless akan merasakan sekaligus melakukan hal-hal berikut ini:

  • Selalu berpikir negatif
  • Sering menangis dan sedih
  • Mengalami gangguan kecemasan sosial
  • Kehilangan tujuan hidup
  • Hilangnya minat atau ketertarikan dalam banyak hal
  • Muncul pikiran untuk bunuh diri
  • Menjauh dari interaksi sosial
  • Mudah terjebak penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau alkohol
  • Selalu merasa lesu
  • Berkurangnya kemampuan mengekspresikan emosi
  • Tidak peduli lagi dengan diri sendiri (tidak melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, dll)

Cara Mengatasi Feeling Worthless

1. Berpikir dan berkata positif

Orang yang mengalami feeling worthless cenderung merasa tidak mampu melakukan banyak hal, padahal sebenarnya ia bisa mengerjakannya. Alih-alih mengatakan "aku tidak akan bisa melakukan hal sebesar itu", ganti dengan kalimat "aku bisa melakukan hal-hal kecil yang berguna".

2. Jangan bandingkan diri dengan orang lain

Dikutip dari VerywellMind, bersyukur bisa jadi salah satu kunci untuk mengusir rasa feeling worthless. Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan menimbulkan rasa iri dan perasaan tidak berguna. Jadi, ketimbang sibuk melihat orang lain, lebih baik bersyukur dengan apa yang Anda punya dan fokus pada kelebihan diri sendiri.

3. Lakukan hal baik untuk orang lain

Jika merasa tidak berharga, salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan membantu orang lain. Dengan kata lain, buat diri Anda berguna bagi orang-orang di sekitar Anda.

Ada banyak hal kecil yang bisa dilakukan. Mulai dari membukakan pintu untuk orang lain, tersenyum pada teman, membantu seseorang menyeberang jalan, dan masih banyak lagi.

Baca juga:

  • Apa itu Mindful Snacking dan Cara Mempraktikannya?
  • Cara Menerapkan Mindfulness dalam Kegiatan Sehari-hari

Baca juga artikel terkait FEELING WORTHLESS atau tulisan menarik lainnya Erika Erilia
(tirto.id - erk/ylk)


Penulis: Erika Erilia
Editor: Yulaika Ramadhani
Kontributor: Erika Erilia

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Depresi adalah kondisi yang umum, yang mempengaruhi jutaan orang, baik orang Kristen maupun non-Kristen. Orang-orang yang menderita depresi biasanya mengalami perasaan sedih, marah, putus asa, kelelahan yang sangat dalam, dan juga berbagai gejala lainnya. Mereka biasanya merasa tidak berguna dan ingin bunuh diri, kehilangan minat dalam berbagai hal dan menghindari orang-orang yang sebelumnya dekat dengan mereka.

Depresi sering dipicu oleh kejadian-kejadian seperti kehilangan pekerjaan, kematian orang yang dikasihi, perceraian, masalah psikologis seperti perlakuan kasar atau rendahnya harga diri dan lain sebagainnya. Walaupun di Alkitab kata depresi tidak bisa kita temukan, tapi kita bisa menemukan beberapa sosok yang tampak berada dalam posisi depresi dalam hidupnya.

Mari belajar menghadapi depresi dari 3 sosok ini:

1. Daud

Kita tahu kalau Daud adalah salah satu tokoh besar Alkitab yang mengalami depresi yang cukup besar. Dia mengalami masa yang sangat sulit dalam hidupnya. Dia melarikan diri dari Raja Saul karena ancaman bahwa dirinya akan dibunuh.

Di sebagian besar bagian kitab Mazmur, kita bisa baca keluhan-keluhan dan keadaan Daud yang sangat putus asa. Dia memakai kata-kata seperti kewalahan, beban berat, tertunduk, terganggu, masalah dan kematian. Kata-kata menggambarkan bahwa keadaannya tampak sangat mengerikan.

Tapi di beberapa bagian, Daud tetap mengingat bahwa Tuhan itu adalah sumber harapan. Dari Daud kita belajar bahwa bagaimana kita perlu mengingatkan diri kita akan janji-janji Tuhan saat dalam keadaan depresi. Walaupun kita merasa keadaan tidak akan jauh lebih baik, kita bisa meningat bagaimana Tuhan datang di masa lalu dan tidak akan pernah mengecewakan kita.

2. Ayub

Hanya dalam sehari, Ayub kehilangan semua kepunyaannya mulai dari keluarga, harta benda dan kesehatannya. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan bisul bernanah, dia hanya punya istri dan teman-temannya. Tapi sayangnya, orang-orang terdekatnya sendiri gak sudi dekat dengan dia.

Dalam kondisi yang merasa terbuang, dia tetap menaruh harapan di dalam Tuhan. Imannya gak pernah goyah. Walaupun dalam beberapa perikop kita melihat dia mengungkapkan seluruh keluh kesahnya ke Tuhan, tapi pada akhirnya dia memilih untuk berserah.

Dari Ayub kita belajar bahwa gak semua saran yang kita terima dari orang lain itu selalu jadi yang terbaik buat kita. Kita harus selalu mengoreksinya sesuai dengan Alkitab. Kedua, kita juga belajar untuk mengasihi dan memuji Tuhan dalam kondisi apapun itu. Mudah buat kita untuk memuji Tuhan saat keadaan kita baik-baik saja. Tapi begitu keadaan buruk terjadi, kita malah mengutuki Tuhan.
Dari Ayub kita belajar untuk tidak bergantung pada keadaan. Tapi memilih untuk percaya
pada rencana Tuhan.

3. Ruth

Rut adalah salah satu sosok yang mengalami depresi atau putus asa. Masa sulit yang dialami Rut dimulai sejak kematian suaminya (Rut 1: 5). Sejak itu dia mengalami kesulitan secara ekonomi. Setelah itu, dia harus mendengar ibu mertuanya memutuskan untuk meninggalkan Moab dan kembali ke tanah kelahirannya. Tanpa suami dan harus meningalkan tanah kelahirannya dengan seorang wanita tua. Bayangkan betapa berat beban yang dipikul oleh Rut saat itu.

Rut menghadapi keadaan yang sangat menakutkan. Di negeri asing tanpa suami, dia tak bisa melakukan apa-apa selain menangis dan meratap. Sayangnya, dia memutuskan untuk melayani ibu mertuanya. Pada akhirnya, Tuhan hadir dan memberikati dia. Dia bahkan bertemu dengan suami keduanya dan mereka hidup sangat bahagia.

Saat dalam keadaan sulit, Rut tidak langsung melihat Tuhan akan menyediakan hal yang baik baginya. Tapi justru dengan menghadapi dan melewati masa itu dengan setia, dia mendapati hal yang tak terduga di depan.

Kita harus secara sadar memandang hidup ini tidak hanya terpaku kepada diri sendiri, namun harus mulai melihat keluar. Perasaan depresi seringkali bisa hilang, ketika seseorang mulai mengalihkan fokus dari dirinya sendiri dan memusatkan perhatian pada Kristus dan orang lain.

Alkitab menyatakan bahwa Allah tidak pernah mengijinkan datangnya pencobaan yang melebihi kemampuan kita untuk menanggungnya (1 Korintus 10:13). Sekalipun depresi itu bukanlah dosa, kita harus bertanggung jawab dalam memberi respon terhadap kesulitan kita, termasuk mencari pertolongan yang dibutuhkan.

Ingatlah bahwa keadaan yang seolah membuatmu depresi ini terjadi untuk mendorong iman kita terus naik. Bukan sebaliknya memilih menyerah dan mengambil keputusan yang bertolak belakang dari firman Tuhan.

“Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya” (Ibrani 13:15).

Tags: alkitab depresi mengatasi putus asa sedih tokoh