Siapakah khalifah terbesar pada masa Dinasti Abbasiyah?

Diantara 37 khalifah Dinasti Abbasiyah terdapat 3 khalifah terbesar yang merupakan khalifah terbaik dan paling berpengaruh dalam perkembangan Dinasti Abbasiyah, sebuah dinasti yang mampu bertahan dalam kurun waktu yang lama, yakni lebih dari 500 tahun. Ketiga khalifah tersebut juga memerintah pada periode golden age of Islam, yakni masa pemerintahan 9 khalifah pertama Dinasti Abbasiyah. Untuk mengetahui lebih jelasnya, bacalah uraian berikut.

A. KHALIFAH ABU JA’FAR AL-MANSHUR (136-158 H/ 754-775 M)

1. Biografi

Nama asli beliau adalah Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib. Abu Ja’far ialah nama kunya/kunyah[1] beliau yang disandarkan nama putra pertama beliau, Ja’far. Sedangkan gelar Al-Manshur (yang mendapatkan pertolongan Allah), karena ia selalu menang melawan sisa-sisa simpatisan Bani Umayyah, pemberontakan dalam negeri maupun dalam menyerang Kekaisaran Bizantium (Romawi Timur). Beliau dilahirkan di Kota Humaymah pada tahin 101 H dari seorang ibu yang bernama Salamah Al-Barbariyah yang berasal dari suku Barbar, Maroko atau yang saat itu lebih dikenal sebagai negeri Maghrib. Ia juga memiliki kepribadian kuat, tegaas, berani cerdas dan ahli dalam membuat siasat perang.

2. Abu Ja’far Al-Manshur Menjadi Khalifah

Abu Ja’far Al-Manshur adalah saudara sekaligus putra mahkota dari Khalifah pertama Dinasti Abbasiyah, Abul Abbas As-Saffah. Ketika akhirnya Abbul Abbas As-Saffah wafat, Abu Ja’far Al-Manshur dinobatkan sebagai khalifah kedua. Saat dilantik menjadi khalifah usia beliau adalah 36 tahun. Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur sangat mencintai ilmu pengetahuan sehingga menjadikan Kota Baghdad sebagai mercusuar ilmu pengetahuan dunia. Ditambah beliau mendirikan Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dan juga pusat penerjemahan buku-buku berbahasa Persia, Yunani/Grik, Suryani, India dan bahasa-bahasa lainnya ke dalam Bahasa Arab. Beliau menjabat sebagai khalifah selama 22 tahun. Pada tanggal 22 Dzulhijjah tahun 158 H/775 M beliau menghembuskan nafas yang terakhir di tengah perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji disuatu tempat bernama Bikru Ma’unah. Jenasah beliau dimakamkan di suatu tempat yang tak diketahui dalam perjalanan di Makkah untuk menghindari perusakan makam oleh simpatisan Bani Umayyah.

3. Prestasi

Prestasi yang dicapai oleh Abu Ja’far Al-Manshur antara lain:

a.       Melakukan penaklukkan di wilayah Malatya (sebuah kota di bagian tenggara Turki), Cappadocia/Kapadokya (wilayah Turki dekat Annatolia), Ciccilia/Sisilia (Italia bagian selatan) dan beberapa benteng di Asia.

b.      Menjalin hubungan diplomatic dengan Kaisar Constantine V dari Kekaisaran Byzantium.

c.       Memintahkan Ibukota Dinasti Abbasiyah dari Kota Kuffah menuju Kota Baghdad untuk menjaga stabilitas politik.

d.      Melakukan gerakan penerjemahan buku berbahasa Persia, Yunani, Suryani, India dan sebagainya ke dalam Bahasa Arab.

e.       Mendirikan Baitul Hikmah

f.       Membangun benteng Kota Baghdad berbentul lingkaran yang mengelilingi kota.

B. KHALIFAH HARUN AR-RASYID (170-193 H/ 786 – 809 M)

1. Biografi

Memiliki nama asli Harun bin Al-Mahdi bin Abu Ja’far Al-Manshur. Beliau dilahirkan di Kota Rayy, Persia. Ayah beliau bernama Al-Mahdi dan ibunya bernama Khaizuran. Sejak kecil beliau dibimbing oleh seorang guru yang terkenal akan ilmunya yang bernama Yahya bin Khalid Al-Barmaki. Sejak usia muda Harun Ar-Rasyid sudah menunjukkan jiwa kepemimpinan yang menonjol. Istri beliau bernama Zubaydah binti Ja’far yang memiliki nama asli Ammatul Aziz binti Ja’far yang sering memberikan nasehat terkait pemerintahan Khalifah HArun Ar-Rasyid.

2. Harun Ar-Rasyid Menjadi Khalifah

Harun Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah diusianya yang ke-23 pada tahun 786 M. Jabatan khalifah diemban beliau setelah saudaranya, Musa Al-Hadi wafat. Khalifah Harun Ar-Rasyid berhasil membawa Dinasti Abbasiyah menuju puncak kejayaan. Keamanan dan kesejahteraan penduduk sangat terjamin. Wilayah Dinasti Abbasiyah sangat luas, membentang dari Maroko/Maghrib di Afrika utara hingga Hindukush, India. Dimasa beliau, hidup seorang penyair dan ulama terkenal bernama Abu Nawas/Abu Nuwas yang memiliki nama asli Abu Ali Al-Hasan Bin Hani Al-Hakami. Abu Nawas sering memberikan nasehat maupun solusi atas masalah-masalah yang dihadapi Khalifah Harun Ar-Rayid. Khalifah Harun Ar-Rasyid memerintah selama 23 tahun lebih 6 bulan. Beliau meninggal dunia di usia beliau yang ke-45 pada tanggal 3 atau 4 Jumaditsani 193 H/809 M.

3. Prestasi

Prestasi yang diraih oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid antara lain:

a.       Memperluas wilayah Islam

b.      Meneruskan gerakan penerjemahan literature berbahasa asing kedalam Bahasa Arab.

c.       Memperluas bangunan dan fungsi Baitul Hikmah.

d.      Mendirikan Majlis Mudzakarah yang berfungsi untuk mengkaji masalah-masalah agama.

e.       Menjamin kesejahteraan selurun penduduk Dinasti Abbasiyah

C. KHALIFAH ABDULLAH AL-MA’MUN (198-218 H/ 813-833 M)

1. Biografi

Memiliki nama lengkap Abdullah bin Harun bin Al-Mahdi lebih dikenal dengan panggilan Al-Ma’mun. Beliau dilahirkan pada tanggal 15 Rabi’ul Awwal 170 H/786 M, bertepatan dengan wafat pamannya (Musa Al-Hadi) dan pengangkatan ayahnya (Harun Ar-Rasyid) sebagai khalifah kelima. Ibunya bernama Marajil, yang wafat saat melahirkan Al-Ma’mun.

2. Abdullah Al-Ma’mun Menjadi Khalifah

Al-Ma’mun atau dibarat dipanggil dengan sebutan Maimonides adalah seorang khalifah yang sangat haus akan ilmu pengetahuan. Saat dirinya menjadi khalifah ketujuh menggantikan kakaknya, Muhammad Al-Amin usianya adalah 27 tahun. Khalifah Al-Ma’mun menjadi khalifah selama 20 tahun. Beliau wafat di Kota Tarsus, Turki pada tanggal 9 Agustus 833 M.

3. Prestasi

Adapun prestasi-prestasi Khalifah Al-Makmun adalah:

a.      Memperluas wilayah Isla b.      Meneruskan gerakan perjemahan literatur berbahasa asing kedalam Bahasa Arab. c.       Memberikan perhatian serius di bidang pertanian dan perdagangan.

[1] Kunya/kunyah (baca: kuniyah) adalah sebuah nama panggilan yang biasa digunakan oleh masyarakat Arab untuk panggilan kehormatan atau gelar kepada seseorang, sebagai pengganti atas nama asli orang tersebut. Bentuk nama kunya adalah seperti "abu" ("abi") dan "ibnu" untuk laki-laki, dan "ummu" dan "bintu" untuk perempuan, dan kemudian ditambahkan nama anak laki-laki pertamanya, atau bisa juga ditambahkan mengenai kebiasaannya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kunya)

Peradaban sebagai tema sentral merupakan satu prestasi Dinasti Abbasiyah yang terekam dalam sejarah Islam. Dinasti ini merupakan pengganti kekalifahan sebelumnya yaitu Dinasti Umaiyyah (132-656/750-1258) yang telah menjalankan pemerintahan selama lebih kurang 50 tahun. Dinasti yang namanya diambil dari nama paman Nabi Muhammad ini, mewarisi wilayah kekuasaan dari Bani Umaiyyah yang sangat luas. Dengan kepemimpinan 37 khalifahnya, Abbasiyah telah melewati fase-fase sejarah, mengukir nama dalam lembaran sejarah sebagai dinasti yang telah membawa dunia muslim ke era keemasan (Golden Age). Perluasan wilayah pada masa Umayyah telah menjadi salah satu embrio perkembangan peradaban Islam pada dinasti ini. Khalifah-khalifah besar Abbasiyah yang tercantum dalam sejarah sebagai khalifah yang paling berjasa dalam menghantarkan Islam dinasti ini ke puncak kejayaan di bidang ekonomi, perdagangan, politik, sosial, militer, dan ilmu pengetahuan adalah Abu Ja’far al Manshur (754—775), Al-Mahdi (775-785 M), Harun al Rasyid (1785-809 M), al Makmun (81308833 M), al Mu’tashim (833-842 M), al Watsiq (842-847 M), dan al Mutawakkil (847-861 M). Bahkan pada pemerintahan Harun al Rasyid dan al Ma’mun perkembangannya itu mencapai puncaknya karena di masa itu kedaulatan benar-benar dijalankan, Islam sampai kepada puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, dan kekuasaan serta peradaban yang sangat mulia.

Al-Mutawakkil (821-861) adalah khalifah ke-10 Bani Abbasiyah (847-861).

Ja'far al-Mutawakkil adalah putra al-Mu'tasim Billah (833-842) dan seorang wanita Persia. Ia menggantikan saudaranya al-Watsiq (842-847) dan dikenal menyelenggarakan "mihnah", percobaan seperti inkuisisi untuk menegakkan satu versi murni Islam. Selama masa pemerintahan, pengaruh Mu'tazilah berkurang dan masalah kemakhlukan al-Qur'an berakhir.

Al-Mutawakkil terus mengandalkan negarawan Turki dan pasukan budak untuk meredam pemberontakan dan memimpin pasukan menghadapi kekuasaan asing, seperti Bizantium yang wilayahnya di Sisilia berhasil direbut. Wazirnya al-Fath bin Khaqan, seorang Turki, adalah tokoh terkenal pada masa pemerintahannya. Namun, kepercayaannya pada orang Turki berbalik menghantuinya. Ia menitahkan pembunuhan terhadap panglima tertingginya yang notabene orang Turki. Hal ini menyebabkan pengaruhnya melorot drastis.

Al-Mutawakkil dibunuh oleh seorang prajurit Turki pada tanggal 11 Desember 861. Konon, pembunuhan ini merupakan bagian dari plot yang direncanakan oleh putranya al-Muntashir, yang menjadi jauh dari ayahandanya.

Pemerintahan al-Mutawakkil diingat akan reformasi-reformasinya dan dipandang sebagai masa keemasan Bani Abbasiyah. Ia adalah khalifah terbesar terakhir Abbasiyah; setelah kematiannya khilafah mulai mundur.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Abbas
pendiri Bani Abbasiyah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ibnu Abbas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ali

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Muhammad

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ibrahim

 

1. AS-SAFFAH
(k. 750-754)

 

 

 

 

 

2. AL-MANSUR
(k. 754-775

 

Musa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3. AL-MAHDI
(k. 775-785)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5. AR-RASYID
(k. 786-809)

 

4. AL-HADI
(k. 785-786

 

Ibrahim al-Mubarak

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6. AL-AMIN
(k. 809-813)

 

7. AL-MA'MUN
(k. 813-833)

 

8. AL-MU'TASIM
(k. 833-842

 

al-Qasim

 

al-Mu'taman

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9. AL-WATSIQ
(k. 842-847)

 

 

 

 

 

10. AL-MUTAWAKKIL
(k. 847-861)

 

 

 

 

 

12. AL-MUSTA'IN
(k. 862-866)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

14. AL-MUHTADI
(k. 869-870)

 

13. AL-MU'TAZZ
(k. 866-869)

 

11. AL-MUNTASHIR
(k. 861-862)

 

al-Muwaffaq

 

15. AL-MU'TAMID
(k. 870-892)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

16. AL-MU'TADHID
(k. 892-902)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

17. AL-MUKTAFI
(k. 902-908)

 

 

 

 

 

18. AL-MUQTADIR
(k. 908-935)

 

 

 

 

 

19. AL-QAHIR
(k. 932-934)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

22. AL-MUSTAKFI
(k. 944-946)

 

20. AR-RADHI
(k. 934-940)

 

Ishaq

 

21. AL-MUTTAQI
(k. 940-944)

 

23. AL-MUTHI'
(k. 946-974)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

25. AL-QADIR
(k. 991-1031)

 

 

 

 

 

24. ATH-THA'I
(k. 974-991)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

26. AL-QA'IM
(k. 1031-1075)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

27. AL-MUQTADI
(k. 1075-1094)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

28. AL-MUSTAZHIR
(k. 1094-1118)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

29. AL-MUSTARSYID
(k. 1118-1135)

 

 

 

 

 

30. AL-MUQTAFI
(k. 1136-1160)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

30. AR-RASYID
(k. 1135-1136)

 

 

 

 

 

32. AL-MUSTANJID
(k. 1160-1170)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

33. AL-MUSTADHI'
(k. 1170-1180)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

34. AN-NASHIR
(k. 1180-1225)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

35. AZH-ZHAHIR
(k. 1225-1226)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1. AL-MUSTANSHIR II
Berkuasa di Kairo

 

 

 

 

 

36. AL-MUSTANSHIR
(k. 1226-1242)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

37. AL-MUSTA'SHIM
(k. 1242-1258)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

[1] Catatan:

  • k. merupakan tahun kekuasaan
  • Angka, merupakan nomor urut seseorang menjadi khalifah.
  • Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.

  1. ^ Imam As-Suyuthi (2006). Tarikh Khulafa' [Sejarah Para Penguasa Islam]. Jakarta: Al-Kautsar. ISBN 979-592-175-4.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)

Didahului oleh:
al-Watsiq
Khalifah Bani Abbasiyah
(847–861)
Diteruskan oleh:
al-Muntashir

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Al-Mutawakkil&oldid=18261213"