Siapa tokoh yang memberikan semangat kepada para pemuda Surabaya untuk tidak menyerah melawan Sekutu?



KONTAN.CO.ID - Peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2021 tidak lepas dari nama Bung Tomo. Bung Tomo yang bernama asli Sutomo adalah tokoh Pahlawan dalam peristiwa pertempuran 10 November 2021 di Surabaya.  Bung Tomo berjasa besar terhadap upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yaitu pada saat melawan penjajah yang ingin kembali menjajah Indonesia tepatnya di Kota Surabaya.  Bung Tomo berhasil menjadi orator dan membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk melawan kembalinya penjajah yang kita kenal dengan pertempuran 10 November 1945 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan. Lantas, seperti apa biografi Bung Tomo?  Baca Juga: ​Hari Pahlawan 10 November 2021, ini 3 jenis makam pahlawan yang perlu diketahui

Biografi dan sejarah singkat Bung Tomo 

Bung Tomo berasal dari Surabaya. Bung Tomo lahir pada 3 Oktober 1920 di Kampung Blauran, Surabaya. Dirangkum dari laman resmi Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara, ayah Bung Tomo bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah.  Ibu Bung Tomo berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura. Bung Tomo mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro.  Bung Tomo suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan agar menjadi lebih baik. Saat usia 12 tahun, ketika Bung Tomo terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO.  Ketika itu, Bung Tomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu. Bung Tomo juga menyelesaikan pendidikan HBS lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus. Di usia muda Bung Tomo aktif dalam organisasi kepanduan atau KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Bung Tomo menegaskan, filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya.  Di usia 17 tahun, Bung Tomo menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Baca Juga: 5 Pertempuran yang terjadi setelah kemerdekaan Indonesia

Siapa tokoh yang memberikan semangat kepada para pemuda Surabaya untuk tidak menyerah melawan Sekutu?

TEMPO.CO, Jakarta - Pertempuran 10 November 1945 adalah salah satu pertempuran paling membara dalam sejarah kemerdekaan Indonesia dan tak lepas dari campur tangan Bung Tomo.

Sutomo yang disebut sebagai Bung Tomo merupakan salah satu pejuang dalam kemerdekaan Indonesia, termasuk dalam pertempuran 10 November. Dalam pertempuran itu, ia memiliki peran yang sangat krusial.

"Peran utama Bung Tomo adalah orasi dia yang membakar rakyat untuk memberikan perlawanan," kata sejarawan Rushdy Hoesein, seperti dikutip dari laman Tempo, Senin, 9 September 2015. Tak heran, potret Bung Tomo yang paling fenomenal adalah saat berorasi dengan jari menunjuk.

Dilansir dari buku "Pekik Takbir Bung Tomo: Perjalanan Hidup, Kisah Cinta, & Perjuangannya" karya Fery Taufiq (2020), Bung Tomo sempat melakukan perjalanan ke Jakarta pada Oktober 1945. Di situlah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bendera Belanda telah berkibar di tangsi-tangsi militer bekas kedudukan Jepang.

Saat itu ternyata Soekarno-Hatta memilih jalan diplomasi karena pasukan Indonesia minim persenjataan dan tidak berdaya. Melihat kondisi semacam ini, Bung Tomo tidak ingin sifat pesimisme menyebar ke Surabaya.

Ia tak kenal negosiasi kalau sudah berurusan dengan penjajah. Akhirnya, ia pun bergegas kembali ke Surabaya.

Ia membulatkan tekad untuk membakar semangat arek-arek Suroboyo melalui orasinya. Bung Tomo melakukan orasinya melalui Radio Pemberontakan yang terletak di Jalan Mawar, Surabaya.

Sejak Oktober hingga November 1945, agitasi dan propaganda Bung Tomo jadi asupan setiap hari bagi arek-arek Suroboyo. Tiap pukul setengah enam sore, orasinya selalu ditunggu.

Rusdhy Husein mengatakan, orang-orang bahkan menyemut di sekitar tiang-tiang pengeras suara yang tersebar di berbagai sudut Surabaya. Kala berorasi, suara Bung Tomo menggelegar dan memenuhi Kota Surabaya.

Melalui orasinya, Bung Tomo mampu membakar semangat arek-arek Suroboyo dan menumbuhkan rasa perjuangan dalam darah mereka. Pertempuran 10 November pun meletus, menjadi pertempuran pertama melawan pasukan asing pasca kemerdekaan dengan kemenangan di tangan Indonesia.

AMELIA RAHIMA SARI

Baca juga: Benarkah Bung Tomo Tidak di Surabaya saat Pertempuran 10 November 1945?

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Bukan tanpa alasan Kota Surabaya mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan. Kegigihan perjuangan para pahlawan yang terlibat dalam pertempuran di Surabaya menjadi inspirasi yang mengobarkan semangat perjuangan pejuang-pejuang di berbagai kota di Indonesia. 

Para pahlawan Surabaya yang terlibat dalam pertempuran tersebut berjasa tak hanya bagi kota kelahirannya, tetapi juga untuk Indonesia secara keseluruhan. Saat bertandang ke Surabaya, Anda bisa mengunjungi Tugu Pahlawan untuk mengetahui kisah kepahlawanan mereka.

Namun, jika Anda tak sabar untuk mengetahui siapa saja para pahlawan dalam pertempuran di Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan, berikut ini adalah tokoh-tokoh berpengaruh yang bisa Anda cari tahu lebih dalam.

1. Bung Tomo

Memanfaatkan radio sebagai alat perjuangan dalam mewujudkan kemerdekaan adalah spesialisasi tokoh yang memiliki nama asli Sutomo ini. Akrab dipanggil Bung Tomo, jurnalis media elektronik ini dikenal punya kemampuan orasi luar biasa yang membuat semangat para pejuang semakin berkobar. Tanpa orasi-orasinya, rasanya sulit membayangkan para pejuang tetap bersemangat saat Belanda memberikan ultimatum untuk menyerahkan Surabaya. “Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!“ adalah salah satu kalimat paling terkenal yang pernah diucapkan oleh Bung Tomo.

2. KH. Mas Mansur

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, tokoh Empat Serangkai yang terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansur sering disebut-sebut sebagai tokoh sentral pejuang tanpa senjata yang mengawal kemerdekaan Indonesia. Nah, KH. Mas Mansur ternyata merupakan salah satu pejuang Surabaya yang berjuang lewat organisasi dan karya tulisannya. Ia memang tak mengangkat senjata, namun kiprahnya di bidang politik membuat NICA mengincarnya dan membuatnya di penjara hingga meninggal di tahanan.

3. HR. Mohammad Mangoendiprodjo

Lahir di Sragen, Jawa Tengah, HR. Mohammad Mangoendiprodjo dikenal sangat aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan di daerah Jawa Timur, khususnya saat terjadi pertempuran di Surabaya. Perannya dalam mengoordinir pengambilan senjata dari tentara Jepang untuk mempersenjatai Tentara Keamanan Rakyat membuatnya jadi tokoh yang amat diperhitungkan. Bahkan di pertempuran Surabaya, ia memegang kunci penting negosiasi gencatan senjata dengan Brigadir Mallaby.

4. Gubernur Suryo

Sebagai Gubernur pertama Jawa Timur saat terjadinya Pertempuran Surabaya, peran Gubernur Suryo sama pentingnya dengan Mangoendiprodjo sehubungan dengan perjanjian gencatan senjata dengan Brigadir Mallaby. Hal paling diingat mengenai Gubernur Suryo adalah ketegasannya menentang saat Inggris memberikan ultimatum pada Indonesia agar menyerahkan Surabaya setelah kematian Mallaby. Dalam pidatonya lewat RRI, Gubernur Suryo menyatakan bahwa Arek-arek Suroboyo tidak akan pernah menyerah pada ultimatum Inggris dan akan melawan hingga tetes darah penghabisan.

5. Mayjen Sungkono

Dalam Pertempuran Surabaya, Mayjen Sungkono memegang peranan penting sebagai Panglima Angkatan Perang Surabaya. Ia berperan ganda sebagai pemimpin pertempuran yang berani dan penyulut semangat para pejuang hingga mereka tak takut akan persenjataan lengkap dan mutakhir milik tentara Inggris. Meski dengan hanya persenjataan minim hasil rampasan dari tentara Jepang, para pejuang di Surabaya mampu membuat pasukan Inggris kewalahan.

Meski Pertempuran Surabaya berakhir dengan kekalahan jika dilihat dari penguasaan wilayah, tetapi kemenangan Indonesia ada di sisi mentalitas perjuangan bangsa. Daerah-daerah lain yang mengetahui perjuangan Arek-arek Suroboyo yang tak kenal takut pada penjajah mengobarkan semangat yang tak bisa padam di berbagai daerah di Indonesia. Para pejuang Surabaya telah membuktikan bahwa di bawah tekanan macam apapun, kemerdekaan adalah hal yang tidak bisa dikompromikan.

Pada tanggal 10 November 1945, terjadi sebuah pertempuran besar di Surabaya antara tentara Sekutu dan pasukan Indonesia. Pertempuran ini merupakan pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Indonesia. Pertempuran Surabaya dilatarbelakangi oleh tewasnya A.W.S. Mallaby. Atas hal tersebut, Mayor Jenderal E.C. Marsergh memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya yang berisi mengenai semua pimpinan Indonesia harus melapor dan seluruh senjata rakyat Surabaya harus diberikan kepada Sekutu. Sekutu juga memberikan batas ultimatum, yaitu pada tanggal 10 November 1945 pukul 06.00. Namun, rakyat Surabaya menolak sehingga meletus pertempuran pada hari itu. Untuk menggalang semangat, Sutomo atau akrab dipanggil Bung Tomo membakar semangat rakyat Surabaya agar terus melawan Sekutu lewat pidatonya yang berapi-api di radio.

Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, jawaban yang tepat adalah B.