Sebutkan komponen komponen yang terdapat dalam komposisi tari

Menyusun Karya Tari

.

Top 1: Tuliskan komponen dalam komposisi tari - Brainly.co.id

Pengarang: brainly.co.id - Peringkat 89

Ringkasan: . 3. Tanaman obat tradisional, seperti halnya obat buatan pabrik yang memang tidak b dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, sepert. … i halnya resep dokter. Hal ini menepis anggapan bahwa obat tradisional tak memiliki efek samping. Anggapan bila obat tradisional aman dikonsumsi walaupun gejala sakit sudah hilang adalah keliru. Sampai batas-batas tertentu, mungkin benar. Akan tetapi bila sudah melampaui batas, justru membahayakan. benar atau salah ​ .

Hasil pencarian yang cocok: komponen tari 5 Komponen tari yang harus dikuasai adalah : 1. Unsur-Unsur Seni Tari Unsur-unsur dalam tari terdiri dari beberapa jenis, unsur-unsur itu ... ...

Top 2: Menjelaskan komponen dalam komposisi tari - Brainly.co.id

Pengarang: brainly.co.id - Peringkat 93

Ringkasan: . 3. Tanaman obat tradisional, seperti halnya obat buatan pabrik yang memang tidak b dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, sepert. … i halnya resep dokter. Hal ini menepis anggapan bahwa obat tradisional tak memiliki efek samping. Anggapan bila obat tradisional aman dikonsumsi walaupun gejala sakit sudah hilang adalah keliru. Sampai batas-batas tertentu, mungkin benar. Akan tetapi bila sudah melampaui batas, justru membahayakan. benar atau salah ​ .

Hasil pencarian yang cocok: Komponen tari yang harus dikuasai adalah : 1. Unsur-Unsur Seni Tari Unsur-unsur dalam tari terdiri dari beberapa jenis, unsur-unsur itu ... ...

Top 3: Komposisi Tari: Pengertian dan Elemen-Elemen Dasar - Kumparan

Pengarang: m.kumparan.com - Peringkat 162

Ringkasan: Ilustrasi komposisi tari. Foto: PixabayKomposisi tari atau dikenal juga dengan koreografi merupakan aspek penting dalam seni tari, khususnya tari kelompok. Komposisi tari ini lah yang membuat suatu tarian terasa lebih hidup dan bernyawa.Komposisi tari mengandung pengertian seni membuat atau merancang struktur maupun alur, sehingga menjadi suatu pola gerakan-gerakan.Proses kreatif dalam membuat sebuah komposisi tari terdiri dari tahap-tahap, sebagai berikut:Mengkhayalkan atau membayangkanPada awa

Hasil pencarian yang cocok: 20 Agu 2021 — Komposisi tari atau koreografi menjadi aspek penting dalam seni tari. Apa yang dimaksud dengan komposisi tari? ...

Top 4: Pengertian Komposisi dan Cara Menyusun Karya Tari - Tirto.ID

Pengarang: amp.tirto.id - Peringkat 135

Ringkasan: tirto.id - Seni tari tercipta dari dasar gerak tubuh. Manusia, dapat mengeksplorasi tubuhnya untuk dicipta menjadi sebuah karya tari. Kegiatan penciptaan karya tari sering disebut sebagai “koreografi". Makna koreografi, dalam dunia tari sering dipertukarkan dengan kata “komposisi", yakni proses meracik, mengatur, dan menata bagian-bagian sedemikian rupa sehingga menjadi kesatuan yang utuh. . Dalam tari, mengatur komposisi berarti menyusun dan menampilkan karya tari yang memuat makna, bai

Hasil pencarian yang cocok: 15 Sep 2021 — Seni tari tercipta dari dasar gerak tubuh. Manusia, dapat ... ...

Top 5: Pengertian dan Unsur Komposisi Tari Kontemporer - Sanggar Model

Pengarang: sanggar.my.id - Peringkat 159

Ringkasan: . Sanggar Model - Pengetahuan komposisi tari adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara memilih dan menata gerakan menjadi sebuah karya tari. Sedangkan komposisi tari itu sendiri adalah seni membuat/merancang struktur ataupun alur sehingga menjadi suatu pola gerakan-gerakan. Istilah komposisi tari bisa juga berarti navigasi atau koneksi atas struktur pergerakan. Hasil atas suatu pola gerakan terstruktur itu disebut pula sebagai koreografi. Orang yang merancang koreografi disebut sebaga

Hasil pencarian yang cocok: 26 Jul 2017 — Orang yang merancang koreografi disebut sebagai koreografer. Komposisi tari terdiri atas beberapa hal berikut: Bentuk (pose), adalah posisi ... ...

Top 6: ELEMEN-ELEMEN DASAR KOMPOSISI TARI - Dokumen global

Pengarang: text-id.123dok.com - Peringkat 187

Ringkasan: B. ELEMEN-ELEMEN DASAR KOMPOSISI TARISeperti telah disinggung pada pengantar pengetahuan komposisi tari tentang membuat komposisi tari atau koreografi bahwa referensi yang banyak terkait dengan koreografi adalah buku karangan Elizabeth R Hayes dan Jequeline M Smith, La Merry, Laban, maka di bawah ini secara berturut dapat dijelaskan peta konstruksi pengetahuan koreografi secara jelas dapat diuraikan adalah sebagai berikut.1. Disain GerakManusia beraktivitas sehari-hari memerlukan gerakan tubuhn

Hasil pencarian yang cocok: Dalam kaitan dengan tari, gerak merupakan unsur yang penting, dimiliki seorang penari sebagai sumber untuk aktivitas menari. Gerakan menari merupakan gerak yng ... ...

Top 7: Tari Koreografi LANDASAN TEORI - Dokumen global

Pengarang: text-id.123dok.com - Peringkat 128

Ringkasan: . 5. BAB II LANDASAN TEORI. 2.1. Tari. Tarimempunyaiartipentingdalamkehidupanmanusia,karenadapat memberikanberbagaimanfaat,sepertisebagaimanasaranahiburandansarana. komunikasi.Senitarisebagaibagiandarikesenian,secaraumumapabila dianalisismakaakantampakbahwadidalamnyaterdapatelemenyangsangat. pentingyaitugerakdanritme.Sehubungandenganhaltersebut,adabeberapa definisi tari yang telah dikembangkan oleh para ahli, meskipun demikian disadari. bahwadefinisiyanghendakdipaparkansangattergantungdarila

Hasil pencarian yang cocok: Seni tari sebagai bagian dari kesenian, secara umum apabila dianalisis maka akan tampak bahwa didalamnya terdapat elemen yang sangat penting yaitu gerak dan ... ...

Top 8: JURNAL SENI TARI - UNNES JOURNAL

Pengarang: journal.unnes.ac.id - Peringkat 100

Hasil pencarian yang cocok: oleh FAD Aprilina · 2014 · Dirujuk 27 kali — Hasil rekonstruksi Tari Kuntul Tegalan ialah perkembangan kualitatif dan kuantitatif yaitu menghasilkan tari kreasi baru yang berpijak pada tradisi dan gerak ... ...

Top 9: 07. SENI TARI SMA KK G.pdf

Pengarang: repositori.kemdikbud.go.id - Peringkat 103

Hasil pencarian yang cocok: oleh MP Marsudi · 2018 — desain komposisi tari, jenis gerak dalam komposisi tari, langkah-langkah penciptaan karya tari, penciptaan karya tari, dengan memperhatikan aspek. ...

Top 10: Seni Tari Jilid 2 SMK Kelas XI - KTSP 2006 - myedisi.com

Pengarang: epaper.myedisi.com - Peringkat 106

Hasil pencarian yang cocok: ... gerak mengalun-stakato, desain asimetri-simetri dan masih banyak lagi yang diakumulasi menjadi kesan varietas dari komponen dalam komposisi tari. x ... ...

B. ELEMEN-ELEMEN DASAR KOMPOSISI TARI

Seperti telah disinggung pada pengantar pengetahuan komposisi tari tentang membuat komposisi tari atau koreografi bahwa referensi yang banyak terkait dengan koreografi adalah buku karangan Elizabeth R Hayes dan Jequeline M Smith, La Merry, Laban, maka di bawah ini secara berturut dapat dijelaskan peta konstruksi pengetahuan koreografi secara jelas dapat diuraikan adalah sebagai berikut.

1. Disain Gerak

Manusia beraktivitas sehari-hari memerlukan gerakan tubuhnya, dalam memanfaatkan gerakan yang tanpa disadari gerak mendukung aktivitasnya secara maksimal. Dalam kaitan dengan tari, gerak merupakan unsur yang penting, dimiliki seorang penari sebagai sumber untuk aktivitas menari.

Gerakan menari merupakan gerak yng digunakan untuk mengungkapkan perasaan, dengan harapan untuk mendapatkan tanggapan orang lain. Gerakan tari berbeda dengan gerakan bekerja atau gerakan olah raga, karena gerak tari sebagai ungkapan ekspresi sedangkan gerakan olah raga untuk prestasi.

Masalah gerak pada dasarnya merupakan unsur utama dalam tari. Bentuk, format, dan sikap maupun posisi gerak menentukan bagaimana suatu gerakan harus diperagakan. Format gerak berhubungan perubahan sikap, posisi, dan kedudukan dari suatu benda.

Disain gerak secara nyata merupakan unsur 3 dimensi yang memiliki panjang, lebar dan volume. Kedudukan gerak didesain menjadi bentuk benda selama menempati posisi, kedudukan, dan momen berpindah dari satu posisi ke posisi lain.

Gerak dalam tari secara kedalaman memiliki merupakan media ungkap dari pernyataan dan ekspresi. Dalam tarian gerak merupakan unsur baku. Gerak terdiri dari tenaga, ruang dan waktu dan berhubungan erat dengan wirasa, wirama, dan wiraga.

Tenaga dalam gerak tari berhubungan dengan energi yang dikeluarkan untuk bergerak sesuai kebutuhan intensitas, kualitas, dan tekanan. Intensitas banyak sedikitnya berhubungan dengan tenaga untuk pergerakan, tekanan atau aksen berhubungan dengan penggunaan energi secara merata atau tidak melalui penyaluran kekuatan bergerak dari seorang penari.

Kualitas gerak juga menjadi prioritas gerakan dipelajari. Tenaga yang disalurkan menghasilkan bentuk, gerakan mengayun, mengalir, bergetar, menahan dan sebagainya sangat

226 SENI TARI

bergantung pada bagaimana teknik seorang penari melakukan kualitas gerakan secara sempurna.

Para siswa coba lakukan dalam hal ini bagaiama kalian mampu merasakana gerakan yang dapat dilakukan secara berbeda dalam kaitannya dengan jenis gerakan tegang, kendur, mengalir, dan patah-patah. Coba jelaskan perbedaan yang dapat kalian rasakan melalui pengalaman bergerak secara terus menerus khususnya pada saat kalian belajar menari.

Gerakan tari dapat dibentuk melalui disain yang dibuat. Bentuk dan kapasitas serta kebutuhan tenaga yang disalurkan menjadi makna gerakan tari yang pada nantinya diungkapkan. Standar gerak tari dibutuhkan untuk ungkapan ekspresi, kekuatan dan jangkauan gerak, serta kedalaman makna gerak yang dapat dirasakan secara terstruktur oleh peraga tari dalam menarikan suatu tarian. Oleh sebab itu, bentuk, konstruksi, dan kedalaman isi suatu tarian sangat menentukan bagaimana tari dapat menimbulkan kesan emosi bagi pengamat atau yang menontonnya.

Para siswa sekalian, coba rasakan bagaimana kalian mampu mengolah gerakan-gerakan yang memiliki sifat gerak mengalir, mengayun, patah-patah, tegang-kendur serta berbagai jenis gerakan yang dapat didesain secara mudah oleh kalian sendiri.

2. Disain Musik

Musik pada dasarnya bunyi-bunyian yang ditimbulkan oleh sumber bunyi. Jenis musik yang teratur disebut ritme, sedangkan yang tidak teratur dapat disebut dengan bunyi saja. Bunyi yang teratur sesungguhnya merupakan disain musik. Masalah tempo atau ritme, dinamik dan sinkop yang terdapat dalam bunyi suatu musik dapat membentuk irama dan dinamik yang mampu menggugah rasa kita untuk mengekspresikan gerak.

Bentuk wujud dan variasi bunyi yang ditimbulkan melalui alat musik dapat digunakan untuk memberi ruh musik yang digunakan untuk mengiringi koreografi. Motif, bentuk, jenis, dan dinamiknya dapat bermacam-macam bentuk. Teknik dan cara memainkan alat musiknya juga berbeda satu jenis alat dengan alat lainnya. Desain musik agar dapat menghidupkan koreografi perlu digunakan kemampuan musical yang berhubungan dengan bekal kemampuan dan kecakapan dalam mengukur kekuatan serta bagaimana teknik menghasilkan dinamika secara variatif.

SENI TARI

Musik orkestra berperan dalam memberikan bermacam warna bunyi dan variasi alat yang digunakan. Secara kuantitatif peralatan musik yang banyak mampu menghadirkan kesan dinamis, hegenitas, serta banyak penafsiran yang digunakn untuk mencapai klimaks garapan. Di sisi lain, secara kualitas instrument alat musik yang banyak tidak signifikans untuk menghadirkan klimaks yang berkesan dan memiliki kekuatan garapan. Paduan keduanya secara sinergis dapat menghidupkan koreografi semakin kaya penuangan ekspresi musikal.

Cara garap desain musik dapat dikembangkan dengan melalui penggunaan alat musik tradisonal dalam bentuk gamelan, musik diatonis dalam wujud alat-alat musik barat. Melalui penggunaan jenis alat musik yang berbeda watak dan jenis memiliki karakter yang dapat digunakan untuk memberi corak irama, tekanan, ritmik, dan alunan suara secara tepat dan benar.

Tantangan mendasar yang paling mencolok apabila koreografer yang tidak memilikibekal ilmu musik dan musical yang tinggi akan tabu an tidak mengerti kepekaan musikal yang harus dituangkan dalam musik iringannya. Apabila hal ini terjadi akan membawa dampak yang kurang positif dalamm koreografinya.

Koreografer yang memiliki kecakapan ganda akan menjadi asset pengetahuan yang tidak henti-henti dalam penggarapan koreografinya, hal ini membutuhkan kemampuan dan keterampilan keduanya di bidang seni.

Masalah desain musik yang paling pokok adalah memiliki konsep bagaimana cara mewujudkan bentuk awal, perkembangan, klimaks, penahanan akhir dan penurunan secara koreografis. Penggunaan alat musik yang dibutuhkan dapat memberikan keserasian musik iringan dan bentuk koreografi yang dikembangkan secara maksimal. Cara dan teknik ini sangat dibutuhkan dalam penataan koreografi yang lebih mendasar.

Kemampuan seseorang dalam menghidupkan musik memiliki karakter bunyi serta kekuatan untuk membangkitkan impresi rasa bagi pendengarnya dibutuhkan penghayatan rasa bunyi secara khusus. Kepekaan rasa musical inilah yang dapat digunakan oleh seseorang dalam menghidupkan dinamika secara harsontal dimana dalam pengolahan rasa musik lebih ditentukan pada bagaimana cara seseorang tersebut dalam mengusun, merangka, dan menata melodi, dinamika, dan sinkop-sinkop bunyi secara variatif, mendalam, dan dengan menggunakan teknik sentuhan musical yang professional.

228 SENI TARI

Kemampuan dan kekuatan menjalin rasa musical menjadi bentuk musik yang memiliki kapasitas dan intensitas rasa musical ditentukan pada hasil elaborasi dalam mendesain musik secara cermat. Kecermatan yang dimaksud inilah merupakan sentral kepekaan musik dari seorang yang mampu menggarap musik secara hidup dan penuh sentuhan.

Di bawah ini adalah jenis alat musik Gamelan Jawa yang berlaras Pelog dan Slendro (Pelog dan Salendro/Sunda). Alat musik lain dalam bentuk alat musik diatonis seperti contoh gitar, piano, drum, organ, dan lain-lain.

Sumber: Jurusan Tari UNJ Sumber: Jurusan Tari UNJ

Gb. 4.1 Perangkat Gamelan Sunda Gb. 4.2 Perangkat Gamelan Jawa

Sumber: Jurusan Tari UNJ

Gambar 4.3 - 4.4 alat musik diatonis Gitar dan Dram

SENI TARI

3. Desain Lantai

Garis-garis yang dilalui oleh penari disebut desain lantai. Gambar desain lantai ini dalam pengertian lain adalah garis yang dibentuk oleh formasi penari kelompok. Secara umum desain ini terbagi ke dalam dua bagian yakni desain garis lurus dan disain garis lengkung.

Aspek desain lantai dapat tergambar secara ilustratif melalui lintasan gerak penari. Penari membuat konsep ruang pentas yang secara geografis berhubungan dengan garis, ruang gerak, dan posisi penari pada saat diam.

Garis menyudut atau diagonal, lengkung, zigzag, lurus, bahkan berbentuk lingkaran dapat terlihat penonton melalui gerakan melintas penari saat bergerak. Gerakan dengan berpindah tempat dilakukan secara jelas hubungannya dengan gerak tangan, kaki, tubuh, kepala.

Pola garis lurus dapat dibuat ke depan, ke belakang, dan ke samping atau serong. Formasi garis lurus juga dapat dalam bentuk segitiga, segi empat, huruf T, huruf V, dan bentuk lain seperti desain zigzag atau kebalikannya. Di sisi lain, garis lengkung dapat berwujud ular, spiral, lingkaran, angka delapan dan sebagainya.

Garis lurus yang dilukis di lantai memberikan kesan sederhana tetapi kuat, sedangkan pada desain garis lengkung memiliki kesan lembut dan lemah. Pola garis yang dan tergambar di lantai untuk bentuk garis dijumpai pada tari-tarian Klasik Jawa, tari Hula-hula dari Hawai, dan banyak tari-tarian rakyat yang masih belum banyak digarap.

Desain garis lengkung banyak terdapat pada jenis tari komunal kerakyatan yang berciri kegembiraan. Pada jenis tari- tarian dari Muangthai dan Jepang juga Tari Tradisi Klasiknya banyak menggunakan desain garis lengkung.

Gerakan jalan, lari cepat, geser ke kanan-kiri, secara dinamis dapat dilakukan dengan variasi gerak dan pola gerakan berulang atau berganti-ganti (kanan-kiri). Beberapa variasi gerakan yang nyata dan pola gambar yang dilukiskan pada lantai dibayangkan secara imajinatif dalam angan-angan.

Sifat disain di bawah ini lebih menunjukan pada sifat-sifat yang mirip antara satu sisi dengan sisi lainnya. Siswa dapat melihat bagaimana bentuk dan model sifat desain yang berhubungan dengan sifat yang simetri dan tidak simetri.

230 SENI TARI

4. Desain Atas

Disain atas dilukiskan melalui gerakan mengayun-ayun atau melambaikan tangan di atas garis bahu. Ruang desain atas dapat diciptakan lagi melalui gerakan yang sesaat melayang di udara dengan dasar kaki sebagai tumpuhan berada di atas permukaan lantai atau landasan tumpu.

Gerakan yang memiliki kesan disain atas dilakukan penari dengan cara meloncat, melompat, melayang sesaat di udara. Batas-batas gerak yang memberi nkesan desain atas secara geometris berhubungan dengan tiga dimensi, tidak bertumpu pada lantai dasar atau tempat bertumpu, serta dimungkinkan bertumpu di landasan tetapi kesan gerakan yang dilakukan lebih ada dalam posisi di atas lantai. Dengan demikian aspek gerakannya memiliki tiga dimensi.

Desain tiga dimensi berhubungan dengan volume gerak, jangkauan besar/kecil dan atau sempit-luasnya gerakan, panjang lebar dan tinggi membentuk volume/isi. Batas-batas ruang desain atas tari yang dibutuhkan adalah volume besar-kecilnya gerakan. Jangkauan terluas atau terpanjang yang mampu dilakukan oleh masing-masing penari. Karakter gerak yang biasa dilakukan untuk penghayatan menunjukan desain atas adalah pernyataan ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa dengan menengadahkan kepala, merentangkan ke dua tangan ke atas, serta melakukan selebrasi yang berhubungan dengan kontaks bicara dari hati dengan Tuhan melalui penghayatan pandangan mata ke atas, kepala ditengadahkan, serta gerakan lai yang berhubungan dengan pernyatakan simbol gerakan yang berhubungan dengan desain atas. Pelaksanaan gerakan dilukiskan untuk mendapatkan kesan gerakan dilakukan di atas garis bahu. Pemahaman gerak seperti telah disebut adalah dengan mewujudkan teknik gerakan menengadahkan kepala dan gerakan ke dua tangan ke atas.

Desain atas secara obyektif masih diperdebatkan. Konsep disain ini secara mendalam masih dipertanyakan. Kesan gerakan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi desain atas mencakup beberapa kesan, secara rinci dapat disebut yakni.

a. Desain Datar , merupakan desain yang secara horisontal dilihat dari depan penonton. Badan dan postur penari tanpa perspektif. Anggota gerak tubuh mengarah ke samping dan kesan yang ada memiliki makna konstruktif,

SENI TARI

tenang, kejujuran, dan umpan balik yang terkesan dangkal.

b. Desain Dalam , desan ini dari arah depan penonton memiliki kesan dalam. Anggota tubuh dan postur yang ada mengarah ke belakang,. Ke depan, dan serong. Desain ini memiliki makna yang dalam terlihat oleh penonton.

c. Desan Vertikal , penggunaan desain ini menempatkan posisi anggota tubuh dan postur menjulur ke atas. Tungkai dan lengan lengan mengarah ke atas atau ke bawah. Kesan yang ada nampak egosentris, pasrah, menyerah, dan lebih dalam lagi kurang berdaya.

d. Desain Horison , penggunaan desain ini menempatkan posisi anggota tubuh dan postur mengarah ke garis horison. Sebagian anggota gerak tubuh, kepala, dan kaki berada satu lajur lurus horisontal. Porsi tubuh mengarah sejajar garis tanah, kesan yang ada nampak tercurah.

e. Desain kontras dalam implementasinya menggunakan garis-garis bersilang. Anggota gerak badan dan garis- garis yang akan bertemu apabila dilanjutkan memberikan kesan pertemuan garis yang ada di angan-angan. Desain ini memiliki kesan kuat, penuh energi, kebingungan karena kesan garisnya nampak terputus, dan tidak menuju ujung garis.

f. Desain Murni , disain ini ditimbulkan oleh postur tubuh penari. Desain ini tidak menggunakan desain kontras. Desain memiliki kesan tenang, lembut, dan bersahaja.

g. Desain Statis , desain ini menggunakan pose-pose tubuh sebagai unsur yang dominan pokok. Kunci tubuh menjadi pertimbangan desain ini tetap kokoh karena anggota tubuh yang lain bisa melakukan gerakan. Penggunaan lengan penari secara horisontal dan terus menerus, kaki bergerak ke kanan dan ke kiri. Kesan desain ini nampak teratur.

h. Desain lurus , desain ini menggunakan garis-garis lurus pada anggota tubuh seperti torso, tungkai, lengan dan badan menjadi kunci yang dapat memberikan kesan. Kesan yang dimiliki adalah sederhana, kokoh. Desain ini apabila digunakan terus menerus akan membosankan.

i. Desain Lengkung , desain ini dibentuk melalui kontur badan dan anggota tubuh lain dari penari. Dsain ini menarik. Kesan yang nampak halus, lembut, akan tetapi

232 SENI TARI

apabila kurang hati-hati menggunakannya dapat menimbulkan kesan lemah.

j. Desain bersudut , desain ini banyak menggunakan

tekukan-tekukan tajam pada sendi sendi siku, lutut, pangkal lengan, pangkal paha. Desain ini menimbulkan kekuatan mendalam. Apabila kurang hati-hati, kekuatan gerak tidak diimbangi penghayatannya dapat menimbulkan kesan gerakan tidak menarik dan membosankan.

k. Desain Spiral , desain ini menggunakan desain lengkung

berupa lingkaran lebih dari satu yang searah dengan badan dan anggota badan. Kesan disain ini menarik perhatian penonton karena penggunaan lingkaran- lingkaran itu.

l. Desain Medium , desain berada pada desain atas dan

bawah. Desain ini dipusatkan pada anggota bawah hingga ke bagian pinggang penari. Desain ini memiliki kesan penuh emosi.

m. Desain Tinggi , desain ini dibatasi oleh kemungkinan gerak

dari anggota badan penari hingga ke bagian atas. Bagian yang memiliki kesan intelektual spiritual yang kuat disebabkan oleh dukungan bentuk pemujaan atas bentuk lengen dan arah kepala yang mengarah ke atas.

n. Desain Rendah , desain yang dipusatkan pada daerah

dada hingga pinggang penari. Desain ini memiliki kesan penuh daya hidup, pada sisi lain memberi corak kekuatan gerak yang terfokus pada anggota gerak badan.

o. Desain Terlukis , desain gerak yang dihasilkan melalui

impul salah satu atau beberapa anggota gerak badan hubungannya dengan penggunaan properti yang digerakan untuk menghasilkan kesan tertentu. Pemaknaan gerak hubungannya dengan penggunaan properti agar dapat menyempaikan makna yang disiratkan. Contoh angin ribut dengan menggerakan properti sampur atau kain lainnya dengan gerakan tidak teratur, lingkaran-lingkaran puting beliung, dan ombak laut dengan membuat kesan gerak naik turun.

p. Desain Lanjutan , desain ini berupa lanjutan desain gerak

yang tertunda. Kelanjutan gerak yang dicatat dan kesan pikiran menjadi modus dalam melukiskan kesan gerak dilanjutkan. Kesan desain ini juga dapat dilukiskan melalui pandangan lanjutan, kesan gerak dengan bantuan properti secara lanjutan menjadi salah satu indikasi kesan ini

SENI TARI

diwujudkan. Kesan adanya garis lanjutan ditimbulkan oleh anggota tubuh lain dari penari terutama mata, rambut, tangan dan kaki dalam wujud gerakan lanjutan yang tidak tampak secara nyata. Contoh memarahi orang, maka gerakan tangan memberi aba melakukan ancaman beberapa kali ke arah korban. Kesan ini memberikan indikasi bahwa orang tersebut sedang dimarahi. Contoh lain, seorang memiliki badan yang bagus, maka penggunaan bahasa isyarat tubuh dapat digunakan sebagai mediasi menyatakan maksud pernyataan.

q. Desain Tertunda , kesan ini ditimbulkan dengan

memanfaatkan piranti anggota tubuh penari untuk melakukan gerakan secara bertahap.

r. Desain Simetris , desain simetris adalah desain yang

dibuat dengan menempatkan garis-garis anggota tubuh yang kanan dan kiri berlawanan arah tetapi sama. Lengan kanan lurus ke samping kanan, lengan kiri lurus ke samping kiri. Tangan kanan tolak pinggang, maka tangan kiri juga tolak pinggang. Desain ini memiliki kesan kokoh, tenang, tetapi apabila terlalu banyak digunakan menyebabkan kejenuhan.

s. Desain Asimetris , desain asimetris dibuat dengan

menempatkan garis-garis anggota tubuh kanan dan kiri tidak sama. Posisi tangan kanan lurus ke samping kanan, tangan kiri bertolak pinggang. Desain ini menarik dan dinamis. Kesan kurang kokoh. Desain asimetris sangat diminati oleh penonton, sehingga kesan yang ada harus jelas perbedaannya. Tarian yang memiliki desain asimetris sangat menguntungkan dan sangat menarik bagi penonton.

5. Dramatik

Dramatik pada sesungguhnya menjadi unsur yang menghidupkan suatu tari. Unsur dramatik biasanya menjadi bagian kesan suatu komposisi tari atau koreografi secara keseluruhan. Dramatik menjadi watak garapan koreografi. Dramatik berhubungan dengan klimaks atau ending. Koreografi yang kesan puncak atau klimaksnya tidak berkesan terasa hambar untuk dihayati.

Apabila koreografi digarap secara professional, kesan puncak mampu memberi akses pengalaman estetik yang berhubungan dengan koreografi. Seseorang yang

234 SENI TARI

berpengalaman dalam membuat dramatik, biasanya sering diingat olah banyak orang. Garapan tentang koreografi unsur dramatik sangat diperhatikan. Hal ini dipertimbangkan sebagai roh yang bakal digunakan untuk singgah di benak pemirsa atau penonton atau pengamat.

Dramatik terdiri dua tahap. Tahap satu dramatik dapat digarap dalam bentuk Kerucut Tunggal (garapan koreografi dibuat dengan mamatok ide garapan bahwa puncak atau klimaks digarap satu kali saja. Artinya dapat dikatakan bahwa puncak garapan komposisi atau koreografi terjadi sekali selanjutnya penurunan.

Di sisi lain, Kerucut Ganda adalah garapan koreografi yang dibuat dengan mamatok ide garapan menggunakan puncak atau klimaks dua kali. Artinya puncak garapan komposisi atau koreografi terjadi dua kali pada puncak pertama digunakan sebagai stimulus untuk mengembangkan koreografi untuk mengakhiri dengan puncak sesungguhnya. Selanjutnya, setelah klimaks ke dua dilakukan penurunan secara cepat, pada saat ini penurunan secara cepat dan kesan penutup garapan yang biasanya digunakan lebih tinggi dari kliamks pertama atau puncak pertama. Klimaks kedua berbeda atau lebih tinggi dari klimaks pertama.

Ada dua macam jenis dramatic yakni berbentuk kerucut tunggal dan kerucut ganda. Desain kerucut tunggal dipakai untuk drama dan teori Bliss Perry. Teori ini mempresentasikan bahwa drama yang sukses harus digarap dengan desain kerucut tunggal. Secara umum dapat dijelaskan bahwa desain ini diilustrasikan seseorang yang mendaki gunung. Yang bersangkutan memulai dari ngarai menuju puncak memerlukan kekuatan menanjak. Perjalanan naik agak lambat, makin ke atas harus makin banyak energi yang dikeluarkan. Oleh sebab itu, pada saat yang kritis energi penuh harus dikeluarkan, maka dengan demikian puncak pemanfaatan energi yang diperoleh jangan digunakan. Energi yang diterima digunakan untuk mencapai takaran klimaks dari perjalanan

Setelah puncak atau klimaks tercapai, proses turun dengan energi yang telah mengendur atau semakin banyak energi yang diperas, sehingga dalam kurun waktu yang menjadi titik beku energi, maka gerakan pengenduran menjadi titik beku energi maka gerakan pengenduran diperlukan untuk mencapai titik dasar lagi. Dengan demikian sampai terjadi titik dasar pendakian hingga perjalanan menuruni gunung yang sudah berakhir menjadi teknik yang perlu diperhatikan.

SENI TARI

Dalam suatu garapan drama, klimaks harus tercapai setelah membuat penanjakkan yang cukup lama dan penuh energi, sehingga apabila klimaks telah tercapai harus segera menyelesaikan akhir garapandan sesaat kemudian segera melakukan penurunan. Titik puncak penggarapan klimaks harus dibarengi dengan kesan. Jangan sampai kesan klimaks dilewatkan. Lengkapnya garapan, harus ada kesan yang dijadikan momen bagi penonton. Secara teknis bentuk dramatik kerucut tunggal dapat digambarkan sebagai berikut di bawah ini

Klimaks

Perkembangan Penyelesaian akhir

Permulaan

Disain Kerucut Tunggal, terjadi hanya satu klimaks saja.

Klimaks

Klimaks Kecil

Permulaan

Penyelesaian Akhir

Disain Kerucut Tunggal, terjadi hanya dua kali atau lebih dua kali klimaks.

236 SENI TARI

6. Dinamika

Untuk mencapai puncak garapan, dibutuhkan dinamika. Dinamika pada dasarnya merupakan pengetahuan tentang efek- efek kekuatan dalam menghasilkan gerakan. Pengetahuan tentang dinamika pada dasarnya berhubungan dengan penggunaan tenaga dalam melakukan gerakan yang di dalamnya terdapat intensitas, tekanan atau aksen, kualitas gerak.

Penggunaan besar kecilnya tenaga apabila dikombinasikan dengan pengaturan ruang, gerak dan waktu membuahkan berbagai macam kontras antara keras-lembut, cepat-kuat-bertenaga, cepat-lembut-tenaga dan sebagainya. Masalah dinamika yang menjadi perhatian adalah apa dan bagaimana penggunaan dinamika dikembangkan.

Wujud dinamika dalam gerak lebih banyak terdapat pada anggota gerak bagian atas dan bawah. Dalam tari-tarian wilayah timur, dinamika gerak mudah dicapai dengan baik dari pada tari- tarian wilayah barat yang lebih banyak menggunakan anggota gerak menggunakan tungkai. Peneliti tentang dinamika menyatakan bahwa ekspresi fisik manusia lebih banyak menonjolkan gerak spiritual dan intelektual pada bagian badan, kemungkinan tersebut digunakan sebagai penyelaras dinamika gerak dan komposisi.

Badan bagian atas sangat jelas ditempatkan sebagai ekspresi gerak. Puncak pemanfaatan gerak untuk mencapai puncak ekspresi dilakukan dengan lengan tangan, kepala, torso bagian atas. Hal ini banyak dikembangkan pada tari-tarian dari belahan timur Indonesia. Di sisi lain, ada beberapa contoh tari- tarian yang menggunakan dinamika sebagai pencapai puncak atau klimaks garapan melalui kaki secara maksimal. Salah satu ciri yang ada dan terjadi dalam tari-tarian Indonesia adalah tari- tarian dari Irian Jaya atau Papua. Di Spanyol, gaya tari yang menuangkan tercapainya klimaks dengan kaki sebagai unsur utama. Kaki sebagai pengembang pertama dalam pengembangan dinamika tari-tarian Spanyol.

Dinamika dapat diwujudkan bermacam-macam teknik. Pergantian level dari tinggi ke rendah atau sebaliknya, pergantian tempo dari cepat ke lambat atau sebaliknya, serta pergantian tekanan gerak lambat ke cepat atau sebaliknya dan lain-lain masih banyak yang dapat dikembangkan.

Pergantian atau perubahan gerakan dari badan atau anggota gerak lain tertentu dari lemah ke kuat dapat menghasilka dinamika. Gerakan patah-patah juga memungkinkan terjadinya

SENI TARI

dinamika secara mekanik. Perubahan pose gerak satu ke pose gerak lain apabila dilakukan secara tepat dan penghayatan yang tinggi menciptakan dinamika yang ekspresif. Gerakan ini dilakukan oleh penari yang memiliki inner tari yang cukup memadai.

Dinamika yang tajam dan tinggi dapat merangsang kesan emosi. Dinamika lembut, sedang, tenang, dapat melahirkan gerakan lembut perlahan dan kurang greget. Daya dan kekuatan gerak membuat orang penari mampu melakukan gerakan- gerakan tari penuh energi di atas pentas.

Aturan-aturan yang berlaku pada gaya tari dapat dibantu dengan memberikan watak tari ke dalam dinamika greget. Greget merupakan dorongan perasaan yang kuat, desakan batin atau ekspresi dari dinamika batin melalui pengendalian yang sempurna tanpa menuju kekerasan.

Dinamika dapat diwujudkan dengan berbagai cara, misalnya lewat pengaturan level, pergantian tempo, dan tekanan dari lemah ke kuat, keras ke lembut, dan sebagainya. Dinamika komposisi tari menjadi roh dalam komposisi tari.

Garapan koreografi berhubungan dengan suasana yang diinginkan. Melalui teknik dinamika yang diterapkan dapat digunakan untuk mengkatorl dan meningkatkan kualitas garapan koreografi agar semakin tajam dan tinggi sehingga memiliki akurasi yang tinggi. Kualitas garapan koreografi salah satunya dapat ditentukan oleh dinamika apabila garapan biasa-biasa saja. Hal ini telah dilakukan dan dikembangkan.

Masalah gerak, masalah musik, masalah teknis lainnya dapat dikembangkan melalui teknik dinamika. Kebutuhan tentang dinamika di sisi lain dapat digunakan untuk memperpanjang dan memperpendek tarian yang dipertontonkan. Teknik dinamika secara jelas dapat diuraikan pada uraian sebagi berikut.

• Contoh pengelolaan teknik dinamika adalah: • Makin lama makin keras/kuat disebut Cressendo. • Makin lama makin lembut atau pelan disebut Decressendo. • Diperkeras/diperkuat/keras disebut Accelerando. • Diperlembut/diperlembut/pelan disebut Ritardando • Makin lama mengalun disebut Pianisimo. • Makin lama keras disebut Forte. • Teknik dinamika yang dicapai dengan melakukkan gerakan

patah-patah disebut Stakato. • Teknik dinamika yang dicapai dengan melakukkan gerakan mengalun disebut Legato.

238 SENI TARI

Teknik dinamika yang dicapai dengan melakukkann gerakan tertentu dalam koreografi satu dengan yang lain dalam bentuk dinamika maka perpaduannya akan dapat menimbulkan daya tarik, tidak membosankan, dan penuh variasi maka akan dapat menyihir atau lebih tepatnya memukau bagi penonton.

7. Komposisi Kelompok

Pada tari garapan solo atau tunggal dan duet atau berpasangan komposisi kelompok yang digunakan sederhana dibandingkan dengan komposisi garapan tiga orang atau lebih. Desain tari kelompok akan lebih variatif dikembangkan untuk tari- tarian yang memiliki jumlah penari lebih dari tiga.

Variasi jumlah penari dalam kaitannya dengan penggunaan desain tari kelompok sangat signifikans diterapkan untuk komposisi tari lebih dari tiga orang. Variasi desain tari kelompok akan lebih berkembang apabila dibandingkan dengan tari-tarian yang memiliki jumlah penari lebih dari tiga orang.

Efektivitas penerapan dan pengolahan aspek disain kelompok dapat mewujudkan kesan mendalam, tergarap secara baik, menarik, dan penuh sensifisitas yang tinggi dan mendasar. Apabila terjadi sebaliknya, kesan garapan akan menjadi membosankan bahkan lebih buruk dari pada format garapan tunggal. Dengan demikian, pada garapan tari kelompok dibutuhkan penghayatan mendesain tari kelompok agar semakin cermat, teliti, dan memperhitungkan kemungkinan yang dapat membosankan dan menjemukan secara dini. Oleh sebab itu, perlu menjadi catatan bahwa koreografi akan dinamis sensitive dan menarik mampu menghadirkan garapan yang sinergis.

Dinamika untuk komposisi penari kelompok lebih dari lima orang dapat divariasikan melalui elemen keindahan kelompok. Kelima unsurnya mencakup pada aspek union atau serempak adalah semua penari melakukan gerakan secara serempak, bergerak dengan motif dan bentuk gerak yang sama, arah hadap dan arah pelaksanaan gerakan secara bersama-sama.

Aspek balance atau berimbang dapat dikombinasikan dengan memberi formasi posisi pada saat melakukan gerakan secara berimbang antara bagian kanan dan kiri, atas dan bawah, depan dan belakang. Keseimbangan posisi maupun gerakan berhubungan langsung dengan akumulasi penilaian akhir dari sikap gerakan, formasi, kedudukan dan posisi masing-masing penari antara belah satu dengan belahan yang lain secara seimbang.

SENI TARI

Aspek broken atau terpecah biasanya diciptakan melalui kesan gerakan dari posisi satu kelompok yang menyatu, kemudian pada saat berikut formasi berubah membentuk situasi pergerakan penari bergerak ke berbagai tujuan. Dalam waktu singkat penari melakukan gerakan yang masing-masing berbeda arah hadap, arah tujuan, serta pencapaian tujuan dalam memenuhi jangkauan gerak, posisi suatu kedudukan, dan formasi yang harus dicapai dan dipenuhi oleh masing-masing penari secara berbeda. Sehingga, pergerakan penari memamg benar- benar bebas untuk bergerak, mencapai formasi dengan gerakan yang bebas.

Aspek alternate atau selang-seling diilustrasikan dalam bentuk gerakan yang dilakukan oleh penari secara bergantian, berurutan, dan atau penentuan gerak antara kelompok penari yang dalam posisi genap dan ganjil secara berbeda. Formasi gerakan selang seling atau alternate diwujudkan melalui gerakan yang saling menyusul, antara urutan satu penari dengan penari lainnya. Ilustrasi gerakan yang berturutan dikembangkan dengan wujud gerakan penari yang saling menyusul dari urutan penari hingga mencapai keseluruhan penari yang berbanjar atau bersap melakukan gerakan yang sama tetapi secara urut.

Teknik gerakan cannon atau secara bergantian dicapai dengan melakukan gerakan penari dengan motif sama tetapi dalam melaksanakan gerakan secara berbeda antara penari yang dalam posisi ganjil dan genap saling bergantian. Motif perubahan gerakan lebih menekankan kepada kesan gerakan dimana penari bergerak secara saling menyusul antara penari yang berada diurutan genap dan ganjil secara serempak, dengan motif gerak yang sama, serta dengan perbedaan saat yang ditentukan secara sama juga.

Secara khusus dapat dikoreksi bahwa teknik dalam mengembangkan desain kelompok seperti diuraikan di atas pada dasarnya bukan sebagai jaminan yang baik dan sempurna apabila memanfaatkan teknik dinamika di atas suatu koreografi menjadi sempurna. Variasi dalam menjabarkan teknik dinamika ke dalam tari kelompok diharapkan mampu menjadi daya tarik yang mempesona dalam suatu koreografi, bukan sebaliknya bahwa kesan yang muncul komposisi kelompok menjadi kurang indah, kurang pengolahan teknik desain, atau bahkan seperti sudah disebut bahwa koreografi semakin kacau balau, hilang karakter koreografinya hingga sampai komposisi kelompoknya amburadul atau tidak sesuai harapan koreografer. .

240 SENI TARI

Kredibilitas seorang koreografer dapat mencerminkan kemampuan meramu dan mengkomposisi koreografi semakin menarik, mempesona, dan mewujudkan impian keindahan garapannya. Cara dan teknik dinamika yang disajikan membutuhkan pengalaman yang matang dan dalam atas karismatik koreografi yang digarap secara brilian.

Secara actual desain kelompok terpecah masing-masing penari memiliki kebebasan mengeksplor panggung secara bebas. Gerakan yang dilakukan untuk penari dengan bermacam gerak, sejumlah penari tersebut harus melakukan gerakan masing- masing dengan bergerak ke berbagai arah.

Penjabaran terpecah dijelaskan dengan bentuk gerakan dimulai dari komposisi berbaris, membuat lingkaran untuk penari yang ada dinomor urut ganjil atau genap secara serempak bergerak sama ke segala arah. Teknik ini juga bisa dikembangkan untuk desain alternate, cannon.

Variasi pengembangan desain di atas teknik desain dikembangkan untuk penataan koreografi kelompok yang memiliki pengolahan desain tari kelompok secara mendasar, mulai dari komposisi yang paling sederhana yakni garis lurus adalah bentuk penjelmaan desain tari kelompok secara lebih proporsional, kredibel, dan dapat menciptakan koreografi menjadi lebih operasional dan menunjukkan kemampuan dan keterampilan secara kualitatif.

Desain kelompok untuk garapan tari tunggal pengembangan bentuk kombinasi dapat diterapkan secara sederhana. Teknik desain yang dikembangkan dalam koreografi tunggal harus mampu memberikan kesan tarian semakin berkualitas. Kesungguhan untuk melakukan penerapan teknik dinamika ke dalam formasi tarian harus lebih bila dibandingkan dengan desain kelompok untuk tari kelompok. Professional dan kemampuan yang mendalam di dalam mewujudkan kemampuan mewujudkan penerapan desain kelompok secara baik dan sempurna diburtuhkan kunci sukses suatu koreografi tari tunggal yang lebih sulit dan mendasar dari pada untuk tari kelompok. Performa garapan koreografi untuk memanfaatkan desain kelompok menjadi semakin hidup, dinamis, dan memiliki watak garapan membutuhkan kemampuan dan ketajaman teknik mengolah desain kelompok secara elaboratif dan variatif harus dapat menciptakan kesan desain tari kelompok semakin berkualitas dan professional. Jam terbang pengalaman membuat koreografi menjadi semakin elaboratif dan kreatif, sehingga enak dan indah ditonton sebagai sajian yang membangkitkan apresiasi.

SENI TARI

8. Tema

Tema dikembangkan mulai dari konsep yang dibimbing secara awal dan mendasar oleh pengajar, instruktur atau tenaga ahli koreografi. Tema diwujudkan dalam bentuk sejumlah pertanyaan meliputi: • Apakah itema dapat ditarikan?

• Apakah ide gerak dari tema tersebut dapat ditarikan? • Apakah hubungan konsep dan ide tema dapat

dieksplorasikan? • Apakah pengembangan tema dapat diwujudkan ke dalam

urutan gerak? • Masih banyak pertanyaan yang diajukan agar tema dapat

diwujudkan ke dalam bentuk tari Tema dipilih untuk direfleksikan menuju pertanyaan

tentang tema dapat ditarikan. Tema dikembangkan menjadi sumber inspirasi tentang bagaimana memadukan tema ke dalam bentuk gerakan yang akan dipilih dengan itu maka pilihan tema terjawab.

Tema dikembangkan menjadi sejumlah refleksi tentang apakah tema cocok dengan bentuk gerak yang dipilih. Apakah pemilihan tema dapat diidentifikasi ke dalam sub-sub tematik yang dapat mencerminkan terwujudnya kumpulan motif gerak, rangkaian kalimat gerak, dan konstruksi koreografi.

Tema dipilih didukung oleh kecakapan eksplorasi gerak yang sesuai dan sepadan dengan tema yang dipilih. Kesesuaian tema dengan pilihan hasil eksplorasi gerak menjadi kunci pilihan tema ditetapkan. Dengan perkataan lain, hasil eksplorasi gerak didasarkan tema pilihan. Dengan demikian, pilihan tema juga menjadi dasar pijakan eksplorasi gerak, improvisasi gerak dan penataan gerak.

Perwujudan tema menurut La Mery membagi tes uji tema sebagai berikut: • Keyakinan koreografer atas nilai tema, • Dapatkan tema ditarikan, • Efek sesaat tema kepada koreografer dan penari, • Perlengkapan teknik tari koreografer dan penari, • Fasilitasi yang diperlukan pertunjukan (musik, tempat, busana

tari) Tema yang bernilai adalah tema yang orisinil. Orisinilitas tema ditarikan sebagai sumber dalam pemilihan tema dari bentuk

242 SENI TARI

koreografi sebelumnya. Apabila tema menjadi bukan orisinil, uji kemudian harus dilakukan dengan tema yang ditarikan.

Tema orisinil ditarikan lebih baik. Banyak ceritera menarik yang tidak dapat dikomunikasikan. Pilihan tema yang demikian harus dihindari. Apabila anda memiliki kemampuan kea rah itu, pilihlah tema yang memiliki dasar orisinil untuk dikoreografikan.

Tema dapat diungkapkan dalam bentuk dramatari. Dramatari yang dikemukakan dalam wujud pemaknaan kata-kata, ungkapan tari yang memiliki makna simbolis, dan kapasitas pemilihan gerak yang memiliki dampak sinergis terhadap struktur nasihat yang diungkapkan melalui penjelasan gerak, pemaknaan gerak yang tepat dan memenuhi harapan penonton.

9. Rias dan Busana

Rias busana pada prinsipnya merupakan pendukung dalam tari. Unsur ini pada garapan tertentu sangat vital dibutuhkan terutama untuk memperdalam atau menunjukan adanya karakter atau penokohan, yang ada dalam garapan koreografi. Sehingga, melalui rias dan busana dapat mewujudkan visi karakter atau tokoh yang diharapkan.

Pada konteks tertentu rias dan busana juga dibutuhkan untuk tujuan penonjolan terhadap penampilan suatu bentuk seni pertunjukan dalam rangka digunakan sebagai bagian upacara keagamaan, upacara adat, dan bentuk tarian untuk upacara tertentu.

Pada sisi lain rias dan busana menjadi kebutuhan yang sekender mana kala dalam garapan lebih dibutuhkan pada konsep pertunjukan secara naturalistik. Rias dan busana digunakan sebatas kebutuhan garis wajah saja dan pembalut tubuh penari. Saat tertentu busana terlihat sederhana untuk jenis tari nontradisi.

Sumber: Anjungan TMII Jakarta Sumber: GMP TMII Jakarta Gb. 4.5 Kostum Annien (Riau) Gb. 4.6 Kostum Tari Katiak (Riau)

SENI TARI

Sumber: GMP TMII Jakarta Sumber: Jurusan Tari UNJ

Gb. 4.7 Kostum tari Nyi Kembang(DKI) Gb. 4.8 Kostum Gruda, Fantasi (Bali)

Gambar 4.5-4.8 Searah Jarum jam kostum Kostum Tari Anniem (Riau), Katiak (Sumbar) Nyi Kembang(Betawi), Gruda (Bali).

Perhatikan gambar di bawah ini menunjukkan identifikasi wujud dan perkembangan pemakaian busana tari daerah. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

Sumber: Jurusan Tari UNJ Sumber: Jurusan Tari UNJ

Gb. 4.9 Trunajaya (Bali), Gb. 4.10 Sangkrae(KalTeng),)

244 SENI TARI

Gb. 12

Sumber: Jurusan Tari UNJ Sumber: Jurusan Tari UNJ

Gb. 4.11 Batagak (Sumbar) Gb. 4.12 Pendet (Bali)

Sumber: Jurusan Tari UNJ Sumber: Jurusan Tari UNJ

Gb. 4.13 Dogdoglojor(Jabar) Gb 4.14 Ngelajau(Lampung)

Gambar di atas menunjukan Rias Garis Wajah ( tidak menunjukkan karakter)

tatarias Batagak(Sumbar) dan Ngelajau(Lampung), Pendet dan Lojor (Karakteri).

SENI TARI

Sumber: Grafis Haviz Muharyadi SPd. Sumber: Grafis Haviz Muharyadi SPd.

Gb. 4.15 dan 4.16 Riasan untuk Memberikan ketegasan garis wajah saja

Gambar di bawah ini menunjukan tipe riasan untuk karakter. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut.

Sumber: Grafis Haviz Muharyadi SPd. Sumber: Grafis Haviz Muharyadi SPd.

Gb. 4.17 Karakter Putra Gagah Gb. 4.17 Karakter Putri Halus

246 SENI TARI

10. Properti

Properti adalah semua peralatan yang digunakan untuk pementasan tari. Properti tari tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan koreografi. Properti tari merupakan properti yang dibutuhkan dalam koreografi tari. Pada kenyataannya terdiri dari dance property/properti tari dan stage property/perlengkapan panggung. Dance property terdiri dari peralatan tari yang dipegang penari secara langsung. Stage property adalah semua peralatan yang berada di atas panggung dan menjadi sarana yang langsung maupun tidak langsung melengkapi konsep suatu koreografi di mana dalam penerapannya diletakkan di area pentas atau di panggung untuk mendukung koreografi.

Stage panggung yang terkait dengan peralatan baik langsung maupun tidak langsung dimanfaatkan pada saat pementasan terdiri dari trap (level foundation) yang berfungsi membuat kesan penari lebih di atas, di bawah standar panggung. Peralatan panggung lain yang secara khusus menjadi pilihan setting atau perlengkapan panggung menjadi dukungan dalam pementasan koreografi.

Bentuk dan format trap bermacam-macam. Ada yang berbentuk segi empat panjang, bujur sangkar, segi enam, segi delapan, tinggi 20 cm, 40 cm, dan 60 cm serta masih banyak bentuk lainnya.

Jenis stage property di desain untuk memberikan dampak positif pementasan koreografi menjadi lebih indah, berkualitas, dan memiliki kesan yang menarik bagi penonton, di samping tujuan penggunaan lebih ke arah penggunaan teknis dalam koreografi.

Properti tari pada dasarnya dapat digunakan untuk membenkan keindahan bentuk koreografi secara baik. Hal ini apabila terjadi, kesan koreografi akan lebih mendalam.

Penggunaan properti yang ditawarkan dapat digunakan untuk mengembangkan formulasi keindahan koreografi. Di sisi lain apabila penguasaan penari terhadap property kurang sempurna, ini menjadi kebalikan bahkan kesan ini menjadi kunci kindahan koreografi menjadi tidak tercapai.

Penguasaan properti tari oleh penari mutlak merupakan persyaratan yang harus dimiliki. Kunci ini menjadi indikasi kebutuhan properti dalam suatu koreografi, dibutuhkan Apabila tuntutan koreografi menjadi utama dalam penggunaan property maka penari harus dibekali keterampilan yang lebih di dalam memperagakan keterampilan penguasaan property.

SENI TARI

Properti yang efektif digunakan sebagai alat bantu dalam koreografi harus konstruktif, memenuhi standar properti, apabila mungkin kualitas property menjadi tuntutan mutlak dalam pemenuhan kebutuhan property dalam koreografi.

Penggunaan property tari harus mempertimbangkan jenis, fungsi, dan asas pakai properti secara baik dan benar. Proporsi penggunaan property tari secara mendasar menentukan penguasaan keterampllan penguasaan penari secara pokok. Kualitas penguasaan penari atas properti tari yang digunakan menjadi salah satu teknik tari yang dibutuhkan dalam format koreografi yang berkualitas. Properti tari banyak ragam bentuk dan jenisnya Cakupan yang sering digunakan antara lain meliputi selendang (sampur), kipas, rebana, payung, tongkat, keris, cundrik, pedang, mandau, tombak, kendang, piring, panah dan masih banyak lagi.

Pada sisi lain, dalam dunia pendidikan penggunaan model dan jenis properti tari meliputi : Sarung, piring, payung, bola, selendang, kipas, dimungkinkan replika properti tari yang ada dapat digunakan sebagai property yang asli digunakan. Hal ini dibutuhkan unsur kreativitas dalam menjabarkan makna penggunaan properti imitasi menjadi pilihan properti asli tidak dipilih.

Penguasaan properti tari dapat memunculkan bentuk penguasaan dan pengembangan propert. Pengembangan penguasaan properti dengan ide yang dilaksanakan perlu elaborasi. Dengan demikian untuk pengembangan secara umum terhadap penguasaan properti dibutuhkan luang waktu untuk eksplorasi ide dan penuangan gagasan gerak dalam memainkan atau menguasai properti. Oleh sebab itu penguasaan properti identik dengan bagaimana cara teknik menguasai atau teknik menggerakan properti.

Perlu diperhatikan bagi koreografer untuk berhati-hati memilih dan menetapkan properti tari untuk mengusung koreografinya. Penggunaan properti tari dipilih tentu saja sudah dipertimbangkan masak-masak bagaimana pengolahan properti tari digunakan.

Pilihan atau penggunaan properti tari jangan sampai mengganggu makna gerak yang akan disampaikan koreografer dalam menyampaikan misi tarinya. Penempatan properti tari dan stage property secara bersama menjadi bagian utuh dalam merefleksikan kesatuan koreografi agar menjadi semakin menarik, padat, dan memenuhi kualitas penggunaannya.

248 SENI TARI

Pertimbangan penggunaan properti tari dan setting panggung harus benar-benar fungsional. Kebutuhan keduanya jangan mengganggu koreografi dipentaskan. Fungsi properti tari dan setting panggung menjadi tujuan penyajian koreografi secara proporsional. Gambar di bawah ini yang menunjukan fungsi peran properti tari dan setting panggung dalam koreografi.

Sumber BSN TMII Sumber BSN TMII

Gb. 4.18 dan 4.19 Toya dan Selendang berfungsi sebagai properti tari

Sumber BSN TMII Sumber BSN TMII

Gb. 4.20 dan 4.21 Sesaji dan payung berfungsi sebagai piranti panggung.

Sumber BSN TMII Sumber BSN TMII

Gb. 4.22 Tari Manyong Gb. 4.23 Tari Manyong

Gambar 4.22 dan 4.23 di atas menunjukan Sisingaan dan Ranting berfungsi ganda sebagai properti tari dan piranti panggung.

SENI TARI

11 Tata Pentas

Seperti telah disinggung dalam setting panggung, tata teknik pentas bahwa untuk memenuhi kualitas koreografi sebagai ilmu akan menempatkan panggung menjadi wahana pementasan koreografi. Pada penerapannya, tata teknik pentas sebagai sarana penempatan properti panggung secara umum. Dalam pengembangan, properti panggung dirancang untuk mendukung ilmu tata teknik pentas.

Teknik pentas adalah mengadaptasikan penempatan properti panggung secara profesional. Pada koreografi yang menjabarkan pengembangan ide, penempatan tata teknik pentas dirancang untuk kebutuhan pentas secara matang, profesional, spektakuler, memenuhi harapan koreografer dan penonton.

Untuk menempatkan wahana replika, properti panggung menjadi alternatifnya. Oleh sebab itu, replika yang akan ditempatkan di atas pentas, menjadi sarana yang disarankan untuk mencapai kualitas pementasan secara maksimal.

Bingkai-bingkai bermacam disain properti panggung secara kualitas diharapkan dapat mendukung pementasan. Peralatan dalam bentuk lain, replika panggung yang dibutuhkan, dan banyak lagi tentang properti panggung yang oleh koreografer dipikirkan untuk menopang keberhasilan koreografi menjadi pilihan tata teknik pentas yang diharapkan.

Dalam suatu pertunjukan memerlukan sarana dan fasilitas tempat untuk penyelenggaraannya. Di beberapa tempat di Indonesia telah mengenal bentuk-bentuk tempat pertunjukan atau tempat pentas dengan banyak bentuk. Tempat dimaksud meliputi lapangan sebagai arena terbuka, pendopo, pemanggungan (staging), halaman pura, serta bangsal sebagai tempat pergelarannya.

Pemanggungan tersebut di atas merupakan istilah yang berasal dari Barat, selanjutnya, istilah tersebut diadopsi dan dijabarkan kembali menjadi bahasa yang telah umum di percakapan sehari-hari kita, sehingga banyak orang telah mengenal dan memahami sebagai pengetahuan yang biasa. Di bawah ini ada beberapa bentuk pemanggungan yang telah dikenal kita. Secara detail dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pemanggungan bentuk Pendopo adalah tempat pementasan yang pada awalnya digunakan untuk pementasan tari klasik di daerah Yogyakarta dan Surakarta. Konsep pendopo pada awalnya lahir untuk kalangan orang terpandang, karena pendopo dimiliki oleh orang setingkat Wedono atau Penewu ke

250 SENI TARI

atas. Tempat ini memiliki ruangan yang ditopang banyak penyangga berupa kayu, tiang, dan besi beton.

Kapasitas bentuk dan kualitas pendopo berhubungan dengan strata atau kedudukan orang yang memiliki atau mengelola pendopo. Di bawah ini contoh pendopo yakni.

Sumber: Grafis Haviz Muharyadi SPd.

Gb.4.24 Panggung Pendopo

Model pemanggungan bentuk lain adalah Proscenium Stage. Bentuk pemanggungan ini sudah cukup tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kapasitas dan personifikasinya sudah banyak yang memenuhi standar (representasional).

Stage Proscenium secara umum tergantung kepada bagaimana ruang pementasan tersebut akan dibentuk. Dalam kenyataannya telah banyak yang disesuaikan sesuai standar internasional. Contoh di Jakarta adalah Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Teater Tanah Air Indonesia (TMII) dengan fasilitas space staging ( panggung di udara atau para penari dalam berperan menggunakan link kawat yang diatur sedemikian sehingga penari atau peraga seperti terbang).

Penonton dalam menikmatipertunjukan dari depan saja (frontal). Arah dan sudut pandang ditujukan terfokus pada arena pentas. Konsep kanan dan kiri terdapat layar atau sekat pembatas yang disebut side wing. Di depan panggung terdapat area sedikit yang disebut sebagai apron. Biasanya sisi kanan dan kiri atau sekitar apron terdapat ruang yang digunakan untuk menata instrumen musik.

SENI TARI

Di bawah ini digambarkan contoh Stage Proscenium sebagai berikut.

Sumber: Grafis Haviz Muharyadi SPd.

Gb. 4.25 Stage Proscenium

Sumber: Grafis Haviz Muharyadi SPd.

Gb.4.26 Jumlah saka dan area pentas Pendopo

252 SENI TARI

Konsep pemanggungan secara umum dapat dijelaskan berdasarkan bentuk dan kapasitas penonton yang dapat memanfaatkan situasi dan kondisinya secara interprestasi untuk memenuhi kebutuhan pada saat menonton pertunjukan adalah sebagai berikut.

Sumber: Grafis Haviz Muharyadi SPd.

Gb.4.27 Panggung Melingkar

Pada bentuk tapal kuda, penonton menyaksikan pertunjukan dari arah depan

melingkar separoh bola. Atau dengan perkataan lain, penonton melihat

pertunjukan dari arah depan separoh bola.

B entuk pemanggung yang dirancang secara sederhana dan bentuk ini sudah klasik adalah bentuk lapangan terbuka. Secara bebas bentuk lapangan terbuka dapat dijelaskan bahwa penonton dapat melihat dari segala penjuru. Penonton memanfaatkan celah yang dapat digunakan untuk melihat atau menyaksikan pertunjukan melalui sudut pandang yang luas, terbuka, dan lebih bebas atau santai dalam menikmati sajian.

SENI TARI

Adapun bentuk panggung terbuka dapat dilihat pada gambar di bawah ini sebagai berikut.

Sumber: Grafis Haviz Muharyadi SPd

Gb. 4.28 Panggung dan Lapangan Terbuka

Sumber: Grafis Haviz Muharyadi SPd.

Gb.4.29 Bentuk Panggung

Konsep secara sinergis, kebersamaan panggung, tangga berundak, tratag atau

tenda

254 SENI TARI

11. Tata Lampu dan Sound

Pada seni tradisional, kelengkapan produksi yang paling tidak diperhatikan adalah masalah penataan lampu dan sound. Pertunjukan dilakukan di bawah terik matahan atau di bawah terang bulan pumama, dengan lampu minyak atau petromak saja sudah dapat digunakan untuk memenuhi penyajian pementasan tersebut.

Perkembangan teknologi dan pengetahuan yang terjadi, menempatkan pemikiran tentang tata lampu dan sound berkualitas diwujudkan. Kualitas gedung pertunjukan yang representati. Harus memenuhi perlengkapan ideal dan sempurna bagi pementasan. Kebutuhan atas pengadaan tata lampu dan tata suara menjadi pilihan terbaik kualitas pertunjukan.

Kebutuhan pemanggungan yang berkualitas di berbagai daerah dan berbagai tempat pertunjukan di Indonesia belum merata. Hal ini menjadi masalah yang beragam. Penataan tata lampu dan tata sound yang seharusnya membantu pementasan jangan hanya salah penempatan atau pemilihan standar kualitas pemanfaatan menjadi boomerang pementasan menjadi tidak berkualitas.

Kelengkapan produksi tata lampu menjadi pilihan dalam pementasan menempati peran tersendiri dalam pertunjukan Tanpa cahaya yang alami, baik buatan manusia maupun ciptaan Tuhan tontonan menjadi gelap Peranan tata lampu sebagai penerangan, di sisi lain juga harus mampu menciptakan inner garapan menjadi seolah penonton berada dalam ilusi koreografi yang dapat memberikan imeji keindahan sesuai dengan pesan yang diharapkan koreografer.

Fungsi tata lampu antara lain sebagai penerang, penciptaan suasana, penguatan adegan, kualitas pencahayaan, serta efek khusus pementasan Tata lampu sebagai penerangan jelas tidak diragukan lagi Asal ada penerangan pasti lampu semakin terang.

Bentuk dan wujud tata lampu bermacam-macam perlengkapan lampu diantaranya ada lampu khusus yang disebut Spot Light jumlah disesuaikan dengan kapasitas gedung. Strip Light (lampu garis) biasanya digunakan untuk menerangi dua hingga jalur area pentas saja yang masing-masing berjarak sekitar 2-4 meter dari deret lampu strip yang ada.

SENI TARI

Lampu backdrop juga diperlukan agar pada posisi pang belakang dan lampu yang dipakai murni menjadi bagian yang digunakan untuk menerangi latar belakang panggung secara umum. Formulasi warna lampu biasanya digunakan colour bright yang terdiri dari warna-warna biru, merah, kuning, dan general.

Perlu diingat, koreografer yang jeli memenfaatkan momen penataan tata lampu akan menyesuaikan penggunaan tata lampu dan tata warna lampu lebih mendalam. Penentuan warna lampu dan pemilihan kostum tari dipertimbangkan melalui dasar kesesuaian yang ideal.

Penciptaan suasana garapan dapat diciptakan melalui penggunaan media penataan tata lampu secara professional. Sebagai ilustrasi dapat diberikan di sini, sebuah koreografi yang pada saat itu membutuhkan suasana perasaan hati sedang sedih, musik iringan sendu, lirih, dan menyayat, apabila diberi penerangan tata lampu yang benderang maka koreografi menjadi tidak sesuai.

Teknik penataan lampu yang dikembangkan adalah melalui penyinaran dengan kualitas warna biru, lampu yang temaram, dan warna-warna teduh akan mampu menciptakan suasana yang cocok dalam memenuhi kontribusi suasana koreografi yang diharapkan. Begitu pula sebaiiknya, dalam situasi perang, tata lampu disesuaikan dengan pencahayaan bahwa warna lampu merah, semakin pekat merah dapat mendukung suasana apalagi didukung kualitas gerak, penghayatan, dan kedalaman isi gerak serta penciptaan colour yang sempurna semakin diharapkan memenuhi kualitas pertunjukan.

Penguatan adegan dilakukan dengan penataan lampu yang dapat diciptakan melalui daerah-daerah terang dan gelap secara dramatis. Di sisi lain penguatan ekspresi tari dapat digunakan untuk membantu penghayatan agar tercapai tujuan adegan.

Penggunaan overhead spotlight atau follow spot light untuk lampu tunggal pada peran khusus atau ditokohkan berada dalam jarak tembaknya. Efek bayangan agar tidak terlihat pada penari yang ditokohkan ke penari lain menjadi pilihan tercapainya adegan yang diharapkan. Pemisahan tokoh dengan kelompok penari lain menjadi prioritas untuk memberikan batas pencahayaan yang jelas sesuai tempat, pemeranan, dan tentunya kualitas pencahayaan yang diharapkan secara menyeluruh pada saat adegan tersebut menjadi momen yang dipilih.

Kualitas pencahayaan sangat penting. Hal ini tidak semata-mata adegan menjadi gelap, tetapi kualitas pandang

256 SENI TARI

penonton menjadi lebih terbantu melalui pencahayaan yang memenuhi standar kualitas yang diharapkan. Masalah intensitas penyinaran tata lampu, warna pilihan untuk lampu khusus maupun lampu general, distribusi tata lampu di sekitar panggung dan di area panggung, serta efek khusus yang diharapkan menjadi pilihan tercapainya koreografi mantap dipertunjukkan. Efek pencahayaan dapat merugikan, adegan kuang sempurna, kurang memenuhi harapan, dan kurang mencapai tujuan koreografis. Oleh karena itu, masalah intensitas penyinaran harus sesuai catatan tari, warna pilihan harus sesuai adegan yang dibutuhkan pada saat adegan, distribusi penyinaran dan pemilihan warna yang dibutuhkan harus menjadi pengendali tercapainya adegan yang dibutuhkan, serta efek sinar menjadi salah satu kunci pemilihan tata lampu semakin sempurna dan memenuhi standar kualitas koreografi yang baik dan memenuhi syarat pementasan.

Pencahayaan dapat mewujudkan adegan dan penyinaran, koreografi semakin hidup, dramatis, dan memenuhi kualitas koreografi yang diharapkan.

Standar ini semakin diharapkan apabila penari dapat lebih jelas melihat hubungannya dengan kualitas gerak yang diperagakan, ekspresi yang dilakukan, dan efek koreografi yang diharapkan.

Efek khusus pementasan dapat menjadi kurang baik apabila penyinaran kurang memadai, penempatan lampu khusus yang kurang tepat ditembakkan kepada tokoh khusus, serta pemanfaatan efek lampu yang kurang tepat dibutuhkan untuk suatu adegan. Hal ini menjadi jelas pada saat koreografi tampil sejak awal hingga akhir dilangsungkan. Efek khusus yang dipilih biasanya menyangkut kepada bagaimana tata lampu memenuhi kualitas pemeranan, penciptaan suasana, dan pemilihan yang lebih penting untuk terciptanya ending atau klimaks garapan tersebut.

Penataan suara diperlukan dalam tata teknik pentas. Hal ini bertujuan agar dapat mendukung pementasan untuk memenuhi konsep garapan. Penuangan koreografi yang dipentaskan secara professional butuh tata suara yang memadai. Hal ini menjadi pendukung dalam pementasan. Kualitas tata suara harus memenuhi harapan koreografer. Oleh sebab itu, penempatan setting tata suara yang berkualitas menjadi salah satu indikasi standar pementasan.

SENI TARI

12. Penyusunan Acara

Pertimbangan adanya susunan acara dalam suatu pertunjukan dipehukan, ini bertujuan agar pertunjukan tidak monoton dan membosankan bagi penonton. Pertunjukan yang menampilkan koreografer-koreografer tari dipilih berdasarkan kualitas mulai dari yang memiliki bobot sedang hingga klimaks yang memenuhi persyaratan dalam suatu pertunjukan.

Pemilihan tata susun urutan koreografi dipertimbangkan berhubungan dengan pilihan koreografer, pilihan cerita, pilihan asal tarian, hingga pada kualitas koreografi yang disusun berdasarkan pada urutan penampilan dari yang memiliki kualitas paling sederhana hingga pada penampilan yang berbobot.

Pilihan terhadap personal koreografer memang menjadi pilihan kendala, tetapi dalam suatu pementasan yang berkualitas pertimbangan atas penaikan kualitas koreografi menjadi pertimbangan akhir untuk menunjukan serentetan penyajian pada pergelaran tersebut semakin menarik, memenuhi syarat, pada kualitas pertunjukan yang diharapkan mencapai sasaran.

Nomor penampilan dijadikan pilihan dalam tata susun acara atau pergelaran dilengkapi dengan buku program yang disusun sebagai panduan pementasan yang akan dipergelarkan kepada penonton atau kepada penghayat yang akan menikmati pertunjukan. Panduan acara dibutuhkan sebagai informasi yang akurat tentang pertunjukan tersebut dapat diikuti secara teliti oleh penonton.

Hal ini juga bertujuan agar penonton memperoleh informasi awal tentang isi pertunjukan, susunan koreografer, serta siapa saja yang terlibat dalam pertunjukan tersebut. Dengan demikian informasi tersebut menjadi panduan sekaligus informasi yang akan dihayati selama mengikuti pementasan paada saat pertunjukan tersebut digelar.

Susunan acara ibarat kemudi pada saat penonton akan mengikuti wisata pertunjukan. Di sisi lain, susunan acara juga merupakan desain dramatik yang harusnya diikuti mulai dari awal, perkembangan, klimaks dan penurunan secara koreografis atau sesuai prosedur menikmati penyajian seni

258 SENI TARI