Sebutkan fosil yang ditemukan di Afrika India dan Antartika

Pertanyaan

Pernyataan:

(1) Greenland menjauhi daratan Eropa mendekati Amerika;

(2) Madagaskar menjauhi daratan Afrika;

(3) Australia mendekati kepulauan Indonesia;

(4) lembah Kongo di Afrika, semakin dalam;

(5) terjadi pengangkatan pulau Kalimantan.

Bukti-bukti pergerakan lempeng tektonik terdapat pada angka...

Sebutkan fosil yang ditemukan di Afrika India dan Antartika

Sebutkan fosil yang ditemukan di Afrika India dan Antartika
Lihat Foto

britannica.com

Ilustrasi evolusi manusia

KOMPAS.com - Afrika merupakan kawasan yang sangat penting bagi perkembangan studi paleoantropologi. Banyak fosil manusia purba jenis hominidae (kera besar) yang ditemukan di daratan Afrika.

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), beberapa paleantropolog seperti Springer dan Bauer mengungkapkan bahwa kemunculan manusia modern masa kini berasal dari Afrika.

Pada perkembangannya, manusia purba Afrika tersebar ke seluruh penjuru dunia dan mendirikan peradaban. Teori tersebut dikenal dengan Teori Out of Africa.

Berikut jenis-jenis manusia purba di Afrika:

Baca juga: Masyarakat Prasejarah: Kebudayaan Bacson-Hoabinh

Fosil Ardipithecus Ramidus ditemukan oleh Tim White pada 1994 di Afrika Timur. Manusia purba ini diperkirakan hidup pada sekitar 4,4 juta tahun yang lalu. Berikut merupakan ciri Ardipithecus Ramidus :

  1. Berat badan rata-rata 50 kg
  2. Tingggi 120 cm
  3. Rahang menonjol 
  4. Masih menggunakan kebudayaan batu kasar
  • Australopithecus Anamensis

Fosil Ardhipitecus Ramidus ditemukan oleh tim peneliti Universitas Harvard di Kenya, Afrika Timur.

Manusia purba ini diperkirakan hidup pada sekitar 4,2 hingga 3,9 juta tahun yang lalu. Ciri-ciri Australopithecus Anamensis, yaitu:

  1. Bipedal
  2. Memiliki kepandaian memanjat
  3. Wajah menonjol
  4. Lengan bagian depan panjang

Baca juga: Cara Masyarakat Prasejarah Mewariskan Masa Lalunya

  • Australopithecus Afarensis

Fosil Australopithecus Afarensis ditemukan di kawasan Afrika Timur. Manusia purba ini diperkirakan hidup pada sekitar 3,9 hingga 2,9 juta tahun yang lalu. Adapun ciri-ciri dari  Australopithecus Afarensis, yakni:

  1. Tinggi 105-151 cm
  2. Volume otak 380-500 cc
  3. Mengonsumsi buah, kacang, biji-bijian
  • Australopithecus Africanus

Fosil Australopithecus Africanus ditemukan oleh Raymond Dart pada tahun 1924 di Afrika Selatan. Manusia purba ini diperkirakan hidup sekitar 3,0-2,3 juta tahun yang lalu. Berikut ciri-ciri Australopithecus Boisei:

  1. Tinggi badan 115-138 cm
  2. Bipedal
  3. Tangan relatif panjang dan pandai memanjat

Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, fosil Australopithecus Boisei ditemukan oleh Mary Leakey di Afrika Timur pada tahun 1959. Manusia purba ini diperkirakan hidup sekitar 2,3-1,3 juta tahun yang lalu. Ciri- ciri Australopithecus Boisei, adalah:

  1. Volume otak sekitar 450-550 cc
  2. Makanan buah, biji, umbi, akar dan sayur lain
  3. Memiliki rahang yang kuat dan menonjol

Baca juga: Zaman Prasejarah Berdasarkan Arkeologi

  • Australopithecus Robustus

Fosil manusia purba ini ditemukan di Afrika Selatan oleh Robert Broom pada 1938. Manusia purba ini diperkirakan hidup sekitar 2-1 juta tahun yang lalu. Australopithecus Robustus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 

  1. Volume otak 410-530 cc
  2. Makanan buah, biji, umbi, akar dan sayur lain
  3. Memiliki rahang yang kuat
  4. Hidup di savana hutan kayu
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

KOMPAS.com – Manusia menghuni planet bumi dan tersebar ke dalam berbagai benua. Saat ini kita menjumpai lima benua yang dihuni oleh manusia, namun menurut kajian teori pengapungan benua dari Alfred Wegener, bahwa benua tersebut berasal dari satu daratan utuh yang disebut Pangea.

Teori tersebut adalah salah satu teori pembentukan permukaan bumi yang dikemukakan Wegener pada awal abad ke-20.

Teori tersebut menjelaskan bahwa permukaan bumi yang sekarang adalah hasil pergeseran satu benua utuh bernama Pangea dan dinamakan sebagai teori pengapungan benua atau continental drift theory.

Alfred Lothar Wegener adalah seorang ahli meteorology dan geofisika yang mengemukakan hipotesis tersebut pada 1915 dalam bukunya yang berjudul The Origin of Continents and Oceans.

Dalam teorinya, Wegener mengatakan bahwa bumi dulunya (sekitar 225 juta tahun yang lalu) terbentuk dari satu permukaan utuh yang sangat besar dan disebut sebagai Pangea. Istilah Pangea berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti seluruh bumi.

Baca juga: Batas Wilayah Benua Afrika dan Iklimnya

Bukti teori pengapungan benua

Sebutkan fosil yang ditemukan di Afrika India dan Antartika

Sebutkan fosil yang ditemukan di Afrika India dan Antartika
Lihat Foto

geology.com

Superbenua Pangea yang merupakan asal muasal benua modern


Pangea kemudian terfragmentasi (terpecah) sekitar 200 juta tahun lalu dan mulai bergeser menjauhi satu sama membentuk benua yang kita kenal sekarang. Teori pengapungan benua yang dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener memiliki beberapa bukti, yaitu: 

Sebutkan fosil yang ditemukan di Afrika India dan Antartika

Sebutkan fosil yang ditemukan di Afrika India dan Antartika
Lihat Foto

geo.libretexts.org

Jalur penemuan fosil yang membuktikan teori pengapungan benua Alfred Lothar Wegener

Dilansir dari Lumen Learning, batuan yang identik atau jenis dan usia batuan yang sama ditemukan di kedua sisi Samudra Atlantik. Wegner menyatakan kesamaan tersebut karena pada dulunya batuan tersebut terbentuk dalam bersamaan dan berdampingan.

Namun kemudian daraan tersebut berpisah atau bergeser. Sehingga walaupun benua-benua telah berpisah, batuan yang identik masih bisa ditemukan di sisi Samudra Atlantik sebagai bukti bahwa dulunya benua-benua merupakan satu.

Disadur dari National Geographic, fosil reptil Mesosaurus ditemukan di Afrika bagian Selatan dan Amerika Selatan, padajal reptil sepanjang satu meter tersebut hanya bisa berenang di air tawar.

Artinya Mesosaurus tidak pernah berenang melintasi Samudra Atlantik, namun dulunya Afrika Selatan dan Amerika Selatan pernah menyatu.

Selain penemuan fosil mesosurus, ditemukannya fosil Cynognathus di Amerika Selatan dan Afrika, juga Lystrosaurus di Antartika, India, dan juga Afrika. Padahal, keduanya merupakan reptil darat yang tidak bisa berenang.

Baca juga: Benua: Definisi, Jenis, dan Proses Terbentuknya

Wegner menemukan kesamaan jenis, struktur, dan juga usia batuan pada dua sisi samudra Atlantik yang saling berlawanan yaitu pada Pegunungan Appalachian (Amerika Serikat) dan Pegunungan Greenland bagian timur.

Berdasarkan situs Geoscience LibreTexts, Wegner menyimpulkan bahwa kedua pegunungan tersebut awalnya adalah barisan pegunungan tunggal yang terpisah saat benua-benua mengapung atau bergeser.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Pangea atau Pangaea disebut juga Pangeae adalah Superbenua yang ada selama era akhir Paleozoikum dan awal Mesozoikum, terbentuk sekitar 300 juta tahun yang lalu[1] dan mulai retak sekitar 200 juta tahun yang lalu, sebelum komponen benua dipisahkan menjadi konfigurasi mereka saat ini.[2] Berbeda dengan saat ini dan sebaran massa benuanya, sebagian besar Pangea berada di belahan bumi selatan dan dikelilingi oleh superlautan, Panthalassa.[3]

Sebutkan fosil yang ditemukan di Afrika India dan Antartika
Pangea

Pangea selama era Mesozoikum sekitar 250 juta tahun lalu.

Sejarah benuaTerbentuk300 - 250 juta tahun laluJenisSuperbenuaHari ini bagian dari

  • Asia
  • Eropa
  • Afrika
  • Amerika Utara
  • Amerika Selatan
  • Australia
  • Antarktika

serta pulau pulau di sekitar benua.

Benua lebih kecil

  • Laurentia
  • Baltica
  • Kazakhstania
  • Siberia
  • China Utara
  • China Selatan
  • China Timur
  • Kongo (benua)
  • India (benua)
  • Kraton Amazonia
  • Kraton Afrika Barat
  • Kraton Tanzania
  • Kalahari (benua)
  • Kraton San Fransisko
  • Kraton Rio Apa
  • Kraton Rio de la plata
  • Kraton Yilgarn
  • Kraton Zimbabwe
  • Kraton Kaapvaal
  • Kraton Pilbara
  • Kraton Superior
  • Kraton Antarktika Timur

Lempeng tektonik

  • Lempeng Eurasia
  • Lempeng Amerika Utara
  • Lempeng Amerika Selatan
  • Lempeng Afrika
  • Lempeng Indo-Australia
  • Lempeng Antarktika
  • Lempeng Arab

Sebutkan fosil yang ditemukan di Afrika India dan Antartika

Animasi pemisahan Pangea.

Pangea adalah superbenua terbaru yang pernah ada dan yang pertama kali direkonstruksi oleh ahli geologi.[3]

Nama Pangea berasal dari Yunani Kuno, (πᾶν) pan "seluruh" dan Gaia (Γαῖα) yang berarti "bumi".[4] Nama itu diciptakan pada simposium 1927 dibahas Alfred Wegener tentang teori pergeseran benua. Dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans (Die Entstehung der Kontinente und Ozeane), pertama kali diterbitkan pada tahun 1915, ia menduga bahwa semua benua pada satu waktu pernah membentuk super benua tunggal yang ia sebut "Urkontinent", sebelum kemudian pecah dan hanyut ke lokasi mereka saat ini.[5]

Keberadaan Pangea pertama kali diusulkan tahun 1912, namun, jauh sebelum penemuan alat-alat ini pengembangan teori modern lempeng tektonik.

Ahli Meteorologi Jerman, Alfred Wegener, pertama kali mempresentasikan konsep Pangea (yang berarti "semua daratan") bersama dengan teori komprehensif pertama tentang pergeseran benua, gagasan bahwa benua-benua di bumi secara perlahan bergerak relatif satu sama lain, pada sebuah konferensi tahun 1912 dan kemudian dalam bukunya The Origins of Continents and Oceans (1915). Seperti segelintir ilmuwan lain yang datang sebelum dia, seperti naturalis Jerman abad ke-19 Alexander von Humboldt, Wegener menjadi terkesan dengan kesamaan garis pantai Amerika Selatan bagian timur dan Afrika bagian barat dan bertanya-tanya "apakah tanah-tanah itu pernah digabungkan bersama", ucapnya. Sekitar tahun 1910, ia kemudian mulai mempertimbangkan apakah semua benua masa kini Bumi pernah membentuk satu massa tunggal, atau Superbenua, dahulu kala, dan kemudian pecah. Presentasi Wegener bertentangan dengan paradigma dominan saat itu, yang menyatakan bahwa sebagian besar tenggelam dan tenggelam di bawah lautan seiring waktu.

Wegener menunjukkan bahwa garis besar, geoformolofi (batuan dan bentuk lahan), dan sabuk iklim di Amerika Selatan bagian timur mirip dengan yang ada di pantai barat daya Afrika. Dia juga berpendapat bahwa fosil-fosil tanaman dan hewan muncul di kedua benua ini — dan bahwa ketika mereka masih hidup, Organisme ini tidak mungkin melintasi lebar Atlantik Selatan yang saat ini memisahkan kedua benua. Jadi, logika menyatakan bahwa Amerika Selatan dan Afrika pernah menjadi bagian dari daratan yang sama. Wegener menyimpulkan bahwa Amerika Selatan dan Afrika (juga yang lain) telah terhubung satu sama lain, mungkin melalui jembatan darat, sekitar 250 juta tahun yang lalu. Dia juga percaya bahwa Pangea telah hampir sepanjang sejarah Bumi. Wegener mengandalkan karya ahli geologi Austria Eduard Suess, yang (meskipun ia adalah pendukung besar keberadaan benua-benua yang tenggelam) pertama kali mengembangkan konsep Gondwanaland — sebuah Superbenua yang bertahan dari 600 hingga 180 juta tahun yang lalu dan terdiri dari masa kini Afrika, Amerika Selatan, Australia, India, dan Antarktika. Suess melihat formasi batuan di India yang membandingkan dengan baik dalam hal usia dan komposisi dengan formasi serupa di berbagai benua belahan selatan. Wegener menggunakan karya Suess untuk mendukung hipotesis pergeseran benua sendiri dan menganggap Gondwanaland sebagai bagian selatan Pangea.

Meskipun memiliki bukti geologis dan peleontologis ini, teori pergeseran benua Wegener tidak diterima oleh komunitas ilmiah, karena penjelasannya tentang kekuatan pendorong di belakang pergerakan benua (yang katanya berasal dari gaya tarik yang menunjukkan tonjolan ekuatorial Bumi atau tarikan gravitasi dari ...Bulan) disangkal. Wegener meninggal pada tahun 1930, jauh sebelum banyak idenya tentang Pangea dan pergeseran benua dibenarkan. Namun, ilmuwan lain, seperti ahli geologi Afrika Selatan Alexander Du Toit, terus mengumpulkan bukti untuk mendukung pergeseran benua. Du Toit mengusulkan gagasan Laurasia — sebuah Superbenua kuno yang terletak di belahan bumi utara yang mencakup Amerika Utara, Eropa dan Asia (kecuali semenanjung India) — dalam bukunya Our Wandering Continents (1937).

Pengembangan dalam penanggalan batuan dan mineral, sonar, dan geofisika akhirnya dibenarkan Wegenrr. Formasi batuan di Amerika Utara bagian timur, Eropa Barat, dan Afrika barat laut kemudian ditemukan dan memiliki asal yang sama, dan mereka tumpah tindih pada waktunya dengan kehadiran Gondwanaland. Bersama-sama, penemuan-penemuan ini mendukung keberadaan Pangea. Selain itu, bukti mengenai pergeseran benua meningkat selama abad ke-20, dan para ilmuwan menggambarkan mekanisme yang tampaknya menjelaskan pergeseran benua pada tahun 1960-an, yanh dilipat ke dalam teori modern lempeng tektonik. Mekanisme ini adalah proses konveksi mantel — di mana mantel yang dipanaskan di bagian dalam Bumi naik ke permukaan untuk pelat tektonik dalam arah yang berlawanan. Meskioun apa yang disebut sebagai pusat penyebaran (batas-batas linear antara lempeng-lempeng yang berbeda di dasar samudra yang ditandai dengan naiknya magma) telah terbukti ada, sebuah penjelasan tentang konveksi mantel yang sebenarnya bekerja tetap sulit dipahami yang hingga saat ini.

Geologi modern telah menunjukkan bahwa Pangea benar-benar ada. Berbeda dengan pemikiran Wegenar, bagaimanapun, ahli geologi mencatat bahwa Superkontinen seperti Pangea kemungkinan mendahului Pangea, termasuk Rodinia (sekitar 1 miliar tahun yang lalu) dan Pannotia (sekitar 600 juta tahun yang lalu). Saat ini lempeng tektonik bumi terus bergerak, dan gerakan mereka perlahan menyatukan benua sekali lagi. Dalam 250 juta tahun ke depan, Afrika dan Amerika akan bersatu dengan Eurasia untuk membentuk Superbenua yang mendekati proporsi Pangea. Perakitan episodik daratan-daratan benua seperti itu disebut Siklus Superbenua atau, untuk menghormati Wegener, Siklus Wegener.[6]

Pembentukan ini berawal dari pembentukan Superbenua Columbia sekitar 1.8 hingga 1.5 miliar tahun yang lalu. Columbia terpecah sekitar 1.5 miliar tahun yang lalu hingga Superbenua berikutnya ialah Rodinia yang terbentuk sekitar 1.1 miliar tahun yang bertahan hingga 750 juta tahun yang lalu. Rodinia terpecah sekitar 750 juta tahun yang lalu sehingga terbentuk 3 benua baru, yakni Proto-Laurasia, Proto-Gondwana, dan Kraton Kongo.

Masing-masing benua hasil pecahan Rodinia berpisah dan tidak bersatu, seperti Proto-Laurasia dan Proto-Gondwana yang dipisahkan oleh Samudra Proto-Tethys. Tidak lama setelah perpecahan Rodinia, Proto-Laurasia mulai retak dan terpecah menjadi Siberia, Laurentia, dan Baltica. Perpecahan Rodinia sekitar 750 juta tahun yang lalu, menciptakan 2 Samudra baru, yakni Samudra Lapetus dan Samudra Paleoasian. Sekitar 633 juta tahun yang lalu, semua daratan dunia mulai bersatu dan membentuk Superbenua Pannotia. Superbenua ini merupakan Superbenua dengan usia paling singkat. Meski ada pengecualian untuk Pannotia karena merupakan superbenua hipotesis dan kontroversi.[7] Pannotia hanya bertahan hingga 540 juta tahun yang lalu mendekati Kambrium. Setelah perpecahan Pannotia, terbentuk 3 benua baru seperti perpecahan Rodinia. 3 benua itu yakni, Laurentia, Baltica serta Siberia (setelah pecahnya Protolaurasia) dan benua raksasa Gondwanaland dan mengecilnya Samudra Pan-Afrika dan Mirovia serta meluasnya Panthalassa.

Pada awal dimulainya periode Kambrium , benua-benua mulai mengalami perpecahan dan menabrak satu sama lain. Dimulai dari lepasnya Mikro-benua Avalonia dari Gondwanaland yang kemudian mulai bergerak menuju Laurentia yang saat itu sedang berada di Garis Khatulistiwa . Laurentia sendiri saat itu berbatasan dengan 3 Samudra, yakni Samudra Panthalassic di Utara dan Barat, Samudra Lapetus di Selatan, dan Samudra Khanty di Timur. Sekitar 480 juta tahun yang lalu, Laurentia, Baltica, dan Avalonia mulai bersatu dan membentuk Superbenua Euramerica atau Laurasia yang melenyapkan Samudra Lapetus.[8] Saat semua peristiwa ini terjadi, Gondwanaland perlahan bergerak menuju kutub selatan. Ini merupakan Langkah pertama dalam pembentukan Pangea.

Langkah kedua dalam pembentukannya adalah tabrakan antara Gondwana dengan Euramerica. Saat periode Silurian, sekitar 440 juta tahun yang lalu, Laurentia dan Baltica bertabrakan dan membentuk Euramerica. Avalonia saat itu belum bertabrakan dengan Superbenua ini yang baru terbentuk. Saat Avalonia menuju Laurentia, Avalonia melintasi Samudra Lapetus yang saat itu terus mengecil. Eropa Selatan yang saat itu bagian dari Gondwana, mulai berpisah dari Gondwana dan bergerak menuju Baltica (Euramerica) melintasi Samudra Rheic yang saat itu baru terbentuk. Eropa Selatan mulai bertabrakan dengan Baltica pada periode Devonian . Selain itu, Samudra Khanty juga menyusut hingga menjadi Pulau Busur yang lalu menjadi bagian Siberia saat benua tersebut bertabrakan dengan Euramerica (Sebelah Baltica Timur). Di belakang Busur Pulau Siberia tersebut terbentuk Samudra Ural
yang saat itu baru saja terbentuk.

Pada akhir Silurian, China Utara dan China Selatan berpisah dari Gondwana dan mulai bergerak menuju belahan bumi utara melintasi Samudra Proto-Tethys dan meluasnya Samudra Paleo-Tethys. Pada Zaman Devonian, Gondwana bergerak menuju Euramerica hingga menyebabkan menyusutnya Samudra Rheic. Pada awal Periode Karbon, saat itu Afrika bagian barat laut mulai bertabrakan dengan Euramerica bagian tenggara yang menciptakan Pegunungan Appalachia, Pegunungan Meseta, dan Pegunungan Mauritanide. Amerika Selatan bergerak menuju Euramerica selatan dan bagian timur Gondwana (terdiri dari Australia, Antartikka, dan India) di kutub selatan khatulistiwa. Mikro-benua Kazakstania sudah bertabrakan dengan Siberia.

Kazakstania barat (bagian Kazakstania yang saat itu menjadi bagian Siberia) bertabrakan dengan Euramerica melenyapkan Samudra Ural dan Samudra Proto-Barat yang membentuk Pegunungan Ural serta pembentukan Superbenua Laurasia. Sementara itu, Amerika Selatan menabrak Laurentia selatan, melenyapkan Samudra Rheic dan membentuk bagian selatan Pegunungan Appalachia. Pada saat itu, posisi Gondwana berada di dekat Kutub selatan, akibatnya terbentuk gletser di Antartika, India, Afrika Selatan, Amerika Selatan, dan Australia. China Utara bertabrakan dengan Siberia dan menutup keseluruhan Samudra Proto-Tethys. adalah langkah terakhir dalam pembentukan Pangea.

Pada awal Permian, Cimmeria memisahkan diri dari perbatasan utara Lempeng Arab dan India dan mencapai pantai utara teluk pada akhir Trias, akhirnya membentuk Laut hitam, Anatolia, Iran dan Afghanistan.[9] Cimmeria melintasi Samudra Paleo-Tethys sehingga melenyapkan Samudra tersebut dan membentuk Samudra baru, yakni Samudra Tethys. Selama periode itu, terjadi periode glasial di Gondwanaland dan kondisi pembentukan batu bara selama Pennsylvanian di Euramerika dan di Gondwanalnd dan Asia diakhiri oleh pemanasan global yang menyertai pelepasan CO2 yang berlebihan ke atmosfer selama letusan Permian/Trias (~ 250 jtl) dari Perangkap Siberia dan gunung berapi lainnya.[10]

 

Superbenua pangea yang baru saja terbentuk setelah tabrakan antara Laurasia dan Gondwana .

 

Fase pertama: Pangea sebelum mengalami perpecahan.

 

Fase kedua: Amerika selatan bergerak ke arah barat, Afrika ke utara secara perlahan, Antartika bergerak ke selatan dan juga Eurasia tetap di timur serta Anak benua india bergerak ke arah utara dan Amerika utara bergerak ke arah barat laut. Iberia menabrak Eurasia di bagian barat Eropa.

 

Fase ketiga: Madagaskar melepaskan diri dari anak benua dan anak benua india terus bergerak ke arah utara. Amerika selatan bergerak masih ke arah selatan sedang Antarktika sudah berada di kutub selatan. Amerika utara terus bergerak ke arah barat laut, dan juga Afrika terus bergerak ke arah utara. Iberia sudah menyatu dengan Eurasia dan juga Arab mulai memisahkan diri dari Afrika serta menabrak Eurasia.

 

Daratan dunia saat ini.

Perpecahan Pangea dimulai sekitar 200 juta tahun yang lalu ketika beberapa komponen pembentuk Pangea (Laurasia dan Gondwana) mulai bergerak dan saling menjauhi dimulai dengan pergerakan Laurasia menuju Belahan bumi utara dan Gondwana ke Belahan bumi selatan. Diantara kedua benua raksasa tersebut, Gondwana usianya lebih singkat karena mulai terpecah sekitar 200 - 160 jua tahun yang lalu. Laurasia mulai terpecah sekitar 200 hingga 100 tahun yang lalu.

 

arah pergerakan benua-benua bagian Pangea.

Lebih lanjutnya, Pangea mulai pecah sekitar 200 juta tahun yang lalu sebagai akibat dari pergerakan lempeng tektonik bumi dan konveksi mantel yang disebabkan oleh lepasnya panas dari interior Bumi, mendorong pergerakkan lempeng-lempeng tektonik.[3] Sama seperti Pangea dibentuk dengan didorong bersama karena pergerakan lempeng bumi menjauh di zona keretakan, keretakan material baru menyebabkannya terpisah. Para ilmuwan meyakini bahwa keretakan baru dimulai karena kelemahan pada kerak bumi. Di daerah yang lemah itu, magma mulai mendorong dan menciptakan zona keretakan vulkanik. Akhirnya, zona keretakan tumbuh begitu besar sehingga membentuk Cekungan dan Pangea mulai berpisah.

Di daerah-daerah di mana Pangaea mulai terpecah, lautan baru terbentuk ketika Pantalassa bergegas ke daerah-daerah yang baru dibuka. Lautan baru pertama adalah Atlantik tengah dan selatan. Sekitar 180 juta tahun yang lalu Samudera Atlantik tengah terbentuk antara Amerika Utara dan Afrika barat laut. Sekitar 140 juta tahun yang lalu Atlantik tengah terbentuk ketika apa yang sekarang Amerika Selatan terpisah dari pantai barat Afrika selatan. Samudra Hindia adalah yang berikutnya terbentuk ketika India terpisah dari Antartika dan Australia dan sekitar 80 juta tahun yang lalu Amerika Utara dan Eropa terpisah, Australia dan Antarktika terpisah dan India dan Madagaskar terpisah.[11]

Memiliki satu daratan besar akan menghasilkan siklus iklim yang sangat berbeda. Misalnya, interior benua mungkin benar-benar kering, karena terkunci di balik rantai gunung besar yang menghalangi semua kelembapan atau curah hujan. Tetapi endapan batu bara yang ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa mengungkapkan bahwa bagian-bagian Superbenua kuno di dekat garis khatulistiwa pastilah hutan hujan tropis yang rimbun, mirip dengan hutan Amazon. (Batu bara terbentuk ketika tanaman dan hewan mati tenggelam ke dalam air rawa, di mana tekanan dan air mengubah material menjadi gambut, kemudian batu bara).

Banyak model iklim memprediksi bahwa geografi superbenua Pangea kondusif untuk pembentukan sirkulasi "megamuson". Secara umum, bukti geologis mendukung hipotesis megamuson yang mencapai kekuatan maksimum di Trias.[12] Model iklim mengkofirmasi bahwa interior benua Pangea sangat musiman, menurut artikel 2016 dalam jurnal Paleogeografi, Paleoklimatologi, dan Paleoekologi. Para peneliti dalam penelitian ini menggunakan data biologis dan fisik dari Formasi Moradi, sebuah wilayah paleosol berlapis (tanah fosil) di Niger utara, untuk merekonstruksi ekosistem dan iklim selama periode waktu ketika Pangea ada. Sebanding dengan Gurun Namibia Afrika modern dan Danau Eyre Basin di Austrslia, iklim pada umumnya gersang dengan periode basah pendek dan berulang yang terkadang termasuk banjir bandang dahsyat.

Pangea ada selama 100 juta tahun, dan selama periode waktu itu, beberapa hewan berkembang, termasuk Traversodontidae, keluarga hewan pemakan tumbuhan yang termasuk nenek moyang mamalia.

Selama periode Permian, serangga seperti kumbang dan capung berkembang. Namun keberadaan Pangea tumpang tindih dengan adanya kepunahan massal Permian-Triasic (P-TR) . Juga disebut sekarat hebat, itu terjadi sekitar 252 juta tahun yang lalu dan menyebabkan sebagian besar spesies di Bumi punah. Periode Trias awal melihat munculnya archosaurus, sekelompok hewan yang akhirnya memunculkan buaya dan burung, dan sejumlah besar reptil. Dan sekitar 230 juta tahun yang lalu beberapa dinosaurus paling awal muncul di Pangea, termasuk Theropoda, sebagian besar karnivora yang sebagian besar memiliki tulang dan yang dipenuhi udara seperti burung.[13]

Seperti yang diperhatikan Alfred Wegener pada awal abad ke-20, benua-benua di bumi tampaknya cocok bersama seperti sebuah teka-teki jigsaw di banyak wilayah di seluruh dunia. Ini adalah bukti signifikan bagi keberadaan Pangea jutaan tahun yang lalu. Tempat paling menonjol di mana ini terlihat adalah pantai barat laut Afrika dan pantai timur Amerika Selatan. Di lokasi itu, kedua benua tampak seperti pernah terhubung, yang mereka, pada kenyataannya, selama Pangea.

Bukti lain untuk Pangea termasuk distribusi fosil, pola khas dalam strata batuan di bagian dunia yang saat ini tidak tehubung dan distribusi batu bara dunia. Dalam hal distribusi fosil, para arkeolog telah menemukan sisa-sisa fosil yang cocok jika spesies purba di benua dipisahkan oleh ribuan mil lautan ini. Sebagai contoh, fosil reptil yang cocok telah ditemukan di Afrika dan Amerika Selatan yang menunjukkan bahwa spesies ini pada satu waktu hidup sangat dekat dengan satu sama lain karena tidak mungkin bagi mereka untuk menyebrangi Samudra Atlantik.

Pola dalam strata batuan adalah indikator lain dalam keberadaan Pangea. Ahli geologi telah menemukan pola yang berbeda pada batuan di benua yang sekarang terpisah ribuan mil. Dengan memiliki pola yang cocok itu menunjukkan bahwa dua benua dan bebatuan mereka pada satu waktu satu benua.

Akhirnya, distribusi batu bara dunia adalah bukti untuk keberadaan Pangea. Batu bara biasanya terbentuk di iklim hangat dan basah. Namun, ahli geologi telah menemukan batu bara di bawah lapisan es yang sangat dingin dan kering di bawah Antartika. Jika Antartika adalah bagian dari Pangaea, kemungkinan besar ia berada di lokasi lain di Bumi dan iklim ketika batu bara terbentuk sangat berbeda dari yang ada sekarang.[13]

  • Daftar benua raksasa
  • Pangea Ultima
  • Daftar Samudra purba
  • Siklus benua raksasa

  1. ^ Lovett, Richard A. (September 5, 2008). "Supercontinent Pangaea Pushed, Not Sucked, Into Place". National Geographic News. 
  2. ^ Plate Tectonics and Crustal Evolution, Third Ed., 1989, by Kent C. Condie, Pergamon Press
  3. ^ a b c "Pangea Supercontinent - Pangaea Supercontinent". geology.com. Diakses tanggal 2020-10-29. 
  4. ^ "Pangaea". Online Etymology Dictionary. 
  5. ^ cf. Willem A. J. M. van Waterschoot van der Gracht (and 13 other authors): Theory of Continental Drift: a Symposium of the Origin and Movements of Land-masses of both Inter-Continental and Intra-Continental, as proposed by Alfred Wegener. X + 240 S., Tulsa, Oklahoma, USA, The American Association of Petroleum Geologists & London, Thomas Murby & Co, 1928.
  6. ^ "Spotting a Supercontinent: How Pangea Was Discovered". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-10-20. 
  7. ^ Kroner, Uwe; Stephan, Tobias; Romer, Rolf L.; Roscher, Marco (2020-07-09). "Paleozoic plate kinematics during the Pannotia–Pangaea supercontinent cycle". Geological Society, London, Special Publications (dalam bahasa Inggris). 503. doi:10.1144/SP503-2020-15. ISSN 0305-8719. 
  8. ^ "Facts About Pangaea the Most Recent Supercontinent" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-29. 
  9. ^ Hallett, Don; Clark-Lowes, Daniel (2016). Petroleum Geology of Libya. Elsevier. hlm. xi. ISBN 978-0-444-63517-4. 
  10. ^ Veevers, J. J. (1994). "Pangea: Evolution of a supercontinent and its consequences for Earth's paleoclimate and sedimentary environments". Special Paper of the Geological Society of America (dalam bahasa English). 288: 13–23. doi:10.1130/SPE288-p13. ISSN 0072-1077. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  11. ^ Am; Briney, a; Writer, Contributing. "Discover Pangea, the Landmass That Covered One-Third of the Planet". ThoughtCo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-10-21. 
  12. ^ Parrish, Judith Totman (1993-03-01). "Climate of the Supercontinent Pangea". The Journal of Geology. 101 (2): 215–233. doi:10.1086/648217. ISSN 0022-1376. 
  13. ^ a b "What Is Pangaea? Theory and Facts About the Supercontinent | Live Science". www.livescience.com. Diakses tanggal 2019-10-20. 

  • Ikhtisar tentang Pangea di USGS
  • Untuk mengenang jasa Alfred Wegener, sebuah sistem informasi untuk data referensi geografis riset sistem bumi di Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research (AWI) diberi nama Pangaea
  • Penjelasan mengenai tenaga tektonik
  • Peta Pangea di Paleomaps

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pangea&oldid=18748097"