Sebelum melakukan penelitian sejarah peneliti terlebih dahulu menentukan topik yang akan diteliti

Pemilihan Topik Penelitian Sejarah - Pemilihan topik penelitian sejarah terkadang menjadi permasalahan yang cukup serius bagi seorang peneliti sejarah. Tidak jarang bahwa beberapa peneliti sejarah terutama peneliti pemula mengalami permasalahan di dalam menentukan topik yang akan diteliti. Karena tentunya di dalam penentuan topik penelitian sejarah perlu kiranya seseorang harus memiliki sesuatu hal yang dapat dianggap sebagai persyaratan-persyaratan yang secara tidak tertulis harus dimiliki oleh seorang peneliti sejarah. Di bawah ini akan dijelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam pemilihan topik penelitian sejarah.




Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti sejarah diantaranya adalah seperti kemampuan praktis di dalam mengartikulasikan dan mengekspresikan peristiwa sejarah yang tentu perlu disadari bahwa sejarah memang amat erat kaitannya dengan retorika. Kemampuan semacam ini tentu didapatkan oleh seseorang dari berbagai hal seperti latar belakang keilmuan, kemampuan dan sikapnya sendiri terhadap perkembangan ilmu terutama ilmu sejarah. Dibalik keruwetan itu tentunya ada hal-hal yang perlu diperhatikan seseorang di dalam pemilihan topik penelitian sejarah, diantaranya adalah seperti yang dijelaskan oleh Wood Gray [1956]; [1] nilai; [2] keaslian; [3] kepraktisan; dan [4] kesatuan. Di bawah ini akan dideskripsikan tentang apa yang telah diuraikan oleh Gray;


a. Nilai [value]


Di dalam topik itu haruslah sanggup memberikan penjelasan atas suatu yang berarti dan dalam arti suatu yang universal, aspek dari pengalaman manusia. Barangkali melalui pendekatan kajian kasus atau dengan mendemonstrasikan hubungannya dengan gerakan yang lebih besar. Sebagian besar tergantung pada penanganannya. Biografi dari seorang tokoh yang tidak begitu jelas atau cerita dari suatu komunitas kecil akan mempunyai arti jika dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa besar dan dinilai sebagai suatu wakil dari perkembangan-perkembangan yang luas. Di sisi lain, genealogi dan antikuarianisme berguna bagi sejarawan tetapi kedua-duanya bukanlah sejarah.


Berdasarkan penjelasan ini maka dapat diambil suatu pemahaman bahwa hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman manusia dan berkaitan dengan gerak arus perubahan yang besar di dalam kehidupan manusia dapat dijadikan sebagai topik penelitian. Termasuk pula dengan biografi dari seorang tokoh sejarah baik berkaitan dengan "teori orang besar" maupun tidak jikalau keberadaan dan perananannya berketerkaitan dengan suatu fenomena dalam gerak arus perubahan dalam kehidupan manusia maka dapat dijadikan sebagai topik penelitian sejarah.


b. Keaslian [originality]


Jika subjek yang dipilih telah dikaji dalam penelitian yang lebih dahulu, maka harus dapat diyakinkan seorang peneliti sejarah dapat menampilkan;


[1] Evidensi baru yang sangat substansial dan signifikan, atau suatu;

[2] Interpretasi baru dari evidensi yang valid dan dapat ditunjukkan.


Berdasarkan poin diatas selayaknya seorang peneliti sejarah jikalau tema yang hendak ia bahas telah dikaji dalam penelitian sebelumnya dalam artian sudah ada orang lain yang mengkaji dengan tema yang sama; maka ia harus dapat menampilkan sesuatu hal yang berbeda. Berbeda dalam artian dengan menggunakan sudut pandang, pendekatan dan tentu saja dengan interpretasi yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.


c. Kepraktisan [Practicality]


Seorang peneliti sejarah di dalam memilih topik penelitian harus memperhatikan nila-nilai kepraktisan, sebagaimana yang dituangkan di dalam poin di bawah ini:


1] Keberadaan sumber-sumber yang dapat diperoleh tanpa adanya kesulitan yang tidak rasional. Juga adanya jaminan bahwa dapat menggunakan sumber-sumber tersebut tanpa pemilik atau penyimpan sumber itu mencoba untuk mensensor, memangkas sebagian dari kesimpulan yang akan dibuat.

2] Kemampuan untuk menggunakan dengan benar sumber-sumber itu berdasarkan atas latar belakang atau pendidikan yang dimiliki oleh seorang peneliti, termasuk penguasaan terhadap bahasa-bahasa asing dan syarat-syarat teknis tertentu lainnya.

3] Ruang cakup penelitian. Ruang lingkup topik yang dipilih harus sesuai dengan medium yang akan dipresentasikan, semisal apakah itu untuk makalah, kelas, laporan seminar, artikel, tesis, disertasi ataupun juga buku.


d. Kesatuan [Unity]


Setiap penelitian, tidak hanya sejarah haruslah memiliki suatu kesatuan tema, atau setidaknya diarahkan kepada suatu pertanyaan atau proposisi yang bulat, yang akan memberikan peneliti suatu titik untuk bertolak, suatu arah maju ke tujuan tertentu, serta suatu harapan atau janji yang akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang khusus.


Itulah empat hal yang perlu diperhatikan di dalam pemilihan topik penelitian sejarah. Seorang sejarawan atau pun seorang penulis sejarah biasanya tidak pernah melakukan sesuatu penelitian yang benar-benar mulai berangkat dari nol. Topik yang menjadi pilihannya untuk diteliti umumnya telah dikenal sebelumnya meskipun baru hanya secara garis besar, tidak mendalam, atau bahkan juga samar-samar. Dikarenakan oleh hal itulah seorang sejarawan maupun penulis sejarah melakukan sebuah penelitian.


Penelitian yang dilakukan bukan hanya sekedar menjawab sejumlah pertanyaan-pertanyaan dasar yang deskriptif dan naratif seperti apa, siapa, dimana, dan kapan, tetapi lebih jauh lagi mendasar yaitu kepada jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan analitis dan kritis yakni pertanyaan bagaimana dan mengapa.


Pengetahuan dasar atau awal seorang sejarawan tentang suatu topik, tema, isu, masalah, peristiwa, periode, individu, atau tokoh, komunitas atau masyarakat tertentu telah diperolehnya dari bacaan-bacaan artikel maupun buku sejarah, bahkan juga keterangan-keterangan lisan yang semuanya merupakan sumber-sumber kedua, ketiga, atau lebih. Akan tetapi yang belum diketahuinya dan karena itu ia melakukan sendiri penelitian sejarah - ialah bagaimana keterangan sebenarnya dari sumber-sumber pertama itu.

Dari pengetahuan-pengetahuan awal berdasarkan bahan-bahan yang telah dibacanya atau dipelajarinya itu seorang sejarawan dapat menyusun kembali sejumlah pertanyaan baru, hipotesis baru atau pun sebuah penafsiran baru bagi penelitiannya yang semuanya akan diuji dalam penelitian mendalam berdasarkan sumber-sumber pertama. Hasilnya ialah sejumlah kemungkinan yang dapat memperkuat, mengoreksi, atau merubah sama sekali pendapat-pendapat sebelumnya tentang topik yang dikaji. Oleh sebab itu sumber-sumber sejarah sangat penting keberadaannya bagi seorang sejarawan dalam melakukan kajian ilmiah sejarah.

Sedangkan jika mengacu pada pemahaman yang diberikan oleh Kuntowijoyo, topik penelitian sejarah alangkah baiknya dipilih berdasarkan pada: [1] kedekatan emosional; dan [2] kedekatan intelektual. Di bawah ini akan dijelaskan maksud-maksud dari dua hal tersebut:

[1] Kedekatan Emosional

Kedekatan emosional menjadi pertimbangan yang sangat penting jika seseorang ingin menulis sejarah. Kedekatan emosional dapat mempermudah pekerjaan seorang peneliti sejarah dalam hal pengumpulan sumber dan juga dukungan moral. Semisal seseorang berasal dari sebuah daerah [desa maupun kota] yang secara kebetulan belum pernah ada yang menulis tentang sejarah daerah tersebut, maka kemungkinan besar ia akan mendapatkan kemudahan-kemudahan terutama di dalam pengumpulan sumber-sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah yang ia bisa dapatkan diantaranya adalah sumber berupa arsip daerah dan keterangan-keterangan lisan yang dapat diberikan oleh pejabat yang berwenang maupun oleh orang yang berpengaruh.


[2] Kedekatan Intelektual

Seseorang yang telah membaca topik-topik yang memiliki kedekatan emosional dengan dirinya [semisal daerahnya sendiri]. Sudah semestinya jikalau ia tertarik semisal dengan daerah pedesaan maupun perkotaan, buku-buku yang berkaitan dengan rural, petani, tanah, geografi pedesaan, geografi perkotaan, ekonomi kota dan desa, masyarakat buruh, ekonomi politik dan sebagainya sudah ia baca. Dengan demikian ia dapat memetakan persoalan-persoalan daerah.

Akan tetapi perlu digarisbawahi bahwasanya seseorang yang menulis sejarah lebih kepada keterlibatan kedekatan emosionalnya dibandingkan intelektualnya akan dapat dipengaruhi oleh emosi. Sehingga sejarah berubah menjadi pengadilan. Padahal, sejarah adalah ilmu empiris yang harus menghindari penilaian subjektif. Kedekatan emosional itu harus diakui secara jujur supaya orang yang membaca tulisan sejarah dapat membuka jarak.

Jadi itulah hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam pemilihan topik penelitian sejarah. Pelbagai hal pertimbangan amatlah diperlukan bagi seorang sejarawan maupun penulis sejarah di dalam melakukan penelitian sejarah agar ia tidak terjebak oleh subjektivitas belaka.

Daftar Bacaan


- Gray, Wood,et al.1964.Historian's Handbook: A Key to the Study and Writing History. Boston: Houghton Mifflin Company.

- Kuntowijoyo. 2013.Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta: Tiara Wacana.

- Sjamsuddin, Helius. 2007.Metodologi Sejarah.Yogyakarta: Ombak.

Share :

32 minutes ago

Pengertian Penelitian Sejarah

Sebelum mengetahui metodenya, kamu harus tahu terlebih dahulu apa itu penelitian sejarah. Penelitian sejarah adalah sebuah penelitian yang dilakukan melalui teknik pengumpulan data dan evaluasi data secara sistematis untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memahami peristiwa yang terjadi di masa lalu. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kebenaran tentang kejadian tertentu di masa lampau.

Penelitian sejarah terkadang bukan hanya sekadar mengumpulkan dan menyajikan informasi faktual. Biasanya, penelitian sejarah juga berfokus pada individu tertentu, masalah sosial, hubungan antara peristiwa yang lama dan yang baru, hingga benda-benda yang mungkin terlibat.

Secara umum, metode penelitian sejarah dilakukan dengan tujuan menambah wawasan tentang apa yang telah terjadi di masa lalu. Harapannya agar kita dapat belajar dari kegagalan maupun kesuksesan di masa lalu, membuat prediksi masa sekarang dan masa yang akan datang, serta menguji hipotesis tentang hubungan sosial dan tren masa lampau dan saat ini.

Historiografi

Dalam penelitian sejarah, sering dikenal istilah historiografi. Secara garis besar, historiografi adalah hasil atau karya penulisan sejarah. Historiografi termasuk langkah terakhir dalam metode penelitian sejarah. Langkah ini menjadi sarana untuk mengomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkap, diuji, dan diinterpretasi.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat kamu pahami bahwa peristiwa sejarah memerlukan metode penelitian sebelum disajikan dalam bentuk historiografi atau tulisan. Tahapan metode penelitian sejarah dan tulisan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Metode penelitian sejarah menentukan keberhasilan historiografi. Selain itu, historiografi juga menentukan keberhasilan sejarawan dalam melakukan penelitiannya.

Adanya langkah-langkah penelitian sejarah ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang paling mendekati dengan kebenaran. Karena itu, penelitian sejarah yang memiliki kesalahan dalam langkah-langkah penelitianya juga dianggap memiliki nilai kebenaran yang lemah.

Berikut ini langkah-langkah yang digunakan pada proses penelitian sejarah, yaitu:

1. Mencari dan Memilih Topik

Dalam penelitian apapun, hal pertama yang perlu dilakukan pastilah mencari dan memilih topik. Mencari topik penelitian bertujuan agar proses penelitian menjadi lebih fokus dan terarah pada masalah yang sesuai dengan topik yang dipilih.

Pemilihan topik harus benar-benar diperhatikan agar layak dijadikan penelitian dan bukan hasil duplikasi dari penelitian orang lain. Untuk itu, bisa menggunakan cara di bawah ini:

  • What atau Apa yang akan diteliti atau dijadikan objek penelitian
  • Who atau Siapa yang akan diteliti atau menjadi narasumber untuk mencari informasi seputar objek penelitian dan yang berhubungan dengan itu
  • Where atau Dimana penelitian akan dilakukan, dalam hal ini berkaitan dengan tempat-tempat yang berhubungan langsung dengan objek sejarah secara nyata/real
  • When – Kapan penelitian tersebut dilakukan atau kapan kejadian/objek sejarah tersebut terjadi

Menurut Kuntowijoyo [1995], pemilihan topik perlu didasarkan pada pendekatan emosional dan juga intelektual. Kuntowijoyo mengatakan bahwa ada empat macam kriteria yang perlu diperhatikan saat memilih topik, antara lain:

  • Pertama, memiliki nilai, artinya mampu memberikan penjelasan terhadap sesuatu yang berarti atau bernilai
  • Kedua, asli dan belum pernah diteliti, jika memang sudah pernah maka harus ada evidensi baru yang substansial dan signifikan
  • Ketiga, memperhatikan kepraktisan dalam keberadaan, ruang lingkup dan kemampuan untuk memanfaatkan sumber yang bersangkutan dengan sebaik-baiknya
  • Keempat, adanya kesatuan tema yang memberikan sebuah titik tolak, arah, fokus dan tujuan tertentu

2. Heuristic [Mengumpulkan Sumber]

Setelah menentukan topik, langkah berikutnya adalah heuristic. Heuristic adalah tahap-tahap untuk melakukan mencari, menemukan dan mengumpulkan berbagai sumber informasi berupa data atau lainnya yang relevan dengan topik.

Hal itu dilakukan untuk mengetahui dengan jelas segala bentuk kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lampau. Secara etimologi, kata heuristic itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu heurishein yang artinya menemukan/memperoleh.

Menurut G. J. Reiner [1997], Heuristic adalah sebuah teknik yang dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan sumber. Seorang peneliti harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup baik terhadap topik penelitian dan informasi mengenai peristiwa atau kejadian tertentu.

Hal ini karena data atau sumber sejarah yang didapatkan dari dokumen-dokumen tersebut biasanya terdiri dari berbagai macam informasi di dalamnya. Seperti yang diketahui bahwa jejak-jejak sumber atau peristiwa sejarah tersebut sangat beragam dan sejarah pun terdiri dari banyak periode.

Selain itu, banyak pula bidang-bidangnya seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, militer dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk mempermudah penelitian, perlu dilakukan upaya dalam penggolongan dan klasifikasi terhadap sumber atau jejak sejarah yang dikumpulkan.

Untuk mengklasifikasikannya, kita bisa membagi sumber atau data tersebut ke dalam dua jenis seperti di bawah ini:

a. Sumber Sejarah Primer

Sumber sejarah primer merupakan suatu dokumen atau data-data asli yang valid dan biasanya dibuat pada saat peristiwa tersebut terjadi. Dengan kata lain dibuat oleh tangan pertama atau yang pertama kali membuat sumber suatu peristiwa atau kejadian bersejarah.

b. Sumber Sejarah Sekunder

Sumber yang kedua adalah sumber sekunder yang dibuat dengan mengacu pada data-data sumber yang pertama yaitu sumber primer. Sumber primer biasanya dibuat saat peristiwa sedang terjadi atau tidak lama setelahnya dan memiliki tingkat kebenaran yang tinggi.

Sedangkan sumber sekunder dibuat oleh tangan kedua dan jauh setelah kejadian tersebut berlangsung sehingga kebenarannya perlu diteliti lagi. Sumber sekunder ini contohnya seperti skripsi, buku, tesis dan lain sebagainya. Ada lagi yang dinamakan sumber lisan yang saksi mata atas kejadian atau peristiwa tertentu.

Sumber lisan dari orang yang tidak melihat langsung atau tidak sezaman dengan peristiwa yang bersangkutan tidak layak disebut sumber lisan.

Cara-cara yang bisa digunakan dalam metode heuristic adalah sebagai berikut:

  • Menggunakan metode kepustakaan dengan mencari dari sumber-sumber arsip nasional
  • Melakukan kunjungan ke situs-situs bersejarah
  • Melakukan wawancara dengan narasumber yang bersangkutan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan agar lebih lengkap yang mendekati kebenaran

Selain itu, ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan saat proses pengumpulan data [heuristic], antara lain:

  • Corroboration yaitu membandingkan data yang ada dan menentukan apakah informasinya sama atau tidak, hal ini dilakukan untuk proses verifikasi data
  • Sourcing yaitu melakukan identifikasi terdapat sumber atau data dari informasi penulis, tanggal dan tempat dibuatnya sumber/data tersebut
  • Contextualization yaitu melakukan identifikasi mengenai waktu dan tempat terjadinya suatu peristiwa atau kejadian bersejarah tersebut

3. Verifikasi atau Kritik Sumber

Proses selanjutnya adalah melakukan verifikasi atau kritik terhadap sumber atau data yang diperoleh untuk menguji keaslian dan kebenarannya. Proses verifikasi atau kritik sumber itu sendiri terbagi menjadi dua macam, antara lain:

a. Verifikasi Eksternal

Verifikasi eksternal dilakukan untuk melihat keaslian atau keabsahan dari sebuah sumber sejarah. Hal ini bisa diketahui dengan mencari tahu penulis, tanggal pembuatan, gaya bahasa dan penulisan, usia dan bahan kertas dan lainnya.

b. Verifikasi Internal

Verifikasi internal dilakukan untuk melihat kredibilitas isi atau konten yang ada pada sumber tersebut. Hal ini bisa diketahui dengan melihat isi/informasi dari sumber/penulis tersebut bisa dipercaya atau tidak dan lain sebagainya.

Verifikasi atau kritik sumber tersebut dilakukan dengan langkah-langkah penelitian sejarah intrinsik terhadap sumber dan membandingkan dengan kesaksian yang ada. Langkah-langkah intrinsik tersebut antara lain:

  • Menentukan sifat sumber yaitu resmi/tidak resmi, sumber tidak resmi dinilai lebih berharga karena lebih objektif, terus terang dan apa adanya
  • Menyoroti penulis sumber apakah Ia bisa dipercaya atau tidak
  • Membandingkan kesaksian atau informasi dari berbagai sumber yang tidak saling berhubungan [independent witness]

Setelah dilakukan verifikasi atau kritik sumber akan dipilih beberapa sumber yang diakui kebenarannya dan dianggap sebagai fakta. Proses verifikasi menjadi sangat penting dilakukan dalam menentukan keaslian/keabsahan dan kredibilitas sumber sejarah agar tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.

Menurut Gilbert J. Garaghan [1957] adanya kekeliruan saksi ini dapat disebabkan karena dua hal, antara lain:

  • Kekeliruan saksi dalam memberikan penjelasan atau menginterpretasikan dan mengambil sebuah kesimpulan dari sumber sejarah tertentu
  • Kekeliruan sejak awal yaitu mengenai kesalahan dalam mengambil sumber formal yang digunakan dalam proses penelitian

Kekeliruan ini bisa karena disengaja atau para saksi terbukti tidak jujur, tidak cermat ataupun tidak mampu memberikan penjelasan yang benar.

4. Interpretasi atau Penafsiran

Interpretasi dilakukan untuk mendapatkan fakta yang logis dan sesuai dengan konteks peristiwa secara menyeluruh dan menjadi satu kesatuan yang harmonis. Interpretasi atau penafsiran tersebut harus dilakukan secara objektif, deskriptif dan selektif dengan penjelasan seperti berikut ini:

  • Objektif maksudnya adalah penafsiran yang dilakukan fakta yang ada tanpa adanya unsur pendapat pribadi yang bersifat subjektif
  • Deskriptif maksudnya adalah penafsiran yang dilakukan harus memiliki landasan yang jelas dan tepat
  • Selektif maksudnya berkaitan dengan pencarian dan pengumpulan sumber-sumber sejarah yang perlu disaring terlebih dahulu agar relevan dengan objek penelitian

5. Historiografi

Historiografi merupakan kegiatan merangkap dan menulis sejarah, sekaligus tahap paling akhir dalam langkah penelitian sejarah. Secara Etimologi, historiografi berasal dari kata historia yang berarti sejarah dan graphia yang artinya penulisan. Bentuk-bentuk historiografi adalah sebagai berikut:

  • Narasi yang isinya lebih banyak bercerita sesuai dengan informasi dari sumber sejarah
  • Deskriptif yang isinya jauh lebih kompleks dan detail daripada bentuk narasi
  • Analitis yang isinya lebih detail lagi dan lebih banyak berorientasi pada penelaahan masalah/topik tertentu

Historiografi terdiri dari latar belakang, kronologi kejadian/peristiwa, analisis sebab akibat, uraian tentang hasil penelitian, dampak dan berakhir dengan kesimpulan. Historiografi terbagi menjadi dua macam, antara lain:

a. Historiografi Naratif

Historiografi naratif yaitu penulisan sejarah yang bercerita tentang rekaman kejadian/peristiwa atau tindakan pelaku sejarah secara pribadi dalam kurun waktu tertentu.

b. Historiografi Structuralist

Historiografi structuralist yaitu penulisan sejarah yang bercerita tentang perubahan di masyarakat yang terjadi karena suatu kejadian atau peristiwa. Historiografi ini biasanya disebut juga dengan sejarah sosial.

Untuk menulis sejarah harus memiliki kecakapan dan kemahiran tertentu agar dapat memberikan pemahaman baru yang bermakna kepada pembaca. Penulisan atau historiografi juga harus ditulis menggunakan bahasa yang informatif dan komunikatif agar bisa dimengerti dan dipahami oleh pembaca.

Ada beberapa hal utama yang harus diperhatikan saat melakukan proses historiografi, antara lain:

  • Perlu memperhatikan dari segi kecermatan dan ketelitian dalam penyusunan kronologi kejadian atau peristiwa sejarah yang ditulis
  • Penafsiran sejarah harus dilakukan dengan se objektif mungkin, jangan sampai terlalu subjektif dan mengedepankan pendapat pribadi daripada fakta di lapangan
  • Penulisan sejarah atau historiografi harus memperhatikan kaidah atau standar bahasa dan penulisan, informatif dan komunikatif agar mudah dimengerti oleh pembaca
  • Benar-benar memperhatikan dan memilih atau menyaring informasi mana saja yang patut atau dianggap penting untuk dicatat
  • Selalu memperhatikan banyak hal dan menghubungkan peristiwa atau kejadian-kejadian yang satu dengan yang lainnya melalui berbagai macam sumber yang berbeda

Penulisan Sejarah Berdasarkan Ruang dan Waktu

Hasil penelitian berupa penulisan sejarah terbagi menjadi tiga bentuk berdasarkan ruang dan waktunya, antara lain:

1. Penulisan Sejarah Tradisional

Penulisan sejarah dalam bentuk tradisional ini lebih ditekankan pada penggunaan atau sebagai bahan pengajaran agama. Kebanyakan karya penulisan sejarah tradisional ini kuat dalam hal genealogi, namun tidak kuat dalam hal kronologi dan juga detail geografis.

Biasanya bercirikan dengan adanya kingship [konsep tentang raja], pertimbangan kosmologi dan antropologi lebih diutamakan daripada keterangan sebab akibat.

2. Penulisan Sejarah Kolonial

Berbeda dengan bentuk penulisan sejarah tradisional, bentuk kolonial lebih mengarah atau memiliki ciri-ciri eropa sentris atau Nederland o sentris. Penulisannya lebih ditekannya pada aspek politik dan ekonomi, serta bersifat institusional.

3. Penulisan Sejarah Nasional

Yang ketiga yaitu bentuk penulisan sejarah nasional yang ditulis dengan menggunakan metode penelitian ilmiah secara terampil. Hal ini dilakukan untuk tujuan atau kepentingan nasionalisme.

Kesimpulan yang bisa diambil bahwa setiap peristiwa sejarah harus dilakukan penelitian terlebih dahulu agar informasinya valid dan dapat dipercaya. Langkah penelitian sejarah bisa dilakukan dengan lima cara yaitu mencari dan memilih topik, mengumpulkan sumber [heuristic], verifikasi/kritik, interpretasi/penafsiran dan Historiografi.

ARTIKEL LAINNYA

  • 15 Pilihan Judul Game Congklak Android Terbaik Versi JurnalPonsel, Gratis
  • Criminal Case: Petualangan Menjadi Seorang Detektif Handal
  • Cara Menghapus / Uninstall Aplikasi, Game dan Software di PC [Komputer & Laptop]
  • Rush Money : Pengertian, Arti, Dampak, Tujuan dan Penyebabnya
  • Pengertian Open Source Beserta Kelebihan Dan Kekurangannya
  • Game Memelihara Ikan Di Aquarium Untuk Android: Fish Live
  • Ringkasan Materi Perburuan Mutiara dari Timur
  • 13 Game Mobil Monster Android Paling Seru dan Keren