Perbedaan kapital sosial di kota dan di desa


Konsep modal sosial yang terkait jaringan sosial telah menjadi mekanisme jelas kunci dalam bidang sosiologi ekonomi, fleshing implikasi dari asumsi meta-teoretis.  Hal ini dalam jaringan yang banyak (meskipun tidak semua) tindakan ekonomi secara sosial tertanam, dan salah satu hasil yang paling penting dari yang embeddedness adalah modal sosial. Definisi sosiologis yang diterima secara umum

Modal sosial adalah kemampuan untuk mendapatkan akses ke sumber daya berdasarkan keanggotaan dalam jaringan atau structures.2 sosial yang lebih besar Jelas, seperti kemampuan mengalir keluar dari embeddedness (bagian), menjadi salah satu yang paling nyata manifestasi. 

Salah satu bagian dari modal sosial yang sangat berpengaruh dewasa ini adalah modal sosial kepercayaan (trust) yang dapat memberikan andil yang besar dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Ikatan-iktan sosial yang ada dalam masyarakat harus direkatkan dengan kepercayaan.  Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat adalah adanya kerjasama di antara anggota kelompok atau organisasi dalam hal komunitas kelurahan ikatan sosial akan terbanguan apabila ada kerjasama di antara semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila berlandaskan kepercayaan di antara para anggotanya. Jika warga masyarakat  saling bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan kepada  nilai-nilai universal yang ada , maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya sehingga ketimpangan-ketimpangan antara kelompok yang miskin dengan yang kaya akan bisa diminimalkan.

Modal sosial masyarakat di desa lebih besar dari pada masyarakat perkotaan, hal ini tentu saja membantah pendapat dari pierre boourdieeu yang mengatakan bahwa modal sosial lebih berlaku di masyrakat perkotaan. Di desa modal sosial yang masih bertahan salah satunya yaitu wirid yasinan ibu-ibu setiap minggu nya. Melalui kegiatan wirid yasinan para ibu-ibu melakukan kegiatan yang menunjang dan mempererat hubungan sosial dan solidaritas antara masyrakat di desa.

Rutinitas yang sering ini membuat modal sosial yang dimiliki masyrakat desa jauh lebih besar dari masyrakat kota. Hal ini didasarkan bahwa meski telah mengalami perubahan karena modernisasi dan globalisasi namun kegiatan keagamaan menjadi sarana bagi masyrakat untuk tetep menjalin hubungan sosial, berinteraksi sosial, dan membangun jaringan sosial yang memperkuat modal sosial setiap individunya.

Modal sosial (social capital) sangat tinggi pengaruhnya terhadap perkembangan dan kemajuan berbagai sektor ekonomi.  Di sektor pertanian misalnya, upaya pemerintah terutama di negara-negara agraris Asia, untuk meningkatkan produksi seringkali mengalami kegagalan walaupun berbagai input modal telah mengucur ke pedesaan seperti pupuk, perlatan-perlatan modern, irigasi modern, dan  berbagai fasilitas kredit yang melimpah.  Tanpa mengabaikan beberapa tekanan struktural, seperti misalnya yang bersumber dari disparitas yang tinggi atas penguasaan lahan,  kegagalan meningkatkan produksi sangat berkait erat dengan spektrum modal sosial yang sangat lemah.  Faktor ini sama sekali tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah (Putnam, 1993).

Pembangunan industri, baik industri besar, sedang mupun industri kecil akan mengalami hambatan di negara yang memiliki tingkat modal sosial yang rendah.  Modal sosial akan menghasilkan energi kolektif yang memungkinkan berkembangnya jiwa dan semangat kewirausahaan di tengah masyarakat, yang selanjutnya akan mendorong berkembangnya dunia usaha.  Industri besar yang akan dimiiliki para investor lokal maupun asing akan mungkin bertumbuih kembali di tengah masyarakat yang memiliki tradisi dan nilai kejujuran (trust), terbuka (positive externalities), dan memiliki tingkat empati yang tinggi.  Tanpa itu investor akan menghindar karena suasana ketidakjujuran, kebencian, sakwasangka, intrik dan hilangnya toleransi.  Faktor ini hampir tidak mendapat perhatian dari umumnya negara-negara berkembang sebagai dari upaya promosi investasi.

Melalui kegiatan yasinan proses pelaksanaan modal sosial yang mempengaruhi perkembangan ekonomi adalah dengan adanya sharing dan diskusi selesai pelaksanaan yasinan. Melalui yasinan inilah masyrakat bisa saling bertukar informasi baik informasi pemerintah maupun ekonomi.

Sociopreneur atau wirausaha sosial merupakan bentuk dari suatu upaya dari organisasi ataupun perusahaan agar bisa memberikan dampak sosial dan bukan hanya sekedar mencari keuntungan semata Memulai social enterprise hampir sama dengan memulai usaha atau membangun perusahaan sendi di bidang apapun. Bedanya, biasanya untuk socieopreneur  kita bisa memulai dengan 5 pertanyaan ini sebelum kemudian turun dan memutuskan menjadi seorang sociopreneu r : Apakah masalah sosial yang membuat kita ingin membangun social enterprise? Bagaimana proses pemberdayaan yang akan kita lakukan bersama masyarakat untuk mendukung pemecahan masalah sosial tersebut? Apa saja prinsip bisnis etis yang akan kita implementasikan? Apakah kita bisa melihat kegiatan ini sebagai sesuatu yang berkelanjutan dalam jangka panjang, atau hanya menjadi proyek idealis saja? Akan seperti apakah dampak sosial dari social enterprise kita ini? Nah, jika tertarik mulai membangun soci

Teori system sosial menjelaskan tentang dinamika oganisasi dalam istilah-istilah dari jaringan sosial- hubungan dan interaksi orang didalam dan diuar organisasi. Blau dan Scott (1962) mengenalkan dua prinsip dasar yang membantu mendefinisikan sistem sosial. Salah satunya adalah susunan hubungan-hubungan sosial, atau pola-pola dari interaksi-interaksi sosial didalam sistem sosial.. Yang lain adalah budaya, atau nilai-nilai kebersamaan dari orang-orang di dalam sistem sosial. Hal ini berguna untuk mengingat bahwa susunan hubungan sosial dan budaya dari organisasi dapat dilihat secara formal, informal atau holistik. Struktur sosial ditentukan oleh jenis interaksi sosial, antara orang dengan berbagai status dalam organisasi. Tindakan Sosial mengacu pada jenis dan tingkat interaksi di antara mereka dalam sebuah organisasi, apakah mereka lebih tinggi, rendah, atau berorientasi pada teman sebaya. Misalnya, penting untuk dicatat bagaimana-sering dan panjangnya orang bercakap-cakap satu de

MAKALAH SOSIOLOGI EKONOMI

“PENDIDIKAN SEBAGAI KAPITAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN ”

Perbedaan kapital sosial di kota dan di desa

Disusun oleh kelompok 8 :

Tito Bagus Setiawan

Ermantha Rani

Rafid Nafi’a Rafif

Devvy

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Bahwa penulis telah menyelesaikan tugas mata kuliah sosiologi ekonomi dengan membahas “PENDIDIKAN SEBAGAI KAPITAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN”.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kam hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelncara dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, kerabat dan teman-teman kami, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasi kepada :

  1. Dosen mata kuliah Sosiologi Ekonomi yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kelompok kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
  2. Otang tua, teman dan kerabat yang telah membantu, membimbing, dan mengataso berbagai kesulitan sehingga tuga ini selesai.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,

Amin

Penulis.

Kelompok 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara etismologis, kapital berasal dari kata “ Capital “, yang berasal bahsa latin, caput, berarti ”kepala”. Sedangkan pada abad 12-13 arti yang dipahami adalah dana, modal, persediaan barang, sejumlah uang dan bunga uang pinjaman.

Dalam pembahasan ini, kami mencoba melihat makna dari “ Kapital “ dari perspektif sosiologi ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh ( Lawang (1990:20) ), kapital tidak diartikan sebagai modal seperti kelaziman yang dilakuakn oleh banyak orang. Alasannya adalah, yaitu : pertama, Capital ( Inggris ) memang berarti modal, boleh dalam bentuk yang biasa digunakan untuk belanja barang kapital fisik  ( physicl capital goods ) yang memungkin suatu investasi dapat berjalan. Kedua, dalam bahasa Indonesia orang sering menggunakan istilah “modal dengkul”, artinya tidak ada uang yang digunakan untuk modal belanja barang kapital fisik, kecuali tenaga orang itu sendiri. Ketiga, konsep kapital berkait dengan suatu investasi. Oleh karna itu, kapital berhubungan dengan suatu proses yang cukup panjang, yang tidak bisa langsung digunakan seperti halnya “dengkul“ yang ada di depan mata dan siap digunakan ( Damsar dan Indrayani (2013:206) ).

Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan tumpuan bagi perusahaan atau organisasi untuk tetap dapat hidup di Era abad 21. Sumber daya manusia atau human capital merupakan modal yang sangat penting dan strategis pada sebuah kehidupan organisasi perusahaan. Investasi yang dilakukan untuk peningkatan sumber daya manusia ini tidaklah kecil jumlahnya, namun hasilnya sulit untuk dirasakan dalam jangka pendek. Perlu waktu lama dan kesabaran serta metode yang tepat untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang diinginkan. Salah satu modal yang melekat pada manusia adalah modal sosial atau kapital sosial.

Dalam pembangunan ekonomi, pendidikan dipandang sebagai investasi dalam kapital manusia. Dengan investasi, diharapkan akan diperoleh keuntungan, diantaranya adalah pendidikan yang diperoleh melalui partisipasinya dalam pasar kerja (Hambran,2014).

Daerah pedesaan  sebenarnya memiliki potensi sumber daya yang besar untuk dieksplor, namun karena kurangnya kesadaran  akan pentingnya pendidikan, maka perkembangan pendidikan akan terhambat, hal ini benar-benar terjadi disekitar kita. Dibandingkan masyarakat perkotaan, masyarakat desa juga memiliki kualitas Sumber Daya Manusia yang jauh dibawah masyarakat perkotaan.

Maka dari itu kapital sosial merupakan filter yang harus dilewati dimana aliran sumber daya manusia dan modal keuangan dari orang tua dan masyarakat kepada anak, yang menghasilkan tingkat pendidikan lebih baik. Jika modal sosial rendah akan membawa pada konflik nilai-nilai dan rendahnya kepercayaan. Artinya pentingnya peningkatan partisipasi hubungan sosial di negara atau daerah transisi untuk menghasilkan sumber daya manusia untuk mencapai pembangunan lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Apa pengertian dari kapital sosial?
  2. Bagaimana kapital sosial dalam masyarakat?
  3. Bagaimana kapital sosial sebagai pembangun pedesaan?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:

  1. Mengetahui pengertian dari kapital sosial.
  2. Mengetahui bagaimana kapital sosial dalam masyarakat desa.
  3. Mengetahui kapital sosial sebagai pembangun pedesaan

1.4 Manfaat penulisan

Memahami tentang konsep pendidikan sebagai kapital sosial dalam prespektif sosiologi ekonomi kemudian melihat bagaimana pendidikan sebagai kapital sosial, dan sebagai salah satu faktor pembangunan ekonomi.

BAB II

PEMABAHASAN

  • PENGERTIAN KAPITAL SOSIAL DALAM PRESPEKTIF SOSIOLOGI

Menurut Piere Bourdieu (1986), kapital sosial sebagai sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembaga serta berlangsung terus-menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik (dengan kata lain, keanggotaan dalam kelompok sosial) yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan kolektif.

Sementara Robert M.Z lawang (2004) mendefinisikan kapital sosial sebagai semua kekuatan sosial komunitas yang dikonstruksiikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual dan/ atau kelompok secara efisien dan efektif dengan kapital lainnya.

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kapital sosial merupakan investasi sosial, yang meliputi sumber daya sosial seperti jaringan, kepercayaan, nilai, dan norma serta kekuatan menggerakkan dalam struktur hubungan sosial untuk mencapai tujuan individual dan/ atau kelompok secara efektif dan efisien dengan kapital lainnya (Enha, 2012).

James Coleman (1990 : 300) seorang sosiolog. Menurut Coleman, Kapital Sosial didefinisikan dengan fungsinya. Kapital sosial merupakan seperangkat sumber daya yang inheren dalam hubungan keluarga dan dalam organisasi sosial komunitas serta sangat berguna bagi pengembangan kognitif dan sosial seorang anak”. Coleman menambahakan bahwa kapital sosial merupakan aspek dari struktur sosial serta memfasilitasi tindakan individu dalam struktur sosial. Lalu kapital sosial, menurut Coleman (1990), memiliki berbagai bentuk, yaitu antara lain : kewajiban dan harapan, potensi informasi, norma dan sanksi yang efektif, hubungan otoritas, dan organisasi sosial yang bisa digunakan secara tepat.

Alejandro Portes (1995: 12-13), membatasi kapital sosial sebagai “kemampuan individu-individu untuk mengatur sumber-sumber langka berdasarkan keanggotaan mereka dalam jaringan atau struktur sosial yang lebih luas”. Sumber-sumber langka tersebut dapat bersifat nata secara ekonomi seperti potongan harga dan utang bebas bunga, atau tidak nyata seperti informasi tentang kondisi bisnis.

Robert  Putnam (1993), definisi tentang kapital sosial dari Putnam lebih eksplisit dan jelas serta dikonstruksikan dari acuan pustaka yang lebih luas, yang merupakan gabungan dari saripati dari definisi para ahli lain seperti Coleman, Glenn Loury, P.A. Wallace, A. Le Mund dll. Menurut Putnam, Kapital Sosial menunjuk pada bagian-bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, norma dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkoordinasi. Dengan kata lain, kapital sosial itu bersifat produktif, memungkinkan pencapaian tujuan tertentu, yang tanpa kontribusinya tujuan itu tidak akan tercapai. Dicontohkan bagaimana petani mencari rumput dan meminjamkan alat-alat kepada petani lain. Wujud struktur sosial yang menjadi satuan analisis studi Putnam ataupun pengikut aliran ini adalah institusi sosial (termasuk didalamnya analisis kebutuhan pokok, cara-cara pemenuhan kebutuhannya baik dalam pengembangan perilaku maupun dalam bentuk organisasi). Kekeliruan yang seringkali terjadi dalam penelitian seperti ini adalah satuan analisis organisasi lebih menonjol daripada alisisi struktural/institusional yang merupakan ciri khas analisis sosiologik.

Jonathan H. Turner (2005), kapital sosial menunjuk pada kekuatan-kekuatan yang meningkatkan potensi untuk perkembangan ekonomi dalam suatu masyarakat dengan menciptakan dan mempertahankan hubungan sosial dan pola organisasi sosial. Menurut penulis definisi dari Turner adalah definisi kapital sosial yang lebih dekat dengan sosiologi, namun terdapat kekurangan secara operasional ketika harus digunakan untuk melakukan penelitian lapangan, yaitu. Pertama kekuatan yang dimaksud sangat luas dan tidak spesifik karena bisa menunjuk pada kekuatan personal, individual, psikologi, struktural, politik, agama, budaya, gaib, mafia, atau apa saja sepanjang dia dapat mendorong potensi untuk perkembangan ekonomi. Kedua fungsi kapital sosial hanya terbatas pada tujuan-tujuan yang bersifat ekonomi saja. Dan yang ketiga, definisi ini tidak memberikan alternatif yang sudah dikembangkan oleh para ahli ekonomi-sosiologi (atau sosiologi perekonomian).

Nan Lin (2001 : 17) membatasi pengertian kapital sosial sebagai suatu investasi dalam hubungan sosial oleh invidu-invidu melalui mana mereka memperoleh akses terhadap sumber-sumber terlekat (embedded resources)untuk meningkatkan hasil yang diharapkan dari tindakan-tndakan yang ekspresif atau instrumental.

Maka dari itu dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kapital sosial meupakan investasi sosial, yang meliputi sumber daya sosial seperti jaringan, kepervayaan, nilai dan norma serta kekuatan menggerakkan, dalam struktur hubungan sosial untuk mencapai tujuan invidual dan/atau kelompok secara efisien dan efektif dengan kapital lainnya.

  • KAPITAL SOSIAL DALAM MASYARAKAT

Dalam kehidupan dimasyarakat yang bersifat sehari-hari keperangkatan sosial lebih dikenal degan arisan, simpan pinjam, serikat tolong menolong, kelompok jama’ah ta’alim. Kepranataan dapat dilihat dalam upacara adat, kegiatan masyarakat seperti perkawinan, kelahiran, kematian dan yang lain. Semuanya diperkuat nilai- nilai sosial dan kearifan lokal yang sidah melembaga dengan baik seperti nilai kebersamaan, kepranataan dan nilai-nilai sosial tertentu mampu membuat jaringan strategis sebagai wahana pembangunan masyarakat.

Keperangkatan, kepranataan dan nilai-nilai sosial tersebut didalam kapital sosial merujuk pada bagian organisasi sosial seperti kepercayaan norma dan jaringan yang dapat meningkatkan efisensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan terkoordinasi dalam masyarakat. Kapital sosial merujuk pada institusi hubungan sikap dan nilai yang membimbing interaksi konstribusi pada perkembangan ekonomi dan sosial. (Robert M. Z. Lawang, 2004).K

Kapital sosial dioperasionalkan dalam bentuk keperangkatan, kepranataan dan  nilai-nilai  sosial   yang  tumbuh  dalam  masyarakat.  Kapital  sosial dalam keperangkatan yakni kelompok keagamaan yang berfungsi dalam pemeliharaan dan peningkatan keagamaan akativitas keagaamaan berdampak sosial. Kelompok berkumpul meningkatkan keagamaan dan mengumpulkan infak yang selanjutnya disalurkan pada orang yang tidak mampu, seperti orang miskin, orang jompo dan pemberian beasiswa pada anak miskin. Kelompok arisan dan koperasi simpan pinjam yang bersifat agak tertutup dan terbatas. Kelompok ini berkumpul dalam setiap bulan untuk melakukan arisan dan meminjamkan uang pada anggotanya dan dikembalikan dalam tempo tertentu. Jumlah besaran nominal maksimal peminjaman bersifat terbatas dan dikarenakan kondisi uang yang ada juga terbatas.

Aktivitas kapital sosial merupakan pemenuhan kebutuhan bersama, pendidikan dan penanganan permasalahan sosial. Pemenuhan kebutuhan bersama terjadi dalam masyarakat dengan dengan melakukan kerjasama dalam pemberian bantuan serta koperasi simpan pinjam sebagai bentuk pinjaman yang diharapkan digunakan untuk barang yang bersifat produktif. Penanganan permasalahan sosial yang terjadi dimasyarakat yakni dengan cara berkelompok (gotong royong) dalam mengerjakannya misalkan pada upacara adat, perkawinan dan kematian dalam masyarakat. Kapital sosial tersebut mempererat hubungan antara anggota masyarakat serta menjadikannya hubungan yang harmonis sehingga lebih mudah dalam menangani permasahan sosial yang ada. Penanganan permasalah sosial yang ada ini menjadikan masyarakat mudah dalam mencapai kesejahteraan dan memperlancar pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

  • PENDIDIKAN SEBAGAI KAPITAL SOSIAL

Kapital sosial adalah investasi sosial dalam stuktur hubungan sosial untuk meraih tujuan yang diharapkan. Adapun yang dimaksud investasi sosial disini adalah sumber daya sosial seperti jaringan, kepercayaan, nilai, dan norma. Jaringan sosial adalah hubungan antar individu yang memiliki makna subyektif yang berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu berbagai simpul dan ikatan. Kepercayaan sebagai seperangkat harapan yang dimiliki bersama-sama oleh semua yang berada dalam pertukaran. Sedangkan nilai dipahami sebagai gagasan mengenai apakah sesuatu pengalaman berarti, berharga, bernilai, dan tidak pantas. Dan norma sebagai sumber daya social terakhir, dipahami sebagai aturan main bersama yang menuntun perilaku seseorang. Norma memberikan kita suatu cara dimana kita mengorientasikan diri kita terhadap orang lain.

Ketika sesorang mengikuti  pendidikan formal dan informal, maka dia akan memperoleh segala sumber daya social  seperti jaringan, kepercayaan, nilai dan norma. Seiring bertambah  banyak kita mengikuti pendidikan formal maupun informal, maka jaringan sosial yang kita dapat juga akan semakin banyak dan luas. Terutama dalam pendidikan formal, ketika seseorang menyelesaikan studi disuatu sekolah atau perguruan tinggi, maka ia memperoleh predikat sebagai alumni.  Capital sosial yang diolah dari sumber daya jaringan alumni akan bertambah kuat bila orang tersebut mampu menciptakan suatu derajat kepercayaan antara dirinya dengan para alumni lainnya. Selain itu, ketika dia masih sebagai siswa atau mahasiswa, dia juga memperoleh nilai dan norma tertentu. Biasanya nilai dan norma tentang kerja keras, jujur, santun, dan lainnya yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Bila kesemua itu dapat dikelola dengan baik, maka capital sosial yang dimiliki akan semakin kuat (Enha, 2012).

  • PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT PEDESAAN

Manfaat pendidikan bagi masyarakat pedesaan sebagai instrumen pembebas, yakni membebaskan masyarakat pedesaan dari belenggu kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, dan penindasan. Selain itu, pendidikan yang baik seharusnya berfungsi pula sebagai sarana pemberdayaan individu dan masyarakat desa khususnya guna menghadapi masa depan. Masyarakat pedesaan yang terberdayakan sebagai hasil pendidikan yang baik dapat memiliki nilai tambah dalam kehidupan yang tidak dimiliki oleh masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Sehingga jelas, peranan pendidikan sebagai kebutuhan pokok yang mendasar dan haruslah terpenuhi bagi masyarakat pedesaan dalam manfaat lainnya untuk meningkatkan taraf hidup dan kesajahteraan hidup yang berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Babaita dan Biriescu (2013), bahwa di Rumania pendidikan di pedesaan sendiri memberikan pengaruh cukup besar bagi pembangunan daerah. Sebab secara realitas daerah di Rumania terdiri dari kombinasi desa dan kota dalam proporsi populasi dikenal: 46% pedesaan vs 54% perkotaan. Indikator fenomena penting, bahwa kesuburan dan tingkat kelahiran yang ada di beberapa desa, memiliki angka yang sangat rendah. Situasi ini bahkan lebih serius sebagai 75% dari kemiskinan Rumania terkonsentrasi di daerah pedesaan.

2.5  SOCIAL KAPITAL SEBAGAI FAKTOR PEMBANGUNAN

Pendidikan mampu membangun kesadaran akan hakekat pembangunan modal sosial. Negara-negara yang yang memiki modal sosial yang kuat terbukti sangat mementingkan pendidikan bagi rakyatnya. Selanjutnya, modal sosial yang baik akan mendukung pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Pembanguan sosial yang dilakukan oleh Pemerintah dengan melibatkan partisipasi masyarakat sehingga bersifat demokratis dan sesuai dengan issu politik global dalam pembangunan. Sebagai makhluk sosial, setiap masyarakat atau komunitas seharusnya memiliki modal sosial, tentu dengan derajat modal sosial yang berbeda antara satu masyarakat (komunitas) dengan satu masyarakat (komunitas) yang lainnya.

Membangun pendidikan berkualitas sangat berperan besar dalam membentuk kualitas individu ataupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. Dalam ruang ini pendidikan perlu didudukkan sebagai sebuah nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Jika nilai pengetahuan menjadi dominan dalam setiap gerak masyarakat, dengan sendirinya masyarakat akan termotivasi dalam menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Bila keinginan untuk mendapatkan pengetahuan demikian tinggi di masyarakat, akan berakibat pada motivasi anak untuk memasuki lembaga pendidikan dengan bekal, keinginan untuk mengetahui yang mengakar. Disisi lain, membangun motivasi guru sebagai pendidik untuk terpanggil sebagai media dalam proses pendidikan.  (Azzamit, 2012).

Ada dua pendekatan yang berhubungan human capital terhadap pertumbuhan ekonomi. Alasan pertama nilai pertumbuhan ekonomi yang dihubungkan dengan akumulasi angka human capital . Kedua, angka pertumbuhan didasarkan pada jumlah human kapital. Perkembangan terbaru dalam teori pertumbuhan ekonomi yaitu human kapital menciptakan ekternalitas positif, seperti; modal finansial tidak membuat arus finansial terhadap negara miskin dengan tingkat pendidikan rendah. Sebab pendidikanlah seorang individu akan lebih produktif yang akhirnya akan menambah tenaga kerja yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan nasional.

Hal itu sejalan dengan yang dikatakan Atalay (2014)  bahwa “Keuntungan khusus yang diperoleh oleh individu dalam mengambil pendidikan, tetapi tidak mencerminkan pada masyarakat. Laba ini muncul di cara yang pendidikan memungkinkan individu untuk memperoleh pendapatan berupa peningkatan kemungkinan, produktivitas dan kapasitas produktif dari kerja di masa depan, secara tidak langsung untuk mendapatkan keuntungan dari lebih banyak barang dan jasa. Sosial pengembalian manfaat bahwa individu tidak bisa tepat, tetapi tercermin kepada anggota lain dari masyarakat Manfaat ini akan mencerminkan terhadap pendapatan nasional dengan meningkatkan penerimaan pajak dan produktivitas individu terdidik ke masyarakat”.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kapital sosial adalah dimana terciptanya kepercayaan diantara anggotanya juga tercipta jaringan adanya norma dan nilai yang memungkinkan untuk bekerjasama. Kapital sosial ialah ketika kelompok dan kerjasama yang ada dalam struktur sosial bersifat melekat dan menjadi aturan bersama seluruh masyarakat dan muncul menjadi tindakan sehari-hari dalam suatu masyarakat.

Kapital sosial dalam masyarakat dioperasionalkan dalam bentuk keperangkatan, kepranataan dan nilai-nilai sosial yang tumbuh dalam masyarakat. Aktivitas kapital sosial merupakan pemenuhan kebutuhan bersama, pendidikan dan penanganan permasalahan sosial. Kapital sosial tersebut mempererat hubungan atara anggota masyarakat serta menjadikannya hubungan yang harmonis sehingga lebih mudah dalam menangani permasahan sosial yang ada. Penanganan permasalah sosial yang ada ini menjadikan masyarakat mudah dalam mencapai kesejahteraan dan memperlancar pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Enha, Dedy (2012), Pendidikan Sebagai Kapital, (online),

http://dedyenha.blogspot.co.id/2012/11/makalah-pendidikan-sebagai-kapital.html, Diakses pada 13 November 2015

Hambran (2014), Minimnya Pendidikan Masyarakat Desa, (online),

http://panser27.blogspot.co.id/2014/10/minimnya-pendidikan-masyarakat-desa.html, Diakses pada 14 November 2015.

Azzamit, Insan (2012), Peranan Capital Social Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan,                     (online), http://insanazzamit.blogspot.co.id/2012/11/peranan-capital-                     social-dalam.html Diakses pada 22 November 2015

Atalay, Refika (2014), The education and the human capital to get rid of the middle-

income trap and to provide the economic development, Procedia – Social and Behavioral Sciences 174 ( 2015 ) 969 – 976

Biriescu, Simona and Carmen Babaita (2013), Rural education, an important factor of                   regional development in the context of local government strategies,              Procedia – Social and Behavioral Sciences 124 ( 2014 ) 77 – 86