Orang bodoh tetapi memiliki sifat dermawan lebih baik daripada orang pintar tetapi kikir

Semua orang bersepakat, bahwa menjadi pintar itu penting, menjadi kaya itu juga penting, tetapi kedua kelebihan itu jangan ditambah lagi dengan yang satu berikut ini, ialah kejahatan. Sebab, orang pintar dan kaya, manakala ia jahat maka akan sangat membahayakan bagi siapa saja. Kepintaran dan kekayaan itu jika digunakan untuk melakukan kejahatan, maka kerusakan yang ditimbulkan akan luar biasa besarnya.

Orang pintar akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan, bahkan juga persoalan orang lain. Kepintaran tentu akan menjadi lebih berdaya guna jika ditopang oleh kekayaan. Dengan kekayaan itu, orang pintar akan leluasa mendayagunakan kepintarannya hingga melahirkan karya-karya yang bermanfaat bagi kehidupan. Apalagi, ketika kepintaran dan kekayaan itu masih ditambah dengan akhlak yang mulia, maka akan melahirkan sosok manusia ideal.

Sebaliknya, orang bodoh dan miskin biasanya tidak akan bisa memberi sumbangan apa-apa, termasuk pada dirinya sendiri. Orang bodoh dan miskin jika ia berwatak jahat, maka kejahatannya juga tidak akan membawa kerusakan besar, paling-paling dampaknya hanya terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang jahat tidak perlu pintar dan apalagi kaya. Lebih baik, mereka itu tetap bodoh, agar tidak terlalu mengganggu dan membuat kerusakan.

Kenyataan tersebut menjadikan orang berpandangan bahwa, pendidikan akhlak, budi pekerti, atau karakter menjadi amat penting diberikan di semua lembaga pendidikan. Upaya memintarkan orang bukan perkara mudah, selalu membutuhkan biaya dan tenaga yang mahal serta waktu yang lama. Namun semua itu tidak akan ada artinya jika hanya menghasilkan orang yang tidak berakhlak atau tidak berkarakter itu. Akhlak mulia adalah sangat penting dan bahkan segala-galanya.

Seringkali kita mendengar orang berpandangan bahwa anaknya harus dipilihkan sekolah yang mudah mendatangkan kekayaan. Setelah lulus agar segera mendapatkan pekerjaan dan bergaji tinggi atau mampu menciptakan pekerjaan sendiri yang menghasilkan uang banyak. Keinginan itu oleh sementara orang bisa dicapai, namun sangat mungkin, seteleh mendapatkan kedudukan tinggi, oleh karena tidak berakhlak mulia, yang bersangkutan melakukan kejahatan dan akhirnya dipenjarakan. Kasus yang demikian itu jumlahnya tidak sedikit dan bisa ditemui di mana-mana.

Sementara orang beranggapan bahwa berbekal kekayaan ilmu pengetahuan, maka dengan sendirinya, seseorang akan berakhlak mulia. Anggapan itu bisa saja ada benarnya, jika ilmu yang dimiliki tersebut berhasil mengantarkan dirinya untuk mengenal Tuhannya. Bagi yang bersangkutan, belajar ilmu pengetahuan bukan sebatas agar mengetahui dan apalagi sekedar lulus ujian, melainkan diniatkan untuk mengetahui siapa sebenarnya Sang Penciptanya. Hal demikian itu sebenarnya diajarkan melalui al Qur'an, bahwa manusia dianjurkan agar selalu merenungkan dan atau memikirkan penciptaan langit dan bumi. Orang yang melakukan hal demikian itu, jika kemudian mendapatkan petunjuk, maka pada saatnya akan menjadikan hatinya lembut atau berakhlak mulia.

Akhirnya, setidaknya ada tiga hal yang seharusnya dikumpulkan, yaitu pintar, kaya, dan berakhlak mulia. Sebaliknya, sebagaimana disebutkan pada judul tulisan ini, yaitu jangan sampai ketika hal lainnya berkumpul pada diri seseorang, yaitu pintar, kaya, dan jahat. Lembaga pendidikan, apapun bentuknya, jika mampu menjadikan seseorang memiliki sedikitnya ketiga kekuatan yaitu akhlak mulia, pintar dan kaya, maka kehadirannya akan ditunggu-tunggu di mana, kapan, dan oleh siapa saja. Juga jangan sampai, lembaga pendidikan sekualitas apapun mengabaikan persoalah akhlak, budi pekerti atau karakter. Sebab hal yang demikian itu justru akan sangat membahayakan bagi kehidupan. Wallahu a'lam

Orang bodoh tetapi memiliki sifat dermawan lebih baik daripada orang pintar tetapi kikir
                        Allah Mencintai HambaNya Yang Dermawan

Donasiberkah – Sahabat, menjadi seorang hamba yang dicintai Allah tentunya sangat didambakan oleh semua muslim. Bagaimana tidak, kita adalah makhluk yang lemah yang sangat membutuhkan kasih sayang dan pertolongan Allah. Sehingga kita harus berupaya untuk mendatangkan kasih sayang Allah, yaitu dengan cara menjalankan semua perintahNya. Yakni dengan beribadah hanya mengharap padaNya. Inilah artikel tentang Allah mencintai hambanya yang dermawan, yuk kita simak.

Sifat Dermawan Dekat Dengan Allah dan Surga

Ada satu sifat yang bisa mendatang kan cinta Allah kepada hambanya yaitu sifat dermawan. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Orang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang bakhil jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka. Sesungguhnya orang bodoh yang dermawan lebih dicintai Allah daripada orang yang pintar yang bakhil” (HR. Tirmidzi).

Kak, memiliki sifat dermawan berarti memiliki arti untuk selalu menebar kebaikan kepada semua orang. Karena kedermawanan itu berasal dari latihan dan pendidikan , maka seorang muslim berusaha menumbuhkan sifat ini yang bersumber dari syariat yang telah ditetapkan. Dan Allah subhanahu wa ta’ala melarang dari sifat yang sebaliknya, maka untuk menumbuhkan akhlak kedermawanan ke dalam jiwa, kita renungkan firman Allah subhanahu wa ta’ala :

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh ?” 

Orang bodoh tetapi memiliki sifat dermawan lebih baik daripada orang pintar tetapi kikir
Allah Mencintai HambaNya Yang Dermawan

Melakukan dalam hal yang baik ternyata tidak hanya menciptakan kebahagiaan, namun juga akan menambah keberkahan di dalam kehidupan kita di dunia maupun di akhirat kelak. Siapa yang tidak ingin menjadi hamba yang dicintai Allah SWT? Kita semua tentu ingin menjadi salah satu hamba yang Allah cintai.

Yuk Tanamkan Sifat Dermawan

Yuk, kita belajar menghilangkan sifat bakhil dan membiasakan berbagi dan menjadi dermawan dari harta yang kita miliki. Semoga kita selalu menanamkan sifat dermawan di dalam diri. Sikap yang tulus ikhlas memberi hanya mengharapkan Ridha Allah Ta’al.

Yuk Tunaikan Sedekah Kita

Yuk Sahabat, sedekahkan sebagian dari harta kita miliki. Sedekah yang sahabat berikan melalui Laznas Griya Yatim & Dhuafa mampu memberikan senyuman dan kebaikan kepada mereka yang membutuhkan.

Orang bodoh tetapi memiliki sifat dermawan lebih baik daripada orang pintar tetapi kikir

Terdapat amalan yang menjauhkan hamba dengan Allah SWT.

Republika/Tahta Aidilla

Terdapat amalan yang menjauhkan hamba dengan Allah SWT. Ilustrasi dermawan.

Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID,

Baca Juga

السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنْ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنْ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ وَالْبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنْ اللَّهِ بَعِيدٌ مِنْ الْجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنْ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنْ النَّارِ وَلَجَاهِلٌ سَخِيٌّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ عَالِمٍ بَخِيلٍ

''Orang yang dermawan (al-sakhi) itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang pelit (al-bakhil) itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka. Orang bodoh yang dermawan lebih dicintai Allah ketimbang ahli ibadah yang pelit.'' (HR Al-Tirmidzi dari Abu Hurairah).

Orang yang dermawan jelas akan mendapat banyak keuntungan, baik di dunia maupun di akhirat. Keuntungan di dunia, misalnya, ia akan dekat dengan masyarakat. Hubungan dengan masyarakat akan cair tanpa ada sekat apapun. Di sisi lain, masyarakat juga akan terbantu oleh sikap kedermawanannya.

Orang yang gemar mendermakan hartanya untuk kepentingan masyarakat, juga tidak akan mengalami defisit kekayaan secuilpun. Tak ada sejarahnya, gara-gara gemar berderma, lantas seseorang menjadi miskin, hartanya ludes atau kesulitan makan. Ini sesuai janji Allah SWT:  

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

''Dan apa saja yang engkau infakkan, maka Allah akan mengganti. Dan Dia-lah sebaik-baik Pemberi Rezeki.'' (QS Saba': 39).

Dan Allah SWT adalah Dzat yang tak pernah mengingkari janji-Nya. Selain itu, orang yang gemar mendermakan hartanya, juga akan dekat dengan Allah SWT yang berarti dekat dengan surga-Nya dan jauh dari neraka-Nya.

Itulah keuntungan para penderma di akhirat kelak. Karenanya, Rasulullah SAW selalu berwasiat bahwa tangan di atas lebih utama ketimbang tangan di bawah. Dengan ujaran lain, penderma lebih utama ketimbang peminta.

Dalam hadis riwayat Imam Al-Tirmidzi, Rasulullah SAW juga berpesan, umatnya tidak dibenarkan iri kecuali pada dua orang. Salah satunya iri kepada seorang yang diberi harta oleh Allah SWT, maka dengan hartanya ia berderma untuk kepentingan masyarakat, baik pada tengah malam maupun siang hari.

Dan sikap seperti ini banyak ditemukan pada diri para sahabat yang agung, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, maupun Ali bin Abi Thalib. Itulah keuntungan materi dan utamanya nonmateri yang akan diraih para penderma.

Sebaliknya, orang yang pelit justru akan jauh dari Allah SWT, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan malah dekat dengan neraka. Artinya, hanya kerugianlah yang akan didapat orang yang pelit, baik di dunia terlebih kerugian di akhirat nanti.

Ibadah ritual yang bersifat vertikal, kemanfaatannya hanya dirasakan pelakunya. Sedangkan berderma yang bersifat horizontal, kemanfaatannya akan dirasakan pelakunya dan juga masyarakat banyak.

Kaidah fikih menyatakan amal perbuatan yang manfaatnya dirasakan orang banyak lebih utama ketimbang amal perbuatan yang hanya dirasakan pelakunya. Itulah sisi kerahmatan dan kepedulian Islam terhadap nasib sesama.    

Orang bodoh tetapi memiliki sifat dermawan lebih baik daripada orang pintar tetapi kikir

sumber : Harian Republika