Musik tradisional gong renteng adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari

You're Reading a Free Preview
Pages 5 to 7 are not shown in this preview.

SENI MUSIK TRADISIONAL

“GOONG RENTENG”

DisusununtukMemenuhiTugas MataKuliahPendidikanMusikAnak

PG-PAUD Semester III

Dosen :NeliSetiawati M.M

Musik tradisional gong renteng adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari

Disusunoleh :

1.

ADE ERNA ANGRAYINI

2.

NOVI CHINTIA

3.

NURRUL PRIMA WISTRI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) Muhammadiyah Kuningan

2012 - 2013

Jl.RayaCigugur No.28 Telp.(0232) 874085 Fax. (0232) 871281 kuningan 45511

Website :www.umku.ac.id

KATA PENGANTAR

Pujisyukurpenulispanjatkankehadiratallah SWT karenaataslimpahanrahmatdankarunianyapenulisdapatmenyelesaikanmakalah yang berjudul ”SeniMusikTradisionalGoongRenteng”yang merupakansalahsatutugasdarimatakuliahPendidikanSeniMusikAnak.

Indonesia merupakannegarakepulauan yang terdiridaribanyakpulaudanmemilikiberbagaimacamsukubangsa, bahasa, adatistiadatatau yang seringkitasebutkebudayaan.Keanekaragamanbudaya yang terdapat di Indonesia merupakansuatubuktibahwa Indonesia merupakannegara yang kaya akanbudaya. Tidakbisakitapungkiri, bahwakebudayaandaerahmerupakanfaktorutamaberdirinyakebudayaan yang lebih global, yang biasakitasebutdengankebudayaannasional.Makaatasdasaritulahsegalabentukkebudayaandaerahakansangatberpengaruhterhadapbudayanasional, begitu pula sebaliknyakebudayaannasional yang bersumberdarikebudayaandaerah, akansangatberpengaruh pula terhadapkebudayaandaerah / kebudayaanlokal.

Dalampenulisanmakalahinipenulismendapatkanbantuandariberbagaipihakolehkarenaitupadakesempataninipenulismengucapkanterimakasihkepada:

1.      DosenPembimbing yang telahmembantupenulisdalampenulisanmakalahini.

2.      Temanteman yang selalumemberikandukunganbaikmorilmaupunmateril demi terselesaikannyamakalahini.

3.      Serta semuapihak yang tidakbisapenulissebutkansatupersatu.

Semogaamalibadah yang telah di berikanmendapatbalasan yang berlipatgandadariallah SWT. Amin.

Kuningan,   Desember 2013

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I.PENDAHULUAN

1.1    LatarBelakang...................................................................................... 1

1.2    RumusanMasalah.................................................................................. 3

1.3    Tujuan................................................................................................... 3

BAB II. KAJIAN ILMIAH

2.1    PengertianKebudayaan......................................................................... 4

2.2    KeseniandanIlmuKeindahan (Estetika)................................................ 4

BAB III. PEMBAHASAN

3.1    Sejarah.................................................................................................. 7

3.2    Sinopsis................................................................................................ 11

3.3    AlatMusik yang Digunakan.................................................................. 13

3.4    Tata Cara.............................................................................................. 13

3.5    Tata Busana.......................................................................................... 14

BAB III. PENUTUP

3.1    Kesimpulan........................................................................................... 15

3.2    Saran..................................................................................................... 16

Lampiran.................................................................................................................... 17

 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1          LatarBelakang

Peninggalankebudayaantermasukkeseniandidalamnyamerupakanbuktisejarahperjalananbangsa Indonesia mulaidarizamankezamandenganberbagaikondisiperkembangandunia. Salah satuprioritasdalampembangunanNasionaladalahpelestarian yang wujudnyadapatberupaupaya-upayaperlindungan, pemanfaatan, pemeliharaan, sertapengembanganterhadapwarisanbudayasebagaiaset-asetbangsa.  Aset-asetbangsatersebuttentunyamemilikinilaisejarah, ilmupengetahuan, danekonomi.

Perkembangan jaman yang begitu pesat menghadapkan kita pada suatu krisis. Krisis setiap orang melupakan kebudayaan. Padaumumnyamasyarakatmerasagengsidanmaluapabilamasihmempertahankandanmenggunakanbudayalokalataubudayadaerah.Kebanyakanmasyarakatmemilihuntukmenampilkandanmenggunakankeseniandaribudaya modern dibandingkanbudaya yang berasaldaridaerahnyasendiri yang sesungguhnyajustrubudayadaerahataubudayalokallah yang sangatsesuaidengankepribadianbangsanya.Merekalebihmemilihdanberpindahkebudayaasing yang belumtentusesuaidengankepribadianbangsabahkanmasyarakatlebihmerasabanggaterhadapbudayaasingdaripadabudaya yang berasaldaridaerahnyasendiri.

Oleh karena itu setiap manusia dituntut untuk mengenal kebudayaannya sendiri, khususnya kebudayaan lokal yang ada disekitarnya, guna menciptakan rasa kecintaan terhadap budaya bangsa, agar terciptanya suatu bangsa yang kuat yang menghargai kebudayaannya sendiri tanpa terpengaruhi oleh kemajuan jaman.

Kebudayaan erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Tanpa disadari setiap waktu kita hidup dengan budaya, dengan hasil cipta karya, karsa, dan rasa manusia, dengan barang-barang hasil ciptaan manusia yang tujuannya guna mempermudah hidup manusia itu.

Kuningan merupakan Kabupaten kaya budaya dan di klaim sebagai sumber peradaban pertama di tanah Jawa Barat karena ditemukan adanya situs budaya prasejarah dari jaman Megalitikum yang terletak di Cipari, walaupun kurang memberikan bukti yang kuat.

Kelurahan Cigugur merupakan salah satu wilayah yang memiliki keunikan tersendiri di kabupaten Kuningan. Diferensiasai sosial dan masyarakat multikultural sangat lekat dengan  budaya tradisionalnya menjadikan Kelurahan Cigugur sebagai sentra budaya dan menjadi ikon Kabupaten Kuningan. Terletak di kaki gunung tertinggi di Jawa Barat, Gunung Ciremai, menjadikan Kelurahan Cigugur yang subur, sejuk, dan menjadi sumber mata air bersih melimpah dan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat lokal. Karena karunia Allah SWT yang melimpah itu, masyarakat Cigugur melakukan suatu tradisi yang disebut Seren taun. Acara Seren Taun yang diselenggarakan setiap tanggal 18 Raya Agung sampai 22 Raya Agung ini merupakan bentuk ucapan rasa syukur kepada Sang Pencipta dan sebagai tontonan unik dan tersendiri bagi warga lokal maupun wisatawan.

Maka atas dasar uraian di atas dapatlah diambil suatu hal yang sanagat penting, pengembangan wilayah ini sebagai sarana pariwisata dinilai perlu diperhatikan secara langsung oleh pemerintah. Peran pemerintah dinilai penting dan dibutuhkan dalam meningkatkan Pariwisata di Kabupaten Kuningan khususnya Cigugur.“ Kenalilah dirimu sendiri sebelum kau mengenalkan diri pada orang lain”, mungkin ungkapan tadi harus kita tanamkan terlebih dahulu pada masyarakat Kuningan dalam mengenal kebudayaan di Cigugur.

Atas dasar itulah saya sebagai penulis ingin mengetahui dan mempelajari lebih jauh tentang Kebudayaan Kuningan di Cigugur. Maka dalam makalah ini penulis  memilih judul : “SeniTradisionalGoongRenteng”, yang nantinya agar berguna bagi khalayak, khususnya warga Kuningan sendiri.

1.2          RumusanMasalah

Berdasarkanlatarbelakangmasalah yang dikemukakan di atas, terdapatbeberaparumusanmasalaheratkaitannyadengan“SeniTradisionalGoongRenteng”, yaitusebagaiberikut:

a)         Apasejarahdaridaerahcigugurdansejarahmengenaiupacaraserentaun?

b)        Bagaimanasinopsis yang mengenaigoongrenteng?

c)         AlatMusikapasaja yang dipergunakan?

d)        Bagaimanatatacarapementasangoongrenteng?

e)         Bagaimanatatabusanaparapemaingoongrenteng?

1.3          TujuanMakalah

Berdasarkanrumusanmasalah di atasmakatujuanmakalahiniialahuntukmengetahui:

a)      Mengetahuisejarahdaridaerahcigugursertasejarahmengenaiupacaraserentaun.

b)      Mengetahuisinopsismengenaigoongrenteng.

c)      Dapatmengetahuialat music apa yang dipergunakan.

d)     Mengetahuitatacarapementasangoongrenteng.

e)      Mengetahuitatabusanaparapemain.

1.4          ManfaatMakalah

Dengan di susunnyamakalahini di harapkandapatmenambahwawasandanpengetahuanpenulistentangbudayalokal.

BAB 2

KAJIAN ILMIAH

2.1          Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar  (Koentjaraningrat, 1984 : 9 ; dan 1986 : 180).

Prof. Dr. Prijono, guru-besar di Universitas Indonesia dan Mentri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan  pada zaman pemerintahan Soekarno, menurut beliau secara formil kata kebudayaan   berasal dari kata budaya jamak dari budhi yang telah lazim kita pakai dalam bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah kita dalam bentuk budi. Jika demikian, maka kebudayaan dapat diartikan sebagaisegala hasil manusia atau hasil dari segala budhi manusia.

Iih Abdurochim, Ph. D., Lektor di IKIP Bandung, menyimpulkan: “Kebudayaan itu adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia, baik dahulu maupun sekarang, yang kongkrit maupun yang abstrak. Jadi kebudayaan adalah lawan daripada alam (kultur lawanya natur)”. Selanjutnya beliau berkata pula: “Kebudayaan terdiri dari berbagai segi atau aspek dan unsur atau elemen.”

2.2          Kesenian dan Ilmu Keindahan ( Estetika)

Umumnya bagi orang berbahasa Indonesia, kebudayaan adalah “kesenian”, yang bila dirumuskan, bunyinya sebagai berikut:

Kebudayaan dalam arti kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan pancaindranya (yaitu penglihat, penghidu, pengecap, perasa, dan pendengar).

Menurut para ahli filsafat, khususnya E. Kant, ilmu estetiksa adalah kemampuan manusia untuk mengamati keindahan lingkungannya secara teratur. Berkaitan dengan penilaian mengenai keindahan itu, aturan-aturannya tentu banyak. Sejak beribu-ribu tahun (mungkin bahkan lebih lama), yaitu sejak manusia purba masih hidup, keindahan dicapai dengan meniru mirip lingkingan itu, manusia kadang-kadang berhasil menirunya dengan hampir sempurna. Dikatakan hampir sempurna, karena masih ada bedanya. Seni rupa yang meniru mirip lingkungan itu menjadi aliran yang sekarang disebut “aliran naturalisme”, sementara yang berbeda dengan lingkungan, tetapi masih memiliki keindahan, disebut ”aliran seni rupa primitif”. Kita mengenal lukisan-lukisan dinding yang dihasilkan manusia-manusia purba di dinding-dinding gua tempat ia berteduh atau tinggal, yang seringkali memiliki keindahan yang khas.

Pada suatu ketika manusia kemudian berhenti untuk menirulingkungan, tetapi menggunakan garis-garis dan lingkungan-lingkungan geometrik, dekoratif, sesuai dengan penilaian keindahan dan kreativitas seniman yang bersangkutan. Sebenarnya penduduk Irian Jaya pun telah meninggalkan upaya untuk meniru lingkungan tatkala mereka menciptakan tiang-tiang mbis, yaitu patung-patung yang menggambarkan orang-orang yang disusun secara vertikal. Patung-patung ini sebenarnya menggambarkan silsilah orang dengan para leluhur.

Kesenian bagi cabang ilmu pengetahuan tidak hanya diartikan sebagai tari-tarian, tetapi terutama seni pembuatan tekstil (termasuk batik, ikat, dan songket). Dalam hal ini, arti, kedudukan, dan simbolik dari motif-motif yang ditampilkan dalam seni pembuatan tekstil ini menduduki tempat yang penting dalam antropologi.

Namun di samping itu, hampir semua cabang kesenian tradisional pun mendapat perhatian yang mendalam dari antropologi.

Berdasarkan indera penglihatan manusia, maka kesenian dapat dibagi sebagai berikut:

(1) seni rupa, yang terdiri dari (a) seni patung dengan bahan batu dan kayu, (b) seni menggambar dengan media pensil dan crayon, (c) seni menggambar dengan media cat minyak dan cat air;

(2) seni pertunjukan yang terdiri dari (a) seni tari, (b) seni drama, dan (c) seni sandiwara. Dalam seni pertunjukan, indera pendengaran sebenarnya juga turut berperan, oleh karena di dalamnya diolah pula berbagai efek suara dan musik untuk menghidupkan suasana.

Berdasarkan indera pendengaran manusia, maka kesenian dibagi dalam:

(1) seni musik (termasuk seni musik tradisional), dan

(2) seni kesusastraan. Cabang kesenian yang tersebut terakhir ini juga termasuk dalam bagian ini karena dapat pula dinikmati dan dinilai keindahannya melalui pendengaran (yaitu melalui pembacaan prosa dan puisi).


BAB 3

PEMBAHASAN

3.1          Sejarah

3.1          Sejarah Cigugur

Cigugur adalah nama sebuah tempat, yang terletak kira-kira 3 kilometer sebelah barat Kota Kuningan. Merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk ke Kecamatan Cigugur. Berdasarkan cerita orang sekitar, sebelum ada nama “ Cigugur “, nama tempat tersebut adalah “Dukuh Padara“. Berasal dari satu tokoh yang memegang kekuasaan di sana pada waktu itu, Ki Gede Padara. Padara berasal dari kata “Padan” dan “tarak” atau bertapa.

Ki Gede Padara adalah seorang biksu yang membawa keistimewaan dalam hal menghayati dan mengamalkan ilmu kehalusan budi atau kewenangan. Terceritakan bahwa badan bagian dalam Ki Gede Padara itu dapat terlihat atau tembus pandang, sehingga organ tubuhnya dapat terlihat.

Ki Gede Padara lahir sebelum Kota Cirebon berdiri,kira-kira 12-13 Masehi. Satu periode dengan Ki Gede Padara, di sebelah selatan adalah Talaga, tokohnya adalah Pangeran Pucuk Umum. Dan disebelah utara, Galuh yang dipimpin oleh Pangeran Galuh Cakraningrat, dan Pangeran Aria Kamuning yang memimpin Kuningan atau terkenal dengan Kajene. Meskipun Ki Gede Padara, Aria Kamuning, Pangeran Pucuk Umum, dan Pangeran Galuh Cakraningrat ada ikatan saudara, tapi dalam hal urusan pemerintahan dan kepercayaan mereka pegang sendiri-sendiri. Aria Kamuning, Pangeran Pucuk Umum, dan Pangeran Galuh Cakraningratmemeluk agama Hindu, tapi Ki Gede Padara bersikap mandiri, Hindu bukan , Budha bukan, Islam juga bukan.

Ketika sedang gencar-gencarnya penyebaran agama Islam, di Cirebon berdiri satu Paguron yang didirikan oleh Syech Nurjati. Di sampingnya ada lagi yaitu Syech Maulana Syarif Hidayatullah, yang nantinya terkenal sebagai Sunan Gunung Jati, yang selanjutnya mendirikan Kota Cirebon yang sebelumnya disebut Caruban. Kuwu yang tinggal disana dikenal sebgai Ki Gede Alang yang dikuburkan di dekat Mimbar Masjid Agung Cirebon.

Terceritakan Ki Gede Padara Umurnya sudah sangat tua, malahan ia sudah merasa bosan untuk hidup, ingin cepat-cepat meninggalkan dunia. Tapi jangankan meninggal, hidup seperti orang normal saja sulit, padahal Makam dan nisannya sudah tersedia. Sekalipun Ki Gede Padara mempunyai ilmu untuk menghilang ( ngahiang ). Kemauan Ki Gede Padara akhirnya sampai kepada Pangeran Aria Kamuning yang telah masuk islam. Seterusnya beliau ( Pangeran Aria Kamuning ) meminta bantuan kepada Pangeran Syarif Hidayatullah.

Ketika mendengar laporan itu, Pangeran Syarif Hidayatullah langsung berangkat menuju Dukuh Padara. Ketika, beliau  melihat keadaan tubuh Ki Gede Padara, beliau merasa iba. Sampai beberapa saat beliau merasa tertegun. Keadaan tubuh Ki Gede Padara menggambarkan betapa besar ilmu yang dimilikinya, begitu besarnya dalam mengamalkan kehalusan budinya.

Setelah Ki Gede Padara mengutarakan maksud dan tujuannya, selanjutnya oleh Pangeran Syarif Hidayatullah disanggupi, dengan syarat Ki Gede Padara sanggup mengucapkan kalimat Syahadat. Kemudian oleh Ki Gede Padara disanggupi, baru satu kalimat syahadat yang diucapkan oleh Ki Gede Padara, wujudnya mendadak sirna, lalu Pangeran Syarif Hidayatullah berniat untuk mengambil air Wudhu, tapi mencari air tidak pernah ditemukan, kemudian beliau memanjatkan doa kepada Allah SWT.

Atas ijin Allah Yang Maha Besar, sekejap mata timbul suatu keajaiban, Langit yang tadinya cerah mendadak mendung, suara guntur menyambar-nyambar. Bersamaan dengan itu, dari dalam tanah keluar mata air jernih berkilau. Lama-kelamaan air tersebur menyembur dan membentuk sebuah balong ( kolam ). Sampai sekarang menjadi Balong Keramat yang dihuni oleh ikan Kancra Putih. Kejadian itu berupa pertanda bahwa gugurnya Ilmu Ki Gede Padara. Sejak saat itu Dukuh Padara dikenal sebagai Cigugur yang dikenal sampai sekarang.

3.2          Sejarah Seren Taun

Menurut catatan sejarah dan tradisi lokal, perayaan Seren Taun sudah turun-temurun dilakukan sejak zaman Kerajaan Sunda purba seperti kerajaan Pajajaran.Upacara ini berawal dari pemuliaan terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Asri, dewi padi dalam kepercayaan Sunda kuno.Sistem kepercayaan masyarakat Sunda kuno dipengaruhi warisan kebudayaan masyarakat asli Nusantara, yaitu animisme-dinamisme pemujaan arwah karuhun (nenek moyang) dan kekuatan alam, serta dipengaruhi ajaran Hindu.Masyarakat agraris Sunda kuno memuliakan kekuatan alam yang memberikan kesuburan tanaman dan ternak, kekuatan alam ini diwujudkan sebagai Nyi Pohaci Sanghyang Asri, dewi padi dan kesuburan.Pasangannya adalah Kuwera, dewa kemakmuran.Keduanya diwujudkan dalam Pare Abah (Padi Ayah) dan Pare Ambu (Padi Ibu), melambangkan persatuan laki-laki dan perempuan sebagai simbol kesuburan dan kebahagiaan keluarga. Upacara-upacara di Kerajaan Pajajaran ada yang bersifat tahunan dan delapan tahunan. Upacara yang bersifat tahunan disebut Seren Taun Guru Bumi yang dilaksanakan di Pakuan Pajajaran dan di tiap wilayah.Upacara besar yang bersifat delapan tahunan sekali atau sewindu disebut upacara Seren Taun Tutug Galur atau lazim disebut upacara Kuwera Bakti yang dilaksanakan khusus di Pakuan.

Kegiatan Seren Taun sudah berlangsung pada masa Pajajaran dan berhenti ketika Pajajaran runtuh.Empat windu kemudian upacara itu hidup lagi di Sindang Barang, Kuta Batu, dan Cipakancilan.Namun akhirnya berhenti benar pada 1970-an. Setelah kegiatan ini berhenti selama 36 tahun, Seren Taun dihidupkan kembali sejak tahun 2006 di Desa Adat Sindang Barang, Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor.Upacara ini disebut upacara Seren Taun Guru Bumi sebagai upaya membangkitkan jati diri budaya masyarakat Sunda.

Di Cigugur Kuningan, upacara seren taun yang diselenggarakan tiap tanggal 22 Rayagung-bulan terakhir pada sistem penanggalan Sunda, sebagaimana biasadipusatkan di pendopo Paseban Tri Panca Tunggal, kediaman Pangeran Djatikusumah, yang didirikan tahun 1840. Sebagaimana layaknya sesembahan musim panen, ornamen gabah serta hasil bumi mendominasi rangkaian acara.

Masyarakat pemeluk kepercayaan Sunda Wiwitan tetap menjalankan upacara ini, seperti masyarakat Kanekes, Kasepuhan Banten Kidul, dan Cigugur.Kini setelah kebanyakan masyarakat Sunda memeluk agama Islam, di beberapa desa adat Sunda seperti Sindang Barang, ritual Seren Taun tetap digelar dengan doa-doa Islam.Upacara seren taun bukan sekadar tontonan, melainkan juga tuntutan tentang bagaimana manusia senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, terlebih di kala menghadapi panen.Upacara ini juga dimaksudkan agar Tuhan memberikan perlindungan di musim tanam mendatang.

Upacara Seren Taun diawali dengan upacara ngajayak ( Menjemput Padi ), pada tanggal 18 Rayagung yang dilanjutkan dengan upacara penumbukan padi dan sebagai puncak acaranya pada tanggal 22 Rayagung. Ngajayak dalam bahasa sunda berarti menerima dan menyambut, sedangkan bilangan 18 yang dalam bahasa sunda diucapkan “dalapan welas” berkonotasi welas asih yang artinya cinta kasih serta kemurahan Tuhan yang telah menganugerahkan segala kehidupan bagi umat-Nya di segenap penjuru bumi.

Puncak acara Seren Taun berupa penumbukan padi pada tanggal 22 Rayagung juga memiliki makna tersendiri. Bilangan 22 dimaknai sebagai rangkaian bilangan 20 dan 2. Padi yang ditumbuk pada puncak acara sebanyak 22 kwintal dengan pembagian 20 kwintal untuk ditumbuk dan dibagikan kembali kepada masyarakat dan 2 kwintal digunakan sebagai benih. Bilangan 20 merefleksikan unsur anatomi tubuh manusia. Baik laki-laki ataupun perempuan memiliki 20 sifat wujud manusia, adalah : 1. getih atau darah, 2. daging, 3. bulu, 4. kuku, 5. rambut, 6. kulit, 7. urat, 8. polo atau otak, 9. bayah atau paru, 10. ari atau hati, 11. kalilipa atau limpa, 12. mamaras atau maras, 13. hamperu ataun empedu, 14. tulang, 15. sumsum, 16. lamad atau lemak, 17. gegembung atau lambung. 18. peujit atau usus. 19. ginjal dan 20. jantung.

Ke 20 sifat diatas menyatukan organ dan sel tubuh dengan fungsi yang beraneka ragam, atau dengan kata lain tubuh atau jasmani dipandang sebagai suatu struktur hidup yang memiliki proses seperti hukum adikodrati. Hukum adikodrati ini kemudian menjelma menjadi jirim ( raga ), jisim ( nurani ) dan pengakuan ( aku ). Sedangkan bilangan 2 mengacu pada pengertian bahwa kehidupan siang dan malam, suka duka, baik buruk dan sebaginya. Pada saat acara puncak nya, dengan disertai beberapa kesenian tradisional masyarakat agraris sunda tempo dulu, seperti ronggeng gunung, seni klasik tarawangsa, gending karesmen, tari bedaya, upacara adat ngareremokeun dari masyarakat kanenes baduy, goong renteng, tari buyung, angkulung buncis doodog lonjor, reog, kacapi suling dan lain-lain yang mempunyai makna dan arti tersendiri, khususnya bagi masyarakat sunda.

3.2          Sinopsis

Istilah "goong renteng" merupakan perpaduan dari kata "goong" dan "renteng".Kata ‘goong’ merupakan istilah kuno Sunda yang berarti gamelan, sedangkan kata ‘renteng’ berkaitan dengan penempatan pencon-pencon kolenang (bonang) yang diletakkan secara berderet/berjejer, atau ngarenteng dalam bahasa Sunda.Jadi, secara harfiah goong renteng adalah goong (pencon) yang diletakkan/disusun secara berderet (ngarenteng).

Goong renteng adalah salah satu jenis kesenian tradisional di Kabupaten Kuningan yang memiliki keunikan tersendiri karena Goong renteng ini manakala sudah dibunyikan mempunyai arti tesendiri.Dan hanya dibunyikan pada saat-saat menyambut “tamu agung” atau tamu kehormatan yang memasuki lapangan upacara.

Dalam perkembangannya sekarang ini, Goong renteng sewaktu-waktu tampil memeriahkan acara karnaval atau pawai alegoris pada peringatan hari besar nasional, acara hajatan, pesta dan keramaian lainnya sekaligus mengiringi kepergian tamu yang meninggalkan tempat acara.Khususnya dalam acara satonan, Goong renteng sangat diperlukan.

Goong renteng mirip dengan gamelan degung. Yang membedakan adalah dalam hal usia, goong renteng dianggap lebih tua keberadaannya daripada degung. Sehingga menimbulkan pendapat bahwa gamelan degung merupakan pengembangan dari goong renteng.Mungkin karena ketuaannya, pada umumnya goong renteng sekarang dianggap sebagai gamelan keramat, sehingga pemeliharaannya diperlakukan khusus secara adat. Kelengkapan waditra gamelan renteng tidak sama di setiap tempat, demikian pula lagu-lagunya.

Instrumen Goong Renteng biasanya menyajikan lagu-lagu tradisi, seperti lagu Kebojiro/Papalayon sebagai penghormatan kepada tamu yang akan datang dan pada saat pulang, di susul kemudian lagu pangkur Bale Bandung Besar, Bale Bandung Kecil, Sisir Ganda, Malang Totog, Sampyong, Tunggul Kawung, Randa Nunut, Rindik Subang, Panglima dan lagu ciptaan sekarang yang bisa disesuaikan.

Gamelan itu sampai sekarang sempat dipegang oleh lima turunan yakni, Abah Raksajaya, kemudian turun kepada putranya Bangsajaya, terus kepada kakek Markis Raksajaya, kemudian kepada Jayaperwata dan kepada Raksapura. Gamelan kuno ini sejak dulu disebut goong renteng, sebab ada perbedaan dengan pemasangan gamelan yang biasa, yaitu pemasangan rancaknya harus “direntengkan”, itulah sebabnya gamelan kuno yang satu ini disebut goong renteg.

Pola pengaturan atau manajemenisasi untuk kesenian goong renteng atau kesenian lain harus lebih dilakukan secara jelas dan memiliki kontinuitas agar kesenian ini terjaga eksistensinya sampai kapanpun. Saya anggap goong renteng masih memiliki nilai jual yang masih sangat tinggi. Mungkin selain kesenian ini masih banyak jenis kesenian lain yang kurang diperhatikan. Proses sosialisasi dan revitalisasi untuk kesenian ini harus dilakukan. Kita sebagai orang sunda seharusnya bangga karena kita masih mempunyai aset budaya yang masih amat luhur.Peran birokrasi amat sangat dibutuhkan. Baik pemerintah provinsi, kota, sampai tingkat terkecil pun harus turut berperan dalam usaha pelestarian kesenian ini. Disamping itu, pemerintah juga bertugas untuk mempermanis kesenian ini sehingga dapat memiliki nilai jual yang bertujuan untuk memperbaiki kelangsungan si pelaku kesenian itu.Karena pada hakikatnya perkembangan sektor wisata dapat dikatakan berhasil apabila membawa kemajuan selain untuk perekonomian negara, juga untuk kelangsungan kesenian tersebut serta pelaku kesenian tersebut.Amat sangat disayangkan apabila kesenian ini hilang atau punah karena luput dari perhatian masyarakat sunda pada khususnya.Ironis apabila sebuah aset budaya yang bersifat kearifan lokal yang harus lenyap tanpa bekas.

3.3          Alat Musik Yang Digunakan

Menurut keterangan, Gamelan Kuno yang kini di kenal dengan ” Goong Renteng” teryata usianya sudah 2 abad atau 200 tahun. Pemilik gamelan ini adalah Abah Raksajaya penduduk Kelurahan Sukamulya Kecamatan Cigugur.Gamelan ini dibelinya pada tahun 1792 dari Buyut Anjun Pangeran Pagongan di Cirebon.Gamelannya terbuat dari bahan perunggu terdiri dari 33 buah goong kecil (kelenong), 2 buah goong besar dilengkapi gambang dan dua buah kendang.

3.4          Tata Cara

Dalam upaya melestarikan kesenian Goong Renteng dan berdasarkan adat turun temurun, sebelum bulan Mulud, Goong Renteng itu harus “mandi” artinya dicuci agar tetap bersih, lalu diadakan selamatan sambil menabuhnya. Tradisi lainnya yang biasa dipakai yaitu setiap tanggal 1 Syawal dan 10 Rayagung harus dibunyikan.Sedangkan larangan “karuhun” yang harus dijaga oleh keturunannya yakni tidak boleh menjual Gamelan Goong Renteng itu kepada siapapun.Hasilnya hingga saat ini Gamelan Goong Renteng masih tetap utuh meskipun keadaannya sudah kurang memadai.

Goong renteng dibunyikan pada awal upacara berlangsung, guna menyambut tamu agung atau tamu kehormatan, seperti halnya pada upacara seren taun.Biasanya goong renteng disimpan atau dimainkan pada panggung yang tinggi dan letaknya pun dekat dengan pintu masuk atau gerbang utama para tamu masuk.

Goong renteng dimainkan oleh para bapak-bapak atau yang memang usianya sudah tua, dikarenakan para pemainnya pun tidak gonta ganti dan sembarang orang dapat memainkannya.

3.5              Tata Busana

Busana yang dipergunakan pada saat pementasan goong renteng ini cukup sederhana, bapak-bapak yang memainkan goong renteng ini hanya cukup mengenakan jas khusus berwarna biru muda dengan lengan panjang, namun ada juga yang mempergunakan pakaian serba hitam dengan menggunakan pengikat kepala bermotif batik.

 

BAB 3

PENUTUP

3.1          Kesimpulan

Istilah "goongrenteng" merupakanperpaduandari kata "goong" dan "renteng".Kata ‘goong’ merupakanistilahkunoSunda yang berartigamelan, sedangkan kata ‘renteng’ berkaitandenganpenempatanpencon-penconkolenang (bonang) yang diletakkansecaraberderet/berjejer, ataungarentengdalambahasaSunda.Jadi, secaraharfiahgoongrentengadalahgoong (pencon) yang diletakkan/disusunsecaraberderet (ngarenteng).

InstrumenGoongRentengbiasanyamenyajikanlagu-lagutradisi, sepertilaguKebojiro/Papalayonsebagaipenghormatankepadatamu yang akandatangdanpadasaatpulang, di susulkemudianlagupangkur Bale Bandung Besar, Bale Bandung Kecil, SisirGanda, Malang Totog, Sampyong, TunggulKawung, RandaNunut, RindikSubang, Panglimadanlaguciptaansekarang yang bisadisesuaikan.

Gamelan Kuno yang kini di kenaldengan ”GoongRenteng” teryatausianyasudah 2 abadatau 200 tahun. Pemilik gamelan iniadalahAbahRaksajayapendudukKelurahanSukamulyaKecamatanCigugur.

DalamupayamelestarikankesenianGoongRentengdanberdasarkanadatturuntemurun, sebelumbulanMulud, GoongRentengituharus “mandi” artinyadicuci agar tetapbersih, laludiadakanselamatansambilmenabuhnya. Tradisilainnya yang biasadipakaiyaitusetiaptanggal 1 Syawaldan 10 Rayagungharusdibunyikan.Sedangkanlarangan “karuhun” yang harusdijagaolehketurunannyayaknitidakbolehmenjual Gamelan GoongRentengitukepadasiapapun.

Goongrentengdibunyikanpadaawalupacaraberlangsung, gunamenyambuttamuagungatautamukehormatan, sepertihalnyapadaupacaraserentaun.

3.2          Saran

Budayadaerahmerupakanfaktorutamaberdirinyakebudayaannasional, makasegalasesuatu yang terjadipadabudayadaerahakansangatmempengaruhibudayanasional. Atasdasaritulah, kitasemuamempunyaikewajibanuntukmenjaga, memeliharadanmelestarikanbudayabaikbudayalokalataubudayadaerahmaupunbudayanasional, karenabudayamerupakanbagiandarikepribadianbangsa.



LAMPIRAN

Musik tradisional gong renteng adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari

Gambar 01.BapakAryasebagainarasumber

Musik tradisional gong renteng adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari

Gambar 02.GoongRentengBesar

Musik tradisional gong renteng adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari

Gambar.03

Musik tradisional gong renteng adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari

Gambar. 04

Musik tradisional gong renteng adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari

Gambar. 05

Gambar. 03. 04. 05 merupakangoongrentengkecil

Musik tradisional gong renteng adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari

Gambar. 06 Kendang

Musik tradisional gong renteng adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari

Gambar. 07 Gambang

Musik tradisional gong renteng adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari

Gambar. 08

Musik tradisional gong renteng adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari

Gambar. 09

Gambar. 08 dan 09, saatpagelaran


Page 2