Ktt gnb yang ke-4 diselenggarakan di negara

Ktt gnb yang ke-4 diselenggarakan di negara

Presiden Joko Widodo mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok (GNB) khusus membahas penanganan Covid-19 dari Istana Kepresidenan Bogor, Senin (4/5). KTT GNB tahun 2020 ini diselenggarakan di Baku, Azerbaijan dan diawali oleh sambutan pembukaan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev selaku Ketua GNB tahun ini pada pukul 18.00 WIB atau pukul 15.00 waktu Azerbaijan. Tema dari KTT GNB kali ini adalah “Bersatu Melawan Covid-19” dan diikuti oleh sebagian besar pemimpin negara GNB, dan sejumlah organisasi internasional dan regional. Selain itu, KTT GNB tahun ini bertepatan dengan momentum Peringatan 65 Tahun Dasasila Bandung pada tahun 2020 dan Perayaan 60 Tahun berdirinya GNB pada tahun 2021.

Foto: Kris-Biro Pers Sekretariat Presiden

Presiden Joko Widodo mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok (GNB) khusus membahas penanganan Covid-19 dari Istana Kepresidenan Bogor, Senin malam, 4 Mei 2020.

KTT GNB tahun 2020 ini diselenggarakan di Baku, Azerbaijan dan diawali oleh sambutan pembukaan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev selaku Ketua GNB tahun ini pada pukul 18.00 WIB atau pukul 15.00 waktu Azerbaijan.

Tema dari KTT GNB kali ini adalah “Bersatu Melawan Covid-19” dan diikuti oleh sebagian besar pemimpin negara GNB, dan sejumlah organisasi internasional dan regional.

Adapun KTT GNB tahun ini bertepatan dengan momentum Peringatan 65 Tahun Dasasila Bandung pada tahun 2020 dan Perayaan 60 Tahun berdirinya GNB pada tahun 2021.

Hadir kepala negara dalam KTT tersebut berurutan menurut abjad yaitu Presiden Azerbaijan selaku Ketua GNB Ilham Aliyev, Presiden Sidang Umum PBB ke-74 Tijjani Muhammed Bande, Dirjen WHO Tedros Adhanom, Ketua Komisi Uni Afrika Mousa Faki Mahamat, Presiden Afghanistan Ashraf Gani, Presiden Algeria Abdelmadjid Tebboune, Presiden Kuba Miguel Diaz Canel, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Presiden Indonesia Joko Widodo, Presiden Iran Hassan Rouhani, Presiden Mauritius Mohamed Ould Ghazouani, Presiden Nicaragua Daniel Ortega.

Hadir pula Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, Presiden Pakistan Arif Alvi, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa, Kepala Dewan Kedaulatan Sudan Abdel Fattah Abdelrahman Burhan, Presiden Togo Faure Essozimna Gnassingbe, Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdimuhamedow, Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa, dan Wakil Presiden Namibia Nangolo Mbumba.

Adapun kepala pemerintahan yang hadir yaitu Perdana Menteri Belarusia Syarhey Rumas, Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed, Perdana Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri Malaysia Muhyidin Yassin, Perdana Menteri Nepal Khadga Prasad Sharma Oil, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc, dan Wakil Perdana Menteri Bahrain Mohammed bin Mubarak Al Khalifa. (Humas Kemensetneg)

Jika pada artikel KTT non-Blok lanjutan telah dibahas tentang KTT Non Blok sampai 6 kali, pada artikel sejarah ini akan dibahas mengenai Konferensi Tingkat Tinggi yang sama namun sampai pada yang ke XV. Selengkapnya sebagai berikut:

  • Negara anggota : 117 negara
  • Negara pemantau : 14 negara
  • Organisasi pemantau: PBB, Uni Afrika Selatan dan Liga Arab.

1. KTT I

Dilaksanakan tanggal 1 sampai dengan 6 Desember 1961, di Beograd, Yugoslavia.

Hasil KTT I:

  • Gerakan Non Blok bukan organisasi pembentuk blok sendiri.
  • Gerakan Non Blok wadah perjuangan yang tidak bersifat pasif.
  • Gerakan Non Blok mendukung setiap usaha menentang imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme, apartheid, serta zionisme (penjajahan dalam segala bentuk).

2. KTT II

Dilaksanakan tanggal 5 – 10 Oktober 1964, di Kairo, Mesir.

Hasil: demokrasi, hubungan internasional, kerjasama budaya.

3. KTT III

Dilaksanakan tanggal 10 Oktober 1970, di Lusaka, Zambia.

Hasil : kerja sama ekonomi dunia ke-3 (negara berkembang).

4. KTT IV

Dilaksanakan tanggal 5 – 9 September 1973, di Aljir, Aljazair.

Hasil : kerja sama ekonomi negara berkembang dan negara maju, serta mengatasi ketegangan politik di Timur Tengah dan Afrika.

5. KTT V

Dilaksanakan tanggal 16 – 19 September 1976, di Kolombo, Sri Lanka.

Hasil : bahaya perang nuklir, memperkokoh persatuan, masalah Timor Timur (usulan Angola, dulu jajahan Portugis).

6. KTT VI

Dilaksanakan tanggal 3 – 9 September 1979, Havana, Kuba.

Hasil: adanya perbedaan pandangan dalam Gerakan Non Blok, yaitu antara golongan Radikal (Kuba, Aljazair, Vietnam) dengan golongan moderat (Indonesia, Yugoslavia, India, Sri Lanka) tentang masalah serangan RRC ke Vietnam, perang saudara Kamboja, persetujuan Camp David (Mesir – Israel).

7. KTT VII

Dilaksanakan tanggal,…… September 1982, di New Delhi, India.

Hasil : adanya perbedaan pendapat dalam GNB, bahwa ternyata Kuba pro Uni Soviet, sehingga ketua GNB mengancam mengeluarkan Kuba dari anggota GNB.

8. KTT VIII

Dilaksanakan tanggal 1 – 6 September 1986, di Harare, Zimbabwe.

Hasil : setelah meredanya Perang Dingin Amerika Serikat, Uni Soviet lebih menekankan pada masalah sosial – ekonomi.

9. KTT IX

Dilaksanakan tanggal 4 – 7 September 1989, Beograd, Yugoslavia.

Hasil : kurang membawa hasil bermanfaat karena perpecahan dalam negeri negeri Federasi, Yugoslavia.

10. KTT X

Dilaksanakan tanggal 1 – 7 September 1992, Jakarta, Indonesia.

Hasil : penyelesaian Hutang Negara Berkembang. Adanya Deklarasi : Jakarta Message (Pesan Jakarta).

11. KTT XI

Dilaksanakan tanggal 18 – 20 Oktober 1995, di Cartagena de Indieas, Kolombia.

Hasil : upaya rekonstrukturisasi Dewan Keamanan PBB.

12. KTT XII

Dilaksanakan tanggal 2 – 3 Desember 1999, di Durban, Afrika Selatan.

Hasil : perjuangan demokrasi bagi pengakuan negara dunia ke-3. Kebijakan hubungan internasional Indonesia.

13. KTT XIII

Dilaksanakan tanggal 20 – 25 Pebruari 2003, di Kuala Lumpur, Malaysia.

Hasil : Menerima aonggota baru Timor Leste, Saint Vincent, Grendinis, sehingga berjumlah 116 negara. Menentang terjadinya perang AS – Inggris terhadap Irak.

14. KTT IV

Dilaksanakan tanggal 11 – 16 September 2006, di Havana, Kuba.
Hasil:

  • menyelamatkan dunia dari bahaya terorisme internasional.
  • memperjuangkan kepentingan bersama di segala bidang.
  • pemanfaatan teknologi tinggi untuk peningkatan kesejahteraan rakyat di masing-masing negara.
  • serukan pembahasan soal nuklir Iran.

15. KTT XV

Dilaksanakan tanggal 11 – 16 Juli 2009, di Sharm El-Sheikh, Mesir.
Hasil:

  • perhatian pada krisis ekonomi dan moneter global.
  • perlunya komunitas internasional kembali pada komitmen pada prinsip Piagam PBB.
  • peningkatan kerja sama antar negara maju dan berkembang.

Profil Menteri

Tentang Kami

Struktur Organisasi

AKIP

Kinerja

Lembar Informasi

Perwakilan

KTT Non-Blok adalah konferensi tingkat tinggi yang dilakukan oleh negara-negara yang menganut prinsip politik tidak terikat oleh salah satu blok.[1]

Berkas:KTT Non-Blok Teheran.jpg

KTT Non-Blok ke-16 yang diselenggarakan di Teheran, Iran

Kata Non-Blok diperkenalkan pertama kali oleh Perdana Menteri India Nehru dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka.[2] Gerakan Non-Blok bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955.[2] Di sana, negara-negara yang tidak berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur.[2] Pendiri gerakan ini adalah lima pemimpin dunia yang terdiri dari Josip Broz Tito presiden Yugoslavia, Soekarno presiden Indonesia, Gamal Abdul Nasser presiden Mesir, Pandit Jawaharlal Nehru perdana menteri India, dan Kwame Nkrumah dari Ghana.[2]

Pertemuan pertama berlangsung tahun 1961 di Beograd guna mencetuskan prinsip politik bersama.[1] Pengertian politik itu berbunyi “politik berdasarkan koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota persekutuan militer dan bercita cita melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya”.[1] Konferensi pertama negara nonblok September 1961 di Beograd dianggap kelanjutan Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung.[1] Sebanyak 25 negara ikut ambil bagian (8 dari Asia, 9 Afrika, 1 Eropa (Yugoslavia), 1 Amerika Latin (Kuba) dan 6 Arab.[1] Tenaga pendorong konferensi ini adalah Presiden Tito yang semakin bergeser ke Dunia Ketiga karena ingin lepas dari isolasi kedua blok.[1] Bertiga dengan Nehru dan Nasser, Tito memerankan kelompok vokal pertemuan.[1] Konferensi membahas diskriminasi ras, bantuan untuk kemajuan dan perkembangan serta pelucutan senjata.[1]

Konferensi kedua

Bulan Oktober 1964 berlangsung konferensi kedua di Kairo yang diikuti utusan 48 negara dan sepuluh negara berstatus pengamat resmi (kebanyakan dari Amerika Latin).[1] Pada kedua konferensi sudah tampak adanya pertentangan antara kelompok ngara moderat pimpinan Nehru dan kelompok radikal pimpinan Soekarno serta Kwame Nkrumah.[1]

Konferensi ketiga

Bulan September 1970 Konferensi Non Blok ketiga diadaan di Lusaka, ibu kota Zambia.[1] Jumlah peserta bertambah menjadi 54 negara, 9 negara mengirimkan pengamat.[1] Tema pokok konferensi yang dipimpin Presiden Zambia Kenneth Kaunda mempermasalahkan rezim rasialis minoritas kulit putih di Afrika Selatan.[1] Prinsip nonblok dinyatakan tidak berkurang kekuatannya seperti yang telah dirumuskan dalam resolusi Kairo dan Beogard.[1]

Konferensi keempat

Konferensi tingkat tinggi keempat berlangsung September 1973 dan diikuti 75 negara di Aljazair.[1] Kamboja diwakili pangeran Sihanouk untuk pemerintahan kerajaan.[1] Para pengamat terdiri dari organisasi gerakan kemerdekaan dan pembebasan Afrika Selatan dan Amerika Latin.[1] Tema pokok konferensi yang dipimpin Presiden Aljazair Boumedienne adalah masalah negara-negara melarat. Dalam resolusi penutup dirumuskan hak menasionalisasi perusahaan asing.[1]

Konferensi kelima

Konferensi kelima berlangsung Agustus 1976 di Colombo, ibu kota Sri Lanka.[1] Dalam konferensi ini, selain dipertegas kepentingan negara-negara nonblok yang dirugikan tata ekonomi dunia yang tidak adil yang bisa mengancam perdamaian dunia juga dirumuskan perjuangan bersama negara-negara nonblok dalam lapangan perdagangan, industri, teknologi termasuk memperkuat media informasi negara-negara nonblok.[1] Konferensi berhasil merumuskan program aksi bersama yang disebut deklarasi perjuangan.[1]

Konferensi keenam

Konferensi nonblok keenam berlangsung September 1979 di Havana, ibu kota Kuba.[1] Jumlah peserta menjadi 94 negara, peninjau dari 20 negara dan 18 organisasi dan negara yang berstatus tamu.[1] Meskipun suasana konferensi diliputi pertentangan antara kelompok moderat dan kelompok radikal, konferensi berhasil merumuskan resolusi untuk memperkuat prinsip-prinsip nonblok yang dirumuskan dalam deklarasi politik.[1] Selain itu, deklarasi ekonomi yang mempertegas sikap negara-negara nonblok terhadap apa yang mereka nyatakan sebagai dominasi ekonomi asing yang merugikan kekayaan negara-negara sedang berkembang berhasil pula dirumuskan.[1]

Konferensi ketujuh

Keanggotaan Kamboja tidak berhasil diselesaikan sehingga baik pemerintahan Heng Samrin maupun rezim Pol Pot hanya berstatus peninjau, Konferensi Tingkat Tinggi Non Blok yang sedianya diadakan bulan September 1982 di Baghdad ibu kota Irak batal karena perang antara Irak dan Iran belum berhasil diselesaikan.[1] Lalu, Delhi ibu kota India menjadi pengganti tempat berlangsungnya Konferensi Non Blok ketujuh.[1]

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Ichtiar Baru Van Hoeve; Hasan Shadily. Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7 (edisi khusus). Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. 
  2. ^ a b c d "Hari Ini di 1961 Konferensi Gerakan Non-Blok I Digelar". Diakses tanggal 22 Mei 2014. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konferensi_Tingkat_Tinggi_Non-Blok&oldid=18974130"