Konsep penggunaan Lahan dan faktor-faktor yang MEMPENGARUHI penggunaan lahan

1. Tata Guna Lahan

Konsep penggunaan Lahan dan faktor-faktor yang MEMPENGARUHI penggunaan lahan


Tata guna lahan sering dipertukarkan dengan istilah penggunaanlahan; karena pada dasarnya memiliki pengertian yang sama. Dalam berbagai literatur, kedua istilah ini disebut landuse. Sedikit perbedaan keduanya hanya terletak pada penekanan pada ruang (space). Tata guna lahan secara implisit mengandung pengertian ruang di dalamnya, karena terkait dengan tata guna, penataan atau pengaturan penggunaan, baik dalam konteks ruang maupun waktu. Sementarapenggunaanlahan tidak ditekankan seperti itu. Dengan demikian, perencanaan tata guna lahan juga memiliki relevansi dan bahkan sama dengan pengertian perencanaan tata ruang (spatial planning).

Definisi perencanaan tata guna lahan perlu dilihat secara komprehensif, dari sisi perencanaan, tata guna dan lahan. Secara umum, perencanaan dapat didefinisikan sebagai proses menyiapkan dan membuat sekumpulan keputusan untuk tindakan-tindakan di masa depan yang diarahkan untuk mencapai tujuan melalui usaha optimal. Keputusan dan tindakan dilakukan terhadap upaya tata guna (menata penggunaan) yang diinginkan (berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan) mengenai lahan, baik pada rentang waktu pendek (saat ini) maupun pada masa yang akan datang.

Pengertian Tata Guna Lahan adalah wujud dalam ruang di alam mengenai bagaimana penggunaanlahan tertata, baik secara alami maupun direncanakan. Dari sisi pengertian perencanaan sebagai suatu intervensi manusia, maka lahan secara alami dapat terus berkembang tanpa harus ada penataan melalui suatu intervensi. Sedangkan pada keadaan yang direncanakan, tata guna lahan akan terus berkembang sesuai dengan upaya perwujudan pola dan struktur ruang pada jangka waktu yang ditetapkan. Perencanaan tata guna lahan (landuse planning) dari sisi intervensi dalam memberikan dorongan dan bantuan pada pengguna lahan (landusers) dalam menata lahan.

Penekanan terhadap kata “perencanaan” adalah adanya intervensi, baik dari sisi kebijakan yang diperkuat oleh pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun aktivitas sosial ekonomi yang terorganisasi secara baik. Di sinilah prinsip dan teknik penataan dan zonasi itu diperlukan, melalui pertimbangan efisiensi, ekuitas (equity), dan keberkelanjutan (sustainability).

Dari Penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pengertian Tata Guna Lahan adalah aktivitas penilaian secara sistematis terhadap potensi lahan dalam rangka untuk memilih, mengadopsi, dan menentukan pilihan penggunaanlahan terbaik dalam ruang berdasarkan potensi dan kondisi biofisik, ekonomi dan sosial untuk meningkatkan produktivitas dan ekuitas, dan menjaga kelestarian lingkungan.

Pemanfaatan dan pembangunan lahan yang dimiliki oleh pemerintah daerah perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dari berbagai aspek. Misalnya, wilayah pembangunan di kota biasanya dibagi menjadi daerah permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas umum, dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan setiap wilayah tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.

Lokasi dari fasilitas-fasilitas yang akan dibangun di daerah perkotaan (urban) perlu dipertimbangkan agar efektif dan tidak melanggar kriteria- kriteria tertentu yang bisa menyebabkan ketidakselarasan. Contohnya, pembangunan tempat penampungan sampah. Kriteria-kriteria yang bisa dijadikan parameter antara lain diluar area permukiman, berada dalam radius 10 meter dari genangan air, berjarak 5 meter dari jalan raya, dan kriteria-kriteria lainnya. Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area, kriteria-kriteria ini dapat digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai, agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria.Contoh lain, seperti pembangunan lokasi pabrik, pasar, fasilitas- fasilitas umum, lokasi jaringan-jaringan listrik, telepon, dan air.

Setelah lokasi yang sesuai didapatkan, desain pembangunan fasilitas tersebut dapat digabungkan dengan SIG untuk mendapatkan perspektif yang lebih riil.Sebelum aplikasi SIG digunakan untuk membantu pengambilan keputusan, tugas dari daerah terlebih dahulu memasukkan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi dan potensi daerahnya. Data-data yang perlu disiapkan antara lain data peta dan data statistik daerah. Data peta dapat menggunakan data yang sudah ada, seperti dari BIG atau instansi lain. Jika data belum ada atau ingin membuat data yang lebih baru, daerah bisa membuat peta baru berdasarkan foto satelit atau foto udara. Adapun data statistik diambil dari sensus, survei, data daerah dalam angka, dan hasil pendataan lainnya.

2. Faktor – faktor yang Memengaruhi Penetapan Tata Guna Lahan

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam tata guna lahan. Faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor fisik

Faktor fisik yang perlu dipertimbangkan terkait dengan tata guna lahan adalah keadaan geologi, tanah, air dan iklim. Keempat faktor fisik ini saling memperngruhi antara satu dan lainnya. Misalanya adalah kondisi geologi. Kondisi geologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi jenis tanah yang ada, karena kita ketahui bahwa faktor pembentukan tanah adalah bantuan induk yang tersusun dalan sistem geologi. Tata guna lahan pada suatu daerah juga harus mempertimbangkan ketersediaan air yang ada. Ketersediaan air ini akan berkaitan dengan sistem pemanfaatan lahan yang ada. Iklim juga memiliki peranan yang penting dalam tata guna lahan. Misalnya saja adalah tata guna lahan untuk pertanian lahan basah, maka lahan tersebut harus mempertimbangkan jumlah curah hujan yang turun dan faktor iklim lainnya.

b. Faktor biologis

Faktor biologis yang perlu diperhatikan dalam tata guna lahan adalah vegetasi, hewan, dan kependudukan. Pemanfaatan lahan yang terkait dengan faktor biologis ini dapat dicontohkan dengan melihat jenis tumbuhan apa yang dapat tumbuh dan dimanfaatkan pada jenis lahan yang ada. Hal tersebut juga dapat dilihat dari keberadaan kependudukan disuatu wilayah. Misalnya saja adalah tidak tata guna lahan untuk daerah perindustrian yang dibangun di pinggiran kota yang jauh dari permukiman penduduk. Hal ini erat kaitanya dengan faktor keamanan penduduk.

c. Keadaan ekonomi

Faktor pertimbangan ekonomi erat kaitannya dengan dengan ciri keuntungan, keadaan pasar, dan transportasi. Tata guna lahan sangat mempertimbangkan faktor ini. Hal ini erat kaitanya dengan tujuan tata guna lahan adalagh untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia tidak akan memanfaatkan ketersediaan yang ada apabila tidak memberikan keuntungan.

d. Faktor institusi

Faktor institusi dicirikan oleh hukum pertahanan, keadaan politik, keadaan sosial, dan secara administrasi dapat digunakan. Kita mengetahui bahwa ada beberapa lahan yang tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan untuk kepentingan penduduk. Hal ini erat kaitanya dengan undang – undang yang telah dibuat. Sebagai contoh adalah lahan area yang digunakan sebagai wilayah hutan lindung, daerah resapan air dan area lahan yang bersejarah tidak boleh dimanfaatkan oleh penduduk. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga kondisi lahan yang ada.

[TUGAS DAN LEMBAR KERJA]

Petunjuk:

a. Baca materi di atas.

b. Jawab pertanyaan berikut pada bagian kesimpulan di Daftar Hadir.

c. Pertanyaan: 

    1. Apa pengertian tata guna lahan?

    2. Jelaskan pertimbangan yang menurut kalian paling utama dalam tata guna lahan!

ABSTRAK Berbagai fenomena perubahan penggunaan lahan telah terjadi dari waktu ke waktu. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi sejalan dengan semakin meningkatnya pertambahan jumlah penduduk yang secara langsung berdampak pada kebutuhan terhadap lahan yang  semakin meningkat. Kecamatan Gunungpati adalah wilayah bagian Kota Semarang yang berada di pinggir selatan dari Kota Semarang yang cenderung bersifat agraris. Sejak di pindahkannya kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES) dari Kecamatan Gajahmungkur ke Kecamatan Gunungpati Tahun 1990, Kecamatan Gunungpati mulai mengalami perubahan penggunaan lahan, dari penggunaan lahan pertanian berubah menjadi penggunaan lahan non pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk  perubahan mengkaji luas dan bentuk penggunaan lahan tahun 2008 dan mengetahui faktor yang mempengaruhinya.Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis peta digital dan analisis statistik. Analisis peta digital dengan menggunakan sistem informasi geografis yang dilakukan dengan cara tumpang susun peta penggunaan lahan hasil interpretasi citra tahun 1994 dan tahun 2008 untuk memperoleh perubahan lahan. Untuk memperoleh faktor yang mempengaruhi perubahan lahan dengan cara analisis statistik korelasi antara variabel bebas perubahan lahan Kecamatan Gunungpati tahun 2008 dengan variabel pengaruh yaitu jarak tiap kelurahan dengan pusat aksesibilitas, Pertambahan penduduk, penduduk pendatang, Proporsi penduduk yang bekerja di sektor non pertanian. Unit analisis yang digunakan adalah kelurahan.Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Gunungpati dari tahun 1994 hingga tahun 2008 terjadi bervariasi, ada yang mengalami peningkatan dan ada yang menunjukkan  pengurangan luas penggunaan lahan. Untuk luas lahan yang bertambah yaitu lahan permukiman sebesar 1311,28 ha (21,84%),dan luas lahan jasa/komersil 60.43 ha (1,00%). Luas penggunaan lahan yang berkurang diantaranya penggunaan lahan kebun campur sebesar 2766,71 ha (46,09%), luas penggunaan lahan sawah sebesar 1121,44 ha (18,68%), luas lahan  tegalan sebesar 743,22 ha (12,38%). Hasil analisis statistik korelasi menunjukkan hanya penduduk pendatang dan jarak aksesibilitas yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Gunungpati secara signifikan, hal ini terjadi karena hampir semua penduduk pendatang bertujuan untuk membangun rumah yang lebih murah dan luas serta pada umumnya bekerja di sektor non pertanian, sehingga bagi pendatang  kebutuhan akan lahan permukiman makin luas yang berakibat pada perubahan penggunaan lahan.

ABSTRACT Some phenomenons of land use changes have been happening over time.  Land use changes have occurred in the areas,  were increasy of population, have influenced need path of land.  The Gunungpati Subdistrict is one of regions in the Semarang Municipality situated at the southern part of Semarang Municipality that tends to be agrarian areas.  Since moved location of campus State University of Semarang (UNNES) from the Gajahmungkur Subdistrict to Gunungpati Subdistrict of in 1990, the Gunungpati Subdistrict  has started to change its  land use, that was from agricultural land use changed to be non agriculture land use.  This study was conducted to discuss the distribution and the form of land  use change and to know its influencing factors.In this research uses approach of digital map analysis and statistical analysis. Digital Map analysis wasdone by using geographical information system sefeware which conducted by joining with others to overlay map of land use result of year image interpretation 1994 and year 2008 to obtain  land use change. Analysis factor influencing land use change  wasdone by statistical analysis of correlation between independent variable of land use change Subdistrict of Gunungpati in year 2008 with influence variable these ase distance of center distance of each village with accessibility, population growth, migrants, and The proportion of residents who work in non-agricultural sector. The unit of analysis used is subdistrict.Land use change  in Gunungpati Subdistrict has occurred from  1994 to 2008 of variaous, which happened to in increased  and decreased of in land use. to increase of land use that is setlement was occurred  1311,28 ha (21,84%) and 60.43 ha ( 1,00%) for service/commercial land use. whereas the decreased of wide was occurred 2,776.71 ha (21.84%) in mixing plantation, 1,121.44 ha (18,68%) in farming out, 743.22 ha (12.38%) in dry fielding.  The result of  statistical analysis of correlation showed that it were only the variables of  and center distance of each village with accessibility that influenced significantly to the  land use change in the Gunungpati subdistrict, because it was nearly all of migrants wanted to build the cheaper and house there. and also in non agricultural occupation, so that requirement of setlement land use will more and more wide causing  of land use change.