Keterampilan bernegara salah satunya diwujudkan dalam bentuk perilaku menghargai dan toleran

Bab VIII

Bertoleransi dalam Keberagaman

Bangsa Indonesia membutuhkan anak yang sehat, cerdas, kreatif, dan terampil. Anak-anak yang cerdas adalah anak yang mampu menggunakan nalar secara maksimal, sedangkan anak kreatif merupakan anak yang memiliki limpahan ide untuk berbuat sesuatu dan anak terampil diwujudkan dalam sosok anak yang siap berbuat dan bekerja. Itu semua akan maksimal apabila anak Indonesia memiliki kesehatan yang prima.
Indonesia yang maju, mandiri, dan mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia merupakan harapan seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kita sebagai pelajar harus terus mengasah kreativitas dan keterampilan kita. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki adalah keterampilan bernegara. Keterampilan bernegara salah satunya diwujudkan dalam bentuk perilaku menghargai dan toleran terhadap keberagaman bangsa Indonesia.

A.  Keberagaman dalam Realita Kehidupan (Suku, Agama, Ras, Sosial-Budaya, Jenis kelamin) di Indonesia dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika

1. Deskripsi Keberagaman Bangsa Indonesia

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Indonesia terdiri atas 34 provinsi dengan ribuan pulau yang ada di dalamnya. Luas dan besarnya wilayah Indonesia berpengaruh terhadap banyaknya keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang. Perbedaan tersebut terutama dalam hal suku bangsa, ras, agama, keyakinan, ideologi politik, sosial-budaya, ekonomi, dan jenis kelamin. Keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan kekayaan dan keindahan bangsa.

Keragaman itu indah. Contoh indahnya keragaman dapat kita lihat dari pemandangan di dalam laut. Pemandangan dalam laut menampilkan berbagai jenis ikan dan karang. Perbedaan itu menampilkan pemandangan yang sangat indah. Kamu juga akan merasa lebih senang menonton televisi berwarna  jika dibandingkan dengan televisi hitam putih. Pemandangan bawah laut menggambarkan bahwa bangsa Indonesia yang beragam akan lebih indah daripada yang seragam. Pemerintah dan seluruh warga negara Indonesia sebaiknya mendorong keragaman itu menjadi sebuah kekuatan guna mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.
Kebhinnekaan dapat menjadi tantangan karena mudah membuat orang berbeda pendapat yang lepas kendali. Tumbuhnya perasaan kedaerahan dan kesukuan yang berlebihan dan diiringi tindakan yang merusak persatuan dapat mengancam keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, upaya meningkatkan kerukunan antarsuku, pemeluk agama, dan kelompok-kelompok sosial lainnya perlu dilaksanakan. Upaya mewujudkan kerukunan dapat dilakukan melalui dialog dan kerja sama dengan prinsip kebersamaan, kesetaraan, toleransi, dan saling menghormati.

2. Faktor Penyebab Keberagaman Bangsa Indonesia Keberagaman bangsa Indonesia, terutama terbentuk oleh jumlah suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia sangat banyak dan tersebar di mana-mana. Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya. Menurut penelitian Badan Pusat Statistik yang dilaksanakan tahun 2010, di Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa. Antarsuku bangsa di Indonesia memiliki berbagai perbedaan dan itulah yang membentuk keanekaragaman di Indonesia.

Keberagaman lainnya dari bangsa Indonesia adalah agama dan kepercayaan. Sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa berbagai agama di Indonesia sejak dahulu kala berkembang dan berdampingan secara damai. Hal itu ditunjukkan dalam buku Sutasoma yang ditulis Mpu Tantular pada zaman Majapahit. Buku tersebut menggambarkan bagaimana para pemeluk agama yang berbeda dapat hidup berdampingan secara damai.

Sejarah suatu suku bangsa membentuk bagaimana kebudayaan dalam suku tersebut berkembang. Lingkungan tempat tinggal pun memengaruhi kebudayaan yang berkembang. Masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman atau pegunungan akan lebih banyak memiliki mata pencaharian sebagai petani, masyarakat yang tinggal di daerah pantai sebagian besar masyarakatnya akan menjadi nelayan. Bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan mata pencariannya lebih bervariasi. Ada yang bekerja sebagai pedagang, buruh, pejabat negara, penjual jasa, dan sebagainya. Mata pencarian yang berbeda akan mendorong perbedaan budaya dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat tersebut.
Perilaku yang dapat ditunjukkan siswa dalam masyarakat yang beragam di antaranya adalah memahami secara benar status dan kedudukan siswa dalam berbagai bidang kehidupan seperti berikut ini.

a.  Semangat dan Perilaku Kebangsaan dalam Kehidupan Beragama yang Beragam

Semua orang di Indonesia tentu menyakini salah satu agama atau kepercayaan yang ada di Indonesia. Pemerintah Indonesia mengakui enam agama yang ada di Indonesia. Agama tersebut adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Bukankah kamu sejak kecil sudah meyakini dan melaksanakan ajaran agama yang dianut. Negara menjamin warga negaranya untuk menganut dan mengamalkan ajaran agamanya masing-masing. Jaminan negara terhadap warga negara untuk memeluk dan beribadah diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat (2). Bunyi lengkap Pasal 29 ayat (2) adalah “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Dalam kehidupan berbangsa, seperti kita ketahui keberagaman dalam agama itu benar-benar terjadi. Agama tidak mengajarkan untuk memaksakan keyakinan kita kepada orang lain. Oleh karena itu, bentuk perilaku kehidupan dalam keberagaman agama di antaranya diwujudkan dalam bentuk:

a) menghormati agama yang diyakini oleh orang lain;

b) tidak memaksakan keyakinan agama kita kepada orang yang berbeda agama;

c) bersikap toleran terhadap keyakinan dan ibadah yang dilaksanakan oleh yang memiliki keyakinan dan agama yang berbeda;

d) melaksanakan ajaran agama dengan baik; serta

e) tidak memandang rendah dan tidak menyalahkan agama yang berbeda dan dianut oleh orang lain.
Perilaku baik dalam kehidupan beragama yang beragam tersebut sebaiknya kita laksanakan, baik di sekolah, di masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

b. Semangat dan Perilaku Kebangsaan dalam Keberagaman Ras Suku di Indonesia
Sebelum kamu memahami lebih jauh tentang ras dan suku di Indonesia, perhatikan warna kulit, bentuk rambut, warna rambut, bentuk mata, postur tubuh, dan lain-lain. Tentu kamu akan menemukan berbagai persamaan dengan teman sekelas kamu dan mungkin juga di antara teman sekelasmu ada yang memiliki perbedaan di antara teman-teman yang lain. Penilaian terhadap seseorang berdasarkan warna kulit, bentuk rambut, dan lainnya merupakan bagian dari penempatan seseorang berdasarkan rasnya.
Banyak tokoh yang menggambarkan ras itu dikaitkan dengan karakteristik fisik yang dimiliki sekelompok manusia. Tidaklah baik apabila manusia dikelaskan menurut ras atau bentuk fisiknya. Seperti bangsa Jerman ketika dipimpin oleh Adolf Hitler, Jerman menganggap rasnya adalah ras terbaik di dunia. Apapun rasnya, manusia itu ada dalam satu kelas yang sama dan setara. Tidak ada manusia yang lebih baik dan lebih handal dari yang lain semata-mata karena perbedaan warna kulit, rupa bentuk, dan sebagainya.

Perbedaan kita dengan orang lain tidak menunjukkan bahwa orang lain lebih baik dari kita atau kita lebih baik dari orang lain. Baik dan buruknya penilaian orang lain kepada kita bukan karena warna, rupa, dan bentuk, melainkan karena baik dan buruknya kita dalam berperilaku. Oleh karena itu, sebaiknya kita berperilaku baik kepada sesama tanpa memandang berbagai perbedaan tersebut.

c. Semangat dan Perilaku Kebangsaan dalam Keberagaman Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia sangat beragam. Kehidupan sosial itu dibentuk oleh kehidupan sosial budaya  di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Suatu daerah dengan daerah lainnya memiliki berbagai perbedaan dalam kehidupan sosial budaya. Kehidupan sosial budaya di suatu daerah dipengaruhi berbagai faktor. Faktor lingkungan memengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakat di daerah tersebut.
Masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan akan lebih banyak menggantungkan kehidupannya dari pertanian. Oleh karena itu, akan berkembang kehidupan sosial budaya masyarakat petani. Sementara itu, daerah pantai akan memengaruhi masyarakatnya untuk memiliki mata pencarian sebagai nelayan dan berkembanglah kehidupan sosial masyarakat nelayan.

Keanekaragaman bangsa Indonesia tampak pula dalam seni sebagai hasil kebudayaan daerah di Indonesia, misalnya dalam bentuk tarian dan nyanyian. Hampir semua daerah atau suku bangsa mempunyai tarian dan nyanyian yang berbeda. Begitu juga dalam hasil karya, setiap daerah mempunyai hasil karya yang berbeda dan menjadi ciri khas daerahnya masing-masing. Contoh tari-tarian daerah adalah tari kipas (Sulawesi Selatan), tari piring dan tari payung (Sumatra Barat), tari jaipong (Jawa Barat), tari kecak (Bali), tari seudati (Aceh), tari maengket (Sulawesi Utara), dan tari lenso (Maluku). Bangsa Indonesia juga memiliki perbedaan dan kekayaan dalam lagu atau nyanyian daerah. Lagu daerah yang dimiliki suku bangsa di Indonesia ratusan jumlahnya. Beberapa lagu daerah tersebut di antaranya dari Aceh ada lagu Bungong Jeumpa, dari Sumatra Utara ada lagu Singsing So, Butet, dan Tillo-Tillo. Dari Sumatra Barat kita kenal lagu Kampuang Nan Jauh di Mato. Dari Jawa Barat ada lagu Es Lilin, Tokecang, Manuk Dadali, Borondong Garing, dan Bubuy Bulan. Dari Jawa Tengah di antaranya ada lagu Suwe Ora Jamu, Gundul Pacul, dan Dondong Apa Salak. Dari Jawa Timur kita kenal lagu, seperti Bapak Tane, Rek Ayo Rek, dan Grimis-Grimis.

Di Kalimantan kita juga mengenal banyak lagu daerah, di antaranya dari Kalimantan Selatan kita mengenal lagu Sapu Tangan Babuncu Ampat. Dari Kalimantan Tengah ada lagu Kalayar dan Naluya. Dari Kalimantan Barat ada lagu Cik-Cik Periok. Di sebelah timur Kalimantan, yaitu di Pulau Sulawesi lagu-lagu daerah juga lahir dan berkembang. Lagu daerah Sulawesi Utara di antaranya O Ina Ni Keke dan Si Patokaan. Dari Sulawesi Selatan ada lagu Angin Mamiri, Ampar-Ampar Pisang dan dari suku Bugis kita kenal juga lagu Ma Rencong-Rencong.

Maluku sebagai daerah yang banyak menyumbangkan penyanyi di tingkat nasional memiliki banyak lagu daerah di antaranya adalah Burung Kakaktua, Naik-Naik ke Puncak Gunung, dan Nona Manis Siapa yang Punya. Flores memiliki lagu daerah, seperti Tutu Koda dan Pai Mura Rame-Rame. Dari Papua kita kenal lagu Yamko Rambe dan Apuse. Dari daerah Betawi kita kenal lagu daerah, seperti lagu Keroncong Kemayoran, Kicir-Kicir, Ondel-Ondel, Wakwak Gung, Jali-Jali, dan Surilang.
Kehidupan sosial dan ratusan jenis kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia tentu menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Kita tentu harus bersemangat untuk memelihara dan menjaga kebudayaan bangsa Indonesia. Siapa lagi yang akan mempertahankan budaya bangsa jika bukan kita sendiri. Bagi seorang pelajar perilaku dan semangat kebangsaan dalam mempertahankan keragaman budaya bangsa di antaranya dapat dilaksanakan dengan:

a)  mengetahui keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia;

b) mempelajari dan menguasai salah satu seni budaya sesuai dengan minat dan kesenangannya;

c)  merasa bangga terhadap budaya bangsa sendiri; dan

d) menyaring budaya asing yang masuk ke dalam bangsa Indonesia.

d. Semangat dan Perilaku Kebangsaan dalam Perbedaan Jenis kelamin

Tuhan menciptakan manusia dalam dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan pada dasarnya sama. Hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan itulah yang dinamakan dengan jenis kelamin. Jadi, jenis kelamin merujuk pada hubungan antara laki- laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, dan bagaimana hubungan sosial tersebut diciptakan.
Ingatlah kembali ketika kamu masih kecil atau perhatikanlah anak di bawah umur lima tahun (balita). Anak-anak dapat melakukan berbagai kegiatannya, seperti bermain bersama dan tidak pernah membedakan jenis, baik laki-laki maupun perempuan. Tidak membedakan jenis inilah yang disebut dengan kesetaraan jenis kelamin. Kesetaraan jenis kelamin adalah hasil dari ketiadaan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin atas dasar kesempatan, alokasi sumber daya atau manfaat dan akses terhadap pelayanan.

3. Komitmen terhadap Arti Penting Semangat Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” berasal dari buku Sutasoma karangan Mpu Tantular seorang pujangga di kerajaan Majapahit. Bhinneka Tunggal Ika mengandung arti ‘berbeda-berbeda, tetapi tetap satu jua’. Dalam buku Sutasoma lebih lengkapnya tertulis Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa yang berarti ‘walaupun berbeda-beda, tetapi tetap satu jua adanya karena tidak ada agama yang tujuannya berbeda’. Kondisi Bhinneka Tunggal Ika dalam masyarakat Majapahit seperti digambarkan oleh Empu Tantular menunjukkan betapa kerukunan hidup umat beragama di Indonesia sudah berkembang sejak dahulu. Bhinneka Tunggal Ika oleh para pendiri negara dijadikan sebagai semboyan negara sebagaimana tertulis pada lambang negara Burung Garuda. Kebhinekaan yang ada pada diri bangsa Indonesia merupakan potensi sekaligus tantangan. Kebinekaan sebagai potensi diwujudkan bangsa Indonesia sejak tumbuhnya kesadaran nasional. Kita ketahui bahwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada saat belum tumbuhnya kesadaran nasional, yaitu pada zaman kerajaan selalu dapat digagalkan oleh pemerintah kolonial. Pada tahun 1908 lahir perjuangan yang bersifat nasional dengan dirintisnya organisasi modern yang diberi nama Boedi Oetomo yang didirikan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Lahirnya kesadaran nasional yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia makin meningkat meskipun dalam kondisi bangsa yang beragam. Pejuang dan pendiri negara dari berbagai suku, agama, dan daerah di Indonesia memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dengan izin Tuhan Yang Maha Kuasa akhirnya kemerdekaan bangsa Indonesia dapat diraih dan diproklamasikan ke seluruh dunia. Setelah lebih dari 67 tahun bangsa Indonesia merdeka, Negara Kesatuan Republik Indonesia masih dapat tegak berdiri. Upaya mempertahankan dan membangun negara Indonesia selama lebih dari 67 tahun bukan hanya kerja keras pemerintah, melainkan juga adanya keinginan bangsa Indonesia yang berbineka untuk tetap bersatu. Mempertahankan dan melangsungkan kehidupan negara yang homogen (seragam) seperti Jepang jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan negara yang heterogen (beragam). Rakyat Jepang memiliki keseragaman budaya dan bahasa. Hal itu berbeda dengan bangsa Indonesia yang menurut para ahli suku bangsa di Indonesia mencapai ratusan suku bangsa. Apabila setiap suku bangsa atau golongan etnik tersebut memiliki tradisi sosial budayanya masing-masing, berarti di Indonesia telah ada dan berkembang ratusan tradisi sosial budaya. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki 34 provinsi. Tiap-tiap provinsi tentu memiliki keinginan dan program yang berbeda. Begitu kompleks dan beragamnya bangsa Indonesia, tentu tidak mudah untuk tetap menjaga dan mempertahankan persatuan dan kesatuan negara. Tepatlah kiranya para pendiri negara menggunakan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dalam upaya mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Lambang negara Garuda Pancasila diresmikan tanggal 17 Agustus 1950 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951. Dengan ditetapkannya lambang negara Garuda Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara resmi dinyatakan pula sebagai semboyan negara. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 dan dipertegas dalam Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 berisi di antaranya sebagai berikut.

a. Seekor burung garuda yang dijadikan sebagai lambang negara berdiri tegak dengan sayap dikembangkan ke kiri dan ke kanan dan melambangkan tenaga pencipta atau semangat membangun.

b. Kepala burung yang menghadap ke kanan melambangkan kemujuran atau keberuntungan.

c. Burung garuda yang mampu terbang tinggi ke angkasa raya tanpa kawan melambangkan cita-cita tinggi, keperkasaan, serta kedaulatan bangsa dan negara.

d. Lukisan burung garuda yang seluruhnya berwarna kuning emas melambangkan keagungan.

e. Kaki burung yang mencengkeram kukuh pita yang bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika” melambangkan kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang dicapai pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

f. Seloka dilambangkan dengan bulu burung pada tubuh dan sayapnya sebagai candra sangkala proklamasi angka keramat bangsa Indonesia, yaitu 17–8–1945 yang merupakan tanggal, bulan, dan tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

g. Gambaran terperinci dapat kita lihat dari bulu sayap yang berjumlah 17 helai, bulu ekor 8 helai, di bawah perisai 19 helai, dan di leher 45 helai. Bhinneka Tunggal Ika seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 dan dipertegas dalam Undang-Undang RI No 24 Tahun 2009 mengandung makna: a. mendorong makin kukuhnya persatuan Indonesia; b. mendorong timbulnya kesadaran tentang pentingnya pergaulan demi kukuhnya persatuan dan kesatuan; c. tidak saling menghina, mencemooh, atau saling menjelekkan  di antara sesama bangsa Indonesia; d. saling menghormati dan saling mencintai antarsesama; e. meningkatkan identitas dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia; dan f. meningkatkan nilai kegotongroyongan dan solidaritas.

Pemerintah menegaskan tentang lambang negara Burung Garuda Pancasila dan diperkuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.

B. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Suku, Agama, Ras, Budaya, dan Jenis kelamin dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika Semua manusia pada dasarnya sama. Membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama manusia karena warna kulit atau bentuk fisik lainnya adalah sebuah kesalahan. Tuhan menciptakan manusia berbeda dan beragam. Perbedaan itu adalah anugerah yang harus kita syukuri. Mengapa kita harus bersyukur dengan keragaman itu? Dengan keragaman, kita menjadi bangsa yang besar dan arif dalam bertindak.

Negara lain seperti Amerika Serikat juga merupakan bangsa yang beragam. Amerika Serikat mampu menjadikan keberagamannya itu menjadi kekuatan bagi bangsanya. Agar keberagaman bangsa Indonesia juga menjadi sebuah kekuatan, kita bangun keberagaman bangsa Indonesia dengan dilandasi persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia.

Persatuan dan kesatuan di sebuah negara yang beragam dapat diciptakan salah satunya dengan perilaku masyarakat yang menghormati keberagaman bangsa dalam wujud perilaku toleran terhadap keberagaman tersebut. Sikap toleransi berarti menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Toleransi sejati didasarkan sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani, dan keyakinan, serta keikhlasan sesama apa pun agama, suku, golongan, ideologi atau pandangannya.