You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 8 are not shown in this preview.
You're Reading a Free Preview
Page 12 is not shown in this preview.
You're Reading a Free Preview
Pages 16 to 27 are not shown in this preview.
You're Reading a Free Preview
Pages 36 to 37 are not shown in this preview.
You're Reading a Free Preview
Pages 47 to 61 are not shown in this preview.
You're Reading a Free Preview
Pages 67 to 95 are not shown in this preview.
You're Reading a Free Preview
Pages 101 to 103 are not shown in this preview.
You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 8 are not shown in this preview.
You're Reading a Free Preview
Pages 15 to 19 are not shown in this preview.
You're Reading a Free Preview
Pages 23 to 36 are not shown in this preview.
You're Reading a Free Preview
Pages 40 to 53 are not shown in this preview.
You're Reading a Free Preview
Pages 57 to 60 are not shown in this preview.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Buku. Foto: FreepikKata dalam bahasa Jawa disebut juga dengan tembung. Ada banyak jenis-jenis tembung yang perlu dipahami ketika seseorang ingin belajar bahasa Jawa, salah satunya adalah tembung rangkep.
Mengutip buku Baboning Pepak Basa Jawa karangan Budi Anwari, tembung rangkep adalah kata yang dibaca dua kali, bisa seluruh kata atau hanya satu suku kata. Dalam bahasa Indonesia, tembung rangkep disebut dengan kata ulang. Adapun ciri-ciri dari tembung rangkep, yaitu:
Terdiri dari dua suku kata;
Berupa kata yang sama dan diulang;
Menunjukkan makna gramatis atau sesuai dengan tatabahasa;
Umumnya tidak mengubah golongan kata. Misalnya ondhe-ondhe, kata ulangnya berupa kata benda, maka bentuk dasarnya juga kata benda;
Ditulis dengan memberikan tanda hubung, namun pada rangkep dwipurwa dan dwiwasana tidak perlu;
Rangkep ditulis serangkai dengan awalan atau akhiran.
Febyardini Dian P. R. menerangkan dalam buku Pepak Ian Wasis Basa Jawa bahwa tembung rangkep memiliki beberapa fungsi, di antaranya:
1. Fungsi tembung rangkep sebagai kata benda
Menyatakan benda itu bermacam-macam. Contoh: godhong-godhongan, woh-wohan.
Menyatakan benda yang sesuai dengan kata dasarnya. Contoh: anak-anakan, wong-wongan.
2. Fungsi tembung rangkep sebagai kata kerja
Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali. Contohnya: mlayu-mlayu, njoget-njoget.
Menyatakan aspek durasi. Contohnya: lungguh-lungguh, maca-maca.
3. Fungsi tembung rangkep sebagai kata sifat
Menyatakan makna sampai atau pernah. Contohnya: ora mari-mari, duet entek-entekkan.
4. Fungsi tembung rangkep berupa kata bilangan
Berfungsi menyatakan makna sekaligus. Contoh: ojho melbu loro loro mergo ora kamot.
Macam-Macam Tembung Rangkep
Buku. Foto: FreepikTembung rangkep terbagi menjadi tiga macam, yaitu dwilingga, dwipurwa, dan dwiwasana. Berikut penjelasan lengkapnya yang dinukil dari buku Pepak Basa Jawa oleh Febyardini Dian P. R., Fela Prihandi, dan Y. M. Purwono.
Tembung Rangkep Dwilingga Wantah
Tembung rangkep ini terdiri dari pengulangan tembung lingga atau kata dasar. Jadi, tembung rangkep ini belum mendapat imbuhan. Tembung rangkep dwilingga dibagi lagi menjadi tiga macam, yaitu:
Dwilingga padha swara: Kata dasarnya diucap dua kali, contoh: buku-buku, meja-meja, kursi-kursi.
Dwilingga salin swara: Kata dasarnya diganti menjadi huruf vokal, contoh: bola-bali, mloya-mlayu, mloka-mlaku.
Dwilingga semu atau murni: Kata ulang yang murni, contoh: kupu-kupu, orong-orong, angga-angga.
Tembung rangkep dwipurwa adalah tembung rangkep yang diulang suku kata bagian depan atau suku kata pertama. Contoh:
Tembung Rangkep Dwiwasana
Tembung rangkep dwiwasana adalah tembung yang diulang pada bagian belakang suku katanya saja. Contoh: