Apa yang dimaksud dengan hadis qudsi jelaskan

ilustrasi oleh dribbble.com

Hadist Qudsi adalah firman atau perkataan Allah SWT, akan tetapi jenis firman Allah SWT yang bukan termasuk Al-Quran.

Hadist artinya semua yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa perbuataan, ucapan, persetujuan atau akhlaq beliau. Sedangkan, Qudsi artinya suci karena bersumber dari Allah SWTyang Maha Suci.

Adapun secara definisi pengertian Hadist Qudsi adalah hadist yang disampaikan Allah SWT kepada Nabi SAW melalui ilham atau mimpi.

Kemudian, Nabi SAW menyampaikan hadist tersebut menggunakan ungkapan atau susunan kalimat beliau sendiri. Berbeda dengan Al-Quran, bahwa makna dan lafazh Al-Quran berasal dari Allah SWT sedangkan hadist qudsi tidak demikian.

Asal Usul Hadist Qudsi

Hadist qudsi tetap sebuah hadist, hanya saja Nabi Muhammad SAW menyandarkan hadist qudsi kepada Allah SWT. Jadi, perkataan dari Allah SWT yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW  menggunakan ungkapan dan redaksi dari beliau sendiri.

Apabila seorang sahabat meriwayatkan hadis qudsi, beliau meriwayatkan dari Rasulullah SAW yang mana bersumber dari Allah SWT. Didalam hadist qudsi menggunakan kata “Allah berfirman” artinya saat Rasulullah SAW meriwayatkan dengan kata “Allah berfirman”, hadist ini berasal dari Allah SWT.

Jumlah hadist qudsi tidak sebanyak hadist-hadist lainnya, melainkan hanya berjumalah 4444 saja. Namun, hadist qudsi yang diketahui secara umum hanya berjumlah 200.

Menurut Syekh Muhammad bin Shalih Al Hutsaimin, hadist qudsi disebut sebagai hadis Ilahi atau Rabbani. Hal yang membedakan dengan hadist-hadist lainnya adalah kandungan maknanya saja.

Hadist qudsi diriwayatkan dari Allah SWT melalui ilham atau mimpi, kemudian Rasulullah SAW menyampaikan kepada umat muslim menggunakan bahasa beliau sendiri.

Hadist Qudsi menggunakan kata “Allah berfirman” artinya hadist tersebut berasal dari Allah SWT akan tetapi penyampaiannya saja melalui Rasulullah SAW. Adapun beberapa contoh hadist qudsi seperti berikut

Baca juga:  Wanita Sholehah: Sifat dan Ciri-Cirinya dalam Islam

Diriwayatkan dari Abu Hurairah R.a Rasulullah SAW bersabda :

Allah SWT berfirman, “Aku adalah Dzat Yang Maha Mandiri, Yang Paling tidak membutuhkan sekutu; Barang siapa beramal sebuah amal menyekutukan Aku dalam amalan itu, maka Aku meninggalkannya dan sekutunya.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Hadist-hadist ini tergolong sebagai hadist qudsi karena Rasulullah SAW menyampaikan hadist ini menggunakan kata “Allah berfirman” yang artinya bahwa hadist tersebut berasal dari Allah SWT.

Rasulullah Saw bersabda, Allah berfirman, “Seluruh amalan anak adam untuk dirinya sendiri kecuali puasa. Puasa itu untukku, dan aku sendiri yang akan memberikan balasannya. Puasa itu perisai. Apabila seseorang diantara kamu berpuasa, janganlah memaki-maki, mengeluarkan kata-kata keji dan janganlah dia membuat kegaduhan. Jika dia dicaci oleh seseorang, atau dibunuh (hendak dibunuh), hendaklah dia katakan ‘saya berpuasa’”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah R.a, Rasulullah SAW telah berfirman Allah SWT:

“Ibnu Adam (anak keturunan Adam/umat manusia) telah mendustakan-ku, dan mereka tidak berhak untuk itu, dan mereka mencela-ku padahal mereka tidak berhak untuk itu, adapun kedustaannya padaku adalah perkataannya. ‘Dia tidak akan menciptakan aku kembali sebagaimana Dia pertama kali menciptakan-ku (tidak dibangkitkan setelah mati)’, adapun celaan mereka kepadaku adalah ucapannya, ‘Allah telah mengambil seorang anak, (padahal) Aku adalah Ahad (Maha Esa) dan Tempat memohon segala sesuatu (Al-Shomad), Aku tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada bagiku satupun yang menyerupai.” (HR. Al-Bukhari dan an-Nasa-i)

Demikian penjelasan mengenai pengertian hadist qudsi, asal-usul beserta contohnya. Semoga Bermanfaat!

Hadits qudsi. Foto: Unsplash

Dalam agama Islam, istilah hadits menjadi sesuatu yang tidak asing untuk didengar. Hadits merupakan sumber yang berisikan ajaran agama Islam ke dua setelah Alquran. Hadits termasuk ke dalam dalil naqli yang sudah pasti kebenarannya.

Hadits menurut bahasa adalah sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat. Sedangkan menurut istilah syara’, hadits merupakan hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir).

Salah satu bentuk hadits adalah hadits qudsi, dimana yang dimaksud adalah riwayat oleh Rasulullah SAW dianggap sebagai firman Allah SWT, yang dikutip namun dengan lafal dari beliau. Biasanya awalannya berbunyi “Rasulullah SAW bersabda" atau “Allah SWT berfirman”.

Hadits qudsi terdiri dari dua kata yaitu hadits dan qudsi. Hadits merupakan segala yang ada pada diri Rasulullah SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, atau karakter. Sedangkan qudsi diambil dari kata qudus, yang artinya suci.

الحديث القدسي هو من حيث المعنى من عند الله تعالى ومن حيث اللفظ من رسول الله صلى الله عليه وسلم فهو ما أخبر الله تعالى به نبيه بإلهام أو بالمنام فأخبر عليه السلام عن ذلك المعنى بعبارة نفسه فالقرآن مفضل عليه لأن لفظه منزل أيضا

Hadis qudsi adalah hadis yang secara makna datang dari Allah, sementara redaksinya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga hadis Qudsi adalah berita dari Allah kepada Nabi-Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan hal itu dengan ungkapan beliau sendiri. Untuk itu, al-Quran lebih utama dibanding hadis qudsi, karena Allah juga menurunkan redaksinya. (at-Ta’rifat, hlm. 133)

Hadits qudsi. Foto: Unsplash

Istilah Lain Hadits Qudsi

Sebagian ulama menyebut hadits qudsi dengan istilah lain seperti hadits ilahi atau hadis rabbani yang memiliki pengertian serupa yaitu hadis yang dinisbahkan kepada Allah.

Selain itu ada juga ulama yang menggunakan istilah hadis ilahi yaitu Syaikhul Islam dan Hafidz Ibnu Hajar. Dalam salah satu pernyataannya, al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,

الأحاديث الإلهية: وهي تحتمل أن يكون المصطفى صلى الله عليه وسلم أخذها عن الله تعالى بلا واسطة أو بواسطة

Hadis Ilahi ada kemungkinan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya dari Allah tanpa perantara atau melalui perantara. (Faidhul Qodir, 4/468).

Sementara itu, ada pula ulama yang menggunakan istilah hadis Rabbani salah satunya adalah Jalaluddin al-Mahalli. Dalam pernyataannya ia menyebutkan,

الْأَحَادِيثَ الرَّبَّانِيَّةَ كَحَدِيثِ الصَّحِيحَيْنِ: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

Hadis Rabbani itu seperti hadis yang disebutkan dalam dua kitab shahih: “Saya sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku. (Hasyiyah al-Atthar ’ala Syarh al-Mahalli).

Hadits qudsi. Foto: Unsplash

Perbedaan Hadits Qudsi dengan Alquran

Alquran sebagai pedoman hidup umat islam memiliki ciri sebagai berikut:

  1. Alquran turun sebagai wahyu dibawa oleh malaikat Jibril ke Rasulullah SAW

  2. Bersifat qath’i tsubut (pasti keabsahannya), karena semuanya diriwayatkan kaum muslimin turun-temurun secara mutawatir.

  3. Membacanya mendapatkan 10 pahala setiap hurufnya.

  4. Teks dan maknanya merupakan mukjizat.

  5. Bersifat sakral, sehingga orang yang mengingkari satu huruf saja statusnya kafir.

  6. Tidak boleh disampaikan berdasarkan maknanya tanpa teks aslinya persis seperti yang Allah firmankan.

  7. Menjadi mukjizat yang Allah gunakan untuk menantang manusia, terutama masyarakat arab.

Sedangkan perbedaan hadits qudsi dengan Alquran adalah sebagai berikut:

  1. Tidak harus melalui malaikat Jibril. Bisa datang dalam bentuk ilham atau mimpi.

  2. Tidak ada jaminan keabsahannya. Karena itu, ada hadits qudsi yang shahih, dhaif, dan bahkan ada yang palsu.

  3. Semata membaca tidak bernilai pahala. Kecuali jika diniati untuk mempelajari, sehinga bernilai ibadah pada kegiatan mempelajarinya.

  4. Teks dan maknanya bukan mukjizat. Sehingga bisa saja seseorang membuat hadis qudsi palsu.

  5. Tidak sakral, sehingga mengikuti kajian hadis pada umumnya.

  6. Hadits qudsi boleh disampaikan secara pemahaman

  7. Tidak digunakan sebagai tantangan kepada makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA