Jelaskan mengenai luas wilayah ketinggian tempat dan letak dari Taman Nasional Gunung Leuser

Jelaskan mengenai luas wilayah ketinggian tempat dan letak dari Taman Nasional Gunung Leuser

Taman nasional merupakan kawasan yang dlindungi. Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Di Indonesia saat ini terdapat 50 Taman Nasional, yang pengelolaannya di bawah Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Enam di antaranya ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Salah satu di antaranya adalah Tropical Rainforest Heritage of Sumatra (TRHS) yang terdiri dari tiga taman nasional yang luas dan terpisah yaitu Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang memiliki luas seluruhnya 2,595,124 ha.

TRHS merupakan areal konservasi terbesar di Asia Tenggara yang berlokasi di pegunungan Bukit Barisan, yang disebut Andes of Sumatra. Taman ini adalah rumah bagi sekitar 10.000 spesis tumbuhan, lebih dari 200 spesis hewan mamalia, dan sekitar 580 spesis burung. TRHS memiliki potensi besar untuk konservasi jangka panjang biota Sumatera yang sangat beragam.

Di wilayah Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional. Pertama adalah Taman Nasional Gunung Leuser atau Gunung Leuser National Park, yang secara administratif pemerintahaan terletak di dua provinsi yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Kedua adalah Taman Nasional Batang Gadis yang terletak di Kabupaten Mandailing Natal.

Taman Nasional Gunung Leuser

Jelaskan mengenai luas wilayah ketinggian tempat dan letak dari Taman Nasional Gunung Leuser

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) memiliki luas 1.094.692 ha, dengan panjang 150 km dan lebar 100 km. Sebagian dari taman nasional ini merupakan wilayah Sumatera Utara meliputi Kabupaten Dairi, Karo, dan Langkat. TNGL sebagai bagian dari TRHS masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia pada tahun 2004.

Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser dengan ketinggian mencapai 3.466 meter di atas permukaan laut yang terdapat di wilayah Aceh. Areal di sekitar Gunung Leuser dikenal dengan sebutan Ekosistem Leuser, yang meliputi pantai hingga pegunungan dengan hutan lebat yang dikenal dengan hutan hujan tropis.

TNGL terdiri dari gabungan (1) Suaka Margasatwa Gunung Leuser (416.500 ha), Suaka Margasatwa Kluet (20.000 ha), (3) Suaka Margasatwa Langkat Barat (51.000 ha), Suaka Margasatwa Langkat Selatan (82.985 ha), Suaka Margasatwa Sekundur (60.600 ha), Suaka Margasatwa Kappi (142.800 ha), Taman Wisata Gurah (9.200 ha), dan Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas (292.707 ha).

TNGL merupakan satu dari dua habitat yang tersisa untuk Orangutan Sumatera. Mamalia lain yang ditemukan di taman nasional ini termasuk gajah Sumatera, harimau Sumatera, badak Sumatera, rusa sambar, beruang madu, sarudung, siamang, monyet ekor panjang, beruk, kambing hutan, macan tutul, dan burung rangkong badak.

Ada dua obyek wisata menarik yang terkenal di dalam kawasan TNGL yaitu Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera di Bukit Lawang, Bohorok dan Pusat Konservasi di Tangkahan, keduanya termasuk Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Taman Nasional Batang Gadis

Jelaskan mengenai luas wilayah ketinggian tempat dan letak dari Taman Nasional Gunung Leuser

Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) mengambil nama dari Sungai Batang Gadis yang mengalir dan membelah Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Provinsi Sumatera Utara. TNBG yang secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Madina, memiliki luas 108.000 ha. Kawasan ini terletak pada ketinggian 300 hingga 2.145 meter di atas permukaan laut, dan puncak tertingginya adalah Gunung Sorik Marapi.

TNBG ditetapkan secara resmi sebagai taman nasional dengan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia pada tanggal 29 April 2004. Taman nasional ini sebelumnya merupakan areal hutan lindung, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi tetap. Kawasan hutan lindung ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1921-1924.

Kawasan TNBG yang merupakan rangkaian pegunungan ini memiliki potensi keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Taman ini merupakan habitat satwa yang dilindungi seperti harimau Sumatera, tapir, beruang madu, orangutan ras angkola, siamang, berbagai jenis burung, dan lainnya. Selain itu, kawasan ini berfungsi sebagai daerah tangkapan air dan merupakan hulu beberapa sungai di Kabupaten Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan, sehingga berperan dalam kelestarian hidrologis di kedua wilayah tersebut.

Taman Hutan Raya

Provinsi Sumatera Utara memiliki sebuah taman hutan raya (Tahura) yaitu Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang terdapat di Kabupaten Tanah Karo. Taman yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 pada tanggal 19 November 1988, memiliki luas 51.600 ha. Tahura Bukit Barisan merupakan kawasan hutan lindung dan konservasi yang meliputi hutan lindung Sibayak, Sinabung, dan Simancik. Di kawasan Tahura ini terdapat dua gunung berapi yaitu Gunung Sibayak (2.211 mdpl) dan Gunung Sinabung (2.451 mdpl).

Cagar Alam

Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam (perlindungan suatu kawasan) yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Provinsi Sumatera Utara memiliki sebelas cagar alam seperti berikut:

  • Batu Gajah di Kabupaten Simalungun, luas 0,80 ha (Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 923/Kpts/Um/12/82 Tanggal 27 Desember 1982)
  • Batu Ginurit di Kabupaten Labuhan Batu, luas 0,50 ha (Zelfbestuur Besluit No. 390/1934 Tanggal 17 September 1934)
  • Dolok Saut Surungan di Kabupaten Tapanuli Utara, luas 39 ha (Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 923/Kpts/Um/12/82 Tanggal 27 Desember 1982)
  • Dolok Sibualbuali di Kabupaten Tapanuli Selatan, luas 5.000 ha (Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 215/Kpts/Um/8/82 Tanggal 4 Agustus 1982)
  • Dolok Sipirok di Kabupaten Tapanuli Selatan, luas 6.970 ha (Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 226/Kpts/Um/8/82 Tanggal 4 Agustus 1982)
  • Dolok Tinggi Raja di Kabupaten Simalungun, luas 167 ha (Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 923/Kpts/Um/12/82 Tanggal 27 Desember 1982)
  • Liang Balik di Kabupaten Labuhan Batu, luas 0,31 ha (Zelfbestuur Besluit No. 221/1936 Tanggal 1 November 1936)
  • Lubuk Raya di Kabupaten Tapanuli Selatan, luas 3.050 ha (Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 923/Kpts/Um/12/82 Tanggal 27 Desember 1982)
  • Martelu Purba di Kabupaten Langkat, luas 195 ha (Keputusan Menteri Kehutanan R.I. No. 471/Kpts-II/93 Tanggal  9 Februari 1993)
  • Sei Ledong di Kabupaten Labuhan Batu, luas 1.100 ha (Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 923/Kpts/Um/12/82 Tanggal 27 Desember 1982)
  • Sibolangit di Kabupaten Deli Serdang, luas 9,15 ha (Zelfbestuur Besluit No. 37/PK Tanggal 10 Maret 1938)

Suaka Margawatwa

Suaka margasatwa (perlindungan turunan satwa) adalah hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai suatu tempat hidup margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional. Di Sumatera Utara terdapat suaka margawatwa seperti berikut:

  • Barumun di Kabupaten Tapanuli Tengah, luas 40.330 ha (SK Menteri Kehutanan R.I. No. 70/Kpts-II/1989 Tanggal 2 Juni 1989)
  • Dolok Surungan di Kabupaten Tapanuli Utara, luas 23.800 ha (Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 43/Kpts/Um/2/74 Tanggal 2 Februari 1974)
  • Karanggading di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang, luas 15.765 ha (Keputusan Menteri Pertanian R.I. No. 811/Kpts/Um/11/80 Tanggal 5 November 1980)
  • Siranggas di Kabupaten Tapanuli Tengah, luas 5.657 ha (Keputusan Menteri Kehutanan R.I. No. 70/Kpts-II/1989 Tanggal 2 Juni 1989)

Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu kawasan konservasi yang berada di Aceh. Kawasan dengan luas lahan 792.675 hektar ini mencakup berbagai tipe ekosistem, sehingga berbagai jenis satwa dan tumbuhan yang dapat dijumpai sangat beragam.

Bentangan alam di TNGL juga sangat mempesona, terlebih lagi beberapa area kawasan ini pada mulanya adalah tempat wisata. Hal tersebut menjadi nilai tambah tersendiri, sehingga sayang untuk melewatkan panorama taman nasional ini.

Sejarah Taman Nasional Gunung Leuser

Sebenarnya pengusulan pembentukan taman nasional di kawasan Aceh Barat sudah terjadi sejak lama. Diketahui bahwa pada tahun 1928 FC Van Heurn telah mengusulkan daerah Alas, Kluet, Sungai Tripa, dan seluruh tipe ekosistem seluas total 928.000 hektar kepada pihak Belanda selaku pemerintah kala itu.

Pada tahun 1934 A Ph Van Ahen, Gubernur Aceh, mendirikan Suaka Alam dari Gunung Leuser seluas 142.800 hektar. Setelah itu kawasan konservasi di sekitarnya juga ditetapkan, yaitu Suaka Margasatwa Gunung Leuser, Suaka Margasatwa Kluet, Suaka Margasatwa Langkat, dan Suaka Margasatwa Sikundur.

Selanjutnya pada bulan Desember 1976 kawasan konservasi tersebut diperluas dengan menambahkan Suaka Margasatwa Kappi, Taman Wisata Sikundur, dan Taman Wisata Lawe Gurah. Tidak lama kemudian, status kawasan konservasi yang terdapat di Gunung Leuser kemudian menjadi Taman Nasional Gunung Leuser.

Keputusan tersebut dikeluarkan berdasarkan Surat Pernyataan Menteri Pertanian No.736/Mentan/X/1980 dengan menambahkan Hutan Lindung dan Hutan Produksi seluas 292.707 hektar, sehingga total keseluruhan taman nasional menjadi 792.675 hektar.

Kondisi Alam Taman Nasional Leuser

1. Letak dan Topografi

Secara geografis Taman Nasional Gunung Leuser terletak pada koordinat antara 02°55’ – 04° 05’ Lintang Utara dan 96° 30’ – 98° 35’ Bujur Timur. Sementara secara administratif kawasan ini berada di  lima kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Langkat, dan Kabupaten Tanah Karo.

Kelima kabupaten tersebut meliputi wilayah di dua provinsi, yaitu Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Provinsi Sumatera Utara.  Adapun kondisi topografi di taman nasional ini yaitu datar, berbukit, bergunung-gunung, sampai dengan curam.

2. Iklim dan Hidrologi

Suhu udara rata-rata di Taman Nasional Gunung Leuser antara 21,1° – 27,5° Celcius dengan curah hujan berada pada kisaran 3.000 – 4.600 mm per tahun. Curah hujan paling tinggi berada di kawasan Leuser dan Simpali, sedangkan yang paling rendah di kawasan Lembah Alas yang hanya 1.300 mm. Adapun musim penghujan berlangsung sepanjang tahun, tanpa kemarau yang berarti.

baca juga:  Taman Nasional Kepulauan Togean - Tojo Una-una

Kelembaban udara di kawasan ini berada di antara 62% – 100% atau rata-rata per tahunnya 86,9%. Sungai yang mengalir di taman nasional ini yaitu Sungai Alas dan Sungai Mammas, serta anak sungai yang berada di deretan Leuser-Simpali dan juga Alas bagian barat.

3. Ekosistem dan Zonasi

Beberapa tipe ekosistem yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser yaitu ekosistem mangrove atau bakau, ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, ekosistem hutan tropis pegunungan, serta ekosistem pegunungan sub-alpin.

Ada delapan zona yang diterapkan oleh pihak taman nasional dalam mengelola kawasan ini. Kedelapan zona tersebut adalah zona inti, zona riba, zona pemanfaatan, zona rehabilitasi, zona tradisional, zona religi, zona khusus, dan juga zona abu-abu.

Flora dan Fauna Taman Nasional Leuser

Ada banyak sekali ragam flora dan fauna yang dapat dijumpai di Taman Nasional Gunung Leuser. Mulai dari spesies yang familiar dan kerap ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, kelompok endemik Pulau Sumatera, sampai spesies yang tergolong langka dan hampir punah.

1. Flora

Jumlah flora yang berhasil diidentifikasi di Taman Nasional Gunung Leuser lebih dari 4.000 jenis tumbuhan. Flora tersebut juga bervariasi mulai dari pohon dengan buah yang dapat dikonsumsi hingga tumbuhan jenis langka.

Jelaskan mengenai luas wilayah ketinggian tempat dan letak dari Taman Nasional Gunung Leuser
Steemit

Kelompok tumbuhan dengan buah yang dapat dimakan antara lain dua spesies durian hutan (Durio exyleyanus dan Durio zibethinus), rambutan hutan (Nephelium lappaceum), jeruk hutan (Citrus macroptera), duku (Lansium domesticum), rambai (Baccaurea montleyana), dan juga menteng (Baccaurea racemosa).

Selain itu juga ada rukem (Flacourtia rukem), limus yang memiliki buah seperti mangga (Mangifera foetida dan Mangifera guardrifolia). Semua spesies tersebut adalah sumber plasma nutfah yang memiliki prospek jangka panjang yang cerah untuk dikembangkan.

Flora langka yang tumbuh di taman nasional yang berasal dari kawasan Gunung Leuser yaitu pohon payung raksasa (Johanesteisjmania altifrons), liana dengan bunga parasit yang diameternya bisa mencapai 1,5 meter (Rhizanthes zippelnii), dan juga Rafflesia atjehensis. Dapat pula dijumpai anggrek sepatu (Paphiopedilum liemianum) dan kantong semar (Nepenthes sp.).

2. Fauna

Tercatat ada lebih dari 127 jenis mamalia yang menghuni kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Sementara itu kelompok aves diketahui berjumlah 387 jenis dengan 350 spesies yang menetap. Bahkan juga diketahui ada sekitar 89 spesies satwa yang tergolongkan langka hidup di taman nasional ini.

Jelaskan mengenai luas wilayah ketinggian tempat dan letak dari Taman Nasional Gunung Leuser
Pixabay

Beberapa spesies langka tersebut adalah badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), orangutan atau mawas (Pongo abelii), rusa sambar (Cervus unicolor), kucing hutan (Prionailurus bengalensis-sumatrana), dan siamang (Hylobates syndactylus).

Sementara itu ada pula kambing hutan (Capricornis sumatraensis), rangkong (Buceros bicornis), serta gajah Sumatera (Eephas maximus-sumatranus) dan harimau Sumatera (Panthera tigris-sumatrae) yang merupakan dua spesies endemik di Pulau Sumatera.

Adapun satwa lain yang juga dapat dijumpai di Taman Nasional ini yaitu tupai (Callosciurus albescens), kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri), ungko atau kedih (Presbytis thomasi), dan tikus hoogerwerfi (Rattus hoogerwerfi).

baca juga:  Air Terjun Tukad Cepung - Wisata Alam di Bangli, Bali

Kelompok reptil yang paling banyak dijumpai di kawasan ini adalah spesies buaya (Crocodillus sp.) dan juga ular berbiasa. Adapula jenis ikan endemik yang hidup di Sungai Alas yaitu ikan jurung (Tor sp.), ikan ini memiliki ukuran panjang yang bisa mencapai 1 meter.

Kegiatan dan Destinasi Wisata

Ada banyak sekali obyek wisata yang dapat dikunjungi di Taman Nasional Gunung Leuser. Oleh sebab itu berbagai kegiatan pun dapat dilakukan dengan lebih menyenangkan di kawasan ini. Mulai dari kegiatan yang sederhana seperti pengamatan satwa, sampai yang cukup ekstrem seperti arung jeram dan mendaki gunung.

1. Sungai Alas

Salah satu sungai yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser adalah Sungai Alas. Sungai ini biasanya digunakan oleh para pengunjung untuk melakukan olahraga arung jeram. Sambil berarung jeram menyusuri aliran air deras dan ganas yang menuju Kabupaten Aceh Selatan, pengunjung juga dapat menikmati pesona dari hutan tropis serta pemukiman tradisional masyarakat di tepian sungai.

2. Hutan Rekreasi Gurah

Hutan Rekreasi Gurah atau juga biasa disebut sebagai Taman Wisata Lawe Gurah merupakan salah satu lokasi yang menarik untuk dikunjungi di taman nasional ini. Panorama yang dimiliki hutan ini sangat mempesona dengan berbagai jenis flora, danau, air terjun, lokasi pengamatan satwa, dan juga sumber mata air panas.

Pihak pengelola wisata juga telah menyediakan trek khusus untuk pengunjung yang ingin trekking. Trekking dimulai di Gurah, kemudian berlanjut sampai ke sumber mata air panas yang berada di dekat Sungai Alas. Waktu yang dibutuhkan biasanya sekitar dua jam dengan jarak sejauh 5 km.

Ada juga menara pandang yang dapat digunakan pengunjung mengamati kehidupan yang ada di hutan hujan Leuser. Selain itu jika pengunjung ingin menikmati sensasi hidup menyatu dengan alam, maka dapat berkunjung ke area perkemahan yang berlokasi di kawasan hutan atau dapat menginap di guest home.

3. Hutan Sekundur

Selain Hutan Rekreasi Guruh, ada juga Hukan Sekundur yang berada di Sekundur, Langkat, Sumatera Utara. Kawasan seluas 18.500 hektar ini memiliki gua alam serta panorama yang masih begitu alami. Apabila datang di waktu yang tepat, pengunjung dapat berjumpa dengan berbagai spesies satwa liar seperti gajah dan rusa. Selain itu, pengunjung bisa camping juga di kawasan sini.

4. Suaka Margasatwa Kluet

Suaka Margasatwa Kluet merupakan kawasan yang didominasi oleh ekosistem hutan pantai seluas 20.000 hektar. Oleh sebab itu kegiatan yang cocok dilakukan di sini adalah bersampan di sungai dan danau, menikmati panorama alam di pantai, serta menjelajahi gua alam. Meskipun begitu sebagai habitat harimau Sumatera, pengunjung dihimbau untuk berhati-hati.

5. Stasiun Rehabilitasi Orangutan

Pusat rehabilitasi satwa langka orangutan ini memiliki luas sekitar 200 hektar dan berlokasi di antara Bahorok dan Bukit Lawang, Langkat, Sumatera Utara. Menariknya tidak hanya orangutan yang bisa dijumpai di sini, melainkan juga berbagai spesies dan kelompok primata lainnya

6. Gunung Leuser

Gunung Leuser merupakan puncak gunung tertinggi yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser, nama kawasan taman nasional juga diambil dari gunung ini. Ketinggiannya mencapai 3.304 meter di atas permukaan laut.

Jelaskan mengenai luas wilayah ketinggian tempat dan letak dari Taman Nasional Gunung Leuser
Mongabay

Sebagai gunung tertinggi, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncaknya adalah sekitar 14 hari. Meskipun begitu pengunjung harus memastikan fisik dan mental sudah kuat karena perjalanannya cukup berat. Pendakian dimulai dari Desa Angusan yang berada di bagian sebelah barat Blangkejeren.

7. Pendakian Gunung Kemiri

Gunung Kemiri adalah puncak gunung tertinggi kedua yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser. Ketinggian gunung ini mencapai 3.314 meter di atas permukaan laut.

Pengunjung yang menyukai petualangan alam dapat mendaki puncak gunung ini dengan waktu sekitar lima sampai enam hari. Sepanjang perjalanan pengunjung akan menjumpai berbagai satwa seperti siamang, gibon, dan juga orangutan.

8. Gunung Simpali

Puncak gunung lain yang dapat didaki ini berada pada ketinggian 3.270 meter di atas permukaan laut. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mendaki Gunung Simpali sekitar satu pekan dengan titik awal berada di Desa Engkran, lalu menyusuri Lembah Lawe Mamas.

Lembah ini menjadi lokasi habitat dari salah satu hewan langka yaitu badak. Terdapat pula Sungai Lawe Mamas yang mempunyai arus sangat deras, sehingga menjadi tantangan sendiri bagi para pengunjung. Sungai ini bersatu dengan Sungai Alas yang berlokasi sekitar 15 km di bagian utara Kuracane.

9. Gunung Perkinson

Salah satu keberuntungan bagi pengunjung yang mendaki ke puncak Gunung Perkinson adalah salah satu titik perjalanan akan dijumpai bunga unik dan langka, Rafflesia. Bunga ini tumbuh di kawasan yang berada pada ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut serta hutan lumut yang mempesona. Lama waktu tempuh untuk mendaki puncak gunung setinggi 2.828 meter di atas permukaan laut adalah sekitar tujuh hari.

10. Lau Pengurukan

Lau Pengurukan adalah surga bagi pengunjung yang tertarik menjelajahi gua alam. Pasalnya di kawasan ini ada banyak sekali gua seperti Gua Pintu Air. Gua Pintu Angin yang merupakan gua terpanjang dengan lorong sejauh 600 meter berlubang vertikal. Ada pula Gua Palonglong yang juga mempunyai lubang vertikal, Gua Patu, Gua Pasar, Gua Rizal, Gua Pamuite, dan Gua Pasugi.

Cara untuk mencapai lokasi ini jika tidak membawa kendaraan pribadi yaitu dimulai dari kota Medan dengan menumpangi bus jurusan Bukit Lawang. Setelah itu pengunjung dapat menyewa mobil yang biasanya berjenis Jeep Land Rover. Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Dusun Tanjung Naman sekitar satu jam. Setelah itu barulah berjalan kaki menuju Lau Pengurukan kurang lebih dua jam.