Jelaskan dengan singkat pengaruh Perang Salib terhadap dunia Islam

Perang Salib yang terjadi sampai pada akhir abad XIII memberi pengaruh kuat terhadap Timur dan Barat. Di samping kehancuran fisik, juga meninggalkan perubahan yang positif walaupun secara politis, misi Kristen-Eropa untuk menguasai Dunia Islam gagal. Perang Salib meninggalkan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan Eropa pada masa selanjutnya.

Akibat yang paling tragis dari Perang Salib adalah hancurnya peradaban Byzantium yang telah dikuasai oleh umat Islam sejak Perang Salib keempat hingga pada masa kekuasaan Turki Usmani tahun 1453. Akibatnya, seluruh kawasan pendukung kebudayaan Kristen Orthodox menghadapi kehancuran yang tidak terelakkan, yang dengan sendirinya impian Paus Urban II untuk unifikasi dunia Kristen di bawah kekuasaan paus menjadi pudar.

Perubahan nyata yang merupakan akibat dari proses panjang Perang Salib ialah bahwa bagi Eropa, mereka sukses melaksanakan alih berbagai disiplin ilmu yang saat itu berkempang pesat di dunia Islam, sehingga turut berpengaruh terhadap peningkatan kualitas peradaban bangsa Eropa beberapa abad sesudahnya. Mereka belajar dari kaum muslimin berbagai teknologi perindustrian dan mentransfer berbagai jenis industri yang mengakibatkan terjadinya perubahan besar-besaran di Eropa, sehingga peradaban Barat sangat diwarnai oleh peradaban Islam dan membuatnya maju dan berada di puncak kejayaan.

Bagi umat Islam, Perang Salib tidak memberikan kontribusi bagi pengebangan kebudayaan, malah sebaliknya kehilangan sebagian warisan kebudayaan. Peradaban Islam telah diboyong dari Timur ke Barat. Dengan demikian, Perang Salib itu telah mengembalikan Eropa pada kejayaan, bukan hanya pada bidang material, tetapi pada bidang pemikiran yang mengilhami lahirnya masa Renaisance. Hal tersebut dapat dipahami dari kemenangan tentara Salib pada beberapa episode, yang merupakan stasiun ekspedisi yang bermacam-macam dan memungkinkan untuk memindahkan khazanah peradaban Timur ke dunia Masehi-Barat pada abad pertengahan.

Di bidang seni, kebudayaan Islam pada abad pertengahan mempengaruhi kebudayaan Eropa. Hal itu terlihat pada bentuk-bentuk arsitektur bangunan yang meniru arsitektur gereja di Armenia dan bangunan pada masa Bani Saljuk. Juga model-model arsitektur Romawi adalah hasil dari revolusi ilmu ukur yang lahir di Eropa Barat yang bersumber dari dunia Islam.

Perang Salib memberi kontribusi kepada gerakan eksplorasi yang berujung pada ditemukannya benua Amerika dan route perjalanan ke India yang mengelilingi Tanjung Harapan. Pelebaran cakrawala terhadap peta dunia mempersiapkan mereka untuk melakukan penjelajahan samudera di kemudian hari. Hal tersebut berkelanjutan dengan upaya negara-negara Eropa melaksanakan kolonisasi di berbagai negeri di Timur, termasuk Indonesia.

Bagi dunia Islam, Perang Salib telah menghabiskan asset kekayaan bangsa dan mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima perang dan rakyat menjadi korban. Gencatan senjata yang ditawarkan terhadap kaum muslimin oleh pasukan salib selalu didahului dengan pembantaian masal. Hal tersebut merusak struktur masyarakat yang dalam limit tertentu menjadi penyebab keterbelakangan umat Islam dari umat lain.

Walaupun demikian, di sisi lain Perang salib membuktikan kemenangan militer Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya mampu mengusir Pasukan Salib, tetapi juga pada masa Turki Usmani mereka mampu mencapai semenanjung Balkan (abad ke-14-15) dan mendekati gerbang Wina (abad ke-16 dan 17), sehingga hanya Spanyol dan pesisir Timur Baltik yang tetap berada di bawah kekuasaan Kristen.

Referensi Makalah®

Kepustakaan:

Sou’iyb, Sejarah Daulah Umaiyah Cordova, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977). M. Ruslan Shiddieq dengan judul “Aspek-Aspek Pokok Agama Islam”, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983(. S. M. Imamuddin, Muslim Spain 711-1492 AD, (Leiden: E. J. Brill, 1981). Melville W. Feldman dan Rudolph H. Yeatman, Jr. (Editor), The World University Encyclopedia, (Washington DC: Publishers Company, Inc., 1965). J.J.Saunders, A History of Medival Islam, (3rd Published; London: Rouledge and Kegan Paul, 1980. Said Abdul Fattah Asyur, al-Harakah al-Shalibiyah diterjemahkan oleh Muhammad Mahrus Muslim dengan judul “Kronologi Perang Salib”, (Jakarta: Fikahati Aneska, 1993). Harun Nasution, Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985). Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991). Ahmad Syalabi, Mausû’ah Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islâmiyah, (Kairo: Nahdah Nasir, 1978).

Oleh : Naufal Syauqi Fauzani

PROLOG

Perang salib merupakan kejadian luar biasa yang pernah terekam dalam sejarah peradaban Dunia. Terjadi selama dua abad perang ini selalu menarik untuk ditelisik serta ditelusuri untuk diambil hikmah yang terdapat di dalamnya. Perang ini menjadi masyhur karena melibatkan dua agama besar; Islam dan Kristen, keduanya saling berperang dengan sengit untuk mendapatkan supremasinya.

Didasari dengan latar belakang agama peperagan ini cukup menarik untuk dikaji, karena kalaulah kita memperhatikan dimasa sekarang agama selalu menjadi hal yang dikesampingkan. Pun jika melihat Dunia Barat dewasa ini dengan segala hegemoni dan moderannya justru mereka mendapatkan kejayaan tersebut setelah menanggalkan tuntunan agama mereka sendiri, dikarenakan menurut pandangan mereka agama hanya sebuah pedoman untuk masing-masing pribadi atau individu dan tidak ada kaitannya jika menyangkut khalayak umum.

Jika melihat masa lalu barat jauh sebelum abad 11 M, maka kita akan mendapatkan sebuah kehidupan yang jauh dari budaya dan peradaban. Yang mana pada masa itu Eropa (dibaca: Barat) masih menganut sistem feodal, kehidupan ekonomi masayarakat sangat jauh dari kata layak, angka kelaparan sangat tinggi, bahkan tidak ada teknik pengobatan yang bisa mengatasi berbagai macam penyakit.

Pada masa itu yang mendapat kemewahan dunia hanyalah para bangsawan, raja, atau tuan tanah. Bahkan tuan tanah akan menguasai tanah tersebut dan mempekerjakan orang-orang yang tinggal ditanahnya tersebut, lebih dari itu orang-orang yang sudah menetap pada tanah yang dikuasainya terus terikat hingga generasi setelahnya.

Namun keadaan berbalik setelah kurun waktu abad ke- 13-14 M, setelah perang Salib terjadi Barat mulai menemukan supremasinya, kehidupan yang gelap mulai tergantikan dengan cahaya yang penuh harapan. Mereka mulai mengekspansi negeri-negeri jajahan untuk kepenitangan “ekonomi”. Para intelektual dan pemikir mulai muncul dikalangan mereka, kehidupan mereka lambat laun mulai berubah.

Siapa yang menyangka, suatu masyarakat yang dulunya hidup terpuruk jauh dari peradaban menjadi begitu diperhitungkan di era sekarang bahkan menjadi acuan atau standar bagi kehidupan masyarakat yang berada dibawahnya.

Hal ini kiranya yang menarik ditelusuri dan dikaji kita semua, khususnya kami sebagai pemateri dalam kajian Lembaga Buhuts Islamiyyah (LBI) PCI. Persis Mesir kali ini. Semoga tulisan yang jauh baik in bisa menambah khazanah wawasan kita tentang perang salib dan kaitannya dengan peradaban Barat yang maju dewasa ini. Maka kami sebagai pemateri memberikan judul makalah ini;

“PERANG SALIB DAN PENGARUHYA TERHADAP PERADABAN BARAT”.

A. FAKTOR-FAKTOR dan LATAR BELAKANG TERJADINYA PERANG SALIB

1. Faktor Agama

Pada masa-masa terjadinya perang salib dan masa sebelumnya, khususnya pada abad ke- 9-10 M. begitu juga pada abad ke- 11 M. saat terjadinya perang Salib. Gereja memiliki supremasinya dengan banyak menguasai urusan-urusan yang ada di Eropa pada saat itu kekusaanya tidak terbatas hanya padaurusan agama saja, namun gereja meguasai pula urusan politik, ekonomi dan militer.

Selain itu yang menjadikan salah satu kuatnya faktor agama dalam perang Salib adalah ditandainya perlengkapan-perlengkapan dan senjata pasukan dengan tanda salib sebagai tanda, juga misi mereka untuk merebut baitul maqdis .

Jika kita memperhatikan, sangat menjadi lumrah ketika kedaan masyarakat yang jauh dari budaya dan peradaban untuk mudah terdoktrin dengan semangat agama yang membara. Hal tersebut sangat berhasil dimanfaatkan pihak gereja dengan terus mendoktrin masyarakat Eropa yang jumud, kolot dan miskin untuk bersegera serta bersiap memerangi musuh mereka yang ada di Timur.

Bahkan pada saat itu gereja memilki kekuatan yang sama dengan para raja dan bangsawan yang berkuasa, dengan kekayaan harta yang melimpah serta kekuasaan mereka terhadap masyarakat awam menjadikan pihak gereja sangat leluasa ketika menjalankan kepentingannya. Bahkan pada saat akan melancarkan serangan pasukan salib yang pertama jelaslah peran gereja yang dipimpin oleh Paus Urbanus II pada saat itu memberikan doktrin perang sucinya kepada para masyarakat umum dan para bagsawan.

Dan di antara ide-ide yang penting dalam penggiringan opini yang dilakukan oleh paus dan para pendeta kepada orang-orang pada abad ke-11 M. (sebelum perang salib) bahwasannya dunia sudah mencapai akhirnya, dan kiamat sudah sangat dekat, karena masa itu bertepatan setelah seribu tahun berlalu dari wafatnya nabi Isa AS.

Mereka mentafsirkan setiap tanda-tanda alam pada waktu itu ada keterikatan dengan kabar kiamat tersebut, seperti terjadinya badai petir dan gempa yang banyak terjadi . Bahkan pada saat melakukan orasi di kota Clermount Paus Urbanus II menaympaikan bahwasannya umat Kristen yang berada di Timur (Byzantium) berada di bawah kezaliman yang dilakukan umat Islam, gereja-gereja dihancurkan dan menyeru kepada semua orang untuk membalaskan dendam atas perbuatan umat islam tersebut .

Doktrin tersebut terbukti ampuh mempengaruhi kaum Kristen Katolik Barat, khusunya orang-orang yang berada dikelas bawah. Karena mereka berfikir ketika dunia ini akan berakhir sedangkan mereka tidak memiliki kekuatan apapun untuk menjadi bekal di akhirat kelak, maka salah satu cara bagi mereka adalah pergi dan bergabung bersama pasukan Salib sebagai penebusan dosa, sebagaimana pada saat itu gereja memiliki andil untuk menentukan seseorang berdosa atau tidak. Ketika seseorang itu berdosa maka gereja akan meminta tebusan untuk menutup dosa tersebut dan menggantikannya dengan pengampunan.

Bahkan paus Urbanus memprovokasi umat Kirsten dengan berita palsu, bahwasannya umat Islam mempersulit dan menghalang-halangi umat Kristen dari Barat untuk melaksanakan haji ke Baitul Maqdis. Padahal penganiyayaan terhadap orang-orang Kristen di Negara Islam bahkan di Timur pada saat itu tidak bisa menjadikan alasan untuk seruan perang Salib. Karena orang Kirsten pda umumnya menikmati kebebasan beragama di bawah pemerintahan Islam. Bahkan mereka juga memungkikan untuk membangun gereja atau biara baru serta mengumpulkan manuskirp-manuskrip keagamaan yang berkaitan (alis salaby hal. 24).

2. Faktor Politik

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa pada abad pertengahan Barat menganut sistem Feodal. Di mana kepemilikan suatu tanah atau wilayah sangat penting bagi pemerintah, raja dan bangawan pada saat itu.

Maka para raja dan pemimpin yang ikut andil dalam perang salib mereka yang tidak memiliki keuasaan dengan ambisi dan ketamamakan pada kekuasaan politik, mereka tidak bisa berikilah dengan fakta tersebut baik sebelum mereka sampai sampai ke Syam dan Palestina atau setelah mereka sampai dan menetap di sana. Dan sudah menjadi masyhur bahwa sistem feodal sangat terikat denga hak kepimilikan tanah sebagai sebuah simbol kekuasaan bagaimana pun keadaan dan luasnya tanah kekuasaan tersebut.

Sebaliknya, sebesar apapun raja atau pemimpin tersebut dalam pandangan masyarakatnya, tapi akan menjadi suatu masalah besar jika pemippin tersebut tidak memiliki kekuasaan atas tanah yang berhak, Jika hal tersebut terjadi menjadikan raja tidak penting dan tidak mimiliki pengaruh.

Sistem Feodal tersebut menybabkan banyaknya ksatria atau raja yang tidak memiliki tanah, dikarenakan ketetapan dasar yang berlaku pada sistem Feodal mengharuskan anak yang pertama yang memiliki hak warits pada tana tersebut, jika meninggal pemilik tanah tersebut maka berpindah seluruh kepemilikan tanag yang dikuasai kepada anak yang pertama.

Tidak dipungkiri dengan sistem tersebut merugikan ahli warits yang lain yaitu anak-anak yang lahir setelah anak yang pertama, mereka tidak mewarisi hak milik tanah. Hal tersebut menjadi perkara yang dibenci dalam masyarakat Feodal dan perkara yang menjadikan para pemimpin yang tidak memiliki tanah kekuasaan bersiasat untuk menngantisipasi rintangan tersebut dengan cara pernikahan dari pihak yang memiliki hak waris tanah, atau bersiasat dengan musuh dan dengan jalan berperang untuk mendapatkan tanah tersebut.

Sebagaimana permulaan indikasi gerakan pasukan salib sendiri didasari agar terbukanya gerbang baru bagi golongan tersebut (yang tidak memiliki tanah) dari para raja atau pemimpin-pemimpin. Maka mereka pun mendesak kepada Paus dan bersegera untuk ikut andil dalam pasukan salib tersebut, yang mereka berharap bisa berhasil mendirikan pemerintahan mereka sendiri di kawasan Timur .

Alasan di atas sangat masuk akal, sebagaimana nanti pada perang salib yang pertama kali para pemimpin pasukan perang memiliki kepentingan dan ambisinya masing-masing. Tidak sedikit dari mereka yang mengharapkan untuk memiliki kekuasaan sendiri ditanah Timur, bahkan ditambah orang-orang awam yang ikut andil dalam perang tersebut karena ingin memiliki kehidupan yang lebih baik dan menetap ditanah Timur. Bisa disebut bahwa alasan perang salib untuk merebut Baitul Maqdis dari umat Islam hanyalah kedok atau tipu daya mereka untuk merealisasikan ambisi para pemimpin Barat yang tidak bisa tercapai di Negeri asal mereka.

Selain itu faktor penyerbuan bangsa bar-bar dan Viking ke Eropa menjadikan keadaan poitik tidak stabil. Maka hasil dari perkara tersebut yang terdapat di Eropa mejadikan peperangan menjadi hal yang lumrah, bahkan menunjukan kekuatan di antara golongan diselesaikan dengan menghnuskan pedang.

Terjadilah persaingan antara bangsa-bangsa yang terdapat di Eropa dengan maksud untuk memperluas wilayah kekuasaan, kemudian terbagilah kepada beberapa wilayah-wilayah kecil yang saling berkonfrontasi di dalamnya dan pada setiap wilayah tersebut terdapat pemimpin yang terkadang menjadi negeri bawahan satu raja yang lebih kuat atau mandiri tidak terikat penguasa mana pun dan setiap penguasa memiliki pasukan setia yang senantiasa mengabdi untuk dirinya.

Keadaan kacau terdapat disetiap sudut wilayah Eropa; yang menyebabkan hilangnya pengawasan gereja atas banyaknya kekuatan yang saling bermusuhan. Keadaan tersebut hampir melanda seluruh Eropa seperti Prancis, Inggris, German dll. Hanya wilayah-wilayah pantai italia yang keadaannya cukup stabil, dikarenakan posisi wilayah tersebut yang berada dijalur perdagangan laut Mediterania, sementara Spanyol sibuk memerangi umat Islam yang ada disana.

3. Faktor Ekonomi

Sebagaimana telah dipaparkan di atas, bahwasannya dalam beberapa kurun waktu pada abad pertengahan Eropa menganut sistem Feodal. Dengan sistem ini masyarakat pada saat itu sangat terbebani, dikarenakan kerja dan tanam paksa yang diwajibkan oleh para penguasa.

Sementara para rakyat jelata semakin kesulitan dan terbebani dengan sistem Feodal tersebut, maka para raja dan penguasa tanah yang ada semakin kaya dengan pemasukan mereka dengan cara tanam dan kerja paksa.

Tentu saja hal seperti itu sulit rasanya untuk membangun ekonomi masyarakat yang berkembang bahkan maju sekalipun, disebabkan adanya gap yang jauh antara penguasa dan rakyat sendiri sebagai mesin uang bagi penguasa itu sendiri. Sehingga pada masa itu dilanda wabah kelaparan yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa, khususnya beberapa tahun sebelum terjadinya perang Salib.

Namun disisi lain terdapat gambaran yang sangat berbeda pada sebagian keadaan ekonomi Eropa, khususnya kawasan yang berada didaerah selatan Eropa dan daerah-daerah pantai laut Mediterania. Maka dikawasan tersebut banyak berkumpul pedagan-pedagang yang menggunakan jalur laut pada waktu tersebut dan para pedagang yang berasal dari daerah selatan Eropa sangat bergantung dengan keberadaan mereka yang berada dipesisir laut mediteriania secara keseluruhan dalam masalah perdagangan, bahkan jalur perdagangan tersebut sampai kekawasan Asia dan Afrika.

Di antara kota-kota pesisir atau pelabuhan yang sangat terkenal pada masa itu kota-kota pelabuhan yang ada di Italia seperti Genoa dan Pisa, kota-kota tersebut mewakili kekuatan ekonomi Barat pada saat itu. hanya kekuatan ekonomi umat Islam yang berada di Timur itu yang menjadi pesaing utama mereka.

Melihat peluang tersebut, maka wilayah-wilayah yang dikuasai oleh pedagang Italia sangat mendukung akan rancana perang Salib yang mengarah ke Timur. Dengan itu mereka bisa mengalahkan satu-satunya pesaing mereka dalam perdagangan, dari sisi lain mereka mampu membuka pangsa pasar secara massif bagi para Pedagang tersebut di wilayah kekuasaan umat Islam .

Oleh karena itu dengan jumlah yang besar di antar kota-kota perdagangan Italia, Spanyol dan Perancis yang ikut andil dalam perang salib dengan maksud memperbanyak kekayaan dengan melihat peulang untuk menguasai jalur perdagangan untuk barang-barang import yang berasal dari Timur, yang menjadi sumber kekayaan bagi siapa saja yang dapat menguasainya.

Oleh karena itu armada-armada mereka mengambil peranan yang penting dalam menguasai pusat komando yang berada di Syam, contohnya ketika Genoa menolong pasukan salib dalam perebutan kota Antiokia tahun 450 H / 1097 M., serta Venesia yang memberikan sumbangsinya dua tahun setelah itu kepada peasukam salib untuk merebut Baitul Maqdis.

Hal itu yang peratama bertujun untuk menduduki dan menjajah tanah yang ada di Timur, sementara yang kedua untuk mengambil untung meteri dan tidak ada tujuan atau misi agama kecuali untuk memenuhi hasrat dan kepentingan mereka (salaby; 30).

4. Faktor Sosial

Dalam kehidupan sosialnya masyarakat Barat pada abad pertengahan terbagi kepada beberapa tingkatan, diantaranya : pemuka agama, prajuit dari kalangan bangsawan dan kesatria dan golongan petani yang menjadi mayoritas pada saat itu(salaby : 28).

Telah disebutkan bahwasananya terdapata ketimpangan sosial antara kalangan bawah dan atas didaerah Eropa, disebabkan sitem Feodal yang dipakai oleh penguasa-penguasa Barat yang sangat membebani rakyat kecil, khusunya dari kalangan petani.

Tentu saja hal itu menjadi mudah bagi Paus dan pihak gereja untuk mendoktrin dan menggiring opini mereka untuk ikut serta dalam perang salib, supaya mendapatkan hidup yang lebih baik, diberkahi oleh paus dan Tuhan juga dihapusnya segala dosa-dosa mereka.

Dari fenomena soisal seperti ini kita bisa memperhatikan bahwasannya masayarakat Barat di era abad pertengahan sangat jauh dari peradaban, bahkan bisa jadi jauh dari pendidikan yang menyebabkan kehidupan sosial mereka tidak berekembang dan jumud.

Selain faktor-faktor tersebut ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya perang salib. Yaitu perang Malzikert yang terjadi pada tahun 463 H. / 1071 M. antara kesultanan Saljuk raya yang dipimpin oleh Alp Arslan dengan kekaisaran Romawi Timur (Byzantium) yang dipimpin Romanus IV (ragib:30).

Dalam perang tersebut kekaisaran Byzantium mengalami kekalahan telak dengan ditawannya kaisar Romanus dan banyaknya tentara mereka yang mati, selain itu Byzantium harus menebus jutaan dinar untuk membebaskan kaisar mereka dan menyerahkan sebagian besar wilayah Asia minor kepada kesultanan Seljuk Raya, salah satunya kota Nicea yang menjadi ibu kota kesultana Seljuk Rum setelah berpecah belahnya kesultanan Seljuk Raya kepada beberapa bagian, namun Nicea sendiri berhasil direbut kembali oleh pasukan Salib pada perang Salib yang pertama. Setelah kekalahan Byzantium di Malzikert tersebut membuat Kristen Katolik yang berada di Barat kehilangan kepercayaan kepada Byzantium sebagai penjaga pintu Timur, yang menjadi akses menuju Eropa.

Maka kurang lebih sejak 25 tahun terjadinya perang Malzikert dimulailah penjajahan dunia Barat ke Timur untuk pertama kalinya yang membuat shock dunia Islam pada saat itu, yang sedang hidup dalam kemakmuran, namun disisi lain sedang berpecah-belah.

B. PERIODE PERANG SALIB

Dalam perjalannanya kurang lebih terdapat tujuh kali perang Salib terjadi selama kurun waktu dua abad. Namun bila diukur dari waktu berlangsungnya Perang Salib, secara global dibagi kedalam tiga periode sebagai berikut :

Periode pertama : disebut periode penaklukan umat Kristiani yang berlangsung dari tahun 1096-1144 M.
Periode kedua : disebut sebagai periode reaksi umat Islam yang berlangsung dari 1144-1192 M

Periode ketiga : disebut sebagai periode kehancuran pasukan Salib .

C. DAMPAK PERANG SALIB BAGI PIHAK TIMUR dan BARAT

a. Dampak Perang Salib bagi Pihak Timur

Perlu kita ketahui keadaan Timur sangat berbeda dengan Barat pada abad pertengahan. Pada masa itu peradaban timur sedang berdada dalam masa keemasannya, kehidupan masyarakat yang makmur, majunya ilmu pengetahuan sehingga terciptanya masyarakat yang berbudaya dan berperadaban. Semua itu dikarenakan umat Islam sendiri yang menjalankan nilai-nilai agamanya sebagai jalan hidupnya dalam.

Pada umumnya, para ilmuan Islam sepakat bahwa agama merupakan prasayarat kokohnya suatu peradaban. Menurut Rasyid Ridla Muhammad Rsyid Ridla, hal itu dikarenakan peningkatan unsur moril akan mendorong kebangkitan material. Rasioanalnya semua peradaban di dunia ditegakkan berdasarkan kepercayaan agama. Peningkatan atau kemusnahan suatu peradaban bergantung kepada keteguhan pegangan agama, atau sebaliknya .

Namun pada kurun waktu abad keempat hijriah atau pada pertengahan abad kelima hijriah dunia Islam yang berada di Timur mulai mengalami perpecahan dan konflik politik Interna . Dimulai dengan melemahnya kekuatan politik dinasnti Ayubiyyah yang telah berkuasa empat abad lebih hingga masa itu, munculnya dinasti Fatimiyyah di Mesir dan menguasai wilayah Afrika Utara sejak tahun 358 H. / 969 M., yang bermazhab syiah, munculnya dinasti buwaidiyah yang bermazhab syi’ah dan ingin melakukan kudeta di Bagdad, namun digagalkan oleh Tugrul bek pemimpin Kesultanan Seljuk Raya.

Keadaan ketidak stabilan politik tersebut merupakan buah dari kecintaan umat Islam sendiri akan harta dan dunia yang berlebihan, membuat mereka terlena dan lupa terhadap tugas utama sebagai seorang manusia, yaitu beribadah dan pengabdi kepada Allah SWT sebagai Rabb semesta alam. Tidak dipungikiri pada saat itu para petinggi-petinggi pemerintahan, para khalifah dan gubernur hanya menikmati kemewahan mereka dengan berdiam diri di istana dengan para harem. Faktor ini pula yang menjadikan mudahnya pasukan salib untuk merebut Baitul Maqdis dari tangan umat Islam, yaitu banyak munculnya para pemimpin pengecut yang hilang kepercayaan rakyatnya.

Di antara bukti makmurnya Timur pada saat itu bisa dilihat keadaan kota Bagdad sebagai Ibu kota kekhalifahan dinasti Abbasiyah, yang penuh dengan kemewahan. Bagdad pada saat itu menjadi pusat dunia dengan tingkat kemakmuran dan peran Internasional.

Bagdad menjadi satu-satunya saingan Byzantium. Kejaannya berjalan dengan seiring dengan kemakmuran kerajaan, terutama ibu kotanya, saat itulah Bagdad menjadi “menjadi kota tiada tandingannya diseluruh dunia”.

Dalam ilmu pengetahuan dan intelektual banyak sekali pada saat itu ulama-ulama serta para ahli dibidangnya masing-masing, baik dibidang ilmu agama atau dalam bidang ilmu pengetahuan. Contohnya dalam ilmu kedokteran seperti ar-Razi ( 250 H. / 864 M.) yang memiliki karya sebanyak lebih dari 200 kitab dan yang paling masyhur kitab al-hawa dan al-Manshary dan tidak lupa Ibnu Sina (370-430 H. / 980-1037 M.) yang diberi gelar pemimpin para dokter. Serta masih banyak lagi, seperti : Ali al-Abbas, Alis bin Isa, Abu Qasim az-Zahrawy dll.

Dalam ilmu kimia terkenal Khalid bin Yazid bin Muawiyah yang pertama kalin menerjemahkan buku kimia berbahasa Yunani (muqoror227-273).
Namun sejak terjadinya perang Salib pada tahun 1097 dunia Timur perlahan-lahan mulai mengalami pasang surut. Bukan berarti kekuatan dan supremasinya menghilang begitu saja, akan tetapi berangsur-angsur dari masa-kemasa khususnya ketika rentan waktu abad ketiga belas.

Dimana pada tahhun 1258 Bagdad dhancurkan oleh bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan, membakar semua buku yang ada diperpustakan, membuangnya ke sungai Eufrat dan membantai semua orang yang ada pada saat itu, termasuk khalifah al-Mu’tashim beserta keluarganya. Termasuk ketika kekuasaan berpindah kepada Dinasti Mamluk dalam ilmu pengetahuan hanya ada dua cabang Ilmu yag mampu dikembangkan oleh bangsa Arab setelah pertengahan abada ke-13, yaitu Astronomi-matematika, termasuk trigonometri dan ilmu kedokteran, khususnya kedokteran mata.

Ternyata dampak Perang Salib bagi dunia Arab (dibaca : Timur) memberikan efek yang cukup signifikan bagi perkembangan intelektual khususnya, yang telah dibangun 8 abadsebelumnya. Hal itu disebabkan perang salib itu sendiri yang mengalihkan Fokus bangsa Arab dengan mencurahkan segala kekuatan untuk mengambil kembali tanah yang dijajah oleh bangsa asing, termasuk Baitul Maqdis.

b. Dampak Perang Salib Bagi Pihak Barat

Setelah Perang Salib, memasuki periode abad ke-14 M. dunia Barat mulai menapaki kebangkitannya. Ditandai dengan tersuirnya umat Islam dari wilayah Andalus pada tahun 1491 M. walaupun sebelumya pada tahun 1453 M. Muhammad al-Fatih berhasil menaklukan Kostanntinopel. Disebutlah masa ini sebagai masa Renaisans yang terjadi pada abad 14-17 M., kemudian setelah itu muncul periode aufklarung (kbbi) yang dimulai pada abad ke-18 M.

Pada rentan abad ke-18 sempai 3 abad berikutnya, terlihat sangat jelas supremasi Barat menguasai dunia. Mulailah terkikis kekuasaan dan dominasi daulah Utsmaniyah dibawah serangan aliansi Perancis dan Inggirs, ditambah disisilainnya serangan yang dilancarkan oleh Rusia.

Runtuhlah kekuatan sebagian besar Negara-negara Islam dibawah jajahan Inggris, Perancis, Rusia, Cina, India dan begitu juga Yahudi yang menjajah Palestina dengan bantuan dari Inggris
Dalam perkembangan Intelektual mulailah bermunculan para pemikir-pemikir yang mengedepankan rasionalitas, seperti : Martin Luther, Montesquei (1689-1755), J.J Rousseau, Karl Max dll. Dengan semua idiologi mereka yang mampu memberi pengaruh yagbesar bagi kehidupan Barat, maka hasil dari semua itu terjadilah revolusi Perancis dengan semboyannya yang terkenal “Kemerdekaan, Persadaraan, Persamaan”. Raja Lodewijk XVI dipaksa turun, penjara Bastille dirompak, tawanan dikeluarkan, Monarchic Bourbon jatuh dan rakyat meanjadi hakum.

Mulailah pada masa itu gereja terpisah dari urusan yang lainnya, urusan agam hanya sebatas untuk individu saja dan tidak berlaku dalam urusan yang lainnya. Karena seolah-olah agama tidak bisa mewakili buah pikiran logisnya yang sudah menjadi acuan hingga saat ini. Tidak dipungkiri bahwasannya Imperialisme. Kolonialisme dan Kapitalism hanyalah kepanjangan dari Feodalisme yang sempat masyhur di Barat pada abad pertengahan, semuanya memiliki persamaan dalam memperkaya satu golongan dan memiskinkan satu golongan yang lain.

Itula di antara dampak-dampak dari perang salib yang terdapat di dunia Barat dan Timur, tentulah kedua belahpihak sama-sama mendapat dampak dari perang tersebut. Akan tetapi dalam perperangan bangsa Arab dikatakan pihak yag meraih kemenangan, tapi sebalikya dalam dunia Intelektual pihak Eropa-lah yang memeagnkannya.

PENUTUP

Dengan pemapakaran dari makalah yang sederhana ini jelaslah bagi kita bahwasannya perang salib menjadi momentum perubahan,khususnya bagi Barat yang mendapatkan banyak sekali nila-nilai positif untuk peradaban mereka. Sebaliknya, bagi umat Islamyang ada di Timur perang Salib seolah menjadi musibah atau cobaan yang turun kepada hamba Allah yang terpilih agar senatiasa melibatkan-Nya dalam setiap aspek.

Bahkan dari perang salib kita dapat belajar betapa luar biasanya pengarug negatif dari berpecah belah dengan saudar seiman. Sebaliknya jika umat Islam bersatu dan menanamkan nilai-nilai ajaranny akan menemukan kejayaan dan kemakmuran.