Jelaskan bagaimana kedudukan malaikat dalam hubungannya dengan manusia

Banyak yang berbeda pendapat tentang lebih mulia mana antara malaikat dan manusia.

Pixabay

Lebih Mulia Mana, Malaikat atau Manusia?

Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak yang berbeda pendapat tentang lebih mulia mana antara malaikat dan manusia. Perbedaan pendapat tersebut dijelaskan dalam buku Al-Bidayah Wan-Nihayah karya Al-Hafizh Ibnu Katsir.

Baca Juga

Umar bin Abdul Aziz mengatakan tiada seseorang yang lebih mulia di sisi Allah daripada bani Adam yang mulia. Pendapatnya tersebut berdasar pada firman Allah ini.

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ

"Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (QS Al-Bayyinah: 7).

Dalam buku Al-Bidayah Wan-Nihayah karya Al-Hafizh Ibnu Katsir yang diringkas Ahmad Al Khani dijelaskan pendapat Umar bin Abdul Aziz disepakati oleh Umayyah bin Amru bin Sa'id. Sementara, Arak bin Malik mengatakan, tidak ada seseorang yang lebih mulia di sisi Allah daripada para malaikat.

Oleh karena itu, Umar bin Abdul Aziz bertanya kepada Muhammad bin Ka'ab Al Quradzi, "Apa yang kamu katakan wahai Abu Hamzah?" Ia menjawab, "Allah telah memuliakan Adam dan menciptakannya dengan tangan-Nya, meniupkan ruh-Nya kepadanya lalu menyuruh para malaikat sujud kepadanya, serta menjadikan para Nabi dan Rasul berasal dari keturunannya."

Umar bin Abdul Aziz sepakat dengan pendapat Muhammad bin Ka'ab Al Quradzi. Tetapi dia menetapkan dalil bukan seperti dalil Muhammad bin Ka'ab Al Quradzi. Dia menganggap lemah dalil dari Surah Al-Bayyinah ayat Tujuh.

Sebab maksud kandungan ayat tersebut tidak khusus untuk manusia. Allah SWT juga menyifatkan para malaikat dengan makhluk beriman, sebagaimana firman-Nya.

"Dan mereka (malaikat-malaikat) beriman kepada-Nya." (QS Gafir: 7).

"Dan sesungguhnya ketika kami (jin) mendengar petunjuk (Alquran), kami beriman kepada-Nya." (QS Al-Jinn: 13).

Penulis buku ini berpendapat sangat baik untuk dijadikan dalil berkaitan dengan masalah ini adalah riwayat Utsman bin Sa'id Ad-Darimi, dari Abdullah bin Amru. Haditsnya marfu, tetapi lebih shahih.

Ketika Allah menciptakan surga, para malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami, buatkan lagi yang seperti ini untuk tempat kami makan dan minum, karena Engkau telah menciptakan dunia untuk bani Adam."

Allah berfirman, "Aku tidak akan pernah menciptakan sebaik-baik keturunan dari makhluk yang Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Sebagaimana yang aku katakan kepadanya 'Jadilah' maka jadilah ia." (HR An-Nasa'i)

Jelaskan bagaimana kedudukan malaikat dalam hubungannya dengan manusia

Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh DR M Masri Muadz MSc 

(Penulis buku Paradigma Al-Fatihah)

Kendati tidak memenuhi syarat, Malaikat sepertinya menganggap dirinya lebih pantas menjadi khalifah ketimbang manusia. Begitulah kesan yang dapat kita tangkap dari QS Al-Baqarah (2): 30-33 ini.

“Saat Allah SWT berfirman kepada para Malaikat bahwa Dia akan menjadikan Adam sebagai khalifah-Nya di bumi. Spontan para malaikat bertanya kepada-Nya”.

“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi dari orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.

“Kemudian Allah SWT mengajarkan nabi Adam AS tentang nama-nama makhluk alam semesta. Lalu Dia berfirman kepada para malaikat: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang menyampaikan argumentasi yang benar!.”

 “Para malaikat menjawab: “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Kemudian Allah SWT berfirman:  “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama alam semesta ini.”

Maka setelah Adam mengajarkan para malaikat nama-nama itu, Allah SWT berfirman: “Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?"

Malaikat boleh saja mempertanyakan kekhalifahan manusia. Namun Allah memiliki skenario-Nya sendiri. Gran skenario Allah tentang seluruh kehidupan, adalah bahwa Al-Qur’an, manusia dan alam, telah diciptakan-Nya dengan peranan yang jelas. Manusia sebagai khalifah, bumi sebagai pendukung kekhalifahan dan Al-Quran sebagai pedoman kekhalifahan.

Maka informasi tentang kekhalifahan manusia, dijelaskan Al-Qur’an dalam lima  konteks.

Pertama, deklarasi (pelantikan) manusia sebagai khalifah: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” [QS Al-Baqarah (2): 30].

Kedua, perjalanan kehidupan atas nama Allah SWT. Seperti perintah-Nya untuk selalu memulai semua kegiatan dengan mengucapkan “Bismillah Al-Rahman Al-Rahim”[QS Al-Fatihah (1):1].

Ketiga, pokok-pokok tugas khalifahan: “‘Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari Jalan Allah.” [QS Shaad (38): 26].

Keempat, hidup sebagai ujian bagi manusia: ‘Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi, dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang telah diberikan-Nya kepadamu.’ [QS Al An'am (6):165].

Kelima, keniscayaan pembelajaran manusia: “Dan Allah  mengajarkan kepada Adam nama-nama benda  seluruhnya...” [QS Al Baqarah (2):31]. Dan kemudian Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah (ajarkan) kepada mereka (para Malaikat) nama-nama benda ini” [QS AlBaqarah (2):32].

Berdasarkan lima konteks firman Allah SWT ini, maka ujuan kekhalifahan manusia adalah melakukan (meneladani) dan mengajak sesama untuk:

Satu: Menjalani hidup atas nama Allah

Dua: Memposisikan kehidupan sebagai ujian dari Allah

Tiga: Bersikap dan berperilaku adil

Empat: Mengendalikan hawa nafsu, dan

Lima: Belajar dan mengajar.

Maka, kendati Malaikat mengincar jabatan kekhalifahan di bumi, akan tetapi tidak satupun dari 5 tujuan kekhalifahan ini yang dapat dijalankan oleh Malaikat.

Menjalani hidup atas nama Allah, berarti tujuan dan cara kita menempuh hidup, haruslah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan  Allah yang kita wakili, Yaitu petunjuk Al-Quran yang difirmankan melalui Rasulullah. (Malaikat hidup atas perintah Allah).

Memposisikan kehidupan sebagai ujian dari Allah, berarti bahwa cetak biru kehidupan adalah ujian bagi manusia. Sehingga, bagi kita dalam seluruh konteks kehidupan hanya ada dua pilihan. Memilih kebajikan atau memilih kemungkaran. (Malaikat hidup secara default).

Bersikap dan berperilaku adil, berarti menjalani hidup dengan prinsip keadilan dan keseimbangan. Sehingga melawan keadilan dan berbuat tidak seimbang, berarti menjerumuskan diri ke dalam jurang kehancuran. (Malaikat hidup hanya untuk berdzikir, bertasbih dan sujud kehadapan Allah).

Mengendalikan hawa nafsu, berarti berjuang melawan tantangan hidup berupa haw nafus, godaan syaitan dan arogansi diri. Karena tiga faktor laten ini, akan selalu menggoda untuk pilihan kemungkaran dan menjauhkan kita dari pilihan kebajikan. (Malaikat tidak memiliki hawa nafsu, tidak digoda syatan dan tidak memiliki arogansi).

Dan belajar dan mengajar, berarti untuk keberhasilan tugas kita sebagai khalifah, maka menyadari, mengetahui dan memahami hidayah Allah SWT yang terdapat pada sistem Al-quran, sosial dan alam adalah keniscayaan. Melalui belajar untuk diri, dan mengajar, untuk orang lain. (Belajar mengajar tidak menjadi kebutuhan Malaikat).

Sehingga, tugas kekhalifahan itu, sesuai dengan desain Allah, hanya diamanahkan pada manusia, bukan pada Malaikat. Kendati Malaikat menginginkannya.

Maka, tugas kekhalifahan itu (haruslah) melekat pada setiap diri kita dan (mestinya) terdapat pada semua yang kita perbuat. Seperti tercermin pada makna ucapan setiap kita memulai gerak dalam kehidupan kita: Bismillahirrohmanirrohim. “Atas nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang saya (diri) memulai ...(perbuatan) ini.”

Maka mari kita jadikan Basmalah sebagai ‘Password’ dari tugas-tugas kekhalifahan kita. Semoga.

Allahu ‘alamu bishshawab.

  • hikmah
  • dr masri muadz msc
  • manusia
  • malaikat dan kekhalifahan

Jelaskan bagaimana kedudukan malaikat dalam hubungannya dengan manusia

Manusia Dan Malaikat ALLAH SWT Oleh: 1) Titik Sudaryati (14322063) 2) Elfa Aulia Rakhma (14322064) 3) Serly Nur (14322067 )

Manusia Manusia adalah mahluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT. Manusia diciptakan dari sari pati tanah .Asal Usul penciptaan manusia di jelaskan pada QS. Al-Mu’minun(23) : 12-14 Manusia diciptakan oleh Allah swt. memiliki tiga tugas pokok, yaitu : 1. Untuk menyembah dan berbakti kepada Allah swt. semata. 2. Untuk menjadi kholifah di muka bumi. 3. Untuk diuji oleh Allah swt. sejauh mana manusia telah menjalankan 2 tugas di atas. Untuk menjalankan missinya manusia dilengkapi dengan beberapa kemampuan dasar, antara lain diberikan akal dan nafsu, sedangkan dalam pelaksanaannya Allah swt memberikan petunjuknya melalui Agama Islam.

MaLAIKAT Menurut bahasa, kata “Malaikat” merupakan kata jamak yang berasal dari Arab malak (ملك) yang berarti kekuatan.Disebutkan bahwa kalimat itu berasal dari kata “ أَلُوكَةُ “ (risalah), dan ada yang menyatakan dari “ لأَ كَ “ (mengutus) Adapun menurut istilah, malaikat adalah salah satu jenis makhluk Allah  yang Ia ciptakan khusus untuk taat dan beribadah kepada- Nya serta mengerjakan semua tugas-tugasnya. Sebagaimana dijelaskan Allah  dalam firman-Nya: “Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya, dan tiada (pula) mereka letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya’: 19-20)

IMAN KEPADA MaLAIKAT   Iman kepada Malaikat merupakan rukun iman yang kedua,  Iman kepada Malaikat itu sendiri mengandung makna bahwa kita harus percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Malaikat diciptakan dari cahaya (nur) yang diberi tugas oleh Allah dan melaksanakan tugas-tugas tersebut sebagaimana perintah-Nya Wujud kongkrit dari iman tersebut adalah dibuktikan seorang muslim dalam perbuatan sehari-harinya. Sebagai orang yang beriman kepada Allah, tentu akan beriman pula kepada para Malaikat. Hal ini merupakan konsekuensi logis karena Malaikat merupakan salah satu ciptaan-Nya yang harus diyakini eksistensinya dalam alam semesta ini. Malaikat adalah ciptaan Allah yang berasal dari cahaya (nur) dan senantiasa mengabdi kepada Allah serta tidak pernah berbuat maksiat kepada-Nya. Malaikat ini merupakan makhluk Allah yang selalu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka dengan penuh ketaatan, bahkan malaikat juga bersujud kepada manusia.

Dalil naqli IMAN KEPADA MaLAIKAT Sebagai umat islam beriman kepada malaikat hukumnya fardu ‘ain. Merupakan rukun iman yang kedua, iman kepada Malaikat ini memiliki landasan (dalil) dalam pengambilan hukumnya. Di antara dalil yang menunjukkan adanya kewajiban iman kepada Malaikat antara lain :   a. Q.S Al-Baqarah 285: Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah , malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhankami dan kepada Engkaulah tempat kembali."

b. Q.S An-Nisa’ ayat 136: Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.

c. QS AT Tahrim Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Dalam ajaran agama islam terdapat 10 malaikat yang wajib kita ketahui dari banyak malaikat yang ada di dunia dan akherat yang tidak kita ketahui yaitu antara lain : 1. Malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu Allah kepada nabi dan rasul 2. Malaikat Mikail yang bertugas memberi rizki / rejeki pada manusia. 3. Malaikat Israfil yang memiliki tanggung jawab meniup terompet sangkakala di waktu hari kiamat. 4. Malaikat Izrail yang bertanggungjawab mencabut nyawa. 5. Malikat Munkar yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur. 6. Malaikat Nakir yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur bersama Malaikat Munkar. 7. Malaikat Raqib / Rokib yang memiliki tanggung jawab untuk mencatat segala amal baik manusia ketika hidup. 8. Malaikat Atid / Atit yang memiliki tanggungjawab untuk mencatat segala perbuatan buruk / jahat manusia ketika hidup. 9. Malaikat Malik yang memiliki tugas untuk menjaga pintu neraka. 10. Malaikat Ridwan yang berwenang untuk menjaga pintu sorga / surga.

HIKMAH IMAN KEPADA MALAIKAT   Kewajiban beriman kepada Malaikat memiliki beberapa hikmah yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Di antara hikmah tersebut adalah : a.    Meningkatkan keimanan manusia kepada Allah, mengingat Malaikat merupakan salah satu ciptaan-Nya b.    Membentuk jiwa seorang muslim yang benar-benar bertakwa kepada Allah, karena iman kepada Allah dan iman kepada Malaikat merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan c.    Mendorong manusia untuk senantiasa bertindak hati-hati, karena dia menyadari bahwa setiap perbuatannya selalu diawasi oleh para Malaikat d.    Mendorong manusia untuk selalu meningkatkan amal baik, karena manusia menyadari bahwa sekecil apapun tindakan baiknya akan dicatat oleh Malaikat e.    Menghindarkan diri manusia dari perbuatan tercela yang akan menurunkan martabat dan derajat dari manusia itu sendiri

Perbedaan Manusia dengan Malaikat A.  Sifat-sifatnya Semua malaikat taat, berbakti, dan takwa kepada Allah SWT. Mereka tidak pernah mengingkari, berbuat dosa, dan durhaka kepada Allah SWT. Malaikat hanya dibekali akal saja, dan tidak dibekali nafsu, sehingga ketakwaan mereka kepada Allah tidak terganggu oleh sesuatupun. Di pihak lain, manusia adalah makhluk yang dibekali dengan akal dan nafsu. Terkadang ia taat, berbakti, dan takwa, terkadang berbuat dosa dan durhaka kepada Allah SWT. Ketakwaannya tidak pernah stabil. Malaikat tidak berjenis kelamin, sedangkan manusia terdiri dari dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perampuan. Oleh karena itu, malaikat tidak mempunyai nafsu syahwat atau birahi serta tidak berkembang biak. Adapun manusia mempunyai nafsu syahwat terhadap lawan jenisnya. Oleh karena itu, manusia berkembang biak dan mengalami siklus kehidupan, di mana manusia akan mati dalam jangka waktu tertentu. Malaikat berbadan halus atau gaib. Oleh karena itu malaikat tidak membutuhkan hal-hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan tidur. Adapun manusia selain mempunyai jiwa atau badan halus juga memiliki badan kasar (materi). Oleh karena itu, manusia membutuhkan makan, minum, dan tidur serta yang lain yang bersifat kebendaan.

Perbedaan Manusia dengan Malaikat B. Asal Kejadiannya Dilihat dari asal kejadiannya, manusia diciptakan Allah dari tanah, sedangkan Malaikat diciptakan Allah dari cahaya.  Jin diciptakan Allah dari api sesuai dengan hadiṡ Qudsi berikut: " Malaikat Aku (Allah) ciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari gugusan api, dan Adam dari apa yang telah diterangkan pada kamu semua."    (HR Muslim). C.Tugas dan kewajibannya Manusia diberi tugas oleh Allah sebagai khalifah (pengganti) di bumi. Sebagai khalifah, manusia berkewajiban mengelola bumi dan isinya. Dalam menjalankan tugasnya, manusia dibekali oleh Allah dengan akal dan nafsu, serta dibimbing oleh wahyu Allah. Tanpa akal, manusia, manusia tidak mungkin dapat berpikir, bagaimana mengelola bumi. Tanpa nafsu manusia tidak akan memiliki gairah hidup. Namun dengan akal dan nafsu saja, manusia bisa tersesat sehingga manusia membutuhkan wahyu. Adapun malaikat diciptakan oleh Allah SWT, dengan tugas dan dan kewajiban masing-masing. Tugas dan kewajibannya itu sangat erat kaitannya dengan manusia. Ada malaikat yang tugasnya memikul Arsy. Bahkan ada beberapa malaikat yang diberi tugas tertentu dan umat Islam wajib mengetahuinya.

Seperti: menurunkan wahyu, membagi rezeki, meniup sangkakala, mencabut nyawa, mencatat amal, menanyai manusia di dalam kubur, menjaga surga, menjaga neraka, dan lain-lain.  D. Derajat dan kedudukannya Dari semua makhluk  yang di ciptakan Allah SWT, manusia merupakan makhluk yang paling mulia, sehingga kedudukan malaikat pun di bawah derajat yang dimiliki manusia. Allah SWT berfirman: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. Al-Isra': 70)

Hubungan Malaikat dengan Manusia Para malaikat senantiasa menyertai manusia dalam segala urusan kehidupannya. Ia diberi tugas oleh Allah untuk memberi hidayah kepada manusia, membantu manusia dalam beribadah kepada Allah Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya syetan itu berbisik di hati anak Adam. Dan malaikat juga mempunyai bisikan. Bisikan syetan adalah ajakan kepada keburukan dan mendustakan kebenaran. Sedangkan bisikan malaikat adalah ajakan kepada kebaikan dan membenarkan kebenaran. Maka barang siapa menemukan hal itu hendaknya ia tahu bahwa itu dari Allah dan barang siapa menemukan selain itu, hendaknya ia memohon perlindungan kepada Allah.” Lalu Rasulullah SAW membaca: “Syetan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan; sedang Allah menjanjikan untukmu ampuan dariNya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui (QS Al Baqarah:268) Dalam hadits-hadits shahih, dijelaskan bahwa malaikat mendorong hamba Allah untuk senantiasa taat kepada Rabbnya, ibadah kepadaNya, menanamkan kecintaan terhadap dzikir dan Al Qur’an serta menganjurkan untuk mencari ilmu dan kebaikan. Mereka pun selalu hadir dalam sholat dan bacaan qur’an hamba Allah.

Dari Abi Hurairah r.a., Nabi saw bersabda: “Para malaikat saling bergantian: malaikat (yang bertugas) malam dan malaikat (yang bertugas) siang. Mereka bertemu pada waktu shalat shubuh dan shalat ashar. Kemudian naiklah malaikat yang bermalam bersama kalian, lalu Allah bertanya kepadanya—dan Dia lebih tahu tentang itu—‘Bagaimana engkau tinggalkan hamba-hambaku?” Mereka menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami datang kepada mereka dalam keadaan shalat pula.” (Muttafaq’alaih) Malaikat ditugaskan Allah untuk mengurus manusia sejak ia berupa nuthfah hingga akhir hidupnya. Mereka mencatat rejekinya, amalnya, ajalnya, kecelakaannya, dan keberuntungannya. Menyertainya dalam segala kondisi, menghitung ucapan dan perbuatannya, menjaga dikala hidup, dan mencabut nyawanya bila masa itu tiba. Allah berfirman: “Dan sungguh telah Kami ciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikan hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan ada disekitarnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaf:16-18)

Sekian !!! Terima Kasih  Thank You  Sukron  Arigatou Ghozaimasu 