Hasil bioteknologi berikut yang diproses melalui tahap fermentasi adalah

KOMPAS.com  - Fermentasi  adalah salah satu teknik kuno untuk mengawetkan makanan.

Banyak makanan fermentasi yang menjadi dikonsumsi sehari-hari masyarakat Indonesia. Sebut saja seperti tempe, tape, peuyeum, dan masih banyak lagi.

Baca juga: Tips Membuat Kimchi ala Rumahan, Perhatikan Suhu Tempat Fermentasi

Makanan fermentasi berbeda dengan makanan basi, terdapat bakteri baik didalamnya dan dapat bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan.

Bahkan faktanya, makanan fermentasi seringkali lebih bergizi daripada bentuknya yang tidak difermentasi.

Banyak makanan fermentasi asli di Indonesia dan sangat populer di tengah masyarakat. Berikut makanan fermentasi dari Indonesia:

1. Tempe

Makanan kaya protein in merupakan salah satu makanan fermentasi khas Indonesia yang telah mendunia. Tempe adalah salah satu makanan hasil fermentasi dari kacang kedelai.

Baca juga: Sejak Kapan Tempe Terkenal Sampai Luar Negeri?

Makanan tempe sudah dikenal masyarakat Jawa sehak berabad lalu.

Dalam naskah Jawa Kuno tepatnya di Serat Centhini yang dibuat pada abad ke-19, tempe diceritakan dalam kurang lebih di lima jilid dari total 12 jilid Serat Centhini.

Dalam Serat Centhini tercantum naskah yang menceritakan sambal tempe, tempe goreng, tempe bacem.

Ada juga cerita tempe mentah yang dikisahkan disantap bersama kecambah dan sambal yang dibuat dari parutan kelapa.

Dalam Serat Centhini juga tercantum bahwa tempe selain makanan sehari-hari juga berguna sebagai makanan yang disuguhkan untuk hajatan.

2. Tapai singkong

Tapai ingkong merupakan camilan fermentasi yang bahan dasarnya, yaitu ubi kayu atau singkong.

Singkong yang biasa diolah menjadi tapai adalah singkong manis yang berwarna putih atau kuning.

Baca juga: 4 Cara Membedakan Tapai Singkong dan Peuyeum

Fermentasi biasanya dilakukan di dalam keranjang bambu yang diberi alas daun pisang dan dilakukan pada suhu ruang selama dua sampai hari.

Lama lama fermentasi sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan selera masyarakat setempat.

Misalnya di Jawa Tengah, tekstur tapai yang disukai adalah tapai yang agak lembek.

3. Peuyeum

Serupa tapi tak sama dengan tapai singkong. Peuyeum sama-sama terbuat dari ubi kayu atau singkong. Singkong yang digunakan juga jenis singkong manis yang berwarna putih atau kuning.

Dalam pembuatan peuyeum, biasanya singkong dibiarkan utuh, hanya dipotong di bagian pangkal dan ujungnya, kemudian dikupas.

Setelah dicuci dan direndam sebentar, singkong utuh tersebut direbus di air mendidih hingga setengah masak.

Baca juga: Cara Membuat Colenak, Camilan Enak dari Tapai atau Peuyeum

Setengah masak artinya sudah siap dimakan. Namun belum betul-betul lunak dan belum pecah-pecah.

Dalam proses peragian, ragi dilumurkan di seluruh permukaan singkong dengan ukuran dua kali lebih banyak dibandingkan ragi untuk pembuatan tapai.

Hasil bioteknologi berikut yang diproses melalui tahap fermentasi adalah

Hasil bioteknologi berikut yang diproses melalui tahap fermentasi adalah
Lihat Foto

Dok. Shutterstock/ acarapi

Ilustrasi peuyeum atau singkong fermentasi.

4. Brem

Makanan yang sering menjadi buah tangan dari Madiun dan Wonogiri juga merupakan makanan fermentasi asli Indonesia.

Brem memiliki tekstur yang padat kemudian akan leleh dimulut saat dimakan. Rasanya manis dan ada sensasi meletup-meletup saat mengenai lidah.

Baca juga: Apa Bedanya Arak, Tuak, dan Brem Bali yang Kini Sudah Legal?

Bahan untuk membuat sajian ini adalah beras ketan atau air tapai ketan, kemudian difermentasikan dengan ragi.

Setelah melewati proses tersebut akan menciptakan rasa brem yang khas.

Jakarta -

Indonesia memiliki banyak makanan khas yang enak dan unik. Setiap daerah memanfaatkan hasil buminya untuk diolah kembali menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi, termasuk makanan fermentasi.

Makanan fermentasi diciptakan oleh para leluhur Indonesia. Makanan fermentasi dibuat dengan menggunakan prinsip bioteknologi sederhana dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti ragi, bakteri, fungi dan kapang.

Hampir semua makanan tradisional Indonesia yang dibuat dengan hasil bioteknologi ini diproduksi secara rumahan. Tidak hanya rasanya yang unik dan enak, namun memiliki kandungan gizi yang tinggi.

Berikut beberapa makanan tradisional Indonesia yang dibuat melalui proses fermentasi:

1. Tempe

Hasil bioteknologi berikut yang diproses melalui tahap fermentasi adalah
makanan tradisional Indonesia, tempe. Foto: iStock


Makanan tradisional Indonesia ini sudah dikenal dunia. Tempe terbuat dari hasil fermentasi biji kedelai menggunakan ragi. Tempe sangat enak diolah dengan cara digoreng atau diolah sebagai campuran makanan lain.

Jenis tempe pun beragam sesuai dengan bahan baku yang digunakannya seperti tempe kedelai, tempe bungkil khas Jawa Tengah, tempe bongkrek, tempe enjes khas Malang, tempe benguk khas Yogyakarta, tempe kecipiur khas Sumenep hingga tempe lamtoro kas Yogyakarta.

Dikutip dalam buku berjudul 'Teknologi Pengolahan Pangan: Pembuatan Tempe" oleh Ir. M. Lies Suprapti, tempe mengandung vitamin B12 lebih dari 4 mcg (microgram) yang biasanya terdapat pada daging. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12, cukup dengan mengonsumsi 25 gram tempe setiap hari.

2. Oncom

Hasil bioteknologi berikut yang diproses melalui tahap fermentasi adalah
Nasi nutug oncom Foto: Istimewa


Oncom merupakan makanan tradisional Indonesia yang dibuat dengan cara fermentasi dan berasal dari Jawa Barat. Dalam proses pembuatannya, oncom dibuat dengan bungkil tahu yang difermentasikan dengan jamur Neurospora intermediavar. Oncom memiliki rasa dan aroma yang unik.

Ada dua jenis oncom di pasaran yaitu oncom merah dan oncom hitam. Oncom merah dibuat engan menggunakan Neurospora Sitophila sedangkan oncom hitam menggunakan Rhizopus Oligosporus. Oncom hitam juga tidak dibuat dari ampas tahu tetapi dengan ampas kacang.

Di Jawa Barat, oncom diolah menjadi beragam makanan enak dan cenderung memiliki citarasa gurih pedas. Ulukutek leunca khas sunda menjadi salah satu yang populer yakni dibuat dengan bahan oncon, leunca, daun kemangi dan cabai. Selain itu ada juga nasi tutug oncom khas Tasikmlaya yang dibuat dari nasi dan diaduk dengan oncom goreng kemudian dibakar.

3. Tape

Hasil bioteknologi berikut yang diproses melalui tahap fermentasi adalah
tape ubi ungu dari bondowoso Foto: Chuk S Widarsha


Makanan tradisional Indonesia lainnya adalah tape. Tapi menjadi makanan khas Pulau Jawa yang sudah sangat terkenal. Tape bisa dibedakan dari beberapa jenis sesuai dengan bahan baku pembuatannya yaitu tape singkong dan tape ketan.

Makanan tradisional Indonesia tape ini dibuat dengan menggunakan mikroorganisme berupa jamur Saccharomyces cervisiae.

Jenis tape lainnya yang berasal dari Kabupaten Bondowoso ini justru memanfaatkan ubi ungu yang diolah menjadi tape. Cara membuat tape ubi ungu ini tidak jauh berbeda dengan membuat tape berbahan singkong. Ubi atau singkong dikupas, kemudian dicuci bersih lalu dikukus. Setelah matang, ubi kemudian ditiriskan di atas meja atau tampah bambu hingga dingin.

Setelah dingin, ubi kemudian dibalur dengan ragi hingga merata da dimasukan ke dalam besek anyaman bambu yang sudah dilapisi dengan daun pisang dan tutup rapat. Diamkan selama tiga hari agar ubi bisa menjadi tape.

4. Pakasam

Hasil bioteknologi berikut yang diproses melalui tahap fermentasi adalah
makanan khas kalimantan selatan Foto: Istimewa


Pakasam merupakan menu makanan khas Banjar,Kalimantan Selatan. Makanan ini berasal dari proses fermentasi ikan air tawar yang didiamkan beberapa hari sehingga menghasilkan rasa yang asam. Ada dua jenis ikan yang paling banyak diolah menjadipakasa, yaitu ikan sepat dan ikanpapuyu. Proses fermentasi ini dibantu oleh bakteri asamlaktat berupa nasi.

5. Lemea

Hasil bioteknologi berikut yang diproses melalui tahap fermentasi adalah
lemea Foto: makanantradisional.com

Pernah mendengar lemea? Lemea merupakan makanan tradisional Indonesia dan menjadi makanan khas Suku Rejang. Suku Rejang ini ialah suk tertua di Pulau Sumatera selain bangsa Melayu.

Lemea berasal dari bambu muda yang dicincang lalu dicampur dengan ikan air tawar seperti ikan mujari dan sepat. Kemudian disimpan dalam wadah dan dieram selama tiga hari. Setelah itu, lemea baru dapat dinikmati dengan nasi.

Lemea memiliki aroma yang tajam dan terkesan tidak sedap. Namun siapa sangka banyak orang yang menyukai lemea sebagai makan lauk nasi dicampur dengan ikan.

6. Dadih

Hasil bioteknologi berikut yang diproses melalui tahap fermentasi adalah
Dadih Foto: Wikipedia


Dikutip dari Kanal Pengetahuan dan Informasi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, dadih merupakan produk susu fermentasi yang berasal dariMinangkabau, Sumatra Barat. Dadih berasal dari susu kerbau yang dimasukkan ke dalam tabung bambu dan ditutup menggunakan daun pisang. Kemudian didiamkan selama satu hari dengan suhu ruang hingga terbentuk gumpalan.

Gumpalan yang terjadi disebabkan karena adanya mikroba yang berasal dari bambu dan pisang sehingga akan menghasilkan bentuk yang menjendal dan berwarna putih kekuningan dengan aroma khas.

7. Brem


Brem menjadi salah satu makanan ringan dan sering dijadikan oleh oleh khas Jawa Timur. Brem Madiun yang berwarna putih kekuningan memiliki rasa manis asam. Pusat penghasilan brem terletak di Desa Caruban dan sudah dibuat secara turun temurun. Brem mengandung alkohol berkat hasil fermentasinya.

Brem adalah makanan tradisional Indonesia berasal dari sari ketan yang dimasak dan dikeringkan. Fermentasi ketan hitam yang diambil sarinya saja kemudian diendapkan dalam waktu sekitar sehari semalam. Sensasi makan brem cukup unik karena ketika dimasukkan ke dalam mulut akan langsung mencair dan lenyap meninggalkan rasa 'nyess' di lidah.

Simak Video "Bikin Laper: Es Mabuk Durian Penghilang Dahaga saat Buka Puasa"


[Gambas:Video 20detik]
(lus/erd)