Hal hal yang perlu diperhatikan dalam metode adonan tepung adalah

Oleh Ghilman Azka Fauzan, 17 September 2017

Tampang.com - Ketika membuat kue, ternyata pengetahuan dan teknik yang digunakan merupakan hal yang penting. Hal ini guna menghasilkan kue yang mengembang dengan baik dan tidak bantat.   Pastinya, jika hasil kue yang dibuat bantat menghasilkan perasaan kecewa. Bagaimana tidak, kita sudah berusaha dengan keras untuk membuatnya.   Memang masih dapat dimakan, namun jika dilihat dari segi tampilan, pastinya takkan menarik lagi. Dan rasa pun biasanya berbeda dengan yang mengembang. Untuk menghindari kegagalan mengembang pada kue, pastikan beberapa hal ini terlebih dahulu ketika hendak membuat kue. 1. Pastikan Semua Bahan Bersuhu Ruang Jika ingin membuat bolu, pastikan telur yang digunakan bersuhu ruang. Telur mampu menjadi pengembang yang baik jika ia bersuhu ruang saat dikocok. Jika terlalu dingin, maka telur akan sulit mengembang. Hal ini juga berlaku pada margarin. Sebaiknya, jangan menuang margarin yang baru dilelehkan langsung ke adonan saat panas. Tunggu saat suhu sudah agak mendingin. 2. Proses Melelehkan Mentega Lelehkan margarin dengan api kecil dan tak perlu menunggu sampai margarin meleleh semuanya. Jika sudah hampir cair dan masih ada sebagian mentega yang belum cair, segera matikan api. Lalu pindahkan ke wadah agak lebar, namun bukan piring, karena piring bisa membuat suhu mentega dingin dan mengakibatkan bolu bantat. 3. Wadah untuk Membuat Kue Sebelum membuat kue, pastikan semua wadah dan alat yang digunakan benar-benar kering, jangan ada air, minyak atau mentega. Alat yang basah akan membuat adonan jadi bantat. Sebaiknya, alat atau wadah juga memiliki suhu ruangan. 4. Cara Mencampur Bahan Saat menuang bahan juga tak bisa sembarangan. Tuanglah bahan perlahan. Jika menggunakan tepung sebaiknya ayak terlebih dahulu. Setelah menuang, gunakan spatula untuk mengaduk perlahan. Untuk meminimalisir adukan, gabungkan bahan kering terlebih dahulu, baru tuang ke bahan basah. Hal yang sama juga Anda lakukan pada bahan basah. 5. Durasi Mengocok Adonan Cara membuat kue bolu agar tidak bantat adalah dengan tidak dikocok terlalu lama. Saat mengocok telur dan gula, gunakan kecepatan rendah dengan mixer. Lalu naikkan kecepatan perlahan agar mengembang. Lama mengocok juga harus disesuaikan. Jika mengocok terlalu cepat, maka adonan akan tidak stabil dan cepat turun saat dipanggang. Jika terlalu lama, maka adonan akan terlalu banyak udara yang menyebabkan bantat. 6. Atur Temperatur Oven Sebelum memasukkan adonan ke oven, maka panaskan oven terlebih dahulu. Ini bertujuan agar adonan langsung mengembang sesaat di masukkan. Namun, jangan terlalu panas karena adonan bisa cepat gosong. Selain itu, jangan buka tutup oven karena nanti kuenya akan turun. 7. Tambahkan Bahan Pengembang Umumnya, di setiap resep kue terdapat rising agent yang mampu membuat kue mengembang dan empuk. Bahan pengembang tersebut antara lain baking powder, soda kue dan cake emulsifier.

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam metode adonan tepung adalah
Anda mempunyai oven listrik di rumah? Bagi Anda yang gemar membuat camilan sendiri untuk keluarga, pastinya Anda sudah tak asing dengan kegiatan memanggang kue. Tapi, tahukah Anda? Meski kelihatan sepele, ternyata ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar kue matang dengan sempurna.

Salah satunya adalah teknik yang Anda lakukan sebelum dan ketika memanggang kue. Agar terhindar dari kesalahan memanggang seperti hasil adonan yang bantat atau gosong, padahal Anda sudah mengikuti resepnya dengan benar.

Bisa jadi terjadi kesalahan pada saat memanggang. Jangan khawatir, simak tips berikut ini tentang hal apa saja yang harus diperhatikan ketika memanggang kue agar matang sempurna.

  1. Gunakan Loyang yang Sesuai dengan Kue
    Sesuaikan adonan dengan ukuran loyang. Hal ini wajib dilakukan sebelum kue dipanggang. Karena, apabila loyang yang digunakan terlalu besar atau lebar, kue tidak akan mengembang dengan sempurna atau kemungkinan terburuknya, kue berubah gosong meskipun tekstur di dalam nya bagus. Sebaliknya, jika loyang terlalu kecil, adonan bisa tumpah. 
    Sebagai tips, sisakan ruang kosong 1-2 cm pada tinggi loyang. Jangan mengisi loyang terlalu penuh. Terutama untuk jenis kue yang mengembang. Pilih ukuran loyang standar seperti loyang datar untuk kue kering, persegi 20-22 cm, dan bundar 20-22 cm.

  2. Panaskan Oven dengan Temperatur Maksimal
    Langkah selanjutnya yang tidak boleh terlewatkan adalah memanaskan oven dengan temperatur maksimal sebelum memanggang adonan kue. Biasanya temperatur maksimal oven listrik bisa mencapai 200 derajat Celcius.Supaya suhu pada oven listrik lebih stabil, Anda dapat menurunkan temperatur oven secara bertahap sekitar 5 - 10 derajat celcius. Cara ini juga bertujuan agar kue yang Anda buat mengembang dengan sempurna.

  3. Oleskan Mentega dan Taburkan Tepung Terigu di Atas Loyang
    Mengoleskan mentega atau menaburkan tepung terigu berfungsi supaya adonan tidak menempel setelah dikeluarkan dari loyang. Oleskan mentega dan taburkan tepung terigu secara merata. Hal ini dilakukan agar kue yang sudah matang nantinya mudah dilepas dari cetakan. Sehingga bentuknya nampak masih utuh dan tentunya menggugah selera.

  4. Ketuk Loyang setelah Adonan Dituang
    Setelah adonan dituang ke dalam loyang, Anda harus mengetuknya supaya gelembung udaranya hilang. Setelah tidak terlihat lagi gelembungnya, Anda dapat segera memasukkannya ke dalam oven yang sudah dipanaskan. Cara ini dilakukan untuk mencegah kue bantat dan berpori. Dijamin setelah itu hasil kue buatan Anda lebih lembut.

  5. Letakkan Kue di Tempat yang Tepat
    Supaya kue matang sempurna secara merata, sebaiknya letakkan kue di rak oven bagian tengah. Proses pemanggangan kue dengan cara seperti ini akan berlangsung lebih cepat dan tentunya menghasilkan kematangan yang pas.

  6. Jangan Terlalu Sering Membuka Oven
    Kenapa Anda tidak boleh sering membuka oven terlalu sering saat memanggang? Hal tersebut dapat menyebabkan kue menjadi bantat karena perubahan suhu mendadak ketika oven dibuka. Jika Anda ingin mengecek tingkat kematangan kue nya, Anda cukup mengeceknya dari luar kaca oven saja. Anda bisa menggunakan senter atau cahaya flash dari smartphone. Apabila kue sudah matang, barulah Anda membuka oven. Periksa kembali bagaimana tekstur kue sebelum mengangkatnya dari oven.

Setelah membaca ulasan di atas, kini Anda mengetahui 6 hal yang harus diperhatikan saat memanggang kue. Mudah bukan? Anda tak perlu takut gagal lagi. Coba praktikkan kembali ke-enam cara tersebut. Memanggang kue tidak lagi sesulit yang Anda bayangkan sekarang. Semoga bermanfaat.

Mencampurkan bahan-bahan untuk kue nampaknya terlihat mudah. Akan tetapi diperlukan trik khusus agar hasilnya menyatu sempurna.

Sebelum mencampurkannya, pastikan Anda sudah menakar dengan benar jumlahnya. Empat hal ini perlu diperhatikan saat mengaduk adonan dengan hand mixer atau spatula.

Sebelum mulai menggunakan mikser, pastikan tidak ada sisa-sisa minyak atau lemak [mentega dan margarin] baik pada wadah ataupun kawat kocokan [whisk]. Jika pada whisk atau wadah tempat mengocok telur terdapat sisa lemak hal ini dapat sebabkan putih telur tak bisa mengembang maksimal.

2. Suhu ruangPastikan telur dan mentega bersuhu ruangan. Jika Anda menyimpan telur atau bahan lainnya dalam kulkas, sebaiknya keluarkan beberapa jam sebelum dipakai. Telur dan mentega dalam suhu ruangan akan memudahkan teremulsi dengan baik bersama bahan-bahan lainnya.3. Pengocokan telurSetelah mengaduk mentega dan gula, bahan berikutnya yang perlu dimasukkan biasanya telur. Telur ini harus ditambahkan satu per satu, dan pastikan benar-benar tercampur rata sebelum menambahkan telur lainnya. Kocok dengan kecepatan sedang hingga gula larut dan warna adonan menjadi kuning pucat. Jika terlalu lama dikocok dengan kecepatan tinggi, maka adonan mentega dan gula akan lembek terkena suhu panas mikser sehingga terdapat lelehan mentega atau adonan 'pecah'. Hal ini yang membuat kue bantat dan cenderung keras.Khusus untuk adonan kue kering, mentega dan gula bubuk cukup diaduk dengan mikser kecepatan rendah atau cukup dengan kocokan manual [kawat] hingga rata. Jika terlalu cepat atau keras mengocok akan membuat kue kering jadi keras.

4. Menambahkan tepungTambahkan tepung terigu secara bertahap. Dua kali atau tiga kali tergantung jumlah tepung terigu. Jika memakai mikser gunakan kecepatan rendah. Jika memakai spatula, aduk perlahan dengan arah dari kanan ke bawah kemudian ke atas. Cukup aduk perlahan, jangan terlalu kuat agar adonan tidak 'turun' atau bantat saat matang.

Jika dalam resep memakai bahan cair seperti susu cair atau mentega leleh, masukkan bahan cair ini bergantian dengan tepung terigu. Pastikan yang terakhir dicampurkan tepung terigu. Aduk dengan arah sama dan perlahan agar adonan tidak turun.

Mencampurkan bahan-bahan untuk kue nampaknya terlihat mudah. Akan tetapi diperlukan trik khusus agar hasilnya menyatu sempurna.

Sebelum mencampurkannya, pastikan Anda sudah menakar dengan benar jumlahnya. Empat hal ini perlu diperhatikan saat mengaduk adonan dengan hand mixer atau spatula.

Sebelum mulai menggunakan mikser, pastikan tidak ada sisa-sisa minyak atau lemak [mentega dan margarin] baik pada wadah ataupun kawat kocokan [whisk]. Jika pada whisk atau wadah tempat mengocok telur terdapat sisa lemak hal ini dapat sebabkan putih telur tak bisa mengembang maksimal.

2. Suhu ruangPastikan telur dan mentega bersuhu ruangan. Jika Anda menyimpan telur atau bahan lainnya dalam kulkas, sebaiknya keluarkan beberapa jam sebelum dipakai. Telur dan mentega dalam suhu ruangan akan memudahkan teremulsi dengan baik bersama bahan-bahan lainnya.3. Pengocokan telurSetelah mengaduk mentega dan gula, bahan berikutnya yang perlu dimasukkan biasanya telur. Telur ini harus ditambahkan satu per satu, dan pastikan benar-benar tercampur rata sebelum menambahkan telur lainnya. Kocok dengan kecepatan sedang hingga gula larut dan warna adonan menjadi kuning pucat. Jika terlalu lama dikocok dengan kecepatan tinggi, maka adonan mentega dan gula akan lembek terkena suhu panas mikser sehingga terdapat lelehan mentega atau adonan 'pecah'. Hal ini yang membuat kue bantat dan cenderung keras.Khusus untuk adonan kue kering, mentega dan gula bubuk cukup diaduk dengan mikser kecepatan rendah atau cukup dengan kocokan manual [kawat] hingga rata. Jika terlalu cepat atau keras mengocok akan membuat kue kering jadi keras.

4. Menambahkan tepungTambahkan tepung terigu secara bertahap. Dua kali atau tiga kali tergantung jumlah tepung terigu. Jika memakai mikser gunakan kecepatan rendah. Jika memakai spatula, aduk perlahan dengan arah dari kanan ke bawah kemudian ke atas. Cukup aduk perlahan, jangan terlalu kuat agar adonan tidak 'turun' atau bantat saat matang.

Jika dalam resep memakai bahan cair seperti susu cair atau mentega leleh, masukkan bahan cair ini bergantian dengan tepung terigu. Pastikan yang terakhir dicampurkan tepung terigu. Aduk dengan arah sama dan perlahan agar adonan tidak turun.

Mencampurkan bahan-bahan untuk kue nampaknya terlihat mudah. Akan tetapi diperlukan trik khusus agar hasilnya menyatu sempurna.

Sebelum mencampurkannya, pastikan Anda sudah menakar dengan benar jumlahnya. Empat hal ini perlu diperhatikan saat mengaduk adonan dengan hand mixer atau spatula.

Sebelum mulai menggunakan mikser, pastikan tidak ada sisa-sisa minyak atau lemak [mentega dan margarin] baik pada wadah ataupun kawat kocokan [whisk]. Jika pada whisk atau wadah tempat mengocok telur terdapat sisa lemak hal ini dapat sebabkan putih telur tak bisa mengembang maksimal.

2. Suhu ruangPastikan telur dan mentega bersuhu ruangan. Jika Anda menyimpan telur atau bahan lainnya dalam kulkas, sebaiknya keluarkan beberapa jam sebelum dipakai. Telur dan mentega dalam suhu ruangan akan memudahkan teremulsi dengan baik bersama bahan-bahan lainnya.3. Pengocokan telurSetelah mengaduk mentega dan gula, bahan berikutnya yang perlu dimasukkan biasanya telur. Telur ini harus ditambahkan satu per satu, dan pastikan benar-benar tercampur rata sebelum menambahkan telur lainnya. Kocok dengan kecepatan sedang hingga gula larut dan warna adonan menjadi kuning pucat. Jika terlalu lama dikocok dengan kecepatan tinggi, maka adonan mentega dan gula akan lembek terkena suhu panas mikser sehingga terdapat lelehan mentega atau adonan 'pecah'. Hal ini yang membuat kue bantat dan cenderung keras.Khusus untuk adonan kue kering, mentega dan gula bubuk cukup diaduk dengan mikser kecepatan rendah atau cukup dengan kocokan manual [kawat] hingga rata. Jika terlalu cepat atau keras mengocok akan membuat kue kering jadi keras.

4. Menambahkan tepungTambahkan tepung terigu secara bertahap. Dua kali atau tiga kali tergantung jumlah tepung terigu. Jika memakai mikser gunakan kecepatan rendah. Jika memakai spatula, aduk perlahan dengan arah dari kanan ke bawah kemudian ke atas. Cukup aduk perlahan, jangan terlalu kuat agar adonan tidak 'turun' atau bantat saat matang.

Jika dalam resep memakai bahan cair seperti susu cair atau mentega leleh, masukkan bahan cair ini bergantian dengan tepung terigu. Pastikan yang terakhir dicampurkan tepung terigu. Aduk dengan arah sama dan perlahan agar adonan tidak turun.

Wednesday, October 9, 2019 Edit

Cake, Sumber : pixabay.com

Cake merupakan salah satu jenis produk bakerry yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Cake menjadi makanan yang sangat populer dikalangan masyarakat mulai anak-anak hingga orang tua. Rasanya yang manis dan bentuknya yang makin beragam menjadikan daya tarik tersendiri bagi cake. Cake banyak disajikan di berbagai acara resmi seperti perayaan ulang tahun. Bahan dasar pembuatan cake pada umumnya menggunakan tepung terigu  [Faridah dkk, 2008]. Namun, saat ini telah banyak pembuatan cake dengan menggunakan subtitusi tepung lain seperti tepung mocaf. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan penggunaan tepung terigu sebagai bahan baku pembuatan cake dapat digantikan dengan bahan lain. Kondisi ini dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan tepung terigu, mengingat indonesia tidak dapat memproduksi gandum sendiri sebagai tepung terigu, karena iklim di indonesia yang tidak mendukung atau tidak cocok.

Proses pembuatan cake tergolong cukup mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar untuk membeli bahan-bahannya. Bahan tambahan yang biasa digunakan untuk pembuatan cake yaitu telur, susu skim, ovalet, margarin dan gula pasir. Perbandingan bahan baku pembuatan cake berbeda- beda, tergantung jenis cake yang digunakan. Kualitas cake juga tergantung  dari  bahan  yang  digunakan. Pembuatan cake akan berhasil jika bahan yang digunakan bermutu tinggi, proses pencampuran adonan dan metode pembuatannya benar, serta lama pengovenan dan temperaturnya tepat. Tepung terigu dan tepung mocaf merupakan salah satu bahan utama dalam pembuatan cake. Selain sebagai bahan pengisi, penggunaan tepung bermanfaat  sebagai  pembentuk  tekstur.   Jenis   tepung  yang digunakan juga mempengaruhi tekstur dari cake yang dihasilkan. Hal ini disebabkan kandungan gluten dari setiap jenis tepung berbeda-beda yang akan berpengaruh pada tesktur yang dihasilkan [Faridah dkk, 2008]. Oleh karena itu tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis tepung komposit [terigu dan MOCAF] sebagai bahan substitusi dalam pembuatan cake.

Adapun tujuan dilakukannya pratikum ini, yaitu :

1.    Menganalisis pengaruh tepung dan metode pemasakan dalam pembuatan cake.

2.. Mengetahui cara membuat cake dengan menggunakan berbagai jenis tepung dan metode pemasakan.

Cake merupakan produk pangan semi basah yang dibuat dengan pemanggangan adonan, dimana adonan cake biasanya berbahan dasar tepung terigu, gula, telur dan lemak. Cake dapat dibuat dengan bahan tambahan yaitu garam, bahan pengembang, shortening, susu, dan bahan penambah aroma. Bahan- bahan tersebut dikombinasikan untuk menghasilkan remah yang halus, tekstur yang empuk, warna menarik, dan aroma yang enak. Cake biasanya berbentuk bulat, dan dihias dengan lapisan [icing] yang terbuat dari krim mentega, coklat, atau dengan fondan. Proses pengolahan cake biasanya dilakukan dengan cara dipanggang, dioven, ataupun dengan cara dikukus [Faridah dkk, 2008].

Cake mempunyai banyak varian yang dibuat dalam skala rumah tangga atau skala komersial. Cake sering dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tipe batter, tipe foam dan tipe chiffon, tipe-tipe tersebut didasarkan pada formulasi dan metode pencampuran. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas cake yaitu kemampuan pembentukan matrik protein, penyerapan dan pengikatan air, pengemulsi dan pembentukan busa dari bahan yang ada dalam formula yang selanjutnya akan terjadi ekspansi gas dalam adonan selama pemanggangan [volume pengembangan] [Subagio dkk, 2003].

Tabel 1. Syarat Mutu Cake menurut SNI 01-3840-1995

Abu [tidak termasuk garam dihitung atas

Abu yang tidak larut dalam asam

2.2     Fungsi Bahan Pembuatan Cake

Bahan yang digunakan pada pembuatan cake antara lain: terigu, margarin, telur, gula halus, susu skim, dan ovalet. Adapun bahan-bahan yang digunakan tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :

Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan cake. Karakteristik yang membedakan terigu dengan tepung-tepung lain adalah kandungan glutennya. Kandungan gluten pada terigu memiliki fungsi untuk membuat adonan menjadi elastis dan mudah dibentuk [Tambunan et al., 2015]. Tepung terigu yang digunakan pada pembuatan cake adalah tepung terigu protein rendah, tepung terigu protein rendah mengandung protein 8-9%, tepung terigu ini termasuk klasifikasi tepung softwheat, sifat glutennya kurang baik sehingga cocok untuk pembuatan cake [Aftasari, 2003].

b.      Modified Cassava Flour [Mocaf]

Modified Cassava Flour [Mocaf] merupakan produk turunan dari tepung ubi kayu yang menggunakan prinsip modifikasi sel ubi kayu secara fermentasi dimana mikroba BAL [Bakteri Asam Laktat] mendominasi selama fermentasi tepung ubi kayu ini [Subagio, 2007]. Mikroba yang tumbuh menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut.

Gula adalah salah satu produk hasil perkebunan dari tebu atau bit yang banyak dikembangkan. Fungsi gula dalam pembuatan cake adalah untuk menghaluskan dan melembutkan  crumb,  memberi  rasa  manis, membantu  aerasi, menjaga kelembaban, memberi warna pada kulit, dan memperpanjang umur simpan. Gula ini dapat digunakan untuk teknik creaming atau sponge. Beberapa petunjuk dalam pengunaan gula yaitu, gunakan gula dua kali jumlah lemak bila menggunakan teknik creaming dan gunakan gula sama dengan berat telur bila menggunakan teknik sponge, bila berat gula lebih banyak daripada telur maka sisanya harus dilarutkan dan dimasukkan berikutnya [Ningrum, 2012].

Telur utuh mengandung 8-11% albumen [putih telur] dan 27-32% kuning telur. Sifat fungsional telur pada pembuatan cake adalah sebagai daya pengembang, daya pengemulsi, daya koagulasi, dan sebagai daya ikat air serta pembentuk tekstur pada cake [Dewi et al., 2015]. Telur yang akan digunakan pada adonan cake harus dihomogenkan terlebih dahulu sampai bagus dan kaku. Putih telur pada bahan pangan, seperti sponge cake berperan dalam membentuk pori- pori, membentuk struktur sponge cake yang mengembang dan stabil. Sifat koagulasi [gelasi] yang baik pada putih telur juga berperan dalam memberikan struktur sponge cake yang kokoh dan remahan yang sedikit. Selain itu, kuning telur juga mengandung xanthofil yang berperan memberi warna kuning pada sponge cake [Almunifah, 2014].

Susu skim merupakan bagian dari susu yang sudah tertinggal setelah lemak dipisahkan melalui proses separasi sehingga memiliki kandungan lemak yang lebih rendah [Septiani et al., 2013]. Susu skim yang ditambahkan pada pembuatan cake dapat meningkatkan moistness, membentuk crumb structure yang lebih seragam dan warna crust yang lebih coklat. Peningkatan mutu cake yang ditambahkan oleh susu skim diduga karena air yang terikat oleh protein dari susu skim tinggi sehingga jumlah air yang tertahan selama proses pemanggangan akan semakin tinggi pula [Hosanasea, 2013].

Baking Powder merupakan bahan pengembang yang dipakai untuk meningkatkan volume dan memperingan tekstur makanan yang dipanggang seperti, cake muffin, bolu, scone, dan biskuit. Menurut Winarno [1984] bahan pengembang merupakan bahan yang mampu menghasilkan gas karbondioksida [CO2] dimana gas karbondioksida ini dapat mengembangkan adonan hingga mencapai ukuran yang semestinya selama proses pengovenan. Baking powder bekerja dengan melepaskan gas karbondioksida ke dalam adonan melalui sebuah reaksi asam basa, menyebabkan gelembung-gelembung di dalam adonan yang masih basah, dan ketika dipanaskan adonan memuai ketika adonan matang, gelembung-gelembung itu terperangkap hingga menyebabkan kue menjadi naik dan ringan [Hartati, 2015]. Baking powder dipakai untuk menggantikan ragi ketika rasa fermentasi tidak diingini pada makanan yang dihasilkan, ketika adonan kurang memiliki sifat elastis untuk menahan gelembung-gelembung gas lebih dari beberapa menit, dan membantu dalam pengempukan cake. Jenis bahan pengembang yang banyak digunakan dalam pembuatan biskuit adalah soda kue [NaHCO3].Penggunaan soda kue sebagai bahan pengembang didasarkan pada harga yang murah, tidak beracun, mudah penggunannya, relatif tidak terasa dalam produk akhir dan memiliki kemurnian tinggi [Hamidah dan Purwati, 2009].

Menurut Anita [1987] mentega ditambahkan pada pembuatan cake karena berfungsi untuk memberikan warna dan tekstur yang baik dalam campuran adonan sehingga cake yang dihasilkan dapat memiliki katakteristik warna yang baik.

Ovalet adalah salah satu jenis cake emulsifier yang digunakan sebagai penstabil adonan dengan menyatukan cairan dengan lemak, sehingga dapat membantu aerasi dan meningkatkan stabilisator adonan. Fungsi cake emulsifier dapat meningkatkan tekstur lebih halus, meningkatkan keempukan bolu, memperbaiki atau menambah volume dan mempanjang umur simpan [Faridah, 2009]. Ovalet merupakan pelembut dan penstabil adonan agar adonan cake homogen dan tidak mudah turun saat dikocok serta adonan tercampur dengan baik. Komposisi kimia ovalet adalah mono dan digliserida. Bahan ovalet juga biasanya menggunakan asam lemak dari hewan atau tumbuhan.

Cake merupakan produk pangan semi basah yang dibuat dengan pemanggangan adonan, dimana adonan cake biasanya berbahan dasar tepung terigu, gula, telur dan lemak. Faktor keberhasilan dalam pembuatan pembuatan cake adalah dalam cara mengocok adonan dan mengukus adonan, misalnya mengocoknya terlalu lama atau terlalu sebentar ataupun pengukusannya tidak sempurna      bisa membuat cake tidak jadi [bantat]. Berikut tahapan proses pembuatan cake yaitu :

Pada proses pengocokan, kuning telur, gula halus dan ovalet dimixer hingga mengembang. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pencampuran adalah pembentukan krim pada adonan yang dimixer. Pembentukan krim ditandai dengan terbentuk adonan yang lembut berwarna putih. Proses pengocokan ini lakukan selama ± 30 menit. Kemudian dilakukan pemasukan margarin yang telah dicairkan. Margarin cair dimasukan sedikit demi sedikit ke dalam adonan yang telah dimixer sambil terus dilakukan pengadukan dengan menggunakan mixer dengan kecepatan sedang. Pemasukan margarin sedikit demi sedikit ke dalam adonan berfungsi agar lemak dan adonan tercampur merata. Jika margarin dimasukan bersamaan dengan kuning telur, gula halus, dan ovalet maka akan menyebabkan adonan kurang mengembang dan adonan bagian bawah berminyak yang disebabkan oleh margarin yang mengendap dan tidak tercampur merata.

Tepung terigu, tepung mocaf, susu skim dan baking powder dicampurkan pada adonan yang telah dimixer dengan menggunakan solet. Pada proses pencampuran ini, hal yang harus diperhatikan adalah adonan harus tercampur secara merata atau homogen. Apabila proses pencampuran tidak merata maka akan menyebabkan cake yang dihasilkan menjadi rusak [bantat].

Jika adonan sudah benar-benar homogen atau tercampur secara merata, maka segera masukkan dalam cetakan yang telah dioles dengan margarin agar cake mudah dikeluarkan setelah dioven. Pada proses pencetakan, hal yang harus diperhatikan adalah tebal adonan dari masing-masing cetakan harus sama, karena apabila tebal adonan dari masing-masing cetakan tidak sama maka akan menyebabkan pematangan cake yang tidak seragam. Setelah dicetak adonan didiamkan selama ± 5 menit.

                       d.      Pemanggangan [pengovenan]

Adonan yang telah didiamkan selama ± 5 menit kemudian dipanggang dalam oven dengan suhu pemanggangan 150o C-180oC selama ± 30 menit. Pada proses pemanggangan, yang harus diperhatikan adalah suhu pemanggangan. Apabila suhu pemanggangan terlalu tinggi maka akan menyebabkan cake menjadi gosong, sebaliknya apabila suhu terlalu rendah maka akan menyebabkan proses pematangan cake yang membutuhkan waktu yang lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pembuatan cake yaitu tidak cocoknya bahan baku, takaran/timbangan bahan tidak sesuai, proses pembuatan/pengadukan yang tidak tepat, proses pembakaran yang kurang baik dan penanganan yang salah setelah pembakaran [Bogasari, 2010].

Pada proses pendinginan bertujuan untuk mempermudah proses pemotongan dan pengemasan. Hal yang harus diperhatikan dalam proses pendinginan yaitu cake harus dingin sempurna, karena apabila cake tidak dingin sempurna maka pada saat cake dikemas akan mengalami penguapan yang akan menyebabkan cake tersebut berjamur. pendinginan dilakukan pada suhu ruang terbuka selama 45-70 menit, agar roti tidak berjamur dan dapat tahan lama.

Pada proses pembuatan cake terajadi reaksi yang menyebabkan perubahan karakteristik cake yang dihasilkan. Berikut ini merupakan reaksi yang terjadi selama proses pengolahan cake:

Perubahan yang terjadi pada saat pembuatan adonan sampai menjadi cake yaitu reaksi maillard adalah reaksi antara karbohidrat khususnya gula pereduksi dengan gugus amino primer, hasil reaksi tersebut menghasilkan bahan berwarna coklat yang disebut melanoidin [Winarno, 1997].

Reaksi karamelisasi adalah adalah reaksi yang terjadi karena pemanasan gula pada temperatur di atas titik cairnya yang akan menghasilkan perubahan warna dari gelap sampai coklat [Tranggono dan Sutardi, 1989]. Karamelisasi terjadi apabila suatu larutan gula diuapkan maka konsentrasinya akan meningkat, demikian juga titik didihnya. Keadaan ini akan terus berlangsung sehingga  seluruh air menguap semua. Bila keadaan tersebut telah tercapai dan pemanasan diteruskan, maka cairan yang ada bukan lagi terdiri dari air tetapi cairan sukrosa yang lebur. Titik lebur gula adalah 160 C. Bila gula yang telah mencair tersebut dipanaskan terus sehingga suhunya melampaui titik leburnya, misalnya pada suhu 170 C, maka mulailah terjadi karamelisasi sukrosa. Reaksi yang terjadi bila gula mulai hancur atau terpecah-pecah tidak diketahui pasti, tetapi paling sedikit melalui tahap-tahap seperti berikut: Mula-mula setiap molekul sukrosa dipecah menjadi sebuah molekul glukosa dan sebuah fruktosa [fruktosa yang kekurangan satu molekul air]. Suhu tinggi mampu mengeluarkan sebuah molekul air dari setiap molekul gula sehingga terjadilah glukosa, suatu molekul yang analog dengan fruktosa [Tranggono dan Sutardi, 1989].

Dalam pembuatan cake, reaksi gelatinisasi pati terjadi pada proses pemanggangan. jaringan gluten mulai mengalami denaturasi. Sedangkan pemanasan permulaan menyebabkan pencairan gluten, selanjutrnya pemanasan yang diteruskan menyebabkan pelepasan air dari gluten memindahkannya kepada sistem pati. Dehidarasi gluten ini berlangsung terus sampai dicapai suhu kurang lebih 170o F, pada suhu tersebut terjadi koagulasi gluten. Karena pembakaran berlangsung terus, kenaikan tekanan hasil pengembangan gas dalam adonan yang dipanggang berubah dengan pelan-pelan, yang mungkin disebabkan oleh bersatunya gelembung untuk membentuk unit yang lebih sedikit tetapi berukuran lebih besar, sistem pati menjadi mantap, kondisi tekanan mengendor dan terjadilah penurunan tekanan. Pengembangan yang terjadi pada permulaan siklus pemanggangan dimantapkan dan pelan-pelan kulit berkembang berwarna coklat keemas-emasan, yang disertai dengan aroma dan tekstur yang menyenangkan.

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan cake sebagai berikut :

Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan cake sebagai berikut :

Pada praktikum pembuatan cake dilakukan 4 perlakuan berbeda yaitu penambahan 0% tepung mocaf [Ulangan 1], penambahan 15% tepung mocaf [Ulangan 2], penambahan 30% tepung mocaf [Ulangan 3], dan penambahan 45% tepung mocaf [Ulangan 4]. Langkah pertama pada proses pembuatan cake yang harus dilakukan yaitu menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat cake seperti tepung terigu, gula, telur, mentega, ovalet, susu bubuk dll. Kemudian dilakukan penimbangan bahan baku pembuatan cake dan pengayakan bahan baku agar bahan baku yang digunakan benar mempunyai ukuran partikel yang seragam dan tidak ada yang bahan baku yang menggumpal. Lalu mentega dilakukan pencairan mentega kemudian sisihkan. Setelah itu, telur dan gula dimasukkan kedalam wadah baskom yang kemudian dilakukan pengocokan dengan menggunakan mixer hingga mengembang. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penngocokan adalah pembentukan krim pada adonan yang dimixer. Pembentukan krim ditandai dengan terbentuknya adonan lembut berwarna putih. Proses pengocokan ini dilakukan selama ± 30 menit. Kemudian dilakukan pemasukan ovalet ke dalam adonan yang telah dimixer sambil terus dilakukan pengadukan dengan menggunakan mixer dengan kecepatan tinggi. Selanjutnya, tepung terigu, tepung mocaf, susu skim dan baking powder dicampurkan pada adonan yang telah dimixer dengan menggunakan solet. Pada proses pencampuran ini, hal yang harus diperhatikan adalah adonan harus tercampur secara merata atau homogen. Apabila proses pencampuran tidak merata maka akan menyebabkan cake yang dihasilkan menjadi rusak [bantat]. Kemudian dilakukan pemasukan mentega yang telah dicairkan sebelumnya. Mentega cair dimasukan sedikit demi sedikit ke dalam adonan yang telah dimixer sambil terus dilakukan pengadukan dengan menggunakan solet. Pemasukan mentega sedikit demi sedikit ke dalam adonan berfungsi agar lemak dan adonan tercampur merata. Jika mentega dimasukan bersamaan dengan kuning telur, gula halus, dan ovalet maka akan menyebabkan adonan kurang mengembang dan adonan bagian bawah berminyak yang disebabkan oleh mentega yang mengendap dan tidak tercampur merata. Jika adonan sudah benar-benar homogen atau tercampur secara merata, maka segera masukkan dalam cetakan yang telah dioles dengan mentega agar cake mudah dikeluarkan setelah dioven. Pada proses pencetakan, hal yang harus diperhatikan adalah tebal adonan dari masing-masing cetakan harus sama, karena apabila tebal adonan dari masing-masing cetakan tidak sama maka akan menyebabkan pematangan cake yang tidak seragam. Setelah dicetak adonan didiamkan selama ± 5 menit. Adonan yang telah didiamkan selama ± 5 menit kemudian dipanggang dalam oven dengan suhu pemanggangan 160o C selama 19 menit. Pada proses pemanggangan, yang harus diperhatikan adalah suhu pemanggangan. Apabila suhu pemanggangan terlalu tinggi maka akan menyebabkan cake menjadi gosong, sebaliknya apabila suhu terlalu rendah maka akan menyebabkan proses pematangan cake yang membutuhkan waktu yang lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pembuatan cake yaitu tidak cocoknya bahan baku, takaran/timbangan bahan tidak sesuai, proses pembuatan/pengadukan yang tidak tepat, proses pembakaran yang kurang baik dan penanganan yang salah setelah pembakaran [Bogasari, 2010]. Setelah dilakukan pengovenan, cake sudah matang dikeluarkan dari oven untuk dilakukan proses pendinginan bertujuan untuk mempermudah proses pemotongan dan pengemasan. Hal yang harus diperhatikan dalam proses pendinginan yaitu cake harus dingin sempurna, karena apabila cake tidak dingin sempurna maka pada saat cake dikemas akan mengalami penguapan yang akan menyebabkan cake tersebut berjamur. pendinginan dilakukan pada suhu ruang terbuka selama 45-70 menit, agar roti tidak berjamur dan dapat tahan lama. Setelah itu dilakukan pengamatan uji fisik yang meliputi tekstur, warna, daya kembang dan kenampakan irisan serta dilakukan uji organoleptik dengan menggunakan 30 panelis yang terdiri dari 8 laki-laki dan 22 perempuan.

Baca juga : Teknologi Pengolahan Mie