Garis khayal bumi pada nomor 9 digunakan untuk membagi zona

Garis bujur merupakan garis khayal yang ditarik dari kutub utara ke kutub selatan maupun sebaliknya. Garis bujur akan membagi bumi menjadi dua bagian yaitu belahan bumi timur dan belahan bumi bagian barat. Ttempat yang dianggap sebagai nol derajat pada penetapan garis bujur adalah garis dari kutub utara ke kutub selatan yang tepat melintasi kota Greenwich di Inggris. Garis bujur yang berada di sebelah barat kota Greenwich disebut dengan Bujur Barat, sedangkan garis bujur yang berada di sebelah timur kota Greenwich disebut dengan Bujur Timur. Antara garis bujur barat dan bujur timur dibatasi hingga 180 derajat dari kota Greenwich. Sebenarnya tidak ada patokan utama yang menjelaskan mengenai dasar ditetapkannya bujur barat dan bujur timur. Namun, berdasarkan pada Konferensi Meridian Internasional yang dilaksanakan pada tahun 1884, kota Grrenwich di Inggris ditetapkan sebagai meridian utama universal atau disebut juga sebagai titik nol bujur.

Fungsi Garis Bujur

Selama ini kita mengenal garis bujur sebagai salah satu penentu lokasi letak astronomis sebuah wilayah. Namun pada kenyataannya, garis bujur masih memiliki fungsi lain. Lalu apa saja fungsi garis bujur? Berikut ini beberapa fungsi garis bujur hingga saat ini.

  • Bersama dengan garis lintang, garis bujur akan menentukan sebuah lokasi tertentu. Kombinasi antara garis bujur dan juga garis lintang akan menentukan di mana suatu lokasi berada. Keduanya akan menentukan lokasi absolut dari sebuah tempat, daerah, atau objek geografi tertentu. Dalam sistem koordinat, garis lintang dilambangkan sebagai sumbu x sedangkan garis bujur dilambangkan sebagai sumbu y.
  • Garis bujur dijadikan sebagai dasar penentuan pembagian waktu di seluruh bumi. Setiap jarak 15 derajat ke arah bujur timur atau ke arah bujur barat akan menunjukkan selisih waktu sebanyak 1 jam (60 menit).
  • Garis bujur digunakan untuk memperagakan gerak rotasi bumi. Selama sehari bumi akan berotasi hingga 360 derajat. 360 derajat tersebut akan terbagi menjadi 24 jam. Karena itu dalam pembagian waktu di bumi, setiap jarak 15 derajat akan menghasilkan selisih waktu sebanyak 1 jam. Dasarnya ialah 360°/24 jam = 15°. Jadi setiap rotasi bumi sebanyak 15 derajat berarti menghabiskan waktu sebanyak 1 jam.
  • Garis bujur bisa dijadikan sebagai alat peraga siang dan malam. Siang dan malam muncul sebagai akibat adanya rotasi bumi dan penyinaran matahari. Melalui pengertian terhadap adanya rotasi bumi beserta pembagian bumi menjadi bujur timur dan bujur barat kita akan mengetahui bagaimana proses siang dan malam itu terjadi. Selain itu, garis bujur juga akan menjelaskan mengenai perbedaan penanggalan. Garis bujur 180 derajat yang melewati benua di dunia yaitu Samudera Pasifik dianggap sebagai garis penanggalan internasional. Pada garis bujur 180 derajat inilah perbedaan penanggalan akan terjadi. Jika di bagian timur sudah memasuki hari selasa, maka di bagian barat masih berada pada hari senin.

Itulah beberapa fungsi utama garis bujur yang masih dipergunakan hingga saat ini. Dari berbagai fungsi yang telah dijelaskan di atas tentu kita akan memahami bagaimana proses pembagian waktu di wilayah Indonesia.

Perhitungan Pembagian Waktu di Indonesia

Lalu bagaimana perhitungan yang dipakai untuk membagi Indonesia menjadi 3 zona waktu? Antara 95oBT sampai dengan 141oBT memiliki panjang busur sebesar 46 derajat. Jika setiap 15 derajat rotasi bumi berarti selisih waktunya adalah satu jam (60 menit), maka setiap 1 derajat selisihnya adalah 4 menit (60 menit/15 derajat = 4 menit). Maka, untuk panjang busur 46 derajat, terdapat selisih waktu sebanyak 3 jam 4 menit yang dibulatkan menjadi 3 jam (46 derajat x 4 menit = 184 menit). Berdasarkan hal tersebut maka Indonesia terbagi menjadi 3 zona waktu yaitu Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB), Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Bagian Timur (WIT).

1. Waktu Indonesia bagian Barat

Wilayah Indonesia bagian barat terlentang sepanjang 105⁰ bujur timur. Wilayah Indonesia bagian barat ini mencakup pulau Sumatera, pulau Jawa, pulau Madura, serta pulau Kalimantan bagian barat dan tengah. Dengan posisi tersebut, wilayah Indonesia bagian barat terpaut 7 jam lebih cepat dibandingkan di kota Greenwich. Dengan kata lain, wilayah Indonesia bagian barat tersebut memiliki perhitungan waktu UTC +7 atau GMT +7. GMT adalah singkatan yang digunakan untuk menyatakan Greenwich Mean Time.

Beberapa provinsi yang termasuk ke dalam zona Indonesia bagian barat (WIB) adalah:

  • Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
  • Provinsi Sumatera Utara
  • Provinsi Sumatera Barat
  • Provinsi Riau
  • Provinsi Kepulauan Riau (Kepri)
  • Provinsi Jambi
  • Provinsi Sumatera Selatan
  • Provinsi Lampung
  • Provinsi Bangka Belitung
  • Provinsi Bengkulu
  • Provinsi DKI Jakarta
  • Provinsi Jawa Barat
  • Provinsi Banten
  • Provinsi Jawa Tengah
  • Provinsi DI Yogyakarta
  • Provinsi Jawa Timur
  • Provinsi Kalimantan Barat
  • Provinsi Kalimantan Tengah

2. Waktu Indonesia bagian Tengah

Indonesia bagian tengah terbentang sepanjang 120⁰ bujur timur. Posisi tersebut membuat wilayah Indonesia bagian tengah memiliki waktu 8 jam lebih cepat dibandingkan waktu di kota Greenwich. Beberapa lokasi yang termasuk ke dalam wilayah Indonesia bagian tengah mencakup Pulau Sulawesi, Pulau Bali, Pulau Kalimantan bagian Utara, Timur dan Selatan serta wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), dan wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Untuk wilayah Indonesia bagian tengah ini pembagian waktu dihitung dengan UTC +8 atau GMT +8.

Untuk beberapa provinsi di Indonesia yang termasuk ke dalam waktu Indonesia bagian tengah (WITA) adalah:

  • Provinsi Kalimantan Utara
  • Provinsi Kalimantan Timur
  • Provinsi Kalimantan Selatan
  • Provinsi Bali
  • Provinsi Nusa Tenggara Barat
  • Provinsi Nusa Tenggara Timur
  • Provinsi Sulawesi Barat
  • Provinsi Sulawesi Tengah
  • Provinsi Sulawesi Selatan
  • Provinsi Sulawesi Tenggara
  • Provinsi Sulawesi Utara
  • Provinsi Gorontalo

3. Waktu Indonesia bagian Timur

Wilayah Indonesia bagian timur terbentang sepanjang 135⁰ bujur timur. Beberapa wilayah yang masuk ke dalam cakupan Indonesia bagian timur adalah pulau Papua dan Kepulauan Maluku. Lokasi bujur tersebut membuat wilayah Indonesia bagian timur memiliki waktu 9 jam lebih cepat dibandingkan dengan kota Greenwich. Untuk perhitungan waktu pada wilayah Indonesia bagian timur ini menggunakan UTC +9 atau GMT +9.

Beberapa provinsi yang masuk ke dalam waktu Indonesia bagian timur (WIT) adalah:

  • Provinsi Maluku
  • Provinsi Maluku Utara
  • Provinsi Papua
  • Provinsi Papua Barat

Garis Bujur yang Dimiliki Indonesia dan Akibatnya

Indonesia berada pada lokasi garis bujur 95oBT-141oBT. Apabila lokasi tersebut dihitung dari lokasi 0 derajat (kota Greenwich) maka Indonesia akan memiliki perbedaan waktu dengan kota Greenwich sebanyak 7 jam. Mengapa? Karena 95o/15o = 7 jam. Jadi Indonesia memiliki waktu 7 jam lebih awal bila dibandingkan dengan kota Greenwich.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI. No.243 Tahun 1963, Indonesia menggunakan pembagian 3 zona waktu. Ketetapan tersebut mulai diterapkan pada 1 Januari 1964. Adapun penetapan 3 zona waktu di Indonesia tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu:

  • Membuat dan juga merujuk ke peraturan yang lebih sederhana.
  • Pembagian waktu diusahakan agar waktu Matahari Sejati jangan sampai berbeda terlalu besar dengan waktu tolok, terutama bagi kota-kota besar dan penting.
  • Batas suatu pembagian wilayah dan juga waktu tidak boleh sampai membelah suatu provinsi.
  • Untuk menetapkan pembagian zona waktu di Indonesia harus memperhatikan berbagai faktor seperti faktor agama, politik, kegiatan masyarakat dan ekonomi, kepadatan prnduduk, lalu lintas/perhubungan, sosio-psikologis, serta perkembangan pembangunan

Itulah beberapa penjelasan mengenai garis bujur beserta fungsinya. Melalui penjelasan tersebut kita bisa mengetahui bahwa pembagian 3 zona waktu yang ada di Indonesia ternyata didasarkan pada posisi Indonesia terhadap garis bujur. Meskipun garis bujur berperan penting dalam sistem navigasi untuk menentukan sebuah lokasi, namun garis bujur juga mempunyai peranan mutlak untuk menentukan pembagian waktu yang ada di bumi, termasuk di Indonesia. Contoh kasus ketika siaran televisi ditayangkan pada pukul 08.00 WIB maka di Indonesia bagian tengah akan tayang pada pukul 09.00 dan di wilayah Indonesia bagian timur akan tayang pada pukul 10.00.

Bumi awamnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu selatan dan utara. Pembagian belahan ini ditetapkan berdasarkan garis khatulistiwa.

Pembahasan mengenai garis khayal atau imajinasi ini menjadi menarik karena Indonesia menjadi salah satu negara yang dilalui olehnya.

Apa itu garis khatulistiwa dan fungsinya? Berikut ini ulasan lengkapnya.

Mengutip dari laman p2k.unimus.ac.id, kata khatulistiwa diambil dari bahasa Arab yang juga sering disebut sebagai ekuator. Garis khatulistiwa adalah garis khayal atau imajinasi yang digambar tepat di tengah bumi di selang dua kutup dan paralel terhadap poros rotasi bumi.

Garis tersebut membuat  bumi terbagi menjadi dua kelompok yaitu bagian utara dan selatan. Panjang garisnya sekitar 40.070 kilometer.

Garis khatulistiwa melintasi daratan dan perairan di 13 negara. Wilayah-wilayah yang dilalui adalah Ekuador, Kolombia, Gabon, Brasil, Sao Tome dan Principe, Zaire, Kongo, Uganda, Maladewa, Kenya, Somalia, Kiribati, dan Indonesia.

Baca Juga

Garis khatulistiwa Indonesia melalui beberapa pulau dan kota. Mengutip dari berbagai sumber, beberapa pulau dan kota yang dilalui garis ini yaitu;

  1. Kepulauan Batu, tepatnya di utara pulau Tanahmasa.
  2. Pulau Sumatera, tepatnya di perairan Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan kepulauan Riau.
  3. Pulau Lingga.
  4. Pulau Kalimantan.
  5. Pulau Sulawesi, tepatnya di provinsi Sulawesi Tengah.
  6. Kepulauan Kayoa, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara.
  7. Pulau Halmahera, kepulauan Maluku dan termasuk dalam provinsi Maluku Utara.
  8. Pulau Gebe.
  9. Pulau Waigeo.
  10. Selat Karimata, Selat Makasar, Teluk Tambu dan Teluk Tomini (Sulawesi), Laut Maluku, dan Laut Halmahera.
  11. Kota Bonjol, Kabupaten Pasamanan, Sumatera Utara.
  12. Kota Pontianak.

Menurut penjelasan pada laman geodesigeodinamik.ft.ugm.ac.id, garis khatulistiwa yang membentang di wilayah Indonesia memberikan efek terhadap penentuan posisi dan survei pemetaan. Khususnya yang berhubungan dengan peristiwa sinitilasi ionsfer.

Sinitilasi ionsfer merupakan sebuah frekuensi yang cepat dari sinyal radio dan atau amplitudo yang dihasilkan ketika sinyal tersebut melalui ionsfer. Kondisi tersebut memberikan efek yang signifikan terhadap komunikasi dan navigasi sinyal satelit.

Dalam ilmu survei dan pemetaan sinitilasi ionsfer akan mempengaruhi kualitas dari global navigation satellite system (GNSS). Adanya sinitilasi ionsfer menyebabkan sinyal GNSS melemah dan akurasi pengukuran berkurang.

Baca Juga

Garis ini memberikan beberapa fungsi penting bagi kehidupan di bumi. Melansir dari  kumparan.com, berikut ini peran garis khatulistiwa:

  1. Menjadikan acuan untuk membedakan zona iklim yang ada di bumi.
  2. Membagi bumi menjadi dua bagian yaitu bagian selatan dan  utara.
  3. Menjadi patokan untuk menentukan lokasi negara atau tempat.

Ciri-Ciri Iklim di Garis Khatulistiwa

Kumparan.com menyebutkan  ada ciri-ciri khusus dari iklim yang dilalui oleh garis khayal ini. Ciri tersebut antara lain:

  • Rata-rata suhu sekitar 20 sampai 23 derajat Celcius. Akan tetapi ada juga yang suhunya mencapai 30 derajat Celcius.
  • Suhu amplito mencapai 1 derajat sampai 5 derajat Celcius, sedangkan amplitudo suhu harian lebih besar.
  • Tekanan udara rendah serta bisa berubah perlahan dan beraturan.
  • Frekuensi hujan lebih besar dibandingkan daerah lain.
  • Di daerah khatulistiwa waktu siang dan malam relatif lama sepanjang tahun.

Tugu Khatulistiwa

Mendengar kata khatulistiwa mengingatkan keberadaan Tuku Khatulistiwa yang ada di Pontianak, Kalimantan Barat. Mengutip dari laman djkn.kemenkeu.go.id, Tugu Khatulistiwa menjadi tanda kordinat 00 0’ 0” di bumi.

Baca Juga

Pembangunannya berlangsung pada zaman penjajahan Belanda. Pada 1982, seorang ahli Geografi Belanda membangun tugu ini. Lalu, arsitek Friedrich Silaban menyempurnakannya pada 1983.

Bangunan tugu terdiri atas empat tonggak kayu belian dengan ukuran masing-masing kayu 0,30 meter. Ketinggian tonggak bagian depan setinggi 2,05 meter dari permukaan tanah. Tonggak bagian belakang berbentuk lingkaran dan anak panah yang menjadi penunjuk arah di ketinggian 4,04 meter.

Tugu Khatulistiwa sudah sejak lama menjadi destinasi wisata di daerah tersebut. Biasanya wisatawan datang saat matahari berada di titik kulminasi tepatnya pada bulan Maret dan September.

Titik kulminasi merupakan kondisi ketika matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa. Saat berdiri di garis tersebut, Anda tidak akan melihat bayangan diri  maupun benda-benda lain yang ada di titik tersebut.