Daftar riwayat hidup bentuk narasi adalah daftar riwayat hidup yang dibuat dalam bentuk cerita berdasarkan urutan waktu sesuai dengan tujuan pembuatannya. Daftar riwayat hidup berbentuk narasi adalah daftar riwayat hidup yang dibuat oleh dalam cerita yang berbentuk paragraf sesuai dengan urutan kejadian. Penulis menuliskan daftar diri dalam bentuk paragraf sesuai dengan urutan kejadian dia dari sejak kecil hingga saat membuat daftar riwayat tersebut. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah D.
Rabu, 18 November 2020 Edit
Bagaimana kabar kalian hari ini? semoga selalu sehat ya. Ingat di masa pandemi ini agar anak-anak selalu menerapkan protokol kesehatan agar terhindar dari Covid-19. Ingat selalu pesan Ibu untuk menerapkan 3M (Memakai masker, Menjaga jarak, Mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir) Hari ini kita akan melanjutkan pembelajaran Tema 5 (Wirausaha) dengan materi riwayat hidup. Simak penjelasannya berikut ini ya! silahkan kalian catat hal-hal penting dari materi ini! Anak-anak coba perhatikan gambar di bawah ini ya! Di sekolah Edo, akan dilaksanakan simulasi tentang wirausaha, yaitu siswa akan mempraktikkan jual beli di lingkungan sekolah. Untuk kegiatan tersebut, dibutuhkan beberapa panitia. Bagi siswa yang berminat, dapat mengajukan surat permohonan kepada guru kelas dengan melampirkan daftar riwayat hidup. Edo dan Siti berminat untuk menjadi panitia, namun mereka masih bingung bagaimana cara menulis daftar riwayat hidup. Apakah kamu mengetahui cara membuat daftar riwayat hidup? Ayo, kita cari tahu lebih lanjut. Riwayat Hidup adalah data yang berisi tentang informasi diri seseorang yang meliputi identitas diri serta kegiatan yang telah dilakukan. Informasi diri yang ditulis dalam riwayat hidup harus didasarkan fakta dan disajikan dengan rinci. Hal tersebut bertujuan untuk menjelaskan tentang jati diri kita kepada orang lain. Riwayat hidup dapat ditulis dengan dua bentuk, yaitu bentuk singkat dan bentuk narasi. Penulisan riwayat hidup dalam bentuk singkat biasanya tampak seperti formulir. Informasi disusun dalam bentuk poin-poin. dan disusun secara berderet dari atas ke bawah dengan berurutan. Penulisan riwayat hidup seperti ini lebih sering disebut daftar riwayat hidup. Penulisan riwayat hidup dalam bentuk singkat merupakan cara penulisan riwayat hidup yang paling sering kita jumpai di masyarakat. Riwayat hidup dalam bentuk narasi disajikan dalam bentuk paragraf atau tulisan memanjang. Riwayat hidup dalam narasi ditulis menggunakan kalimat lengkap. Penulisan riwayat hidup secara narasi cenderung tampak seperti penulisan sebuah cerita. Sesuai tujuannya, riwayat hidup biasanya digunakan untuk menjelaskan tentang siapa diri kita kepada orang lain dalam suatu kegiatan yang memerlukan pengenalan diri. Contoh kegiatannya, yaitu kegiatan pendaftaran anggota komunitas atau organisasi, pendaftaran perlombaan, serta melamar pekerjaan. Penulisan riwayat hidup nantinya akan memudahkan penyelenggara kegiatan untuk mengenal diri kita dengan lebih cepat. Berikut hal-hal yang biasanya ditulis dalam riwayat hidup.
Penjelasan tentang hal-hal yang ditulis dalam riwayat hidup Sebelum mengisi daftar riwayat hidup kalian perlu memperhatikan pentujuk pengisiannya terlebih dahulu. Berikut contoh petunjuk pengisian daftar riwayat hidup. Perhatikan contoh formulir daftar riwayat hidup berikut! Setiap orang pasti memiliki riwayat hidup yang berbeda dengan orang lain. Riwayat hidup didasarkan pada identitas diri serta kegiatan yang telah dilakukan. Pembuatan riwayat hidup harus didasarkan pada kenyataan yang telah dilalui oleh pembuat riwayat hidup. Riwayat hidup dapat disampaikan secara lisan. Untuk memudahkanmu saat menyampaikan secara lisan, kamu dapat membuat daftar riwayat hidupmu dalam bentuk narasi sederhana. Berikut adalah contoh riwayat hidup dalam bentuk narasi sederhana.
Untuk menambah pemahaman kalian terkait materi riwayat hidup, silahkan cermati video berikut ini!
Video Materi Riwayat Hidup Demikian materi terkait riwayat hidup. Selamat belajar anak-anak. Semoga sukses.
RIWAYAT HIDUP
Kepedihan itu berlalu seiring sampainya angin segar dari seorang teman kakak yang mengabarkan bahwa, di kota kami tinggal terdapat sebuah panti asuhan yang membiayai sekolah para anak yatim piatu. Awalnya kakak berberat hati memasukan kami ke panti asuhan itu, namun karena ia tak ingin kami putus sekolah, akhirnya kakak memutuskan mengantar saya dan kakak laki-laki saya Heri Rizkan ke Panti Asuhan Yayasan noordeen, dedalu tepatnya pada tahun 2008, sementara seorang kakak perempuan saya Wahyu Sayang Sah yang juga masih bersekolah tinggal bersamanya di rumah.
C. KEHIDUPAN SETELAH KELUAR DARI PAY NOORDEEN
Saya mulai sibuk memikirkan cara agar bisa memudahkan beban kak Mailida, hingga ia tak perlu bekerja terlalu keras, di tambah lagi karena kakak sudah mulai sering sakit karena terlalu keras berkerja untuk kami adik-adiknya. Namun berkat pertolongan dan kuasa Allah, angin segar kembali berhembus kearah saya. Dari bidang kesiswaan saya mendapat kabar, bahwa siapa saja yang berhasil masuk dalam peringkat 10 besar di kelas, akan mendapatkan beasiswa berprestasi. Saya berjuang dengan sungguh untuk mendapatkannya, saya belajar dan berteman dengan mereka yang pintar di kelas, walau terkadang di cap pilih-pilih teman saya tak perduli, saya sangat percaya dengan pepatah arab yang mengatakan :”siapa yang berteman dengan pembuat minyak wangi maka akan kecipratan wanginya dan siapa yang berteman dengan pengolah besi, maka akan kecipratan api dan baunya”. Akhirnya usaha saya membuahkan hasil, saya masuk dalam kategori 10 siswa berprestasi dan mendapatkan beasiswa berpresrasi sampai lulus sekolah dengan syarat dapat mempertahankan prestasi itu. Selain itu saya juga tercatat sebagai salah seorang siswi berprestasi di bidang seni, di awal tahun 2010 saya memenangkan juara I membaca puisi tingkat SMA/sederajat se-Kab. Aceh Tengah, saya juga pernah mewakili Aceh Tengah ke Aceh Tamiang dalam rangka MTQ tingkat Provinsi dan masih banyak lagi prestasi lainnya.
Akhirnya saya mulai mencari-cari kegiatan di luar rumah, salah satunya dengan berorganisasi, saya tercatat sebagai salah satu ketua bidang dalam sebuah organisasi PII (Pelajar Islam Indonesia) dan beberapa organisasi lainnya. Saya mulai sibuk mengikuti kegiatan-kegiatan dalam organisasi, saya benar –benar lupa tentang mimpi saya sebelumnya, seolah mencoba menemukan hal lain berupa pengalaman di luar sana. Setahun mengikuti PII, saya mulai sering di kirim keluar kota untuk mengikuti berbagai macam kegiatan seperti LMD ( latihan manajemen dasar), LBT (leardership basic training) dan kegiatan serupa lainnya. Saya adalah yang paling aktif ketika itu dalam organisasi. Hingga suatu hari ketika dalam forum diskusi bersama seluruh teman di luar kota, kami saling sharing pengalaman, sampailah kesempatan itu kepada saya. Saya ceritakan kisah kehidupan saya dan apa yang terjadi pada saya saat ini, hingga seorang teman berkomentar : “ apa kamu tidak berencana untuk kuliah, atau mencari beasiswa selain beasiswa yang pernah kamu ikuti dulu?”. Saya selalu berfikir untuk melanjutkan kuliah, namun karena tidak tahu harus mencari info dari mana saya jadi diam saja, kalau seandainya ada yang menyampaikan kabar beasiswa, saya akan mencoba untuk ikut , jelasku.
Awalnya saya tidak merasa tertarik, penyebabnya adalah karena saya tidak terlalu menyukai bahasa arab, disebabkan karena seringkali guru semasa sekolah dulu, mengajarkan dan menjelaskan pelajaran dengan sangat monoton. Namun karena itu adalah beasiswa penuh, saya mencoba untuk ikut tes di akhir bulan Desember 2012, niatnya hanya iseng saja. Betapa terkejutnya saya karena sebulan setelahnya saya mendapatkan pesan singkat dari pihak kampus bahwa saya dinyatakan lulus. Perasaan saya sungguh tak karuan, karena selepas tes saya tak merencanakan apapun. Ketika itu saya yakin bahwa saya tidak akan lulus. Saya benar-benar khawatir. Saya ceritakan semua kejadian ini pada kak Mailida yang ketika itu telah menjadi dosen honorer di kampus tempat dia berkuliah dulu. Mendengar kabar itu, kak Mailida kembali semangat untuk mengantarkan saya mengambil gelar sarjana dan berkata: “ karena adek sudah lulus, maka gunakan kesempatan itu, jangan sia-siakan. Dimana pun kita berada yang penting tetap belajar. Selama itu kebaikan, maka pelajarilah. Tak ada orang yang tak bisa, semua kita dilahirkan dengan potensi yang luar biasa. Jadi cobalah, walau kamu tak menyukainya, soal biaya hidup kakak akan carikan untukmu”. Mendengar petuah dan semangat kakak, saya akhirnya memutuskan untuk berangkat ke Banda Aceh menjalani perkuliahan dengan modal nekat dan tekad serta bekal uang seadanya untuk mencari kontrakan.
Setelah libur panjang usai, saya kembali ke Aceh untuk kembali melanjutkan perkuliahan. Semester ketiga dimulai tepat pada awal Januari 2014. Cerita baru muncul, saya tidak sanggup membayar uang kotrakan untuk setahun mendatang. Saya sungguh takut kali ini, sempat terpikir untuk meminjam uang pada teman-teman, namun saya takut jika saya tidah sanggup melunasinya, namun betapa bersyukurnya, sungguh Allah begitu banyak memberikan kemudahan kepada saya, saya mendapatkan kabar bahwa ternyata beasiswa yang dijanjikan kampus telah cairkan, semua uang saku setiap bulannya dikumpulkan dan di cairkan setiap akhir semester. Uang itu saya gunakan untuk membayar uang kontrakan selama setengah tahun kedepan. saya masih berjuang dengan sungguh dalam belajar. tetapi karena pola hidup yang kurang baik, saya jadi sering sakit dan jarang masuk kuliah. saya memutuskan untuk berhenti berkerja, namun betapa kagetnya saya ketika mengetahui bahwa kak Mailida ternyata juga memutuskan berhenti menjadi Dosen Honorer karena sebuah alasan yang tak saya mengerti, hingga membuatnya jarang mengirimkan uang belanja. Hari-hari berlalu begitu berat. Kak Mailida mulai menyerah pada saya. Di tak sanggup lagi membiayai kuliah saya. Namun semangat dalam diriku masih berkibar dengan bara yang menyala-nyala. Saya katakan pada kak Mailida bahwa saya tidak akan menyerah. Saya akan berjuang hingga akhir. Jika dia tidak sanggup mengirimkan uang bulanan saya, cukup kirimkan sayur dan beras hasil pertanian peninggalan ayah, sementara uang untuk setiap bulannya saya yang memikirkannya sendiri.
Mendengar kata-katanya saya teringat dengan adik-adik PAY Noordeen yang sempat saya kunjungi ketika libur musim panas. Saya hubungi orang tua kami semua pak Addizar untuk minta dido’akan agar diberikan kesembuhan dan kesanggupan dalam menjalani ujian. Dan sungguh luar biasa, do’a mereka terijabah oleh Allah. Saya sembuh dan hasil ujian saya sungguh sangat memuaskan. Saya masuk ke dalam 15 besar terbaik. Saya terus berjuang bertahan kuliah, sementara banyak diantara teman-teman yang harus berhenti karena tidak sanggup hingga terpaksa di keluarkan oleh pihak kampus (DO). Saingan saya dalam belajar semakin berkurang, kami hanya tersisa 38 orang lagi. Saya sangat takut jika menjadi orang yang berada di posisi terakhir di final akhir semester. Final penentu jalan saya selanjutnya. Saya masih berjuang belajar siang dan malam untuk mengalahkan kemalasan saya. Hingga sampailah pada hari penentuan setelah ujian final usai. Saya berhasil masuk ke dalam peringkat 10 terbaik dengan nilai akhir “jaid jiddan” kemudian pada tanggal 15 Desember 2014, saya dan seluruh teman seangkatan saya di wisudakan, saya dan beberapa teman berprestasi lainnya mendapatkan hadiah lulus bebas tes untuk masuk ke perkuliahan yang sebenarnya Takmili program D3 dan untuk meraih gelar sarjana S1 di LIPIA Jakarta yang akan menghabiskan 5 tahun lamanya. Saya sangat berharap bisa mengambil peluang ini, namun timbul kekhawatiran tentang biaya hidup yang sudah pasti akan lebih mahal dari pada di Aceh. Saya rasa saya akan sangat menyesal jika tak mengambil peluang ini, karena ini beasiswa penuh, tak sepeserpun uang di minta dari kami semua para mahasiswa/i termasuk uang SPP, justru kami diberikan fasilitas lengkap sampai ke buku panduan. Semua gratis, hanya persoalan biaya hidup di ibukota saja yang saya takutkan. Saya sudah pasti harus mengontrak rumah dan sebagainya. Sungguh besar harapan saya bisa terbang ke Jakarta. Hingga untuk pertama kalinya saya memberanikan diri meminta kepada kakak dan abang-abang saya yang lain, saya tahu mereka bukan tidak perduli pada saya, hanya saja mereka belum bisa membiayai sekolah saya selama ini, karena telah memiliki tanggungan anak dan istri. Saya memohon tiap orangnya memberikan uang 200 ribu untuk biaya ongkos pesawat saya. Betapa bersyukurnya saya bahwa ternyata mereka mengiakan permohonan saya. Sekarang, tiket keberangkatan sudah di tangan saya. Tinggal kesiapan mental dan dana hidup di jakarta yang nantinya harus saya pikirkan. Dan ketika itu pula saya mulai memperbaiki niat saya untuk melanjutkan kuliah dengan sungguh-sungguh agar dapat memperbaiki kehidupan saya dengan ilmu dan mengangkat derajar almarhum kedua orang tua saya. Agar tak ada lagi perbedaan antara saya dan teman-teman yang lainnya, agar tak ada lagi istilah pandang sebelah mata, untuk anak-anak yang kurang beruntung seperti saya.
|