Oleh: Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., M.Ag., Psikolog Show Salah satu kehidupan manusia adalah suka berbuat salah dan dosa. Manusia membutuhkan cara untuk menutupi kekurangannya itu, khususnya dosa yang terarah kepada sesama manusia. Saat orang lain berbuat salah dan dosa yang terarah kepada kita, kita diajari untuk memaafkan. Saat kita berbuat salah dan dosa kepada orang lain, kita diajari untuk meminta maaf. Tulisan ini akan melakukan kajian terhadap dua hal di
atas, yaitu memaafkan dan meminta maaf. “Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan ketakutan, kelaparan, kehilangan harta dan jiwa. Namun, berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang yang apabila ditimpa musibah mengucapkan ‘sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un). Yang harus menjadi kepastian dalam diri kita adalah apapun yang terjadi,
termasuk perilaku orang lain yang menyakitkan hati kita, terjadi karena Allah ‘azza wa jalla mengizinkannya. Tidak mungkin suatu peristiwa terjadi kalau Allah tidak mengizinkannya. Seekor nyamuk tak akan menyentuh kulit apalagi sampai menghisap darah kita kalau Allah tidak mengizinkan. Tidak mungkin ada tamparan mendarat di muka kita kalau Allah tidak mengizinkan. Kalau Allah menghendaki atau mengizinkan suatu kerugian menimpa kita, pasti Allah punya maksud. Maksud utamanya adalah menguji kita
dengan cara memberi cobaan kepada kita. Bila punya cara berpikir ilahiyah sebagaimana di atas, maka kita akan sampai kepada pemahaman “Allah sedang menguji saya”. Orang yang mampu bersabar, maka Allah bersamanya. Innallaha ma’ash-shabirin. “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. Memaafkan adalah proses untuk menghentikan
perasaan dendam, jengkel, atau marah karena merasa disakiti atau didzalimi. Lebih dari itu, pemaafan juga proses menghidupkan sikap dan perilaku positif terhadap orang lain yang pernah menyakiti . Oleh Nashori (2014), pemaafan dapat diartikan kesediaan untuk meninggalkan hal-hal yang tidak menyenangkan yang bersumber dari hubungan interpersonal dengan orang lain dan menumbuhkembangkan pikiran, perasaan, dan hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain yang melakukan pelanggaran secara
tidak adil Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Termasuk pengertian memohonkan ampun bagi mereka adalah mendoakan kebaikan bagi mereka, mengusahakan kebaikan bagi mereka, dan sebagainya. Melalui ayat tersebut, Allah juga memerintahkan manusia agar luka yang pernah ada jangan sampai semakin menganga dikarenakan munculnya sebab kemarahan, yaitu dengan bermusyawarah. Oleh karena itu, bermusyawarahlah sebagaimana disampaikan ayat di atas dimaksudkan agar dua orang atau lebih yang pernah konflik hendaknya membuat kesepakatan-kesepakatan sebelum bekerjasama lagi agar peristiwa yang menyakitkan hati tidak lagi terulang. Meminta Maaf Salah satu pengetahuan yang sudah lama kita
simpan berkaitan dengan masalah ini adalah dosa orang tidak dimaafkan kecuali korban atau orang yang dirugikan memberi maaf. Memang ada kemungkinan orang yang menjadi korban dari perbuatan dzalim kita akan memberi maaf. Namun, ada kemungkinan juga dia tidak memberikan maaf. Dia simpan kebencian dan kemarahan dalam hatinya. Kalau itu yang terjadi, dosa tetap tersandang dalam diri kita. Daftar Pustaka Bagaimana cara memaafkan orang yang sudah menyakiti hati kita?Simak ulasan beberapa cara memaafkan orang yang pernah menyakiti kita.. Terima perbedaan. ilustrasi orang berbeda pendapat (freepik.com/rawpixel.com) ... . Mengingat kebaikan yang pernah ia lakukan. ... . 3. Jangan terlalu fokus pada kesalahan. ... . 4. Introspeksi diri. ... . Membangun kembali kepercayaan anatar sesama.. Bagaimana cara memaafkan dalam Islam?5 Cara Memaafkan Orang Lain menurut Islam, Sebaiknya Diamalkan. Yakin bahwa memaafkan ialah ketentuan Allah. Pexels/George Milton. ... . 2. Ingat dosa-dosa yang ada pada masa lalu. Pexels/Zen Chung. ... . 3. Amalkan bahwa sabar mendatangkan pahala. ... . Percaya segala perbuatan akan dibalas. ... . Jadikan sebagai pengalaman dan pelajaran.. Apa hukumnya memaafkan orang yang salah?Dapat dikatakan, hukum memaafkan dalam Islam tentunya sangat dianjurkan. Berikut ayat Al Quran tentang perintah memaafkan dalam Islam. Artinya: “Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Bagaimana jika seseorang tidak mau memaafkan kita?Susah memaafkan akan membuat kamu mengalami hal-hal berikut ini: Membawa kemarahan dan kepahitan ke dalam setiap hubungan dan pengalaman baru. Menjadi begitu tertutup dan dibayangi kesalahan masa lalu sehingga kamu tidak bisa menikmati hari ini. Menjadi depresi atau cemas.
|