Berikut ini yang termasuk media internal humas adalah

Saat saya menjadi pendamping Himpunan Kemahasiswaan (HIMA) jurusan PendidikanEkonomi (2014), saya dan teman-teman mahasiswa membuat beberapa strategiuntuk kemajuan Hima jurusan, diantaranya adalah publisitaskegiatan yang telah dilakukan oleh Hima.

Mengapa publisitas dilipih oleh kita sebagai strategi? Menurut saya, karena kegiatan yang telah dilakukan oleh Hima Pendidikan Ekonomi (PE) sangat bagus, namun publikasi atau informasi mengenai kegiatannya hanya diketahui oleh pendamping dan mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan tersebut (Hima PE).

Kita (saya dan Hima PE) melakukan strategi publisitas melalui selebaran mengenai kegiatan yang telah dilakukan. Untuk diberikan kepada pimpinan fakultas dan jurusan. Tujuannya sederhana, yaitu agar pimpinan mengetahuikegiatan yang telah dilakukan oleh Hima PE.

Selain membuat selebaran, kita juga meng-email ke bagian humas Unnes mengenai pemberitaan kegiatan yang telah dilakukan Hima. Namun, tidaklah mudah untuk memasukkan berita di website Unnes, meskipun email tersebut sudah dilengkapi dengan foto kegiatan, pengirim berita (panitia kegiatan), dan file yang berisi tentang kegiatan tersebut.

Hal ini, menjadikan saya “penasaran” untuk (1) mengetahuitentang jenis media eksternal humas, (2) mengetahui dan memaparkan pedoman dalam menjalankan hubungan yang baik antara humas dan media.

Jenis Media Eskternal

Pertama, internet. Internet merupakan revolusi komunikasi yang sangat luas dan mendalam. Dunia digital telah mengubah komunikasi antara organisasi dengan berbagai publik yang berbeda (Cutlip, 2007:287).

Metode komunikasi berbasis internet telah mengubah perilaku media dalam komunikasi organisasi publik. Menurut Cutlip (2007), bahwa word wide web memiliki potensi untuk membuka komunikasi dengan audien diseluruh dunia. Ia memiliki kekuatan untuk mengirim pesan seketika ke publik, dan menerima pesan merekadalam 24 jam. Sehingga, ia sangat penting bagi komunikasi humas.

Menurut pengamatan penulis, bahwa internet mampu “menyedot” perhatian publik terhadap suatu lembaga. Lembaga dapat menggunakan website dalam menyebarkan informasi. Bahkan trend sekarang melalui facebook, seperti humas Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Kariadi dalam memberitakan ke publik melalui facebook.

Kedua, Koran. Koran merupakan alat utama dalam sistem informasi. Saat orang berbicaratentang publisitas, mereka secara naluriah mencari ke koran. Karenabeberapa alasan yangkuat, yaitu koran menjadi dasar informasi (Cutlip, 2007:290).

Penulis sepakat dengan pendapat Cutlip, misal di Indonesia kebanyakan akademi mempercayai dengan informasidan data-data yang disajikan oleh koran Kompas. Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari Profesor Dr. Etty Susilowati, M.Si, bahwa kebaharuan informasi yang diperoleh oleh Kompas itu up-to date, bahkan bisa dipertanggungjawabkan. Kompas sendiri memiliki Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) yang kredibel.

Katakanlah, Kompas dalam quick count saat Pilihan Presiden (Pilpres) tahun 2014 memperoleh data pasangan nomor satu (Prabowo-Hatta) sebanyak 47,66%, dan pasangan nomor dua (Jokowi-JK) sebanyak 52,34%, selisih suara 4,68%.

Menurut hasil perhitungan dari Komisi Pemulihan Umum (KPU), diperoleh pasangan nomor urut satu (Prabowo-Hatta) sejumlah 46,85%, dan pasangan nomor urut dua (Jokowi-JK) sebanyak 53,15%, selisih suara 6,30%.

Maknanya, adanya kesamaan data antara KPU dan Kompas. Sehingga, Balitbang Kompas memiliki kredibilitas dan transparansi informasi terhadap publik.

Ketiga, majalah. Menurut Cutlip (2007), bahwa majalah menyediakan serangkaian media komunikasi yang bervariasi untuk menjangkau audien yang memiliki minat yang sama. Majalah yang terkenal seperti Time, National Geographic, Forbest, dan lainya mampu menjangkau audien yang luas. Di Indonesia, majalah untuk audien yang lebih sempit antara lain Laptop, Bobo, SWA, Hidayah, Arsip, Ummi, Teacher Guide, Kick Andy, Detik, Tempo, dan lainnya.

Cutlip (2007) pasar majalah yang terus berubah – dari publikasi umum ke khusus – merefleksikan perubahan minat dan gaya hidup suatu bangsa. Sehingga, majalah memiliki beberapa keuntungan, yaitu informasi yang disampaikan dalam majalah lebih tahan lama dibanding koran. Hal inimenjadikan pembaca memiliki kesempatan untuk mengulangi bacaan, mendiskusikan, mendebat informasi yang ada dalam majalah.

Misal, pembaca A tertarik dengan permasalahan bangunan di Indonesia yang memiliki nilai arsip yang tinggi, maka ia akan mencari majalah Arsip. Ia akan membacanya berulang-ulang, mendiskusikan, dan memberikan tanggapan melalui surat pembaca di majalah tersebut.

Keempat, Radio. Radio menawarkan berbagai kemungkinan publisitas yang luas. Ia adalah media yang cocok bagi orang yang mobile (Cutlip, 2007:298). Saya memaknai mobile, yaitu orang yang beraktifitas dimana saja dan kapan saja. Misal di kamar tidur, mobil, pantai, hutan, tengah laut, saatpagi, siang, sore, dan malam hari.

Menurut pengamatan penulis, kebanyakan orang saat berangkat ke kantor dengan menggunakan mobil, ia mendengarkan radio. Ia beralasan, melalui radio mendapatkan informasitentang lalu lintas yang akan dilewatinya, berita terkini, atau selingan lagu-lagu. Bahkan, melalui radio ia mampu melaporkan keadaan perjalanannya ke kantor, tidak macet ataulancar, ke stasiun radio tertentu yang mengagendakan keadaan lalu lintas di jalan, seperti radio el Shinta.

Kelima, televisi. Peneliti Jerman, Newton N. Midom dalam Cutlip (2007) mengatakan TV bukan hanya menyebabkan perubahan dalam menyelesaikan masalah, tetapi juga menimbulkan konsekuensi terhadap pilihan pemirsa. Misal, di Indonesia ada program Hallo Polisi. Program acara tersebut menayangkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh kepolisian ditingkat nasional, propinsi, kabupaten, dan kecamatan. Ia juga menampilkan profil polisi yang sukses, dan membuka diskusi melalui via telepon kepada masyarakat untuk melaporkan informasi mengenai tugas polisi.

Penulis pernah melihat tayangan Hallo Polisi edisi 4 Oktober 2014,program tersebut menayangkan Polisi Resort (Polrest) Magelang sedang me-launching kegiatan di daerahnya yaitu Kulonuwun. Di mana, anggota polisi silaturahmi ke warga masyarakat untuk mengenalkan berbagai program polisi, memberikan informasi tentang lalu lintas, dan ajang silaturahmi dengan publik.

Pedoman Hubungan Media yang Baik

Cutlip (2007:310) mengatakan hubungan humas dan jurnalis mempengaruhi kualitas liputan organisasi. Hubunganyang baik, dapat dihasilkan apabila humas mengikuti aturan dasar, yaitu sampaikan dengan jujur, beri layanan, jangan merengek atau mengomel, jangan minta untuk membungkam suatu berita, dan jangan banjiri media.

Jujur. Jurnalis menunjukkan berita yang baik dan buruk cenderung seimbang, sehingga jika praktisi jujur dengan berita buruk, maka mereka lebih dipercaya ketika memberikan berita baik.

Beri layanan. Cara tercepat dan pasti mendapatkan kerja sama dengan jurnalis adalah memberi berita dan gambar yang layak, menarik, baru sesuaikeinginan mereka dan dalam bentuk yang bisa mereka gunakan dengan mudah.

Janganmerengek atau mengomel. Tak ada yang menjengkelkan bagi seorang wartawan, editor, dan direktur berita, selain humas yang mengemis agar beritanya dimuat atau humas yang mengeluhkan tentang pemuatan berita. Jurnalis telah mengembangkan objektivitas jurnalistik dan nilai berita.

Jangan minta untuk membungkam. Humas tidak punya hak meminta suatu berita. Upaya ini, akan menimbulkan kemarahan bagi pers.

Jangan banjiri media. Tips agar humas dalam memberikan berita kepada pers, yaitu berikan apa yang dianggap sebagai berita oleh wartawan, perbaharui terus mailing list media, dan kirim hanya pada satu wartawan – paling tepat – untuk masing-masing media. (Cutlip, 2007:313).

Berdasarkanpenjelasan di atas, penulis merefleksikan dari pemberitaan kegiatan Hima yang dikirim ke humas Unnes, mengapa tidak dimuat? Mungkin, tidak mengandung berita? Mungkin tidak ada penanggung jawab berita? atau kurang mewakili pengirim berita?Mungkin jugaadanya perubahan email humas Unnes? Ataukah strategi Hima dalam mengirimkan berita ke media kurang tepat? Seharusnya tidak melalui humas Unnes? Melainkan ke media koran? Radio? Dan berbagai pertanyaan lainnya. Dari pertanyaan-pertanyaan di atas diskusikan dengan teman saudara mengenai tidak dipublikasikannya berita tersebut.

Daftar Pustaka

Cutlip. 2007. EffectivePublic Relations. (terjemahan oleh Tri Wibowo). Jakarta: Kencana.

Lampiran

Berita Hima tentang kegiatan debat

FE UNNES VS FE UNISSUL

Sabtu, 20 September 2014 pukul 08.00 WIB telah dilaksanakannya lomba debat ekonomi atau yang dikenal dengan nama Economics Competition for Problem Solving (Ecompos). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi di gedung C7 lantai 3 Fakultas Ilmu Sosial Unnes. Kegiatan ini memegang tema “menyukseskan AEC 2015 melalui bidang ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya.

Sumber : dokumen panitian kegiatan

Kegiatan ini diikuti tidak hanya diikuti oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang, tetapi juga diikuti oleh Universitas lain. Peserta lomba debat tersebut adalah Universitas Islam Sultan Agung (Unisulla) Semarang dan Unnes. Dari FE Unnes sendiri mengirimkan lima tim yang terdiri dari perwakilan LK/BSO se-FE Unnes, dan 3 tim dari Unisulla. Dapat dikatakan, lomba ini, FE Unnes “menjamu” FE Unnissula.

Ada empat juri yang kompeten dalam bidangnya, yang menilai keakuratan jawaban peserta. Dewan jurinya yaitu Dr. Amin Pujiati, SE., M.Si., Agung Yulianto, SE., M.Si., Badingatus Shalihah, SE., M.Si., dan Khasan Setiaji, S.Pd., M.Pd. Acara dimulai pukul 08.00 oleh pendamping kemahasiswaan jurusanpendidikan ekonomi, yaitu Agung Kuswantoro, S. Pd, M. Pd.

Tema lomba debat adalah issue AEC 2015. Kegiatan ini terbagi menjadi tiga tahap. Tahap yang pertama adalah babak penyisihan, di mana masing-masing tim berdebat mengenai mosi yang sudah dipilih oleh peserta. Dalam babak penyisihan ini dimenangkan oleh dua tim dari Unnes dan 2 tim dari Unisulla dan keempat tim tersebut berhak masuk kedalam tahap dua yaitu tahap semi final. Tahap 2 ini tidak berbeda jauh dengan tahap 1 yaitu peserta diminta untuk memaparkan pendapat-pendapat mereka tentang mosi yang sudah diilih oleh peserta. Tahap dua ini dimenangkan oleh 1 tim dari Unnes (Mursal Fajar dkk)dan 1 tim dari Unisulla (Putri dkk). Kedua tim tersebut berhasil masuk kedalam babak final. Pada babak final ini tim Unnes menjadi tim Pro dan tim dari Unisulla menjadi tim Kontra. Debat berjalan begitu panas karena kedua tim tersebut sama-sama memiliki data-data pendukung yang valid sehingga menjadi poin plus untuk keduanya. Akan tetapi setiap perlomba pasti akan ada pemenangnya, dan pemenang lomba debat Ecompos pada tahun ini adalah tim dari Universitas Islam Sultan Agung (Unisulla) sebagai tim kontra.

Lomba debat seperti ini, harus tetap dipertahankan dalam suatu agenda rutin oleh Hima pendidikan ekonomi. Selain untuk menambah pengetahuan para mahasiswa, tetapi juga untuk melatih mental mahasiswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya di depan umum tentang suatu permasalahan yang sedang update di lingkungan masyarakat atau negara.

“Lomba Ecompos ini sangat bagus dan menarik, tema serta mosi-mosi yang dijadikan sebagai bahan perdebatan pun bagus dan menantang. Lomba ini harus tetap diadakan setiap tahunnya, dan akan lebih baik lagi jika tidak hanya untuk lingkup mahasiswa se-Semarang saja, tetapi juga bisa se-Jawa Tengah.” Ucap Putri (Ketua tim Juara 1 dari Unissula).

Pengirim berita : Wiwi Indriyani, sekretaris kegiatan E Compos