Berapa harga total instalasi plts atap

Bisnis.com, JAKARTA – PT PLN (Persero) menerangkan cara perhitungan biaya investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap bagi pengembang atau developer properti.

Vice President Director PLN Hikmat Drajat mengatakan perhitungan biaya tersebut perlu dilakukan oleh pengembang karena pemasangan PLTS merupakan investasi jangka panjang.

“Agar pengembang dapat menentukan biaya investasi yang perlu digelontorkan untuk memasang PLTS atap, pengembang perlu menghitung untuk membandingkan biaya instalasi PLTS atap dengan biaya pembayaran listrik PLN. Ini perlu dilakukan karena instalasi PLTS atap merupakan investasi jangka panjang, yakni 10 sampai 15 tahun,” papar Hikmat kepada Bisnis, Jumat (03/06/2022).

Menurut Hikmat, harga PLTS atap saat ini sudah lebih terjangkau dibandingkan dengan lima tahun lalu sehingga tidak memberatkan pengembang.

“Lima tahun lalu, harga PLTS atap mencapai Rp24 juta per kWp. Sekarang, harga PLTS atap rata-rata Rp15 juta per kWp, sehingga tidak memberatkan developer,” ungkap Hikmat.

Adapun pengeluaran pengguna PLTS atap, menurut Hikmat, dapat diketahui melalui perhitungan PLTS atap selama jangka waktu tertentu.

“Harga PLTS atap sekarang di kisaran Rp15 juta per kWp. Artinya harus dihitung untuk 1 kWp yang dihasilkan PLTS atap tersebut bisa memproduksi listrik berapa kWh per bulan. Selanjutnya, umur PLTS atap di-set misalnya untuk 10 tahun, maka bisa dihitung biaya rata-rata per kWh per bulan,” urainya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan pengembang yang ingin memasang PLTS atap di perumahan dapat mengajukan permohonan sesuai dengan ketentuan pada Permen ESDM No. 26 Tahun 2021.

“Developer yang ingin memasang PLTS atap harus mengajukan permohonan pembangunan dan pemasangan Sistem PLTS atap kepada Pemegang IUPTLU [Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum] dengan tembusan kepada Dirjen EBTKE dan Dirjen Ketenagalistrikan,” ucap Hikmat.

Hikmat mengatakan dengan memasang PLTS atap, maka listrik yang dihasilkan pada siang hari bisa diekspor atau ditransfer ke PT PLN (Persero) dan malamnya konsumen bisa kembali mengambil listriknya dari PLN.

"Kalau memasang PLTS atap, karena konsumsi listrik pada siang hari lebih rendah dibandingkan malam, listrik ini disalurkan dulu ke PLN, pada malam hari pelanggan bisa mengambil dari PLN," terangnya.

Dia menyarankan bagi pelanggan yang ingin memasang PLTS atap, sebaiknya memilih PLTS non-baterai.

“Pelanggan bisa memilih PLTS non-baterai, selanjutnya membeli appliances yang memiliki baterai kecil, itu jauh lebih murah jadi tidak tergantung grid PLN, bisa menjadi saving,” jelasnya.

Sebelumnya, Executive Vice President Komunikasi Korporat PLN dan TJSL PLN Diah Ayu Permatasari menegaskan PLN selalu mendukung pengembangan PLTS atap untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT).

“Sebagai bentuk komitmen PLN mendukung pengembangan PLTS atap, hingga April 2022, tercatat ada 5.547 pelanggan PLN dengan total kapasitas PLTS sebesar 60.112 kWp,” kata Diah dalam keterangannya, (20/05/2022).

Sebagai informasi, Kementerian ESDM telah menetapkan PLTS atap dengan target 3,6 gigawatt pada 2025 sebagai program strategis nasional. Penetapan PLTS atap sebagai program strategis nasional bertujuan untuk mempercepat pencapaian target energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Editor : Amanda Kusumawardhani

Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

Jakarta - Harga panel surya di Indonesia saat ini berada di kisaran US$ 1/Watt peak (Wp) atau US$ 1.000/kilowatt peak (kWp). Tiga tahun lalu, harga solar panel masih sekitar US$ 1.500/kWp, jadi sudah menurun sekitar 30% dalam 3 tahun.

Jika dikonversi dalam rupiah, harga panel surya dengan kapasitas 1 kWp sekitar Rp 13,2 juta. Ditambah biaya instalasi di atap rumah, biayanya sekitar Rp 15 juta/kWp. Untuk kebutuhan listrik rumah tangga, kira-kira perlu 1-2 kWp alias 1.000-2.000 Watt peak (Wp).

Sekarang sudah semakin banyak rumah-rumah yang memakai panel surya di atap untuk memenuhi kebutuhan listrik pada siang hari. Tapi pemakainya masih terbatas di masyarakat kelas menengah atas. Sebab, biaya yang dibutuhkan setidaknya Rp 15 juta, belum terjangkau masyarakat Indonesia pada umumnya.

Meski demikian, uang yang diinvestasikan untuk memasang panel surya bisa segera kembali dalam 4 tahun. Panel surya memberi manfaat langsung berupa penghematan tagihan listrik.

"Pasang solar panel 1 kWp biayanya sekitar Rp 15 juta. Tapi dengan listrik yang diproduksi panel surya, tagihan listrik PLN jadi turun. Kira-kira 7 tahun bisa balik modal," kata Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Arya Rezavidi, kepada detikFinance, Jumat (15/9/2017).

Panel surya dengan kapasitas 1 kWp dapat menghasilkan listrik selama 8 jam dari pukul 08.00 sampai 16.00. Dengan intensitas sinar matahari di Jakarta, total yang dihasilkan kurang lebih 3,5 kWh. Maka konsumsi listrik dari PLN berkurang 3,5 kWh per hari atau setara dengan Rp 5.000 (tarif listrik PLN Rp 1.400/kWh). Berarti dalam sebulan, tagihan listrik berkurang Rp 150.000.

Di daerah-daerah lain yang sinar mataharinya lebih kuat, misalnya Nusa Tenggara Timur (NTT), listrik yang dihasilkan bisa sampai 4-4,5 kWh per hari.

"Kalau listrik dari panel surya dipakai 3,5 jam per hari saja, menghasilkan listrik 3,5 kWh, maka dalam sebulan jadi sekitar 100 kWh. Penghematannya adalah 100 dikali Rp 1.400/kWh (tarif listrik PLN), itu yang dihemat," paparnya.

Di tahun ke-8 dan seterusnya, pemilik rumah sudah menikmati keuntungan dari panel surya. Energi dari sinar matahari tentu tak akan habis, hanya mahal di awal saja tapi selanjutnya sangat murah, dan tidak menghasilkan polusi seperti halnya energi fosil.

Arya menambahkan, harga panel surya dan baterai pembangkit listrik tenaga surya semakin murah, tren harganya ke depan makin turun. "Ke depan akan ada revolusi di kelistrikan. Dalam 2-3 tahun terakhir panel surya roof top booming di Jepang, Jerman, Australia, dan sebagainya," tegasnya.

Sekarang diperkirakan ada 10 juta rumah di Pulau Jawa yang termasuk kelas menengah atas. Kalau sepersepuluhnya saja memasang solar panel berkapasitas 1 kWp di atap rumah, sudah ada tambahan listrik 1.000 Megawatt (MW) dari tenaga surya.

Ia optimistis panel surya bakal populer di Indonesia. Bersama pemerintah dan berbagai asosiasi lainnya, AESI membidik pemasangan panel surya di sejuta atap rumah. "Kalau 1 juta rumah saja pasang 1 kWp, berarti sudah 1.000 MW, sudah cukup besar," tutupnya. (mca/mkj)

Berapa biaya pasang PLTS atap?

Kisaran biayanya sebesar Rp 14 juta sampai Rp 17 juta per kWp. Namun itu tergantung kapasitasnya. "Itu sudah termasuk dengan konverter dan segala macam, tapi di luar membeli meteran karena meterannya harus beli ke PLN yang harganya sekitar Rp 1,7 juta," ujarnya dikutip dari Antara pada 9 Mei 2022 lalu.

Berapa investasi PLTS?

Selasa, 1 Juni 2021 17:30 WIB Namun kini, biaya pemasangan solar panel rata-rata hanya sekitar US$ 400-500 di tingkat dunia. Sedangkan di Indonesia, biaya investasi pemasangan PLTS berkisar Rp 13-18 juta.

Apakah pasang PLTS perlu izin?

Dalam pemasangan panel surya dengan tegangan listrik mencapai 500 Kva perlu mempunyai izin untuk dapat beroperasi.

Berapa panel surya yang dibutuhkan untuk 1 rumah?

Jika pelanggan PLN akan berniat memasang panel tenaga surya atap rumah, bisa memilih sesuai kebutuhan listriknya, misalnya 1.000 Wp (1 kWp) hingga 2 kWp. Artinya diperlukan sekitar 4-8 panel modul surya untuk menghasilkan daya sebanyak 1-2 kWp. Daftar dan berlangganan Espos Plus sekarang.