Sabtu, 04 September 2021 / 5:48 pm Show
KENDARI, TELISIK.ID - Bumi yang berdiri bangunan di atasnya dan pijaki, mempunyai lempeng bumi yang senantiasa bergerak. Negara kita dilalui pertemuan tiga lempeng tektonik. Ketiga lempeng itu adalah lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Itulah yang menjadikan Indonesia menjadi wilayah yang rawan gempa. Berikutnya, alasan banyaknya gunung berapi karena pertemuan lempeng itu terdapat aktivitas magma. Pergerakan lempeng bumi ini dikategorikan menjadi dua, yaitu aktivitas tektonisme dan aktivitas vulkanisme. Pergerakan lempeng bumi masuk dalam aktivitas tektonisme, dan aktivitas vulkanisme mengindikasikan adanya aktivitas gunung berapi. Gerakan tektonik adalah gerak yang berasal dari dalam bumi karena kerak. Lapisan bumi mengalami gerakan secara terus-menerus. Gerak ini menyebabkan tinggi-rendahnya permukaan bumi. Gerakan tektonik dapat menimbulkan retakan, lipatan, lekukan, dan patahan. Lempeng-lempeng tektonik itu mengapung dan bergerak di atas lapisan inti bumi yang cair, sangat panas, dan selalu bergolak. Gerakan itu selalu terjadi. Gerakan ini tidak kita rasakan karena sangat lambat. Namun terukur sebesar 0-15 cm per tahun.
Dilansir dari Ruangguru.com, terdapat dua jenis gerakan tektonik. Kedua jenis gerakan tektonik itu disebut gerakan epirogenetik dan gerakan orogenetik. 1. Gerak Epirogenetik Gerak epirogenetik adalah gerakan naik-turunnya kulit bumi dengan tenaga yang lambat dan meliputi daerah yang luas. Gerakan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu positif dan negatif. Gerakan epirogenesa positif mengarah ke bawah dan menyebabkan daratan turun. Sehingga, permukaan laut seolah-olah naik. Gerakan epirogenesa negatif membuat daratan naik karena gerakan tersebut mengarah ke atas. Hal itu yang menyebabkan permukaan laut seolah-olah turun. 2. Gerak Orogenetik Gerak orogenetik terjadi relatif cepat dan memiliki daerah lingkup yang sempit. Bentuk gerakan orogenetik antara lain lipatan, patahan, atau retakan. Renggangan pada lempeng menjadikan patahan. Patahan yang lebih tinggi disebut Horst dan patahan yang lebih rendah disebut Graben. Kompresi lempeng mengakibatkan terjadinya lipatan. Lipatan yang lebih tinggi disebut Antiklinal dan yang lebih rendah disebut Sinklinal.
Batas Lempeng Pergerakan pada lempeng juga membentuk bagian yang disebut batas lempeng. Batas lempeng tersebut dibagi menjadi batas lempeng divergen, batas lempeng Konvergen, dan batas lempeng sesar. Untuk lebih jelas simak tiga jenis batas lempeng seperti dilansir dari Kumparan.com. 1. Gerakan Konvergen Gerakan konvergen adalah gerakan lempeng-lempeng tektonik yang saling mendekat sehingga menimbulkan tumbukan. Tumbukan ini dapat membentuk palung samudra atau pegunungan. Lempeng samudera memiliki berat jenis lebih berat daripada lempeng benua. Sehingga jika tumbukan terjadi, maka lempeng samudera akan melengkung masuk ke bawah lempeng benua. Kejadian itu membentuk palung di dasar lautan. Contohnya palung Mariana di perbatasan lempeng Eurasia dan lempeng pasifik. Tumbukan lempeng benua dan lempeng benua, akan menyebabkan lempeng tektonik terangkat dan jadilah pegunungan tinggi. Contohnya gunung Himalaya yang merupakan tumbukan antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. 2. Gerakan Divergen Gerakan divergen adalah gerakan lempeng-lempeng tektonik yang saling menjauh. Karena gerakan yang menjauh, timbul retakan-retakan yang menjadi jalan keluar magma. Magma naik ke permukaan dan mendesak permukaan bumi, sehingga menyebabkan terbentuknya lapisan permukaan bumi yang baru. 3. Gerakan Sesar Mendatar Gerakan sesar mendatar adalah gerakan lempeng kulit bumi yang saling bergesekan dalam posisi yang sama datar dan sejajar, dengan berlawanan arah. Contohnya adalah sesar San Andreas di California, Amerika Serikat. (C) Reporter: Haidir Muhari Editor: Fitrah Nugraha
Lempeng merupakan bagian materi penyusun bumi yang paling atas. Lempeng ini memiliki ketebalan hingga 100 km (Stein, 2003). Bagian atas bumi terdapat lapisan lithosphere yang terdiri atas kerak bumi dan mantel bumi yang bersifat kaku dan padat. Bagian lithosphere ini terbagi menjadi lempeng-lempeng tektonik. Lempeng tektonik terdiri atas lempeng benua dan lempeng samudera. Teori lempeng tektonik erat kaitannya dengan teori pergerakan benua. Sekitar 250 juta tahun yang lalu, lempeng-lempeng tektonik tergabung dalam satu benua besar yaitu Pangea. Menurut teori pergerakan lempeng benua, satu benua besar tersebut pecah menjadi dua benua besar yaitu Laurasia dan Gondwana. Kemudian kedua benua besar tersebut terus mengalami perpecahan hingga membentuk daratan dan samudera seperti sekarang. Proses pecahnya lempeng benua pertama yaitu Pangea menurut teori pergerakan lempeng benua. Proses perpecahan lempeng benua ini membentuk membentuk daratan dan samudera seperti sekarang, sehingga daratan yang terbentuk sekarang dapat digabungkan kembali seperti puzzle. Proses terbentuknya dua lempeng tektonik, yaitu lempeng benua dan lempeng samudera dimulai dari adanya gaya konveksi mantel pada lempeng benua. Gaya konveksi mantel ini merupakan gaya yang ditimbulkan karena adanya tekanan panas bumi. Selama berjuta-juta tahun, adanya gaya konveksi mantel ini mengakibatkan timbulnya suatu celah dan memisahkan satu lempeng benua menjadi dua bagian. Seiring bertambahnya waktu celah antar lempeng benua tersebut menjadi semakin lebar dan membentuk lempeng samudera. Terdapat tujuh lempeng utama penyusun permukaan bumi yaitu lempeng Afrika, lempeng Antartika, lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara (North-America), lempeng Amerika Selatan, dan lempeng Pasifik (Kious dan Tilling, 1996). Referensi : Kious, J.W. dan Tilling, R.I., 1996, “The Dynamic of Earth : The Story of Plates Tectonics”, Online Edition, USGS. Stein, S., M. Wysession, 2003, ”An Introduction to Seismology, Earthquake, and Earth Structure, Blackwell Publishing. USGS, United States Geological Survey, http://pubs.usgs.gov/gip/dynamic/ (diakses tanggal 7 Mei 2015).
Penulis: Addi M Idhom View non-AMP version at tirto.id tirto.id - Gempa terjadi ketika ada pelepasan energi dari dalam bumi secara mendadak. Proses ini ditandai oleh patahnya lapisan batuan tertentu di kerak bumi. Energi pemicu gempa terlepas setelah mengalami akumulasi dalam jangka waktu tertentu. Mengutip laman BMKG, akumulasi energi yang muncul dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Pergerakan dapat membuat lempeng-lempeng bumi saling mengunci sehingga memicu pengumpulan energi. Saat batuan di lempeng tektonik tidak mampu lagi menahan desakan akibat pergerakan yang terus berlangsung, energi yang terakumulasi tadi terlepas. Proses yang memicu guncangan gempa ini biasa terjadi di sekitar jalur sesar atau patahan. Maka dari itu, dalam laporan peristiwa gempa bumi kerap keluar istilah pergerakan lempeng tektonik dan patahan (sesar). Kedua fenomena itu juga termasuk di antara faktor penyebab muka bumi mempunyai bentuk bervariasi, bukan hamparan datar. Lempeng adalah materi penyusun bumi di lapisan paling atas. Merujuk sebuah ulasan di situs UGM, lempeng bumi bisa mempunyai ketebalan hingga 100 kilometer. Lempeng-lempeng tektonik yang tidak stabil dan terus bergerak itu merupakan bagian dari litosfer, lapisan bumi terluar serta kerap disebut kulit bumi. Sementara patahan atau sesar, dalam ilmu geologi, didefinisikan sebagai bidang rekahan yang dipengaruhi oleh pergeseran relatif satu blok batuan terhadap blok lainnya. Jarak pergeseran blok batuan dan luas bidangnya bisa berukuran milimeter hingga kilometer. Sesar besar umumnya muncul karena gaya tektonik pergerakan lempeng. Jenis-jenis Pergerakan Lempeng Tektonik dan ContohnyaTipisnya lapisan kulit bumi menyebabkan bagian ini mudah terpecah menjadi semacam potongan-potongan yang tidak beraturan. Potongan-potongan kulit bumi ini disebut dengan lempeng tektonik.
Infografik SC Lempeng Tektonik. tirto.id/Quita Menukil penjelasan dalam Modul Geografi terbitan Kemdikbud (2020), lempeng-lempeng tektonik selalu bergerak, secara vertikal maupun horizontal, akibat pengaruh arus konveksi dari lapisan bawahnya, astenosfer. Pergerakan lempeng tektonik ini dapat memicu perubahan letak maupun bentuk kulit bumi. Kajian terhadap fenomena labilnya kerak bumi berkembang, salah satunya berkat studi dari ahli meteorologi dan geofisika Jerman, Alfred Lothar Wegener. Melalui bukunya, The Origin of Continents an Oceans (1915), Wegener merumuskan teori lempeng tektonik.
Baca juga: Wegener merumuskan teori bahwa dataran benua di bumi sesungguhnya terapung serta bergerak di atas massa yang relatif lembek. Oleh sebab itu, teori Wegener disebut pula teori pengapungan kontinen yang menyimpulkan bahwa kerak bumi tidak bersifat permanen, melainkan senantiasa bergerak secara mengapung. Ada 7 lempeng tektonik paling utama di dunia, yakni:
Sebagai bagian dari kerak bumi yang tidak stabil, lempeng-lempeng di atas terus bergerak. Dilihat dari bentuk dan dampaknya, jenis pergerakan lempeng tektonik bisa dibedakan menjadi 3 macam, yaitu transform, divergen, dan konvergen. Penjelasan tentang 3 jenis pergerakan lempeng itu adalah sebagai berikut:
Sementara jika dilihat dari segi luas dan waktu terjadinya, pergerakan lempeng tektonik bisa dibedakan menjadi 2, yaitu gerak epirogenetik dan gerak orogenetik. Adapun detail penjelasan dan contohnya adalah sebagai berikut, seperti dikutip dari buku Modul Geografi Kelas X KD 3.5 (2020) terbitan Kemdikbud. 1. Gerak Epirogenetik Pengertian gerak epirogenitik ialah pergeseran atau pergerakan lempeng (lapisan kerak bumi) yang relatif lambat dan berlangsung dalam waktu lama. Pergerakan epirogenitik juga meliputi daerah yang luas. Contoh: tenggelamnya benua Gondwana menjadi Sesar Hindia. Selain itu, terdapat dua macam gerak epirogenitik. Pertama, pirogenitik positif yang merupakan gerak turunnya daratan sehingga permukaan air laut terlihat naik. Contoh: penurunan daratan pulau-pulau di Indonesia timur, seperti yang terjadi di Kepulauan Maluku (dari pulau-pulau barat daya sampai pulau Banda). Kedua, epirogenitik negatif yang berupa naiknya daratan sehingga kelihatannya permukaan air turun. Contoh: naiknya Pulau Buton dan Pulau Timor. 2. Gerak Orogenetik Gerak orogenetik adalah pergerakan lempeng, atau pergeseran kerak bumi, yang relatif cepat dan berlangsung lebih singkat jika dibandingkan dengan gerak epirogenitik. Pergerakan lempeng orogenetik juga hanya meliputi daerah yang sempit. Orogenetik kerap pula disebut proses pembentukan pegunungan. Contoh: pembentukan Pegunungan Andes, Rocky Mountain, Sirkum Mediterania, dan sebagainya. Pergerakan lempeng jenis orogenetik dapat memicu tekanan horizontal dan vertikal di litosfer sehingga berakibat pada kemunculan dislokasi atau perpindahan letak lapisan kulit bumi. Fenomena ini bisa mengakibatkan patahan dan lipatan terbentuk (folded process dan fault process). Hasil dinamika di litosfer sebagai akibat proses fisika dan kimia, seperti tekanan pada lapisan batuan dalam bumi ataupun aktivitas magma, akan memunculkan tenaga endogen. Tenaga endogen dengan arah tekanan vertikal bisa membentuk tonjolan di muka bumi. Sementara itu, tekanan dengan arah mendatar bisa mendorong pembentukan lipatan-lipatan di muka bumi (jalur pegunungan lipatan), dan juga retakan atau pematahan lapisan-lapisan litosfer yang mewujud menjadi patahan (sesar). Macam-macam Patahan dan PenjelasannyaSaat tenaga endogen mendesak dalam tempo cepat ke lapisan batuan padat nan keras, proses pelipatan tak bisa berlangsung sehingga memunculkan retakan. Pada akhirnya, lapisan batuan itu patah. Pematahan lapisan batuan membuat ada permukaan bumi yang merosot dan membentuk lembah patahan, serta terdapat pula yang naik. Bagian yang merosot disebut graben (slenk). Adapun yang naik membentuk punggung atau puncak dinamakan horst. Sementara itu, jika dilihat dari segi penyebabnya, ada 3 jenis patahan. Ketiga jenis patahan itu adalah sebagai berikut: 1. Patahan akibat dua tekanan dengan arah horizontal dan saling menjauh. Pada jenis penyebab ini, dua tekanan dengan arah mendatar dan menjauh satu sama lain mengakibatkan retakan besar muncul di lapisan batuan. Salah satu bagian massa lapisan batuan yang retak itu akan merosot dan menjadi lembah patahan (graben). 2. Patahan akibat tekanan dengan arah vertikal. Tenaga endogen bisa bekerja di litosfer dengan arah vertikal dalam waktu yang cepat. Pada saat proses seperti ini terjadi, lapisan yang menerima tekanan bakal membumbung disertai kemunculan retakan. Karena ada gaya berat, salah satu bagian dari massa lapisan batuan pun akan menurun dan menjadi graben. Sementara bagian yang lain membentuk horst karena mengalami kenaikan. 3. Patahan akibat 2 tekanan horizontal berlawanan arah. Jika muncul tenaga endogen yang bekerja di lapisan litosfer dengan arah mendatar dan saling berlawanan arah, akan terbentuk sesar mendatar (strike slip fault). Patahan (sesar) juga bisa dibedakan berdasarkan arah pergerakan batuan terhadap bidang patahan (sesar) dan gaya penyebabnya. Berdasarkan kedua hal itu, ada 3 jenis patahan (sesar), yakni:
Macam-macam Lipatan dan PenjelasannyaLipatan adalah bentuk kulit bumi yang serupa gelombang. Pembentukan lipatan dipicu tekanan tenaga endogen, yang berarah mendatar, dari sisi berlawanan. Tekanan mendatar dari 2 arah berlawanan itu menyebabkan lapisan batuan di kulit bumi terlipat. Proses tersebut melahirkan puncak lipatan (antiklin) dan lembah lipatan (sinklin). Jika puncak lipatan ada banyak, ia disebut antiklinorium. Sebutan untuk deretan beberapa lembah lipatan adalah sinklinorium. Dilihat dari segi bentuknya, ada 5 jenis lipatan, yakni sebagai berikut:
Baca juga artikel terkait PERMUKAAN BUMI atau tulisan menarik lainnya Addi M Idhom Penulis: Addi M Idhom Editor: Iswara N Raditya |