Bagaimana akhir dari konflik di negara bekas Yugoslavia

Warga muslim Bosnia menangis didepan peti mati kerabatnya yang menjadi korban Srebrenica 1995 yang akan dimakamkan di Potocari, Bosnia dan Herzegovina, 9 Juli 2016. Setiap tahunnya tim forensik berhasil mengidentifikasi 100 korban perang Bosnia 1992-95. AP/Amel Emric

TEMPO.CO, Serajevo -Konflik Yugoslavia adalah rangkaian konflik dan kekerasan yang terjadi di Republik Federal Sosialis Yugoslavia sejak tahun 1990-an sampai 2001, salah satunya Perang Bosnia.

Konflik-konflik ini berkaitan erat dengan etnis dan suku-suku yang ada di Yugoslavia, seperti Suku Slovenia, Suku Kroasia, Suku Bosnia, Suku Serbia, Suku Montenegro, dan Suku Albania.

Konflik yang dialami oleh Yugoslavia menyebabkan kekacauan ekonomi di sana dan berujung pada disintegrasi Yugoslavia. Yugoslavia yang awalnya adalah salah satu wilayah paling luas dan kuat di daratan Eropa menjadi melemah dan terpecah ke dalam tujuh negara baru, termasuk Kosovo.

Konflik yang terjadi di Yugoslavia disebut-sebut sebagai perang paling mematikan di Eropa selepas Perang Dunia Ke-2 dan pada konflik di Yugoslavia terjadi banyak kejahatan perang serta upaya genosida terhadap etnis-etnis tertentu. Salah satu episode dalam Konflik Yugoslavia adalah terjadinya Perang Bosnia.

Perang Bosnia adalah konflik bersenjata yang terjadi di wilayah Bosnia sejak Maret 1992 hingga November 1995. Perang Bosnia melibatkan beberapa negara, seperti Serbia, Montenegro, Kroasia, dan Bosnia. Perang Bosnia adalah sebuah episode perang yang memiliki permasalahan yang kompleks dan berkaitan dengan rasisme yang berujung pada upaya genosida.

Perang Bosnia menjadi semakin buruk dan mendorong banyak pihak untuk segera menyelesaikan perang yang terjadi di Bosnia. Kemudian, lahirlah Perjanjian Dayton.

Perjanjian Dayton adalah sebuah perjanjian yang bertujuan untuk menghentikan salah satu episode dalam Konflik Yugsolavia, yaitu Perang Bosnia. Perjanjian ini disetujui di Pangkalan Udara Wright-Patterson di Dayton, Ohio.

Pertemuan sebelum perjanjian ini ditandatangani sudah dilakukan pada 1 hingga 2 November 1995 dan dihadiri oleh banyak tokoh kunci dalam Perang Bosnia, seperti Presiden Serbia Slobodan Milosevic, Presiden Kroasia Franjo Tudman, Presiden Bosnia Alija Izetbegovic, kepala negosiator asal Amerika Serikat Richard Holbrooke, dan Jenderal Wesley Clark.

Perjanjian Dayton resmi ditandantangani para pihak di Paris, Prancis pada 14 Desember 1995 dan dengan adanya Perjanjian Dayton menandai akhir dari Perang Bosnia. Namun, adanya Perjanjian Dayton tidak serta merta membuat Konflik Yugoslavia berakhir karena Konflik Yugoslavia baru benar-benar berakhir pada 2003.

EIBEN HEIZIER

Baca juga : Lokasi 200 Wanita Bosnia Diperkosa Jadi Tempat Wisata, Google Diminta Intervensi

KONFLIK BOSNIA – HERZEGOVINA DAN UPAYA-UPAYA PENYELESAIANNYA [1990 – 1995]

Wadjihatul Husna, 079213692 [2001] KONFLIK BOSNIA – HERZEGOVINA DAN UPAYA-UPAYA PENYELESAIANNYA [1990 – 1995]. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Official URL: //lib.unair.ac.id

Abstract

Konflik Bosnia – Herzegovina merupakan salah satu konflik yang terjadi di negara bekas Yugoslavia. Setelah terjadi konflik antara Republik Serbia Dan Republik Slovenia Dan Kroasia, kemerdekaan Republik Bosnia – Herzegovina pun dipermasalahkan oleh Republik Serbia yang menganggap dirinya sebagai perwakilan dari Pemerintah Negara Federal Yugoslavia. Tulisan ini menggunakan peringkat analisis Nation state dan Systemic untuk menjelaskan latar belakang mengapa terjadi konflik di Bosnia – Herzegovina Dan upaya – upaya penyelesaiannya. Peringkat analisis Nation State digunakan untuk menganalisis kepentingan – kepentingan apa yang ingin diraih oleh pihak – pihak yang bertikai dalam konflik Bosnia – Herzegovina.Peringkat analisis Sytemic digunakan untuk menjelaskan upaya – upaya masyarakat internasional dalam menyelesaikan konflik Bosnia – Herzegovina.Sedangkan kerangka teori yang dipakai ialah Teori Integrasi, Teori Konflik, Konsep Kepentingan Nasional Dan Teori Geografi Politik. Terdapat sudut pandang yang berbeda dari pihak – pihak yang bertikai dalam menilai atau menyikapi Kemerdekaan Republik Bosnia – Herzegovina.Republik Serbia menganggap bahwa kemerdekaan Bosnia – Herzegovina merupakan upaya disintegrasi Negara Federal Yugoslavia, sementara bagi Bosnia – Herzegovina, kemerdekaan mereka adalah perwujudan dari hak menentukan nasib sendiri [ Self-Determination ] sehingga perang Bosnia – Herzegovina merupakan upaya untuk mempertahankan kedaulatan Negara Republik Bosnia – Herzegovina sekaligus sebagai salah satu jalan untuk mencegah disintegrasi etnis Serbia di Bosnia [ Serbia – Bosnia ]. Munculnya pemimpin Republik Serbia, Slobodan Milosevic, yang nasionalistis di pucuk kepemimpinan Pemerintah Federal Yugoslavia menandai pula munculnya nasionalisme Serbia.Bagi etnis lain, dianggap sebagai ancaman, mengingat Serbia mempunyai ambisi mewujudkan `Serbia Raya'. Nasionalisme Etnik Serbia dapat ditelusuri dari latar belakang sejarah pertentangan etnis di Yugoslavia yang mana melibatkan etnis Serbia secara langsung maupun tidak langsung.Budaya politik yang konfliktif ini kemudian sedikit banyak mempengaruhi pola interaksi di dalam Negara Yugoslavia, juga setelah mereka merdeka dari Negara Federal Yugoslavia. Ada beberapa alasan keterlibatan Republik Serbia dalam konflik Bosnia — Herzegovina, yakni : Pertama, untuk pertahanan militer ; Kedua, memberikan ruang hidup yang lebih lnas kepada Etnis Serbia; Ketiga, potensi ekonomi yang dimiliki Bosnia — Herzegovina. Konflik Bosnia — Herzegovina sudah tidak dianggap lagi sebagai konflik internal setelah konflik tersebut mulai mengganggu kestabilan regional kawasan Balkan. Upaya — upaya yang dilakukan masyarakat internasional dalam menyelesaikan konflik bosnia — Herzegovina meliputi upaya diplomatik dan dengan kekerasan.

Actions [login required]

Lihat Foto

Creative Commons/Peter Denton

Perang Yugoslavia

KOMPAS.com - Perang Yugoslavia merupakan serangkaian konflik dan insiden kekerasan yang terjadi di Republik Federal Sosialis Yugoslavia sejak 1990 hingga awal 2001.

Yugoslavia merupakan negara federal yang pernah eksis dari 1943-1992 dengan enam negara bagian dan dua daerah otonomi khusus.

Negara bagian yang menjadi bagian Yugoslavia adalah Serbia, Montenegro, Slovenia, Kroasia, Bosnia-Hezergovina, Makedonia, serta Daerah Otonomi Khusus Kosovo dan Vojvodina.

Pada 1980-an, muncul berbagai masalah sosial dan politik yang akhirnya menyebabkan keruntuhan Yugoslavia pada 1992.

Bahkan konflik Yugoslavia hingga disebut sebagai perang paling mematikan di Eropa setelah Perang Dunia II.

Lantas, apa latar belakang konflik Yugoslavia?

Baca juga: Sejarah Runtuhnya Yugoslavia

Meninggalnya Josip Broz Tito

Sejak Republik Federal Sosialis Yugoslavia didirikan pada 1945, hubungan antara Albania dan Serbia, yang merupakan etnis minoritas, tidak harmonis.

Hal tersebut terjadi karena adanya trauma yang dirasakan oleh pihak Serbia pasca-pembantaian yang dilakukan Albania pada masa pendudukan Jerman.

Keadaan mulai berubah saat Josip Broz Tito terpilih menjadi Presiden Yugoslavia pada 1953.

Josep Broz Tito adalah sosok pemimpin yang mampu membawa Yugoslavia mencapai puncak kejayaan pada masa kepemimpinannya dari 1953-1980.

Ada beberapa hal yang menjadi latar belakang konflik Yugoslavia adalah:

  1. Sepeninggal Joseph Broz Tito terjadi konflik ras dan agama 
  2. Terjadi masalah ekonomi yang serius dan hilangnya kewibawaan pemerintah pada masa pemerintahan Slobodan Milosevic. Ini menyebabkan berbagai negara bagian saling berebut kekuasaan
  3. Serbia merasa haknya dikurangi ketika bergabung dengan Yugoslavia, Inilah alasannya mereka memperkuat diri dan ingin menguasai negara bagian dengan cara memiliki kedudukan yang tinggi di Yugoslavia
  4. Uni Soviet yang runtuh menjadi berbagai negara baru membuat banyak dari negara bagian di Yugoslavia ingin memerdekakan diri, serta ingin memiliki pemerintahan sendiri, yang menyebabkan konflik di Yugoslavia muncul

Adapun beberapa upaya penyelesian konflik ini adalah:

  1. Seruan PBB. PBB menyerukan kepada Serbia agar mau menarik tentaranya dari Bosnia dan PBB juga menjatuhkan sanksi kepada Serbia.
  2. Aksi negara-negara G-7. Negara-negara G-7 pun ikut turun tangan melakukan perundingan yang diadakan di Texas, Amerika Serikat.

  3. NATO ikut berperan. NATO pun juga ikut bergerak untuk membantu menyelesaikan konflik Yugoslavia, dengan cara mengirim pasukan tentaranya ke wilayah Bosnia.

  4. Peran Indonesia. Presiden Suharto yang tengah memimpin Indonesia sekaligus Gerakan Non Blok mengusulkan agar negara yang bertikai mau melakukan perundingan agar konflik bisa diselesaikan.

  5. Perundingan Dayton di Amerika Serikat. Perundingan di Dayton dilaksanakan pada tanggal 1 Nopember 1995, yang diikuti oleh pihak-pihak yang bertikai dan tentunya di bawah pengawasan Amerika Serikat dan NATO.

Dengan demikian latar belakang konflik Yugoslavia adalah konflik ras dan agama, terjadi masalah ekonomi, Serbia merasa haknya dikurangi ketika bergabung dengan Yugoslavia, dan negara bagian ingin memerdekakan diri. Upaya penyelesian adalah seruan PBB untuk menarik tentara Serbia dari Bosnia, aksi negara-negara G-7, NATO mengirim pasukan tentara ke wilayah Bosnia, Indonesia mengusulkan diadakannya perundingan, dan Perundingan Dayton di Amerika Serikat.

Video yang berhubungan