Bagaimana agar menegerti tentang inversrasi

Risiko investasi adalah suatu hal yang harus dihadapi investor ketika bertekad terjun ke penanaman modal. Sesuai prinsip investasi, high risk high return, maka di balik setiap potensi keuntungan terdapat potensi risiko yang sebanding.

Meski demikian, risiko tidak selalu berpengaruh buruk terhadap investasi Anda. Dengan memahami serta mengelolanya secara baik, investor justru dapat memaksimalkan imbal hasil. Berikut kami paparkan langkah mengukur risiko dalam berinvestasi. 

Baca juga: Kenali Risiko Gagal Bayar dalam P2P Lending

Lakukan Diversifikasi untuk Kurangi Risiko Investasi

Pernahkah Anda mendengar ungkapan ‘Jangan meletakkan semua telur dalam satu keranjang’? Ungkapan tersebut adalah analogi yang sangat tepat untuk menggambarkan diversifikasi. Diversifikasi adalah membagi dana ke beberapa aset investasi.

Bayangkan jika memiliki 20 telur lalu meletakkan semua telur itu di dalam satu keranjang. Lantas, apa yang terjadi jika keranjang terjatuh? Akibatnya semua telur pecah dan Anda tidak memiliki telur lagi.

Begitu juga dalam kegiatan penanaman modal. Hindari menempatkan semua uang ke dalam satu tempat tertentu. Untuk meminimalisir risiko investasi, tempatkan dana Anda pada beberapa aset.

Sebagai contoh, misalnya Anda memilih reksa dana sebagai aset investasi. Strategi mengelola risiko ialah dengan cara membuat portofolio yang terdiri dari beberapa jenis reksa dana seperti pendapatan tetap, pasar uang, hingga saham.

Dengan demikian, nilai portofolio Anda tidak akan bergantung pada satu produk saja. Jika salah satu produk reksa dana mengalami penurunan harga, masih ada reksa dana lain yang dananya masih aman. 

Risiko investasi di saham juga perlu dikelola secara strategis. Alokasikan modal investasi ke beberapa emiten dari sektor industri berbeda. Cara ini dapat menjaga portofolio saham Anda tetap aman.

Selain terjaga dari kerugian, melakukan diversifikasi juga meningkatkan potensi imbal hasil lebih besar. Namun mengelola terlalu banyak emiten juga tidak efektif. Sebaiknya pilihlah 3 sampai 5 emiten potensial.

Lakukan Investasi Jangka Panjang

Cara mengukur risiko investasi berikutnya yaitu dengan melakukan penanaman modal dalam investasi jangka panjang. Secara umum, terdapat 3 jenis penanaman modal jika dilihat berdasarkan jangka waktunya.

Antara lain yaitu penanaman modal dalam rentang waktu pendek, menengah, serta panjang. Nah, jika Anda ingin lebih aman dari berbagai risiko dalam kegiatan penanaman modal, kami menyarankan untuk memilih investasi jangka panjang. 

Ukuran jangka panjang sendiri berdurasi lebih dari 5 tahun. Dengan menanamkan modal secara jangka panjang, Anda tidak perlu khawatir soal volatilitas harga aset yang telah dikoleksi.

Selain memperkecil risiko investasi, penanaman modal secara jangka panjang memberikan peluang lebih besar bagi Anda untuk mendapatkan imbal hasil lebih tinggi. Hal tersebut sesuai dengan prinsip efek bola salju.

Dimana semakin lama Anda memiliki aset investasi, maka peningkatan nilainya dari tahun ke tahun juga berpotensi kian meningkat. Terdapat efek pelipatgandaan terhadap nilai aset Anda.

Jenis instrumen yang cocok dipilih untuk penanaman modal jangka panjang antara lain saham, reksa dana saham, hingga logam mulia emas. Anda dapat mengoleksi aset tersebut sedikit demi sedikit.

Analisis Dahulu Sebelum Menempatkan Modal

Banyak investor mengalami kerugian dalam aktivitas penanaman modal karena mengabaikan risiko investasi satu ini. Khususnya bagi para investor pemula yang belum memiliki pengalaman dalam kegiatan tersebut.

Sehingga hanya fokus pada keuntungan tinggi tetapi tidak memiliki ilmu penunjang yang cukup dalam berinvestasi. Dalam berinvestasi, Anda memerlukan kemampuan dalam menganalisis aset atau produk keuangan. 

Dalam saham, misalnya, secara umum para investor saham kerap melakukan analisis fundamental maupun teknikal sebelum membeli saham emiten tertentu. Analisis fundamental dilakukan untuk mengetahui profil keuangan serta kinerja perusahaan.

Sementara teknikal lebih menganalisis pergerakan harga menggunakan skema grafik tertentu. Pada reksa dana, Anda perlu menganalisis kinerja perusahaan manajemen aset dengan melihat beberapa faktor. 

Untuk mengukur risiko investasi, perhatikan berapa besar jumlah dana kelolaan perusahaan, penurunan harga maksimum, persentase expense ratio, hingga kinerja keseluruhan dalam periode waktu tertentu.

Begitu juga dengan instrumen lain baik itu deposito, emas, obligasi, termasuk peer to peer lending. Pastikan Anda mengetahui produk investasi secara mendalam sebelum membelinya. Dengan begitu, lebih aman dari kerugian.

Baca juga: Sejarah Uang 100 Ribu dari Waktu ke Waktu

Hentikan Kerugian dengan Cut Loss

Terkadang risiko investasi menyebabkan modal Anda mengalami penurunan. Jika situasi tersebut terjadi terus-menerus, tentunya ini akan berdampak buruk bagi dana yang Anda investasikan. 

Oleh sebab itu, investor perlu mempertimbangkan melakukan cut loss. Cut loss ialah langkah menghentikan kerugian dengan cara menjual aset tersebut. Meskipun berat, namun keputusan tersebut harus diambil.

Tujuannya untuk menyelamatkan dana yang masih tersimpan. Untuk menghindari agar tidak perlu melakukan cut loss, lakukan analisis terlebih dahulu sebelum membeli suatu produk investasi untuk meminimalisir risiko investasi.

Mempelajari produk permodalan dengan baik dapat membuat Anda mengerti kinerjanya. Sehingga apabila terjadi penurunan harga pada saham berfundamental bagus, maka tidak perlu terburu-buru melakukan cut loss. 

Pastikan Menggunakan Dana atau Uang Dingin 

Salah satu strategi dalam mengelola risiko investasi adalah dengan selalu menggunakan uang dingin. Uang dingin artinya uang yang tidak akan Anda gunakan dalam waktu dekat. Dengan kata lain, itu adalah uang ‘menganggur’.

Memakai dana operasional rumah tangga adalah kesalahan besar dalam berinvestasi. Volatilitas harga aset menyebabkan adanya potensi penurunan nilai uang dalam jangka pendek. Sehingga sangat berisiko jika memakai uang panas. 

Apabila menggunakan uang panas dan Anda memerlukannya dalam waktu dekat, mau tidak mau Anda perlu mencairkannya supaya bisa digunakan. Di sisi lain, volatilitas tinggi membuat harga aset bisa naik turun dengan cepat.

Sehingga tidak ada pilihan lain bagi Anda selain melakukan cut loss. Alhasil, bukan keuntungan yang didapatkan namun justru harus merugi dan kehilangan sebagian modal. 

Ketika berinvestasi, jangan hanya mengharapkan keuntungannya akan tetapi pikirkan juga risikonya. Supaya mendapat imbal hasil terbaik dan tidak merugi, pahami cara mengukur risiko investasi dengan baik.

Baca juga: Jaga Keamanan Akun Modal Rakyat Anda

Mendanai UMKM Indonesia untuk Wujudkan Inklusi Keuangan

Dalam berinvestasi atau mengembangkan dana, Anda bisa memilih P2P Lending Modal Rakyat. Dana yang Anda pinjamkan akan disalurkan untuk para pelaku UMKM di Indonesia yang ingin mengembangkan usahanya tersebut. Anda bisa memulai berinvestasi di modal yang minim, yaitu Rp25.000.

Anda dapat meraih imbal balik 15% hingga 18% setiap tahunnya. Kami telah meraih izin dari OJK secara resmi. Gunakan kode BLOG25 untuk mendapatkan bonus saldo Rp25.000. Anda bisa langsung mendaftar menjadi pendana melalui halaman berikut ini. 

Mendengar kata investasi , mungkin tidak semua orang akan tertarik. Hal ini dikarenakan pemahaman masyarakat tentang manfaat investasi untuk keuangan di masa depan masih kurang. Padahal, menabung saja tidak akan cukup. Perlu investasi agar nilai dari aset-aset yang Anda miliki bisa bertumbuh tanpa khawatir tergerus oleh inflasi. 

Bahkan, jangan kaget atau heran jika masih ada pemikiran di masyarakat umum bahwa investasi merupakan hal yang hanya dapat dilakukan oleh segelintir orang saja, misalnya orang yang punya banyak uang seperti konglomerat.

Nyatanya, investasi bisa untuk semua orang. Investasi diperlukan bagi Anda yang memiliki tujuan keuangan jangka pendek, menengah dan panjang. Tujuan keuangan orang untuk investasi pun beragam, misalnya beli rumah, biaya menikah, biaya pendidikan anak, biaya berangkat ibadah haji/umrah, biaya jalan-jalan keluarga hingga biaya hidup untuk pensiun di hari tua nanti. 

Pilihan investasi juga beragam antara lain investasi pasar modal (contoh produknya adalah saham, reksa dana, obligasi, sukuk), investasi emas (contoh produknya emas logam mulia, emas perhiasan) dan investasi properti (contoh produknya adalah tanah, rumah, apartemen). 

Lalu, menyoal modal investasi. Tentu berbeda-beda. Tapi Anda tak perlu khawatir. Investasi itu modalnya terjangkau. Salah satunya investasi yang memiliki keuntungan tinggi, namun juga berisiko tinggi di pasar modal seperti saham, Anda kini bisa  mulai investasi saham dengan modal Rp100.000,- saja.

Namun, sebelum investasi saham, Anda perlu ketahui hal-hal dasar seputar investasi saham. Tujuannya adalah agar Anda bisa mengerti keuntungan hingga risiko dari investasi saham sehingga Anda mampu memaksimalkan keuntungan investasi. 

Apa Itu Investasi Saham dan Nabung Saham?

ilustrasi Investasi Saham 

Dilansir dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI), saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Investasi saham menjadi terjangkau dengan adanya Nabung Saham. Yuk Nabung Saham (YNS) adalah sebuah kampanye yang mengajak masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal melalui share saving. Dengan berbekal modal mulai dari Rp100.000 setiap bulan, masyarakat diajak untuk menabung saham secara rutin dan berkala.

Nah, pengertian investasi sendiri adalah merupakan kegiatan penanaman dana atau modal pada suatu wujud yang terlihat secara fisik maupun tidak, dengan maksud mendanai keperluan dan mendukung jalannya ekonomi  sehingga memberikan keuntungan bagi para pemegang modal.

Adapun definisi investasi akan lebih mudah dipahami bila investasi tersebut spesifik, sepertihalnya jenis investasi saham.

Apa Saja Jenis Investasi Saham?

Ilustrasi investasi

Saat ini total saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia hingga 11 September 2020 adalah sebanyak 711 emiten (perusahaan).

Adapun saham-saham tersebut diklasifikasikan ke dalam 9 Sektor, yaitu:

  1. Agriculture: mencakup usaha di bidang tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan jasa-jasa yang secara langsung terkait dengan bidang tersebut.- Crops- Plantation- Animal Husbandary- Fishery
  2. Mining: usaha di bidang pertambangan dan penggalian, seperti pertambangan batu bara, minyak dan gas bumi, biji logam, penggalian batu-batuan, tanah liat, pasir, penambangan dan penggalian garam, pertambangan mineral, bahan kimia, dan bahan pupuk, serta penambangan gips, aspal dan gamping.- Coal Mining- Crude Petroleum & Natural Gas Production- Metal and Mineral Mining- Land / Stone Quarrying
  3. Basic industry & chemicals: industri dasar mencakup usaha pengubahan material dasar menjadi barang setengah jadi; atau barang jadi yang masih akan diproses di sektor perekonomian selanjutnya. Industri kimia mencakup usaha pengolahan bahan-bahan terkait kimia dasar yang akan digunakan pada proses produksi selanjutnya dan industri farmasi.- Cement- Ceramics, Glass, Porcelain- Metal And Allied Products- Chemicals- Plastics and Packaging- Animal Feed- Wood Industries- Pulp and Paper- Others
  4. Miscellaneous industry: meliputi usaha pembuatan mesin-mesin berat maupun ringan; termasuk komponen penunjangnya.- Machinery And Heavy Equipment- Automotive and Components- Textile, Garment- Footwear- Cable- Electronics
  5. Consumer goods industry: usaha pengolahan yang mengubah bahan dasar/setengah jadi menjadi barang jadi yang umumnya dapat dikonsumsi pribadi/rumah tangga.- Food And Beverages- Tobacco Manufacturers- Pharmaceuticals- Cosmetics and Household- Houseware- Others
  6. Property, real estate, and building construction: konstruksi meliputi usaha pembuatan, perbaikan, pembongkaran rumah dan berbagai jenis gedung. Real estate mencakup usaha pembelian, penjualan, persewaan, dan pengoperasian berbagai macam bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal.- Property and Real Estate- Building Construction
  7. Infrastructure, utility, and transportation: usaha yang meliputi penyediaan energi, sarana transportasi dan telekomunikasi, serta bangunan infrasruktur dan jasa-jasa penunjangnya. Bangunan infrastruktur meliputi bangunan non gedung dan rumah.- Energy- Toll Road, Airport, Harbor and Allied Products- Telecommunication- Transportation- Non Building Construction
  8. Finance: usaha terkait sektor keuangan, meliputi perantara keuangan, lembaga pembiayaan, asuransi, perusahaan efek, dan perusahaan investasi.- Bank- Financial Institution- Securities Company- Insurance- Others
  9. Trade, service, and investment: mencakup usaha perdagangan partai besar dan kecil/eceran, serta usaha terkait sektor jasa seperti hotel, restoran, komputer dan perangkatnya, periklanan dan media serta industri percetakan.- Wholesale- Retail Trade- Restaurant, Hotel and Tourism- Advertising, Printing & Media- Healthcare- Computer And Services- Investment Company

    - Others

Lalu, dalam hal kinerja perdagangan, investasi saham dikategorikan menjadi beberapa jenis yaitu:

  • Blue chip stocks yang merupakan saham biasa dengan reputasi tinggi sebagai pemimpin dalam industri.
  • Income stocks yang merupakan saham emiten dan dikenal memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen sebelumnya.
  • Growth stocks yang merupakan kumpulan saham terkenal dan kurang terkenal.
  • Speculative stocks yang merupakan saham secara konsisten mendapat penghasilan dan kemungkinan berpenghasilan tinggi di masa mendatang.
  • Cyclical stocks yang merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh berbagai kondisi ekonomi makro.
  • Emerging growth stocks yang merupakan saham yang diterbitkan perusahaan tercatat relatif kecil dan stabil bahkan pada situasi ekonomi tidak menguntungkan.
  • Defensive stocks yang merupakan saham yang tetap bisa stabil dalam satu periode atau kondisi yang tidak pasti.

Selain itu, saham juga terbagi menjadi dua jenis: saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).

  • Saham biasa merupakan surat berharga yang menyatakan kepemilikan seseorang atas sebuah perusahaan. Pemegang saham biasa tidak memiliki hak-hak istimewa untuk menentukan kebijakan seperti pada saham preferen. 
  • Namun, pemegang saham biasa juga mendapatkan hak bersuara dan voting dalam rapat umum pemegang saham. Hanya saja menyoal pembagian dividen, pemegang saham biasa tidak menjadi prioritas perusahaan.

  • Kemudian, investor saham biasa akan selalu berada di urutan terakhir setelah pemegang saham preferen. Nah, ANda perlu ketahui juga bahawa mayoritas saham yang diperdagangkan di pasar saham adalah saham biasa.

  • Saham preferen, pemegang saham preferen memiliki prioritas lebih tinggi dalam hal pembagian dividen. Mereka akan didahulukan atas pembagian dividen dan jumlahnya akan lebih besar dibandingkan investor saham biasa.
  • Selain itu, bagi investor saham preferen, apabila perusahaan dilikuidasi, mereka akan mendapatkan uang terlebih dahulu atas investasi yang dilakukan, sebelum mengembalikan modal pada pemilik saham biasa.
Apa Saja Sih Keuntungan Investasi Saham yang Didapatkan?

Ilustrasi Keuntungan Investasi 

Mari kita pahami dulu asal mula sebuah perusahaan menerbitkan saham. Begini ilustrasi penjelasan umumnya, sebuah perusahaan berdiri karena adanya modal yang cukup besar. Biasanya, pemilik perusahaan tidak hanya menggunakan dananya sendiri untuk membiayai perusahaan yang dibangun dan dijalankannya.

Nah, semakin hari, tentunya kebutuhan perusahaan tersebut semakin bertambah guna berbagai keperluan mulai dari memproduksi barang atau jasa yang lebih baik sehingga lebih diterima konsumen, lalu laku laris manis di pasaran, dan akhirnya akan memberikan keuntungan kembali bagi perusahaan.

Oleh karena kebutuhan akan modal perusahaan tersebut nominalnya tidak sedikit, maka perusahaan umumnya membuka kesempatan bagi pemilik modal yang menginginkan dananya bertambah dan terlindung dari inflasi atau penurunan nilai mata uang dengan cara turut membiayai biaya operasi perusahaan.

Lalu, sebagai balas jasa dan keuntungan bagi pemilik modal atau investor (dalam lingkup bisnis lebih dikenal dengan sebutan stakeholders), maka perusahaan akan membagikan keuntungan tersebut sesuai dengan persentase kepemilikan modal setiap stakeholders dan dengan persentase keuntungan yang sudah dibuat dan disepakati sebelumnya.

Bentuk keuntungan yang diberikan tak lantas semuanya dalam bentuk uang tunai. Beberapa perusahaan menetapkan aturan pembagian keuntungan kepada para pemegang saham dalam bentuk pemberian lembar saham baru sehingga jumlah lembar saham yang dimiliki setiap pemegang saham bertambah meski secara persentase akan sama saja.

Bukan tanpa maksud, terkadang pemilik modal tidak menginginkan keuntungan dalam bentuk tunai karena bila keuntungan mereka termasuk besar, mereka justru akan dikenai pajak yang tidak sedikit. Sehingga untuk mengamankan dananya hingga benar-benar dibutuhkan dalam bentuk uang tunai, kebanyakan perusahaan akhirnya menetapkan kebijakan pembagian keuntungan dalam bentuk lembar saham baru.

Lalu apa pentingnya dan apa saja keuntungan investasi saham bagi Anda?
1. Dividen

Dividen adalah keuntungan perusahaan yang didapat dan akan dibagikan kepada para pemegang saham. Keuntungan ini tidak semuanya akan dibagikan tetapi beberapa bagian akan ditahan untuk ditanam kembali dan dipergunakan sebagai biaya operasional perusahaan selanjutnya.

Besarnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS.

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

Namun peraturan pembagian dividen setiap perusahaan tidak sama, bahkan ada beberapa perusahaan yang menetapkan tidak akan membagi keuntungan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen, namun dalam bentuk lain yaitu capital gain.

2. Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya. Biasanya jenis keuntungan ini akan ditetapkan pada perusahaan yang tidak menetapkan pembagian keuntungan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen.

Baca Juga: Tertarik Investasi? Begini Tips dan  Cara Aman Investasi Saham

Apa Risiko Investasi Saham?

Bagaimana agar menegerti tentang inversrasi

Saham adalah investasi yang tergolong high risk, high return

 Pahami jika semua produk investasi juga memiliki risiko. Adapun risiko dari investasi saham antara lain:

1. Risiko Tidak Memperoleh Dividen

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya beberapa perusahaan memiliki kebijakan tidak membagikan keuntungan dalam bentuk pembagian dividen. Maka untuk mendapatkan keuntungan, pemegang saham harus mengandalkan capital gain.

2. Risiko Capital Loss

Kemungkinan risiko ini juga bisa terjadi apabila kinerja perusahaan menurun dan terjadi penurunan harga per lembar saham. Bila pada ilustrasi sebelumnya menunjukkan adanya kenaikan harga per lembar saham dan disebut sebagai capital gain, maka hal ini merupakan kebalikannya yakni harga saham per lembar justru jatuh dan menimbulkan kerugian bagi para pemegang modal.

Alhasil apabila investor merasa takut terjadi penurunan harga saham secara terus-menerus dan berlarut-larut, maka untuk menyelamatkan dananya yang masih ada, tidak jarang pemegang modal  akan menjual saham yang dimilikinya meskipun merugi. Hal inilah yang disebut capital loss. 

Capital loss adalah suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. ABC yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.

3. Risiko Likuidasi

Risiko dimana perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Hal ini jelas membuat perusahaan tidak bisa memberikan keuntungan apapun kepada para pemegang sahamnya. 

Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut.

Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.

Baca Juga: Melek Investasi, Ini Beda Saham, Reksa Dana, SBR, ORI dan Deposito

Hindari Kesalahan Umum saat Investasi Saham 

Investasi saham itu mudah, Anda tak perlu khawatir dengan risiko yang ada. Kuncinya adalah pahami invetasi saham dengan baik, pelajari strategi-strategi investasi dan pilih saham-saham yang memiliki fundamental kuat untuk menghasilkan untung dalam jangka panjang.

Teruslah asah ilmu Anda untuk mendapatkan untung yang maksimal. Catat, berikut beberapa kesalahan umum yang kerap dibuat oleh para investor saham antara lain:

  1. Rencana investasi kurang jelas.
  2. Menginginkan keuntungan besar dalam jangka waktu pendek.
  3. Kelebihan informasi yang mengaburkan analisis sehingga mengambil keputusan secara gegabah.
  4. Mudah terpengaruh bisnis yang berani menjanjikan keuntungan besar dalam sekejap.
  5. Berinvestasi hanya pada satu jenis saham saja dan tidak melakukan diversifikasi.
  6. Tidak memilih saham yang berfundametal kuat dan prospek bisnis bagus. 
  7. Tergiur dengan saham-saham gorengan, yakni saham yang naik pesat dalam waktu singkat namun cepat juga turunnya.
  8. Tidak mau belajar dari kesalahan investasi yang sudah pernah dibuat, dan tidak sabaran ingin cepat-cepat untung.
  9. Tidak mau belajar ilmu-ilmu saham mendasar seperti membaca laporan keuangan perusahaan, cek pergerakan harga saham secara teknikal, dan lain sebagainya.

Bursa Efek Indonesia menjelaskan di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi, baik berupa kenaikan maupun penurunan.

Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut.

Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.

Mulailah Berinvestasi

Ya, jika Anda sudah paham dengan informasi umum seputar investasi saham, kini saatnya Anda melakukan aksi nyata. Mulai investasi! Tidak perlu menunda-nunda lagi karena investasi saham juga kini semakin mudah, cepat dan modalnya terjangkau. Yuk mulai investasi saham, buat Anda yang penasaran bagaimana cara mulai investasi saham, baca artikel lengkapnya disini.

Baca Juga: Investasi Saham Syariah: Pengetahuan Umum dan Cara Investasinya