Artikel tentang kisah usaha pengolahan makanan khas daerah yang dimodifikasi dan sukses di indonesia

BOGOR - Jika Anda berjalan -- jalan ke Kota Hujan, pasti tidaklah sulit menemukan makanan khas yang satu ini di setiap sudut kota. Yap, soto mie Bogor. Intensitas hujan yang cukup tinggi memang menjadi peluang usaha makanan "hangat" di Kota tersebut. Tetapi, jika bercerita tentang kisah sukses membangun bisnis, setiap penjual tentulah memiliki ceritanya tersendiri, yang pastinya menarik untuk disimak dan diambil hikmahnya. Salah satunya berasal dari penjual Soto Mie Bogor di Kawasan Kedung Waringin, Ohim Ibrohim.

Berjuang Hidup di Jakarta

Sabtu (11/05) lalu, Pria asal Ciamis itu menceritakan kisah perjuangan dirinya menjalani asam garam kehidupan. Perjalanan hidupnya bermula pada tahun 1986, dengan tangan kosong dirinya bersama sang paman merantau ke daerah Jakarta, tepatnya ke wilayah Tanah Abang. Pada waktu itu, demi bertahan hidup di ibukota, beliau pun melakoni berbagai macam pekerjaan mulai dari menjadi seorang kernet bis hingga menjadi pedagang asongan.

Uang hasil bekerjanya itu, Ia kumpulkan sedikit demi sedikit hingga mencapai nominal Rp 23.000,-. Dengan modal yang beliau miliki kala itu, Mang Ohim pun membuka kios kecil -- kecil an di sekitar tempat tinggalnya dan menjual sembako seadanya. Percobaannya pun berujung manis, berawal dari sebuah kios kecil, usahanya berkembang dan menyebar hingga ke beberapa titik di daerah Jakarta Pusat.

Hijrah ke Tempat yang Lebih Baik

Beberapa tahun menjalankan usahanya, uang sudah tidak lagi menjadi hambatan Mang Ohim dalam menjalani kehidupannya. Justru kerasnya kehidupan ibukota serta tiiadanya ketenangan hati menyebabkan Mang Ohim merasa bahwa ada yang salah dengan kehidupannya dan memutuskan untuk hijrah ke tempat yang lebih baik kala itu. 

"Akhirnya pada tahun 2002 bapak berontak gitu, ingin pindah. Karena waktu di jakarta, ingin merobah tiap pagi niat bener, malemnya akhirnya begitu lagi." Terangnya. Pada saat itu, tempat yang beliau rasa baik untuk dijadikan tempat tinggal ialah Bogor.

Dikhianati Pegawai dan Kesuksesan Menghampiri

Menjalani kehidupan baru di Bogor dan meninggalkan segala bentuk perdagangan di ibukota Jakarta membuat Ohim Ibrohim kembali memutar otak untuk mencari sumber penghasilan baru. Setelah melihat cuaca Bogor yang cukup dingin dan seringkali diguyur hujan, beliau dan sang istri memutuskan untuk merintis usaha kuliner soto mie bogor. 

Berbeda dari soto mie kebanyakan, soto mie miliknya memiliki kuah bening yang cenderung berwarna kemerahan akibat tambahan cabai di dalamnya. Masa awal merintis usaha, kedai soto mie Mang Ohim masih bertempat di depan rumahnya yang terletak di Cimanggu, Kota Bogor . Awal mula membuka usaha tersebut, Mang Ohim memang telah mempekerjakan 5 orang karyawan. 


Artikel tentang kisah usaha pengolahan makanan khas daerah yang dimodifikasi dan sukses di indonesia

Lihat Kisah Untuk Ramadan Selengkapnya


Page 2

BOGOR - Jika Anda berjalan -- jalan ke Kota Hujan, pasti tidaklah sulit menemukan makanan khas yang satu ini di setiap sudut kota. Yap, soto mie Bogor. Intensitas hujan yang cukup tinggi memang menjadi peluang usaha makanan "hangat" di Kota tersebut. Tetapi, jika bercerita tentang kisah sukses membangun bisnis, setiap penjual tentulah memiliki ceritanya tersendiri, yang pastinya menarik untuk disimak dan diambil hikmahnya. Salah satunya berasal dari penjual Soto Mie Bogor di Kawasan Kedung Waringin, Ohim Ibrohim.

Berjuang Hidup di Jakarta

Sabtu (11/05) lalu, Pria asal Ciamis itu menceritakan kisah perjuangan dirinya menjalani asam garam kehidupan. Perjalanan hidupnya bermula pada tahun 1986, dengan tangan kosong dirinya bersama sang paman merantau ke daerah Jakarta, tepatnya ke wilayah Tanah Abang. Pada waktu itu, demi bertahan hidup di ibukota, beliau pun melakoni berbagai macam pekerjaan mulai dari menjadi seorang kernet bis hingga menjadi pedagang asongan.

Uang hasil bekerjanya itu, Ia kumpulkan sedikit demi sedikit hingga mencapai nominal Rp 23.000,-. Dengan modal yang beliau miliki kala itu, Mang Ohim pun membuka kios kecil -- kecil an di sekitar tempat tinggalnya dan menjual sembako seadanya. Percobaannya pun berujung manis, berawal dari sebuah kios kecil, usahanya berkembang dan menyebar hingga ke beberapa titik di daerah Jakarta Pusat.

Hijrah ke Tempat yang Lebih Baik

Beberapa tahun menjalankan usahanya, uang sudah tidak lagi menjadi hambatan Mang Ohim dalam menjalani kehidupannya. Justru kerasnya kehidupan ibukota serta tiiadanya ketenangan hati menyebabkan Mang Ohim merasa bahwa ada yang salah dengan kehidupannya dan memutuskan untuk hijrah ke tempat yang lebih baik kala itu. 

"Akhirnya pada tahun 2002 bapak berontak gitu, ingin pindah. Karena waktu di jakarta, ingin merobah tiap pagi niat bener, malemnya akhirnya begitu lagi." Terangnya. Pada saat itu, tempat yang beliau rasa baik untuk dijadikan tempat tinggal ialah Bogor.

Dikhianati Pegawai dan Kesuksesan Menghampiri

Menjalani kehidupan baru di Bogor dan meninggalkan segala bentuk perdagangan di ibukota Jakarta membuat Ohim Ibrohim kembali memutar otak untuk mencari sumber penghasilan baru. Setelah melihat cuaca Bogor yang cukup dingin dan seringkali diguyur hujan, beliau dan sang istri memutuskan untuk merintis usaha kuliner soto mie bogor. 

Berbeda dari soto mie kebanyakan, soto mie miliknya memiliki kuah bening yang cenderung berwarna kemerahan akibat tambahan cabai di dalamnya. Masa awal merintis usaha, kedai soto mie Mang Ohim masih bertempat di depan rumahnya yang terletak di Cimanggu, Kota Bogor . Awal mula membuka usaha tersebut, Mang Ohim memang telah mempekerjakan 5 orang karyawan. 


Artikel tentang kisah usaha pengolahan makanan khas daerah yang dimodifikasi dan sukses di indonesia

Lihat Kisah Untuk Ramadan Selengkapnya


Page 3

BOGOR - Jika Anda berjalan -- jalan ke Kota Hujan, pasti tidaklah sulit menemukan makanan khas yang satu ini di setiap sudut kota. Yap, soto mie Bogor. Intensitas hujan yang cukup tinggi memang menjadi peluang usaha makanan "hangat" di Kota tersebut. Tetapi, jika bercerita tentang kisah sukses membangun bisnis, setiap penjual tentulah memiliki ceritanya tersendiri, yang pastinya menarik untuk disimak dan diambil hikmahnya. Salah satunya berasal dari penjual Soto Mie Bogor di Kawasan Kedung Waringin, Ohim Ibrohim.

Berjuang Hidup di Jakarta

Sabtu (11/05) lalu, Pria asal Ciamis itu menceritakan kisah perjuangan dirinya menjalani asam garam kehidupan. Perjalanan hidupnya bermula pada tahun 1986, dengan tangan kosong dirinya bersama sang paman merantau ke daerah Jakarta, tepatnya ke wilayah Tanah Abang. Pada waktu itu, demi bertahan hidup di ibukota, beliau pun melakoni berbagai macam pekerjaan mulai dari menjadi seorang kernet bis hingga menjadi pedagang asongan.

Uang hasil bekerjanya itu, Ia kumpulkan sedikit demi sedikit hingga mencapai nominal Rp 23.000,-. Dengan modal yang beliau miliki kala itu, Mang Ohim pun membuka kios kecil -- kecil an di sekitar tempat tinggalnya dan menjual sembako seadanya. Percobaannya pun berujung manis, berawal dari sebuah kios kecil, usahanya berkembang dan menyebar hingga ke beberapa titik di daerah Jakarta Pusat.

Hijrah ke Tempat yang Lebih Baik

Beberapa tahun menjalankan usahanya, uang sudah tidak lagi menjadi hambatan Mang Ohim dalam menjalani kehidupannya. Justru kerasnya kehidupan ibukota serta tiiadanya ketenangan hati menyebabkan Mang Ohim merasa bahwa ada yang salah dengan kehidupannya dan memutuskan untuk hijrah ke tempat yang lebih baik kala itu. 

"Akhirnya pada tahun 2002 bapak berontak gitu, ingin pindah. Karena waktu di jakarta, ingin merobah tiap pagi niat bener, malemnya akhirnya begitu lagi." Terangnya. Pada saat itu, tempat yang beliau rasa baik untuk dijadikan tempat tinggal ialah Bogor.

Dikhianati Pegawai dan Kesuksesan Menghampiri

Menjalani kehidupan baru di Bogor dan meninggalkan segala bentuk perdagangan di ibukota Jakarta membuat Ohim Ibrohim kembali memutar otak untuk mencari sumber penghasilan baru. Setelah melihat cuaca Bogor yang cukup dingin dan seringkali diguyur hujan, beliau dan sang istri memutuskan untuk merintis usaha kuliner soto mie bogor. 

Berbeda dari soto mie kebanyakan, soto mie miliknya memiliki kuah bening yang cenderung berwarna kemerahan akibat tambahan cabai di dalamnya. Masa awal merintis usaha, kedai soto mie Mang Ohim masih bertempat di depan rumahnya yang terletak di Cimanggu, Kota Bogor . Awal mula membuka usaha tersebut, Mang Ohim memang telah mempekerjakan 5 orang karyawan. 


Artikel tentang kisah usaha pengolahan makanan khas daerah yang dimodifikasi dan sukses di indonesia

Lihat Kisah Untuk Ramadan Selengkapnya

Bisnis kuliner atau makanan merupakan salah satu bisnis terbaik yang dapat kita jalankan. Selain karena makanan sendiri adalah kebutuhan pokok manusia, berbisnis dalam bidang ini juga tidak terlalu sulit. Terlebih jika kita pandai dalam menjalankan bisnis kuliner ini, bukan tidak mungkin kita akan memiliki omset yang sangat tinggi.

Dalam bisnis kuliner ini juga kita tidak membutuhkan modal yang cukup tinggi, kita bisa memulai dengan kecil-kecilan terlebih dahulu dan kemudian berkembang dan terus berkembang. Tidak perlu membuka restoran atau rumah makan, cukup membuat makanan yang sederhana tapi memiliki rasa yang luar biasa serta kreasi yang unik dan beda dari yang lain. Karena makanan dengan rasa yang lezat itu banyak, tetapi makanan yang unik akan selalu menjadi ingatan para pelanggan.

Mungkin banyak diantara kita yang memiliki masalah dalam berbisnis kuliner, mulai dari yang tidak tau cara untuk memulai bisnis, takut akan kegagalan, ataupun masalah-masalah lainnya. Maka dari itu, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, marilah kita belajar dari pengalaman orang-orang berikut ini.

Rizka Wahyu Romadhona-Kue Lapis Talas Khas Bogor

Artikel tentang kisah usaha pengolahan makanan khas daerah yang dimodifikasi dan sukses di indonesia
Kisah Pengusaha Kuliner Indonesia yang Sukses

Bisnis kuliner yang Rizka kelola hingga sekarang adalah kue lapis khas Bogor dengan nama produk “Sangkuriang”. Kini omset yang didapatkan Rizka perbulan bisa mencapai ratusan juta rupiah. Bagaimana tidak, penjualan Rizka dalam sehari mencapai 3.400 kotak dengan harga 25.000 perkotaknya.

Awalnya Rizka Wahyu Romadhona bukanlah seorang penjual kue lapis talas khas Bogor, ia memulai bisnisnya dalam dunia kuliner dengan menjual bakso. Dalam bisnisnya tersebut ia bermitra dengan orang lain yang mana hal tersebutlah yang menyebabkan bisnis tersebut bangkrut. Para konsumen kecewa dengan kualitas bakso yang menurun. Bakso yang ia jual ternyata di campur dengan bakso yang lain untuk memperoleh keuntungan yang besar oleh mitranya tersebut.

Dengan pengalaman buruknya dalam berbisnis dalam dunia kuliner menjadikan pelajaran buat Rizka. Ia memulai mencari ide dan mencari peluang bisnis lainnya. Kemudian ia menyadari bahwa hasil talas di Bogor begitu melimpah. Krena sifatnya yang tidak takut akan kegagalan dan ingin terus mencoba, akhirnya ia mulai membuat kue lapis dari talas. Memang awalnya tidak berjalan lancar, beberapa kali kue yang ia antar ke toko-toko ditolak. Namun, berkat hasil kerja kerasnya, kini Rizka bahkan membatasi pembeli dengan maksimal hanya boleh membeli 2 kotak saja.

Rangga Umara-Lele Lela

Artikel tentang kisah usaha pengolahan makanan khas daerah yang dimodifikasi dan sukses di indonesia
pengusaha muda sukses

Rangga Umara pada awalnya tidak memiliki mimpi menjadi orang sukses dari usaha kuliner. Berawal dari gambaran ketakutan membayangkan istrinya diusir karena tidak mampu membayar kontrakan, Rangga mencoba membuka usaha pecel lele dengan nama Lele Lela. Brand ini merupakan singkatan dari Lele Lebih Laku. Melihat sudah banyak rumah makan yang memiliki menu pecel lele, Rangga mencoba mengemas makanan ini menjadi lebih modern.

Lele Lela adalah bisnis kuliner kedua yang ia buka setelah mengalami kegagalan. Namun, tidak sampai di situ, Rangga juga mendapatkan beberapa masalah bisnis yang harus dia hadapi seperti konsumen yang lebih suka ayam daripada lele. Berbekal dari kegagalan yang ia dapatkan di bisnis pertamanya, Rangga mencoba menjadi lebih semangat dan tidak putus asa. Ia melakukan beberapa eksperimen dengan masakan berbahan dasar lele dan mencoba menawarkan lagi di warungnya. Tidak disangka, hasil percobaannya kali ini sukses, dan resep-resep varian lele nya bisa diterima dengan baik oleh konsumen.

Ide unik ini ternyata tidak sia-sia belaka karena makanan desa ini mulai disukai banyak orang. Hingga kini usaha yang dirintis sejak tahun 2006 tersebut sudah memiliki 50 outlet yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia.

Tidak hanya itu, Rangga mulai membuka peluang di negara tetangga dengan membuka cabang di Malaysia dan Singapura. Rangga sosok pemuda yang tidak memiliki pekerjaan tetap, kini mampu meraup omset miliaran rupiah perbulannya.

Agus Pramono-Ayam Bakar Mas Mono

Artikel tentang kisah usaha pengolahan makanan khas daerah yang dimodifikasi dan sukses di indonesia
Kisah Pengusaha Kuliner Indonesia

Kisah sukses berikutnya datang dari pemilik nama Agus Pramono yang berjaya dengan produknya Ayam Bakar Mas Mono. Sebelum memiliki bisnis kuliner ini, Agus pernah menjadi seorang sales, office boy, hingga tukang gorengan. Saat mas Mono menjadi seorang office boy, ia menerima tamparan keras ketika bapaknya di desa meninggal, dan ia tidak bisa pulang karena tak ada uang, dari situlah ia memutuskan keluar dari pekerjaannya dan memutuskan untuk berjualan gorengan dengan keuntungan Rp15 ribu per hari. Mengingat banyaknya kebutuhan untuk sewa lahan yang harus dibayar, mas Mono khirnya memutuskan untuk menjual ayam bakar dengan asumsi keuntungan ayam bakar lebih besar daripada gorengan.

Hingga pada tahun 2011, langkah Agus memulai bisnis kuliner tidak diragukan lagi. Pria yang akrab dipanggil Mas Mono ini terbilang sukses menjalankan bisnis ayam bakarnya yang hingga kini dikenal dengan nama Ayam Bakar Mas Mono. Pada awalnya, ia hanya berhasil menjual 5 ekor per hari, dan kini meningkat menjadi 80 ekor per hari.

Namun, perjalanan mas Mono tidak semulus yang ia harapkan, ia pun mengalami kendala penggusuran ketika bisnisnya mulai sukses. Karena ia harus terus menjalankan bisnisnua dan menghidupi 6 karyawannya, mas Mono akhirnya menyewa tempat baru di kawasan Tebet yang sayangnya kurang strategis.Kendala ini membuat mas Mono berjuang dari awal lagi dan gigih berpromosi untuk menarik pelanggan kembali.

Tidak menunggu lama, pelan tapi pasti, bisnis mas Mono kembali seperti semula bahkan lebih besar lagi. Kini setelah 16 tahun menjalani bisnis ayam bakar, mas Mono telah memiliki lebih dari 20 cabang dengan 400 karyawan. Ia pun berhasil mengantongi omzet puluhan juta per hari, serta memasarkan bisnis franchise-nya seharga Rp500 juta.

Beberapa kisah sukses di atas mengajarkan kita, bahwa kesuksesan butuh keberanian dan ide kreatif untuk mendukungnya. Modal secara materi adalah sesuatu yang bisa di cari. Namun, ketika sukses sudah didapat, cobalah mulai mengelola keuangan, agar bisnis dapat berkembang lebih baik.

sumber : di ambil dari banyak sumber.

berikut usaha kuliner yang sedang saya rintis :

Pempek Cek Lia

Artikel tentang kisah usaha pengolahan makanan khas daerah yang dimodifikasi dan sukses di indonesia
Pempek Palembang-Cek Lia

Usaha ini adalah makanan khas daerah Palembang dan usaha ini sudah lama berdiri sejak 2013, pada tahun 2014 orang tua saya berhenti untuk melanjutkan bisnis tersebut, karena ada beberapa hal yang mengharuskan bisnis tersebut di vakum untuk beberapa tahun.  Pada tahun 2018 ini selain kegiatan saya sebagai mahasiswa di Cyber Business Indonesia, saya berusaha menghidupkan kembali bisnis yang sudah lama ini dan akan terus mengembangkannya untuk menjadi yang berbeda dari pempek yang lain. Pada akhirnya Saya bertekat tahun 2022 Pempek Cek Lia akan mengepakkan sayapnya di Jabodetabek. cooming soon..

Baca selengkapnya : cara membuat pempek palembang