Salah satu obsesi yang dimiliki para pengguna gadget saat ini adalah menjaga baterai laptop tetap awet untuk pemakaian jangka panjang. Akan tetapi coba jawab pertanyaan ini, deh. Kira-kira mana yang lebih baik, membiarkan laptop di-charge terus sambil memakainya atau hanya charge saat lowbat? Bingung, kan? Perkara di atas memang sering menimbulkan perdebatan. Ada yang berpendapat bahwa memakai laptop sambil di-charge akan membuat baterai lebih awet. Ada pula yang mengatakan bahwa kita sebaiknya mencabut charger ketika baterai sudah penuh dan menyambungkannya lagi saat baterai tinggal sedikit. Nah, untuk menjawab masalah tersebut, yuk, simak ulasan berikut ini! windowscentral.comMemakai laptop sambil di-charge terus menerus memang bukanlah tindakan yang bijak pada beberapa tahun atau satu dekade yang lalu. Akan tetapi seiring dengan perkembangan teknologi, hal ini bukanlah masalah yang besar jika dilakukan saat ini. Sekarang, mayoritas laptop baru dibekali oleh baterai berjenis lithium-polymer atau lithium-ion. Keduanya mampu menghentikan proses pengisian daya ketika baterai sudah penuh. Jadi, kamu tak perlu takut akan risiko overcharging atau charge yang berlebihan. Baca Juga: 7 Cara Mencegah Laptop Cepat Panas, Antisipasilah Sebelum Menyesalinya scholarlyoa.comPertanyaan yang timbul adalah ke mana listrik yang masuk ke laptop melalui charger jika baterai tidak menyedot dayanya? Ternyata, listrik tersebut tidak melewati baterai, tetapi langsung memberikan daya kepada laptop. Hal inilah yang kemudian menjadi masalah. Masih dari sumber yang sama, listrik yang terus dialirkan akan menghasilkan panas berlebih. Akibatnya laptop mengalami overheating atau suhunya menjadi terlalu tinggi. Kondisi tersebut memang tidak akan memberi dampak langsung. Namun jika ini terjadi terus menerus dalam jangka panjang, fungsi baterai akan menurun. yourcomputerguy.co.nzPenelitian dari Battery University mengatakan bahwa membiarkan charger terus menempel saat baterai sudah mencapai 100 persen bisa membuatnya tegang dan bekerja ekstra. Hal ini akan membuat fungsi bahan kimia di dalam baterai menurun. Maka dari itu, para peneliti menyarankan agar kita segera mencabut charger ketika baterai sudah penuh. Mereka mengatakan bahwa hal ini bekerja seperti relaksasi setelah melakukan pekerjaan yang berat. pcmag.comBahkan sebenarnya, kita sebaiknya tidak mengisi daya baterai hingga 100 persen, lho. Setidaknya ketika kita tidak terlalu membutuhkan hal itu. Sebab baterai lithium-ion tidak perlu benar-benar diisi hingga penuh karena voltase listrik yang tinggi akan membuatnya "stres". Hal ini sama dengan yang dituliskan dalam jurnal IEEE Xplore. Peneliti menyarankan agar kita mencabut charger ketika baterai telah terisi 75 persen. Lalu isi kembali ketika baterai sudah terpakai hingga 20-25 persen. Cara tersebut akan memaksimalkan kapasitas baterai laptop. Baca Juga: 8 Manfaat Beli HP Bekas, Hemat dan Ramah Lingkungan
Baca Artikel Selengkapnya
Di era digital ini, laptop menjadi vital untuk mendukung produktivitas kerja sehari-hari. Baik kalangan profesional maupun mahasiswa, laptop sudah menjadi teman yang dapat diandalkan kapan saja dan di mana saja. Sayangnya, masih banyak spAcer yang nggak merawat laptop secara baik dengan melakukan charge laptop terlalu lama walau baterai sudah penuh. Kamu pasti pernah melakukannya, entah saat bekerja di kantor, bermain game, atau sengaja nge-charge laptop semalam suntuk. Lantas, benarkah cara tersebut dapat merusak perangkat? Tentu saja iya. Supaya lebih jelas, simak ulasannya di sini! Baterai jadi overheat Tak bisa dipungkiri bahwa saat ini laptop-laptop keluaran terbaru semakin canggih. Hampir sebagian besar laptop modern saat ini menggunakan teknologi baterai baru seperti baterai lithium ion. Baterai ini kuat dan dapat di-charge ratusan kali tanpa mempengaruhi masa pakai baterai. Bukan itu saja, ketika baterai sudah dalam keadaan 100% penuh, perangkat secara otomatis dapat memutuskan arus listrik atau arus listrik yang masuk saat baterai penuh jadi nggak berpengaruh lagi. Hal ini karena baterai memiliki komponen internal yang membantu mengontrol tingkat pengisian daya. Namun, tanpa disadari nyatanya ada bahaya lain yang mengancam. Satu hal yang harus diperhatikan adalah baterai jadi mudah panas saat diisi daya. Termasuk baterai lithium ion ternyata sangat sensitif terhadap panas. Jika spAcer melakukan charge laptop terlalu lama dan merasakan hawa panas dari perangkat, maka segera cabut charger laptop dan biarkan suhunya turun. Pasalnya, suhu lebih dari 30 derajat Celcius bisa merusak baterai yang pada gilirannya mengurangi masa pakainya secara signifikan. Hal ini telah terungkap dari uji coba baterai yang dilakukan Battery University seperti dikutip dari Guiding Tech. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa melakukan charge laptop hingga 100% penuh dan membiarkannya sampai panas 25 derajat Celcius menyebabkan kapasitas baterai akan menurun sebanyak 20% dalam tiga bulan. Bahkan, baterai yang terisi penuh namun overheating hingga 60 derajat Celcius akan kehilangan kapasitasnya lebih dari 40% dalam waktu tiga bulan. Overheating mempengaruhi komponen lain dalam laptop Selain dapat mengurangi umur baterai, panas dari baterai juga dikhawatirkan dapat mempengaruhi komponen-komponen keras lain dalam laptop. Ini bisa saja terjadi karena panas terperangkap akibat udara pembuangan sulit keluar. Jika dibiarkan, udara panas tersebut berputar balik ke dalam laptop kamu dan pada akhirnya membuat komponen-komponen laptop jadi panas dan rusak. Kondisi seperti seringkali terjadi tanpa kamu sadari. Misalnya, kamu memakai laptop di atas bantal atau tempat lain yang tidak memiliki ventilasi baik sambil melakukan charge. Contoh lainnya, kamu bekerja di kafe sambil charge laptop, lalu saat hendak pulang, kamu langsung memasukkan laptop ke dalam tas meski laptop terasa panas dipegang. Karena itulah, jangan charge laptop terlalu lama, spAcer. Charge daya sesuai kebutuhan saja, kemudian cabut setelah terisi penuh. Cara ini akan membantu kamu menjaga keawetan daya tahan baterai sekaligus menjaga umur laptopmu sendiri. Baca juga: Lakukan Hal-Hal Ini untuk Mengatasi Laptop Lemot Nah, untuk menjawab kekhawatiranmu, kini sudah banyak laptop yang memiliki baterai berkapasitas besar. Swift 3 Air sudah pasti masuk dalam daftar tersebut, dong! Soalnya, laptop tipis ini menjadi andalan para insan produktif karena daya tahan baterainya luar biasa. Swift 3 Air dapat bertahan hingga 13 jam dalam penggunaan normal. Jadi, nggak perlu repot membawa charger laptop lagi maupun harus mencari stop kontak di kafe saat bekerja mobile. Diperkuat prosesor Intel® Core™ generasi ke-8 dengan 512GB PCle NVMe SSD, Swift 3 Air juga punya performa yang unggul. Selain itu, bobotnya hanya 1,3 kg dan ketipisan 1,59 cm memudahkan spAcer untuk bekerja remote dengan nyaman. Pas banget, nih, untuk menemani semua pekerjaanmu! Jadi, pilihlah Swift 3 Air dengan baterai tahan lama agar kerjaan nggak terlantar akibat baterai laptop lowbat terus. Pastikan juga untuk memulai kebiasaan merawat laptop dengan nggak lagi melakukan charge laptop terlalu lama, ya! Related Posts
|