Apakah dalam Islam boleh bersahabat dengan lawan jenis?

Mungkinkah kita bersahabat dengan lawan jenis?

Apakah dalam Islam boleh bersahabat dengan lawan jenis?
Apakah dalam Islam boleh bersahabat dengan lawan jenis?

Sumber gambar, Getty Images

"Pria dan wanita tidak bisa berteman karena urusan seks selalu jadi ganjalan," kata Harry Burns di film When Harry Met Sally, setelah diberi tahu beberapa saat sebelumnya bahwa dia hanya bisa jadi teman untuk Sally.

Sally menyebut satu per satu nama teman-teman prianya, sebagai bukti bahwa ia bisa menjalin pertemanan dengan lawan jenis secara platonis. Baginya jelas, persahabatan dengan pria bisa dijalin tanpa ketertarikan.

Harry tidak setuju.

Siapa yang benar?

Masalah friend-zone, atau kita kerap menyebutnya PHP (pemberi harapan palsu) - dan alasan kenapa pria dan wanita memiliki pandangan yang berbeda tentangnya - membantu kita memahami cara orang menilai ketertarikan seskual dan hal-hal yang mendorong kita memulai pertemanan dengan lawan jenis sejak awal.

  • Kencan pertama yang menghasilkan perusahaan senilai Rp194 miliar
  • Sudikah Anda membayar 'ongkos putus hubungan' kepada mantan kekasih?
  • Mampukah kursus singkat menghapus fobia pernikahan di Korea Selatan?

Risiko dan imbalan

Mencoba membawa hubungan pertemanan dengan lawan jenis ke jenjang lebih jauh sama-sama memiliki risiko dan imbalan, dan pria - lebih sering ketimbang wanita - tertarik dengan teman lawan jenisnya, bahkan ketika keduanya sama-sama mendefinisikan hubungan mereka sebagai hubungan platonis.

Dalam sebuah penelitian, laki-laki dan perempuan ditanyai untuk menilai seberapa tertarikkah mereka kepada satu sama lain dan seberapa tertarikkah lawan jenis mereka terhadap mereka sendiri, setelah mereka berbincang singkat sebelumnya.

Hasilnya, para lelaki melebih-lebihkan betapa menariknya mereka bagi para perempuan, dan para perempuan meremehkan tingkat ketertarikan para lelaki terhadap mereka.

Orang-orang yang menilai diri mereka sangat menarik juga lebih cenderung melebih-lebihkan minat seksual orang lain terhadap mereka.

Mungkin rasa percaya diri bahwa 'saya sangat menarik' - atau merasa lebih mempesona dari kenyataannya - membuat mereka kerap mengambil risiko, dan oleh karenanya, lebih sering ditolak oleh lawan jenis.

Apakah dalam Islam boleh bersahabat dengan lawan jenis?
Apakah dalam Islam boleh bersahabat dengan lawan jenis?

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Orang-orang yang menilai diri mereka sangat menarik juga lebih cenderung melebih-lebihkan minat seksual orang lain terhadap mereka

"Begitu kita mengharapkan sesuatu, kita cenderung merasa akan mendapatkannya," kata Antonia Abbey, dari Wayne State University, psikolog sosial yang mempelajari hubungan antar manusia.

"Jika Anda pikir seseorang tertarik secara seksual kepada Anda, Anda lebih memperhatikannya. Misalnya, ketika orang itu mendekat atau tertawa, atau apa pun itu - mereka memandang [itu] sebagai pertanda seksual. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa ketika mereka mendekat, orang itu justru menghindar."

Pada tahap percobaan berikutnya, para peneliti mengundang orang lain untuk menyaksikan percakapan di antara para lelaki dan perempuan dan diminta untuk menilai seberapa tertarik masing-masing pihak terhadap satu sama lain.

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca

Podcast

Apakah dalam Islam boleh bersahabat dengan lawan jenis?

Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Pengamat berjenis kelamin laki-laki setuju dengan para lelaki; mereka pikir para perempuan menunjukkan rasa ketertarikan yang lebih daripada yang mereka akui.

Demikian halnya, pengamat perempuan sepakat dengan para perempuan; mereka merasa bahwa ada lebih sedikit rasa ketertarikan di antara mereka.

Sejauh ini, baik Harry maupun Sally benar. Ini mungkin karena stereotip gender kita.

Para peneliti seperti Abbey mempelajari gerak-gerik di antara orang-orang yang ingin menjalin hubungan romantis - yang disebut "skenario" kencan.

Skenario-skenario ini dapat mengungkap urutan peristiwa yang mengarah pada sukses-tidaknya upaya menjalin hubungan romantis tersebut - dan ternyata kita kerap memiliki peran yang telah ditentukan sebelumnya.

"Konteks sangat penting dalam interaksi seperti ini," kata Abbey.

"Laki-laki mungkin lebih sering mencari tanda-tanda ketertarikan lawan jenis ketimbang perempuan karena peran gender tradisional menuntut lelaki untuk mengambil langkah pertama."

"Kedengarannya kuno untuk tahun 2019, tapi ada beberapa penelitian kualitatif yang meneliti tentang kencan dan orang-orang cenderung masih memiliki pola pikir tradisional tentang siapa yang mengajak kencan siapa, siapa yang mentraktir, dan lain-lain."

  • Menikahi rekan sekerja, wajar atau sebaiknya dilarang?
  • KDRT tertinggi dalam kekerasan atas perempuan di Indonesia
  • Rumah bordil Inggris beroperasi 'di bawah pengawasan' polisi

"Perempuan menahan diri dan laki-laki terbebani peran untuk memimpin," jelas Abbey.

Jika laki-laki heteroseksual cenderung menjadi pemrakarsa, apa yang terjadi di antara pasangan lesbian?

Dibandingkan dengan pria gay, skenario pasangan lesbian lebih fokus pada keintiman hubungan dan lebih sedikit tentang seks.

Untuk biseksual, meskipun ketertarikan seksual mereka tidak cocok dengan seksualitas heteronormatif, tindakan mereka masih sesuai dengan pola tradisional.

Jadi, perempuan biseksual masih berperilaku seperti apa yang Anda perkirakan akan dilakukan seorang perempuan heteroseksual ketika kencan - menghindari mengambil langkah pertama..

Apakah dalam Islam boleh bersahabat dengan lawan jenis?
Apakah dalam Islam boleh bersahabat dengan lawan jenis?

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Orang lebih menyesal tidak mengambil kesempatan untuk mencoba menjalin hubungan romantis, ketimbang ditolak atau melakukan hal memalukan saat mencoba

Dan ada beberapa manfaat dari memiliki persahabatan sesama jenis yang sedikit ambigu.

Perempuan dilaporkan menerima perlindungan dari teman lawan jenis mereka lebih sering daripada laki-laki, dan mereka menganggap perlindungan itu sangat bermanfaat.

Baik laki-laki maupun perempuan juga mengatakan bahwa lawan jenisnya membantu memberi saran tentang cara mendapatkan pasangan.

Jadi, ini bermanfaat bagi kedua pihak. Memiliki teman lawan jenis membantu kita dalam berkencan.

Mendapat perlindungan mungkin terdengar seperti keuntungan yang kuno, tetapi perilaku ini sesungguhnya berakar pada masa lalu kita.

Nenek moyang kita tampaknya lebih menyukai hubungan monogami 'bersambung'; di mana berpasangan secara eksklusif, tetapi mungkin tidak berpasangan seumur hidup.

  • Cerita seorang perempuan kabur dari komunitas poligami di AS
  • 'Saya tak pernah bahagia': kisah kaum LGBT yang dipaksa menikah
  • Bahasa indah orang-orang yang berbicara seperti burung

Pada masa itu, seorang ibu bisa memiliki beberapa anak dari ayah yang berbeda. Sambil membesarkan anak, akan bermanfaat bagi ia dan anaknya untuk menerima perlindungan dan sumber daya dari lelaki itu.

Dengan memiliki anak dari banyak pasangan dan menarik pria lain sebagai teman, seorang perempuan dapat menerima perlindungan dari banyak laki-laki sekaligus.

Untuk menjalin persahabatan dengan laki-laki, cara paling sederhana adalah dengan melepaskan sinyal ketertarikan bawah sadar.

"Ada gagasan dari dunia Barat bahwa Anda menikah dan berkomitmen pada pasangan Anda satu-satunya," kata April Bleske-Rechek, dari University of Wisconsin-Eau Claire.

Tapi kita lebih rumit dari itu.

"Baik laki-laki maupun perempuan menginginkan hubungan jangka panjang tetapi keduanya juga bersedia terlibat dalam strategi seks jangka pendek ketika menguntungkan bagi mereka."

Mungkin juga ada perbedaan tipis antara ketertarikan seksual dan ketertarikan romansa. Penelitian yang menguatkan gagasan umum bahwa laki-laki mempersepsikan ketertarikan seksual dari lawan jenisnya secara berlebihan dan sebaliknya untuk perempuan, juga menemukan bahwa aturan itu tidak berlaku untuk hubungan romantis.

Ini dapat mendukung gagasan bahwa kesalahan persepsi terjadi ketika orang berfokus pada tujuan jangka pendek bukan pada hubungan jangka panjang.

Atau bisa dijelaskan melalui fakta bahwa isyarat romantis tidak terlalu subjektif, atau cenderung hanya diseriusi setelah Anda yakin bahwa orang itu tertarik secara seksual kepada Anda.

Apakah dalam Islam boleh bersahabat dengan lawan jenis?
Apakah dalam Islam boleh bersahabat dengan lawan jenis?

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Secara tidak sadar, sejak awal kita cenderung mencoba menjalin pertemanan dengan orang yang menarik, dan memungkinkan tumbuhnya perasaan romantis

Secara tidak sadar, sejak awal kita mencari teman yang menarik, yang artinya perasaan romantis kemungkinan besar akan tumbuh karena memang sudah ada sesuatu di dalam diri teman kita yang menurut kita menarik.

"Teman-teman lawan jenis sangat bias tentang daya tarik yang dimiliki teman-teman mereka. Laki-laki pada khususnya kerap melakukan ini," kata Bleske-Rechek.

Cara laki-laki heteroseksual berteman dengan perempuan, katanya, terlihat sangat mirip dengan pola mereka berkencan - mereka cenderung condong ke orang-orang yang secara fisik dan emosional menarik bagi mereka, terlepas dari apakah mereka akan mencoba membawa hubungan itu lebih jauh.

"Persahabatan dengan lawan jenis membuat kehidupan romantis Anda benar-benar rumit," kata Bleske-Rechek.

"Sepuluh tahun lalu saya bangun di malam hari dari mimpi di mana suami saya berada di luar sekolah berbincang dengan salah satu ibu lainnya. Ibu ini adalah teman yang menarik, tinggi dan ramping. Dia menikah dengan seseorang yang pendek dan suamiku tinggi, jadi tentu saja itu terpikir olehku. Dalam mimpi itu suamiku membuatnya tertawa. Dia adalah segalanya yang mengganggu saya dalam hal persaingan antarperempuan. Saya bangun dan memukulnya untuk menceritakan kepadanya tentang mimpi itu. Dia mengatakan, 'Apakah kamu ingin kita memiliki teman yang kurang menarik?'"

Bagaimanapun, Bleske-Rechek berkata, "Kita ingin teman yang mirip dengan kita, memotivasi kita, serta menarik karena mereka menawarkan sejumlah manfaat."

Namun ada harga yang harus dibayar. "Jika Anda menyadari motivasi dari lawan jenis, Anda dapat melihat bahwa ini adalah situasi yang sulit."

Penolakan bukanlah alasan kita jarang menindaklanjuti rasa ketertarikan kita. Orang lebih menyesal tidak mengambil kesempatan untuk mencoba menjalin hubungan romantis, ketimbang ditolak atau melakukan hal memalukan saat mencobanya.

Dalam satu studi, profil sejumlah 'pencari kencan' diperlihatkan kepada para peserta studi. Mereka juga diberitahu akan kemungkinan keberhasilan mereka jika mereka ingin mengajak kencan orang-orang itu.

Ketika diberitahu bahwa ada kemungkinan 45% orang tersebut akan mau diajak berkencan, 83% peserta mau melakukannya.

Ketika peluangnya turun menjadi 5%, 41% tetap mengatakan mereka akan mengambil risiko meskipun sangat besar kemungkinan mereka akan ditolak. Sebagai spesies, kita adalah pengambil risiko percintaan.

"Penolakan itu menyakitkan tetapi bagaimanapun orang masih mengajak lawan jenis untuk berkencan," kata Samantha Joel, asisten profesor di University of Western Ontario.

"Betapapun menyakitkan penolakan, hubungan harus menawarkan sesuatu yang lebih kuat."

Apakah dalam Islam boleh bersahabat dengan lawan jenis?
Apakah dalam Islam boleh bersahabat dengan lawan jenis?

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Perempuan cenderung menganggap daya tarik teman sesama perempuannya lebih tinggi dibandingkan daya tarik perempuan lain yang tak mereka kenal

Efeknya juga tampak pada individu yang tidak percaya diri, seperti orang dengan gangguan kecemasan atau rendah diri, di mana penolakan mungkin terasa lebih menyakitkan bagi mereka.

"Itu mengejutkan karena orang yang tidak percaya diri paling takut dengan penolakan dan sering menganggap mereka akan ditolak, yang kerap kali tidak benar," kata Joel.

"Tetapi orang-orang ini sangat ingin dicintai. Ancaman tidak memiliki siapapun bahkan terasa lebih kuat. Ketakutan mereka akan penolakan lebih kuat daripada kebanyakan orang, tetapi begitu juga insentif untuk mengambil risiko. "

Abbey menekankan bahwa sikap kita terhadap teman-teman kita dapat dengan mudah berubah.

"Sebagian besar rasa ketertarikan romansa terbangun seiring berjalannya waktu," kata Abbey.

"Anda mungkin berpikir Anda berada dalam hubungan yang platonis, tetapi kadang-kadang itu bisa berubah. Ketika Anda mencoba untuk menindaklanjuti perasaan Anda yang berubah, kadang-kadang itu berhasil, seperti di When Harry Met Sally, tetapi kadang-kadang juga tidak."

Teori evolusi tentang asal usul perilaku ini bisa kita telusuri dengan mudah, tetapi seperti yang dikatakan Abbey, jika kita ingin menantang peran gender tradisional dalam menjalin hubungan, kita lebih baik melihat tindakan kita dan bukan sejarah kita.

"Saya rasa Anda dapat menggunakan teori evolusi, tetapi menurut saya skenario sosial dan peran gender lebih bermanfaat karena itu bisa kita ubah," kata Abbey.

"Apakah teknologi akan memengaruhi gen kita? Saya tidak tahu. Tapi itu pasti akan mengubah perilaku kita."

Anda bisa membaca versi bahasa Inggris dari tulisan ini, Is there such a thing as the 'friend-zone'? di laman BBC Future.