Apa yang dimaksud validitas dan reliabilitas alat pengukuran?

MATA KULIAH PENELITIAN KUANTITATIF

TUGAS VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Disusun oleh:

Dilla Ima Wati (1114141530005) – Muhithah Ulin Nuha (111414153015) – I Gusti Agung Komang Yulia Dewi (111414153018) – Rosita Permatasari (111414153020) – Pratiwi Setyadi (111414153029) – Hielma Hasanah (111414153030) – Nurdila Triastuti (111414153036) – Diyana Rochmawati (111414153038).

Mahasiswa Magister Profesi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Dibawah bimbingan: Dr. Cholichul Hadi, Drs., M.Si

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Validitas dan reliabilitas menjadi bahasan utama dalam setiap pengukuran dalam penelitian. Keduanya berfokus bagaimana menciptakan pengukuran yang terhubung dengan konstruk yang diukur. Reliabilitas dan validitas menjadi hal yang sangat penting karena konstruk pada teori sosial seringkali ambigu, membingungkan dan sering kali tidak dapat secara langsung teramati. Semua peneliti sosial ingin pengukuran yang mereka lakukan memiliki validitas dan reliabilitas yang baik, lantas apa yang dimaksud validitas dan reliabilitas? Bagaimana, apa, kapan mereka berfungsi dengan baik? Berikut ulasan beberapa pertanyaan yang mungkin dapat sedikit membantu kita untuk dapat memahami validitas dan reliabilitas.

 1.      Who?

Tokoh pertama yang mendefinisikan reliabilitas adalah Spearmen-Brown (Setyawan, 2011).

 2.      Apa yang dimaksud dengan validitas dan reliabilitas?

Reliabilitas

·         Reliabilitas berarti keandalan atau konsistensi. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran atribut yang sama diulang akan memberikan hasil kondisi yang identik atau sangat mirip. Reliabilitas dalam penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa hasil numerik yang dihasilkan oleh suatu indikator tidak berbeda karena karakteristik dari proses pengukuran atau instrumen pengukuran itu sendiri. Kebalikan dari reliabilitas adalah pengukuran yang memberikan hasil yang tidak menentu, tidak stabil, atau tidak konsisten (Neuman, 2007).

·         Menurut Anastasi dan Urbina (1998) reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang berbeda, ataupun dibawah kondisi pengujian yang berbeda.

·         Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran memiliki keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan yang dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabiladalam beberapakali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2011).

Validitas

·         Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011).

·         Validitas menunjukkan keadaan yang sebenarnya dan mengacu pada kesesuaian antara konstruk, atau cara seorang peneliti mengkonseptualisasikan ide dalam definisi konseptual dan suatu ukuran. Hal ini mengacu pada seberapa baik ide tentang realitas “sesuai” dengan realitas aktual. Dalam istilah sederhana, validitas membahas pertanyaan mengenai seberapa baik realitas sosial yang diukur melalui penelitian sesuai dengan konstruk yang peneliti gunakan untuk memahaminya (Neuman, 2007).

·         Validitas yaitu mengenai apa dan seberapa baik suatu alat tes dapat mengukur, sedangkan reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika diuji berulang kali dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau dibawa kondisi pengujian yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1998).

·         Azwar (1987, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.

·         Suryabrata (2000, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan.

·         Sudjana (2004, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.

 3.      Mengapa kita perlu validitas dan reliabilitas?

·         Reliabilitas digunakan sebagai indikator dalam mempercayai nilai dari suatu tes karena memiliki konsistensi (Jacobs, 1991).

·         Validitas  digunakan sebagai pengembangan dan pengevaluasian suatu tes. Selain itu, validitas juga diperlukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu konstruk pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.

4.      Berapa macam/jenis validitas dan reliabilitas dalam riset atau alat ukur? Reliabilitas

Reliabilitas terdiri dari dua macam (Djaali, 2000, dalam Matondang, 2009), antara lain:

–          Reliabilitas konsistensi tanggapan: responden mempersoalkan apakah tanggapan responden atau obyek ukur terhadap tes atau instrumen tersebut sudah baik atau konsisten. Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap obyek ukur kemudian dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek ukur yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya.

–          Reliabilitas konsistensi gabungan butir: berkaitan dengan kemantapan antara butir suatu tes. Dengan kata lain bahwa terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah hasil ukur butir yang satu tidak kontradiksi dengan hasil ukur butir yang lain.

 Validitas

Menurut Neuman (2007), terdapat tiga jenis validitas pengukuran, antara lain:

Face validity. Ini merupakan validitas yang paling mudah untuk dicapai dan sebagian besar jenis dasar dari validitas adalah face validity. Hal ini memerlukan pertimbangan dari komunitas ilmiah bahwa indikator benar-benar dapat digunakan untuk mengukur suatu konstruk. Kesesuaian antara definisi dan metode pengukuran yang digunakan merujuk pada pertimbangan dari suatu konsensus komunitas ilmiah atau penilaian dari orang lain. Content vatidity. Validitas ini membahas mengenai definisi konseptual yang berisi ide-ide dan konsep dapat direpresentasikan dalam suatu pengukuran. Validitas isi melibatkan tiga langkah. Pertama, menentukan definisi konstruk dari seluruh konten. Selanjutnya, ambil sampel dari semua bidang definisi. Kemudian, mengembangkan indikator yang mewakili semua bagian dari definisi. Validitas Kriteria. Validitas kriteria menggunakan beberapa standar atau kriteria untuk mengindikasi konstruk secara akurat. Validitas dari indikator diverifikasi dengan cara membandingkannya dengan ukuran lain dari konstruk yang sama yang diterima secara luas. Ada dua subtipe dari jenis validitas kriteria, yaitu:

(1)   Validitas konkuren. Indikator harus dikaitkan dengan indikator yang sudah ada sebelumnya dan dinilai sebagai valid (misalnya, telah memiliki face validity).

(2)   Validitas prediktif. Validitas kriteria dimana indikator memprediksi kejadian masa depan yang logis terkait dengan suatu konstruk. Hal ini tidak dapat digunakan untuk semua ukuran. Ukuran dan tindakan yang diprediksi harus berbeda, tetapi dapat menunjukkan konstruk yang sama. Validitas pengukuran prediktif tidak perlu dibingungkan dengan prediksi dalam pengujian hipotesis, dimana satu variabel memprediksi variabel yang berbeda di masa depan.

 5.      Bagaimana cara mengukur validitas dan reliabilitas?

Reliabilitas

      Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara internal dan eksternal (Sugiyono, 2010). Secara internal, reliabilitas dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik internal consistency. Hal ini dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half), KR-20 atau KR-21 (Kuder-Richarson), dan Anova Hyot (Analisis Varians), serta BEST digitek test scoring. Spearman Brown mengukur konsistensi pengambilan aitem. KR-20 mengukur konsistensi jawaban terhadap semua aitem dan menunjukkan dua sumber kesalahan, yaitu: pemilihan aitem dan heterogenitas dari sampel (Jacobs, 1991).

Secara eksternal, pengujian dapat dilakukan dengan cara berikut:

Test-retest. Pengujian test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen yang sama beberapa kali pada responden yang sama, namun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Equvalent. Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, namun menggunakan dua instrumen yang berbeda, pada responden yang sama, dan waktu yang sama. Reliabilitas dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalent.

Gabungan. Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalent beberapa kali kepada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan mengkorelasikan dua instrumen, kemudian dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.

Validitas

Cara pengujian validitas sebagai berikut (Sugiyono, 2010):

a.     Pengujian validitas konstruk

Pengujian validitas konstruk dapat menggunakan pendapat para ahli mengenai aspek yang akan diukur. Kemudian dilakukan ujicoba instrumen pada sampel dari populasi yang akan digunakan. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Pengujian validitas seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan cara mencari daya pembeda skor tiap aitem dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test.

b.    Pengujian validitas isi

Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Di sisi lain, pengujian validitas isi dari instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan kepada para ahli, selanjutnya diujicobakan, dan dilakukan analisis aitem atau uji beda.

c.     Pengujian validitas eksternal

Penngujian ini dilakukan dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Bila terdapat kesamaan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut memiliki validitas eksternal yang tinggi.

6.      Bagaimana cara mengembangkan validitas dan reliabilitas sesuai dengan kebutuhan?

      Untuk menggunakan validitas yang diinginkan terlebih dahulu mencari referensi mengenai teori pengukuran yang akan dipakai, dengan demikian dapat diketahui pengukuran yang akan digunakan sehingga dapat menghasilkan suatu validitas nantinya (Cook&Beckman, 2006). Instrumen yang telah disusun berdasarkan suatu teori tertentu dapat diuji validasinya menggunakan pendapat para ahli mengenai aspek yang akan diukur. Kemudian dilakukan ujicoba instrumen pada sampel dari populasi yang akan digunakan. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas dilakukan dengan suatu análisis tertentu yang sesuai dengan kebutuhan.

      Pengembangan reliabilitas sesuai dengan kebutuhan dapat dilakukan dengan mengujicobakan suatu instrumen sekali atau beberapa kali kepada subjek, kemudian melakukan analisis untuk mengetahui konsistensi dari atribut psikologis yang hendak diukur. Selain teknik korelasi, pada reliabilitas juga berkembang analisis varians skor dan analisis varians eror (Azwar, 2011).

7.      Kapan validitas dan reliabilitas berfungsi/berlaku dan kapan tidak berfungsi?

Reliabilitas

Jika terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui butir yang satu tidak konsisten dengan hasil ukur melalui butir yang lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya. Dengan kata lain, alat ukur tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengungkap ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur. Kalau hasil pengukuran pada bagian obyek ukur yang sama antara butir yang satu dengan butir yang lain saling kontradiksi atau tidak konsisten maka kita tidak bisa menyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang dipersalahkan dengan mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliabel terhadap obyek yang diukur (Sugiyono, 2010).

Validitas

Ketika peneliti mengatakan bahwa suatu indikator itu valid, maka itu valid untuk tujuan dan definisi tertentu. Indikator yang sama bisa valid untuk satu tujuan (misal pertanyaan penelitian dengan unit analisis atau secara umum), tetapi bisa kurang valid atau tidak valid untuk hal yang lainnya. Misalnya dalam mengukur prejudice, bisa valid untuk mengukur prejudice para guru, tapi bisa jadi tidak valid untuk digunakan dalam mengukur prejudice dari para polisi. Tidak adanya validitas terjadi jika tidak terdapat kesesuaian atau kesesuaian yang rendah antara konstruk yang digunakan untuk menggambarkan, membuat teori atau menganalisis dunia sosial dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam dunia sosial (Neuman, 2007).

8.      Apa perbedaan hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel?

Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, sedangkan hasil penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

Di sisi lain, instrumen yang valid berarti instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data bisa mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama dapat menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010).

9.      Bagaimana cara meningkatkan reliabilitas?

Menurut Neuman (2007), ada empat cara untuk meningkatkan reliabilitas pengukuran, yaitu: (1) mengonseptualisasi semua konstruk secara jelas, (2) menggunakan level pengukuran yang tepat, (3) menggunakan beberapa indikator dari suatu variabel, dan (4) menggunakan pilot-tets (pretests, pilot studies, dan replikasi).

      Reliabilitas yang rendah dapat terjadi karena inkonsistensi pengamat, ketidakstabilan atribut dari subjek yang diukur dan situasi pengukuran yang tidak mendukung. Cara untuk meningkatkan reliabilitas adalah sebagai berikut (Murti, 2011):

1.      Memilih item-item pertanyaan untuk alat ukur, lalu menguji konsistensi internal dan stabilitas alat ukur melalui suatu uji coba (pilot study),

2.      Menghilangkan variasi pengukuran antar-pengamat, dengan menggunakan orang-orang terlatih dan termotivasi,

3.      Menghilangkan variasi pengukuran intra-pengamat, dengan mengurangi sumber variasi eksternal seperti kejemuan,kelelahan, lingkungan berisik, yang berpengaruh kepada subjek penelitian maupun pengamat,

4.      Melakukan koreksi terhadap pengamat, berdasarkan “kalibrasi” alat ukur dalam studi reliabilitas,

5.      Membakukan situasi/konteks/lingkungan penggunaan instrumen.

10.  Bagaimana cara meningkatkan validitas eksternal penelitian?

Dengan cara meningkatkan validitas eksternal dari instrumen dan memperbesar jumlah sampel (Sugiyono, 2010). Selain itu, perlu juga memilih subjek secara random dan menjamin terpilihnya sampel yang representatif.

11.  Bagaimana hubungan antara validitas dan reliabilitas?

      Reliabilitas diperlukan untuk pengujian validitas dan lebih mudah untuk dicapai daripada validitas. Meskipun reliabilitas diperlukan untuk memiliki ukuran yang valid dari suatu konsep, hal itu tidak menjamin ukuran tersebut bisa berlaku. Suatu ukuran yang reliabel (dapat menghasilkan hasil yang sama berulang-ulang), belum tentu bisa valid atau mungkin hasil pengukuran tidak cocok dengan definisi konstruk. Jadi, hasil pengukuran yang konsisten atau tepat dan teliti dari suatu tes belum menjamin bahwa hasil pengukuran yang demikian itu merupakan hasil yang dikehendaki oleh tes tersebut. Dengan kata lain, hasil pengukuran dari suatu tes yang konsisten belum tentu valid. Reliabilitas pengukuran instrument evaluasi diperlukan untuk mencapai hasil pengukuran yang valid. Dalam kaitannya dengan posisi konsistensi, para penilai bisa memiliki instrumen evaluasi yang reliable tanpa valid, sebaliknya kita mempunyai instrument valid dengan reliabilitas yang baik.

      Validitas dan reliabilitas merupakan konsep yang saling melengkapi, namun dalam beberapa situasi keduanya bertentangan satu sama lain. Kadang-kadang, validitas meningkat namun reliabilitas lebih sulit dicapai, atau sebaliknya. Hal ini terjadi ketika memiliki definisi konstruk yang sangat abstrak dan tidak mudah diamati. Reliabilitas paling mudah dicapai ketika ukuran secara tepat dan dapat diamati. Dengan demikian, ada pertentangan antara esensi sebenarnya dari konstruk yang sangat abstrak dan harus mengukurnya secara konkret (Neuman, 2007).

12.  Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi reliabilitas?

a)         Pemilihan aitem. Tes merupakan pemilihan aitem-aitem yang digunakan untuk mengukur suatu konstrak, dengan demikian pemilihan aitem tersebut dapat menjadi sumber kesalahan dalam pelaksanaan tes. Untuk meningkatkan konsistensi dapat memperbanyak pemilihan aitem yang digunakan (Jacobs,1991). Dengan demikian akan mengurangi responden untuk asal tebak dalam menjawab. Namun aitem ini juga harus dipertimbangkan kualitas pertanyaannya, karena apabila tidak dan aitem yang diberikan banyak dapat membuat responden kelelahan.

b)        Penyusunan aitem. Kalimat yang ambigu atau kurangnya kata dalam suatu kalimat juga dapat mempengaruhi interpretasi responden sehingga dapat mempengaruhi reliabilitas.

c)         Pemberian administrasi tes. Kalimat instruksi yang kurang jelas atau suasana yang bising dapat mempengaruhi responden ketika menjawab.

d)        Penilaian (scoring), pada tes esai memiliki reliabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan tes pilihan ganda. Karena pada tes esai, penilai memiliki interpretasi yang berbeda-beda dalam menilai jawaban responden sehingga lebih bersifat subyektif.

e)         Tingkat kesulitan dari suatu tes. Nilai dari suatu tes menunjukkan reliabilitas yang baik apabila nilai tersebut menyebar dari skala yang digunakan dengan demikian dapat terlihat perbedaan antar siswa. Faktor yang terakhir adalah siswa, dimana kelelahan, kecemasan, dan siswa sakit dapat menyebabkan reliabilitas yang rendah karena mempengaruhi kinerja mereka dalam mengerjakan tes (Jacobs,1991).

13.  Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi validitas?

      Definisi yang jelas mengenai suatu konstrak pengukuran dapat mempengaruhi validitas (Cook & Beckman, 2006). Selain itu, faktor-faktor yang juga mempengaruhi yaitu: panjang alat ukur, variabilitas kemampuan kelompok, instruksi tes yang ambigu, perbedaan sosio-kultural, penambahan item-item yang tidak tepat.

14.  Sebutkan sumber-sumber pembuktian validitas!

a)         Pembuktian yang didasarkan pada konten pengujian (evidence based on test content); mengacu pada tema, judul, format aitem-aitem, tugas, ataupun pertanyaan pada suatu tes, serta pedoman untuk prosedur mengenai administrasi dan skoring.

b)        Pembuktian yang didasarkan pada proses-proses respon (evidence based on response processes); berupa analisis teoritis dan empiris dari proses respon pengambil tes.

c)         Pembuktian yang didasarkan pada truktur internal (evidence based on internal structure); hal ini dapat menunjukkan sejauh mana hubungan antar item tes dan komponen yang diuji sesuai dengan dasar konstruk yang digunakan untuk menginterpretasi skor tes.

d)        Pembuktian yang didasarkan pada hubungannya terhadap variabel lain (evidence based on relations to other variables); dengan menganalisa hubungan antara skor tes dengan variabel eksternal tes.

e)         Pembuktian yang didasarkan pada konsekuensi pemberian tes (evidence based on consequences of testing); dengan menggabungkan konsekuensi-koneskuensi baik yang diinginkan maupun tidak diinginkan dari kegunaan tes kedalam konsep validitas, misal kebijakan sosial (Standards: Educational and psychological testing, 1999).

15.  Apa yang dimaksud dengan koefisien validitas dan koefisien reliabilitas?

Reliabilitas

Koefisien reliabilitas adalah tinggi-rendahnya reliabilitas yang dapat dilihat melalui korelasi antara dua dsitribusi skor dari dua alat ukur yang paralel yang dikenakan pada sekelompok individu yang sama. Semakin tinggi korelasi antara hasil ukur dari dua tes yang paralel, maka akan semakin konsisten dan dapat dikatakan sebagai alat ukur yang reliabel. Lambang dari korelasi paralel tersebut adalah rxx’, dimana skor x adalah tes pertama dan x’ untuk tes yang kedua. (Azwar, 2011).

Validitas

Koefisien validitas adalah hasil estimasi validitas suatu pengukuran yang dinyatakan secara empirik biasanya dinyatakan dengan korelasi antara distribusi skor tes dengan distribusi skor kriteria. Apabila distribusi skor tes x dan skor kriteria adalah y, sehingga koefisien validitasnya adalah rxy. Koefisien validitas hanya memiliki makna apabila mempunyai nilai positif. Semakin mendekati 1,00 maka hasil tes semakin valid (Azwar, 2011).

16.  Jelaskan makna dari koefisien validitas dan reliabilitas!

      Interpretasi koefisien validitas dan reliabilitas keduanya bersifat relatif, Pada umumnya estimasi validitas berkisar 0,50 dapat dianggap memuaskan, sedangkan koefisien validitas kurang dari 0,30 biasanya dianggap tidak memuaskan. Di sisi lain, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00, dimana koefisien reliabiltas semakin mendekati 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya, begitu pun sebaliknya. Reliabilitas dapat dianggap memuaskan apabila koefisiennya minimal mencapai rxx’ = 0,900, namun terkadang suatu koefisien tidak mencapai nilai tersebut dan masih dianggap cukup berarti dalam suatu kasus tertentu terutama apabila skala yang bersangkutan digunakan bersama-sama dengan tes lain dalam suatu perangkat pengukuran (battery test) (Azwar, 2008).

17.  Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasi koefisien reliabilitas!

Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasikan koefisien reliabilitas, yaitu sebagai berikut (Azwar, 2008):

a.    Interpretasi koefisien reliabilitas bernilai spesifik bagi hasil ukur pada kelompok individu tertentu saja

Koefisien reliabilitas hanya mengindikasi besarnya inkonsistensi skor hasil pengukuran, bukan menyatakan secara langsung penyebab inkonsistensi tersebut.

18.  Bilamana validitas dan reliabilias dikatakan tinggi atau rendah ?

Reliabilitas dikatakan tinggi apabila hasil pengukuran yang dihasilkan dari tes tidak menunjukkan perbedaan yang besar dari waktu ke waktu (Azwar, 2011).

Validitas suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan dari pengukuran. Suatu tes yang tidak menghasilan data yang relevan sesuai dengan tujuan dari tes tersebut, maka validitas tes tersebut rendah (Azwar, 2011).

19.  Bagaimana ketika validitas tinggi dan reliabilitas rendah?

      Validitas tinggi menandakan bahwa item atau alat ukur tersebut benar-benar sudah mengukur konstruk yang ditetapkan untuk diukur. Sedangkan reliabilitas rendah dalah ketika alat ukur tersebut tidak mampu menghasilkan nilai yang konsisten (ajeg) ketika di ukur pada situasi yang berbeda dari sebelumnya (Isaac & Michael, 1985).

      Pada tes-tes yang bermaksud memprediksi sebuah kriteria tertentu, (predictive-criterion related) validitas menjadi lebih penting daripada reliabilitas. Ketika nilai validitas memuaskan, maka rendahnya nilai reliabilitas tidak akan menjadi masalah. Contohnya pada tes-tes kreativitas.

20.  Bagaimana ketika reliabilitas tinggi dan validitas rendah?

Reliabilitas tinggi menunjukkan bahwa sebuah instrumen atau alat ukur yang ada dapat secara konsisten (ajeg) mengukur sebuah konstruk yang ingin diukur dari waktu ke waktu atau apada berbagai situasi. Sedangkan nilai validitas yang rendah memperlihatkan sebuah instrumen yang tidak bisa menggambarkan atau tidak dapat benar-benar mengukur konstruk yang ingin diukur.

Apabila reliabilitas tinggi dan validitas rendah, maka instrumen atau alat ukur tersebut terbukti mampu menghasilkan nilai yang konsisten pada berbagai situasi, namun belum dapat memperlihatkan ketajaman pengukuran atas konstruk atau sesuatu yang ingin diukur.

 DAFTAR PUSTAKA

_________. (1999). Standards: Educational and psychological testing. Washington: American Educational Research Association.

Anastasi, A. & Urbina, S. (1998). Tes Psikologi (Edisi Terjemahan). Jakarta: PT. Prenhallindo.

Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2011). Tes Prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cook, D. A. & Beckman, T. (2006). Current concept validity and reliability for psychometric instrument: Theory and application. The American Journal of Medicine.

Isaac, S., & Michael, W. B. (1985). Handbook in Research and Evaluation. California: Edits publishers.

Jacobs, L. C. (1991). Test Reliability. IU Bloomington evaluation service & testing. Diakses pada tanggal 7 November 2014 dari http://www.indiana.edu.

Matondang, Z. (2009). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian. Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 6 (1), 87-97.

Neuman, W. L. (2007). Basic of social research: Qualitative and quantitative qpproaches, second edition. Pearson Education, Inc.

Murti, B. (2011). Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. Universitas Negeri Semarang.

Setyawan, I. (2011). Diktat Psikometri. Universitas Diponegoro: Tidak Dipublikasikan

Sujarwadi, S. (2011). Valditas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. Universitas Negeri Jakarta: Tidak dipublikasikan

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Widodo, P. B. (2006). Reliabilitas dan validitas konstruk skala konsep diri untuk mahasiswa Indonesia. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (1), 1-9.