Apa yang dimaksud Utamakan bahasa Indonesia Lestarikan bahasa daerah dan kuasai bahasa asing?

Apa yang dimaksud Utamakan bahasa Indonesia Lestarikan bahasa daerah dan kuasai bahasa asing?

Kita harus mengutamakan bahasa indonesia karena kita adalah satu kesatuan bangsa indonesia, tetapi kita jg tdk boleh lupa dalam melestarikan bahasa daerah, menguasai atau mempelajari bahasa asing juga penting agar dpt berkomunikasi dengan orang luar negeri ( orang asing ) walaupun telah menguasai nya kita tdk boleh lupa dengan bahasa persatuan yaitu bahasa indonesia.

Apa yang dimaksud Utamakan bahasa Indonesia Lestarikan bahasa daerah dan kuasai bahasa asing?

Jakarta (Inmas) --- Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta Saiful Mujab membuka kegiatan Sosialisasi Pengutamaan Bahasa Negara di Ruang Publik Pada Lembaga Satuan Pendidikan di Lingkungan Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, Senin (15/04).

Di awal sambutannya, KaKanwil menyampaikan bahwa Bahasa Indonesia harus diutamakan sebagai identitas bangsa, pemersatu keberagaman sehingga membentuk generasi muda Indonesia yang sadar betapa besar peran bahasa Indonesia, dan Bahasa Indonesia harus mampu bersaing menjadi identitas diri pada generasi muda dalam pergaulan dunia global.

“Penggunaan Bahasa di ruang publik merupakan cerminan sikap dan kompetensi penggunanya, Oleh karena itu diperlukan sikap positif yaitu sikap tertib berbahasa. Tujuannya agar penggunaan Bahasa di ruang publik sesuai dengan ketentuan hukum dan kaidah kebahasaan,” ujarnya.

KaKanwil juga menyampaikan bahwa penggunaan Bahasa Asing dapat menggeser penggunaan Bahasa Negara di ruang publik jika tidak ditertibkan penggunaannya. Untuk itu, diperlukan sikap tertib berbahasa.

Menurut Saiful, salah satu Lembaga penjaga ketertiban penggunaan Bahasa adalah Lembaga Pendidikan Sekolah/Madrasah. “Pengutamaan Bahasa Negara di ruang publik oleh Lembaga Pendidikan Madrasah harus terus diupayakan karena Madrasah memiliki peran meningkatkan kompetensi Bahasa bagi generasi penerus bangsa,” Ujar Saiful saat memberikan pengarahan.

Diakhir sambutannya, Kakanwil juga mendukung sepenuhnya diselenggarakannya Aksi Nasional Pengutamaan Bahasa Negara di Ruang Publik.

Sedangkan Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Dadang Sunendar menyampaikan bahwa, Kita tidak anti dengan Bahasa Asing dan kita juga harus menguasai Bahasa Asing, tetapi kita harus mengutamakan Bahasa Indonesia dan melestarikan Bahasa Daerah.

Hal ini sesuai dengan aforisme Badan Bahasa “Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah dan Kuasai Bahasa Asing”.

Turut dihadiri Kepala Bidang Pendidikan Madrasah H. Nur Pawaidudin, Para Kasi Penmad, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Dr. Hurip Danu Ismadi, Kasubid Pengendalian Bahasa Hidayat Widiyanto, Kasubid penghargaan Bahasa Dra. Nur Hayati, Kepala Bidang Pengendalian dan Penghargaan Bahasa Dr. Maryanto.

Serta Para Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-DKI Jakarta, Para Pengurus MGMP Bahasa Indonesia Prov. DKI Jakarta.

You're Reading a Free Preview
Page 3 is not shown in this preview.

AYOSEMARANG.COM-Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi sangatlah penting dalam peradaban manusia di muka bumi ini. Bahasa sebagai alat komunikasi maksudnya adalah sebagai wahana interaksi sosial melalui bunyi atau tulisan. Begitu pentingnya bahasa sebagai sarana komunikasi antar anggota masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan secara lisan atau tulis. Tanpa bahasa akan terasa sulit untuk melansungkan suatu kehidupaan.

Seiring dengan perkembangan zaman, bahasapun telah banyak mengalami perkembangan. Baik perkembangan yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Tak jauh berbeda dengan keberadaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional negara kita. Dari segi penulisan, sangat jelas terdapat perkembangan menuju arah yang lebih mudah dipahami. Disisi lain, Bahasa Indonesia telah banyak ditinggalkan atau 'dimelencengkan' penggunaannya.

Saat ini hampir setiap bagian di Indonesia telah menghilangkan esensi Bahasa Indonesia sebagai kebanggaan bangsa. Keberadaan Bahasa Indonesia telah banyak yang hilang seiring semakin berkembangnya bahasa pergaulan diantara anak muda. Tak jarang bahkan bisa dibilang secara keseluruhan, anak muda lebih mengagungkan kata 'Gue' dibanding 'Saya' atau 'Aku'.

Hampir semua penayangan di televisi menggunakan kata ini yang sebenarnya identik dengan Bahasa Betawi. Tak mengherankan bila saat ini hampir di semua pulau di Indonesia lebih suka menggunakan kata 'Gue' dibanding 'Saya'. Terlebih anak muda di daerah , kata 'Gue' digunakan untuk menunjukkan bahwa mereka termasuk dalam golongan anak muda yang gaul, yang trendi dan terkesan berada di perkotaan besar dengan berbagai komunitas pergaulan yang terkenal.

Baca Juga: Belajar Tanpa (Merasa) Digurui

Padahal jika kita runtut kembali, kata 'Gue' adalah bahasa adat bagi masyarakat Betawi. Namun dikarenakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian negara kita terpusat di Betawi atau Jakarta, maka kata 'Gue' lebih merasuki masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Tak heran jika perfilman Indonesia yang notabene ditujukan bagi anak muda, lebih banyak menggunakan bahasa tersebut.

Contoh yang lain adalah kata baper. Baper, merupakan kata yang biasanya diarahkan pada orang yang sedang dalam fase mengunakan perasaan dalam menghadapi sesuatu hal. sesuai namanya ”bawa perasaan”. Contoh, Wawan sedang sedih lalu Anton menyela ”lagi baper yaa?”. Kata baper seharusnya digunakan seperti itu. Namun karena kekreatifan para remaja, kata ini sering diplesetkan dan digunakan sebagai “prisai” dan penganti umum kata Maaf.

Belum lagi pengaruh bahasa Inggris (salah satu bahasa asing yang sudah menjadi bahasa internasional). Kecenderungan remaja dalam kebersamaan dan pergaulan mereka; baik di dunia maya maupun di kehidupan nyata, mereka lebih sering mengucapkan kata-kata seperti, “oke bro, thanks ya”, GBU bro, singkatan dari god bless you. Di sosial media tidak jarang kita saksikan ulah remaja yang sedang jatuh cinta, kemudian mengekspresikan cintanya dengan kata, I love you.

Terkadang saya menjadi berpikir, apakah terlalu jelek keberadaan Bahasa Indonesia sehingga para remaja sepertinya malu mengungkapkan kata, “saya mencintaimu” untuk mengungkapkan perasaan cintanya kepada seseorang. Ataukah kata Bahasa Inggris I Love you kemungkinan diterima cintanya lebih besar daripada kata saya mencintaimu? Sepertinya hanya remaja sendiri yang tahu jawabannya.

Lalu dimana bahasa asli negara kita? Dengan semakin globalnya Indonesia, masyarakat juga lebih banyak menggunakan bahasa asing dan memilih untuk meninggalkan Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolahpun telah mengalami penurunan. Kebanyakan sekolah, bahkan di tingkat TK telah menerapkan Bahasa Inggris sebagai bahasa untuk komunikasi utamanya.


Page 2

Keberadaan Bahasa Indonesia bisa saja punah bila kita tidak dapat melestarikannya. Bahasa Indonesia bukan lagi bahasa pemersatu bangsa yang dapat dimengerti oleh kalangan manapun di Indonesia.

Baca Juga: Resep Praktis Nastar Nanas yang Glowing dan Anti Retak

Tidak hanya para remaja yang merasa bangga jika menggunakkan bahasa asing dalam percakapan mereka sehari-hari, anak-anak, bahkan para orang tua pun juga ikutan berbangga diri menggunakan bahasa asing dalam percakapannya dan Bahasa Indonesia pun mulai ditinggalkan. Tidaklah salah menggunakan bahasa adat atau bahasa daerah yang ada, namun akan lebih baik bila kita juga mampu berBahasa Indonesia yang baik dan benar. Tidak harus sesuai dengan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), tetapi dengan adanya 'bahasa gaul' dan juga bahasa asing, keberadaan Bahasa Indonesia telah hilang. Bahasa Indonesia dianggap kolot dan tidak gaul. Bahasa Indonesia dikatakan baik dan benar apabila disesuaikan dengan siapa kita berbicara dan dalam situasi apa. Jika seorang tidak tertib berbahasa maka hal ini menjadi kebiasaan, dan jika kebiasaan yang buruk dipeliahara maka akan menjadi tabiat atau karakter yang melekat. Sampai pada taraf ini, maka akibat yang ditimbulkan adalah Bahasa Indonesia kehilangan eksistensi di tempatnya sendiri, Indonesia. Masalah yang ditimbulkan pun karena pemiliknya sendiri yang tidak tertib dalam berbahasa. Dalam konteks ini yang dimaksudkan tertib adalah dengan siapa dia berbicara dan dalam situasi apa.

Bahasa Indonesia adalah dasar dari perjuangan para pahlawan kita. Setelah kita memiliki bahasa persatuan Bahasa Indonesia, sekarang kita harus berjuang lagi para guru bangsa dan pembaca. Apa yang kita perjuangkan?. Kita perjuangkan adalah mengembalikan eksistensi Bahasa Indonesia pada kedudukannya yang sebenarnya, sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan. Musuh sekaligus teman kita adalah remaja pengguna bahasa alay, bahasa prokem dan teknologi. Mari kita bijak bertindak, sehingga musuh jadi teman dan masalah jadi solusi. Semua ini untuk Indonesia yang lebih baik. Di Tangan guru, terutama guru Bahasa Indonesialah semua ini dititipkan untuk dilaksanakan.

Baca Juga: Kultum Ramadhan Singkat Tentang Meraih Lailatul Qadar Malam Seribu Bulan

Untuk itu, demi keberadaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa, marilah kita budayakan bahasa yang baik dan benar sehingga dapat menjadi citra bagi negara kita. Mari perkenalkan Bahasa Indonesia, bahasa kebanggan kita kepada generasi muda yang lainnya. Kita tanamkan di setiap benak anak-anak muda dan peserta didik kita, bahwa kita harus bisa membudayakan Bahasa Indonesis, bisa menguasai bahasa asing, dan jangan lupa tetap melestarikan bahasa daerah.


Penulis: Inawati SPd MSi, Guru SMA N 15 Semarang.


Page 3

AYOSEMARANG.COM-Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi sangatlah penting dalam peradaban manusia di muka bumi ini. Bahasa sebagai alat komunikasi maksudnya adalah sebagai wahana interaksi sosial melalui bunyi atau tulisan. Begitu pentingnya bahasa sebagai sarana komunikasi antar anggota masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan secara lisan atau tulis. Tanpa bahasa akan terasa sulit untuk melansungkan suatu kehidupaan.

Seiring dengan perkembangan zaman, bahasapun telah banyak mengalami perkembangan. Baik perkembangan yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Tak jauh berbeda dengan keberadaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional negara kita. Dari segi penulisan, sangat jelas terdapat perkembangan menuju arah yang lebih mudah dipahami. Disisi lain, Bahasa Indonesia telah banyak ditinggalkan atau 'dimelencengkan' penggunaannya.

Saat ini hampir setiap bagian di Indonesia telah menghilangkan esensi Bahasa Indonesia sebagai kebanggaan bangsa. Keberadaan Bahasa Indonesia telah banyak yang hilang seiring semakin berkembangnya bahasa pergaulan diantara anak muda. Tak jarang bahkan bisa dibilang secara keseluruhan, anak muda lebih mengagungkan kata 'Gue' dibanding 'Saya' atau 'Aku'.

Hampir semua penayangan di televisi menggunakan kata ini yang sebenarnya identik dengan Bahasa Betawi. Tak mengherankan bila saat ini hampir di semua pulau di Indonesia lebih suka menggunakan kata 'Gue' dibanding 'Saya'. Terlebih anak muda di daerah , kata 'Gue' digunakan untuk menunjukkan bahwa mereka termasuk dalam golongan anak muda yang gaul, yang trendi dan terkesan berada di perkotaan besar dengan berbagai komunitas pergaulan yang terkenal.

Baca Juga: Belajar Tanpa (Merasa) Digurui

Padahal jika kita runtut kembali, kata 'Gue' adalah bahasa adat bagi masyarakat Betawi. Namun dikarenakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian negara kita terpusat di Betawi atau Jakarta, maka kata 'Gue' lebih merasuki masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Tak heran jika perfilman Indonesia yang notabene ditujukan bagi anak muda, lebih banyak menggunakan bahasa tersebut.

Contoh yang lain adalah kata baper. Baper, merupakan kata yang biasanya diarahkan pada orang yang sedang dalam fase mengunakan perasaan dalam menghadapi sesuatu hal. sesuai namanya ”bawa perasaan”. Contoh, Wawan sedang sedih lalu Anton menyela ”lagi baper yaa?”. Kata baper seharusnya digunakan seperti itu. Namun karena kekreatifan para remaja, kata ini sering diplesetkan dan digunakan sebagai “prisai” dan penganti umum kata Maaf.

Belum lagi pengaruh bahasa Inggris (salah satu bahasa asing yang sudah menjadi bahasa internasional). Kecenderungan remaja dalam kebersamaan dan pergaulan mereka; baik di dunia maya maupun di kehidupan nyata, mereka lebih sering mengucapkan kata-kata seperti, “oke bro, thanks ya”, GBU bro, singkatan dari god bless you. Di sosial media tidak jarang kita saksikan ulah remaja yang sedang jatuh cinta, kemudian mengekspresikan cintanya dengan kata, I love you.

Terkadang saya menjadi berpikir, apakah terlalu jelek keberadaan Bahasa Indonesia sehingga para remaja sepertinya malu mengungkapkan kata, “saya mencintaimu” untuk mengungkapkan perasaan cintanya kepada seseorang. Ataukah kata Bahasa Inggris I Love you kemungkinan diterima cintanya lebih besar daripada kata saya mencintaimu? Sepertinya hanya remaja sendiri yang tahu jawabannya.

Lalu dimana bahasa asli negara kita? Dengan semakin globalnya Indonesia, masyarakat juga lebih banyak menggunakan bahasa asing dan memilih untuk meninggalkan Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolahpun telah mengalami penurunan. Kebanyakan sekolah, bahkan di tingkat TK telah menerapkan Bahasa Inggris sebagai bahasa untuk komunikasi utamanya.